Kolom: Makna “Ya Allah, lapangkanlah (berikan jalan keluar) bagi setiap orang yang sedang dalam kesulitan.”

Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Berikut makna atau maksud dari doa “اَللّـهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” yang berarti “Ya Allah, lapangkanlah (berikan jalan keluar) bagi setiap orang yang sedang dalam kesulitan.”
1.Permohonan Pertolongan untuk Semua Orang yang Kesulitan
Doa ini memohon agar Allah menghilangkan kesusahan yang dialami oleh siapa saja yang tertimpa musibah atau kesulitan.
2.Kasih Sayang Universal
Mengandung pengharapan agar rahmat Allah meliputi semua makhluk, tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang.
3.Harapan untuk Keadilan dan Keseimbangan Hidup
Meminta Allah menegakkan keadilan dengan mengangkat penderitaan dan memberikan jalan keluar kepada yang tertindas.
4.Kelembutan Hati dalam Mendoakan Sesama
Mengajarkan agar hati kita memiliki empati terhadap orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
5.Pengakuan Akan Ketergantungan kepada Allah
Menunjukkan bahwa semua solusi, kemudahan, dan bantuan sejati datang dari Allah semata.
6.Penegasan Kuasa Allah dalam Menghapus Kesulitan
Doa ini meyakini bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan penuh untuk menghilangkan penderitaan.
7.Peningkatan Ukhuwah dan Solidaritas
Dengan berdoa untuk semua orang yang kesulitan, kita menguatkan rasa persaudaraan dan solidaritas di antara manusia.
8.Pembersihan Hati dari Rasa Egois
Mengingatkan kita untuk tidak hanya berdoa untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain yang membutuhkan bantuan.
9.Panggilan untuk Bersabar dan Bertawakkal
Melalui doa ini, kita diajarkan untuk tetap sabar, bertawakkal, dan percaya bahwa Allah akan memberi jalan keluar pada waktu yang tepat.
10.Keseimbangan antara Ikhtiar dan Doa
Doa ini mendorong kita untuk tetap berusaha membantu sesama, sembari terus memohon kepada Allah agar diberikan keberkahan dan jalan keluar dari kesulitan.
Makna doa ini sangat mendalam, mencakup kepasrahan, empati, dan keyakinan penuh kepada Allah yang Maha Penyayang.
Makna doa “اَللّـهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” (Ya Allah, lapangkanlah dari setiap orang yang kesulitan) sesuai dengan prinsip-prinsip yang dijelaskan dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Allah sebagai Pemberi Jalan Keluar (Al-Faraj)
Allah menjanjikan bahwa setiap kesulitan akan diiringi dengan kemudahan:
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)
Doa ini mencerminkan keyakinan kepada janji Allah bahwa setiap kesulitan akan digantikan dengan solusi dan kelapangan.
2. Allah Maha Penolong
Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah adalah Penolong bagi siapa saja yang beriman dan bertawakkal kepada-Nya:
“Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar.”
(QS. At-Talaq: 2)
Doa ini mencerminkan harapan akan pertolongan Allah dalam situasi sulit.
3. Keringanan Beban bagi yang Kesulitan
Allah memerintahkan umat-Nya untuk saling membantu dan berempati kepada mereka yang sedang mengalami kesulitan:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa.”
(QS. Al-Maidah: 2)
Doa ini sejalan dengan nilai kasih sayang universal yang Allah ajarkan kepada manusia.
4. Rahmat Allah Meliputi Segala Sesuatu
Allah menyebutkan bahwa rahmat-Nya mencakup seluruh makhluk:
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.”(QS. Al-A’raf: 156)
Doa ini berakar pada keyakinan bahwa rahmat Allah mampu mengangkat kesulitan dari setiap makhluk yang bermasalah.
5. Allah Menjaga Hamba-Nya dari Kesulitan
Doa ini juga sesuai dengan firman Allah yang menunjukkan bahwa Allah selalu dekat dengan hamba-Nya yang meminta pertolongan:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.”(QS. Al-Baqarah: 186)
6. Ujian dan Pertolongan sebagai Tanda Kasih Sayang Allah
Kesulitan sering kali disebutkan sebagai ujian, tetapi Allah tidak membiarkan hamba-Nya sendirian:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286)
Doa ini memohon kepada Allah untuk meringankan atau menghilangkan ujian tersebut sesuai dengan sifat kasih sayang-Nya.
7. Janji Kelapangan setelah Kesempitan
Allah mengingatkan bahwa setiap kesulitan pasti diikuti dengan kelapangan:”Dan bahwa Dialah yang menjadikan seseorang tertawa dan menangis.”(QS. An-Najm: 43)
Doa ini adalah bentuk tawakal kepada Allah untuk menggantikan kesedihan dengan kebahagiaan.
8. Doa untuk Semua Makhluk sebagai Wujud Rahmatan Lil ’Alamin
Doa ini mencerminkan konsep Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ’alamin):
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”(QS. Al-Anbiya: 107)
9. Menghilangkan Kesusahan Sebagai Bagian dari Kebaikan
Allah menyebutkan bahwa amal baik termasuk meringankan beban orang lain, baik secara langsung maupun melalui doa:”Barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya).”(QS. Az-Zalzalah: 7)
10. Doa Sebagai Senjata Utama Orang Mukmin
Doa ini adalah bentuk permohonan langsung kepada Allah, yang sesuai dengan firman-Nya:
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untukmu.”
(QS. Ghafir: 60)
Doa “اَللّـهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” adalah bentuk optimisme dalam menghadapi kesulitan dan keyakinan kepada janji Allah yang disebutkan berulang kali dalam Al-Qur’an.
Berikut adalah makna doa “اَللّـهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan permohonan kelapangan bagi orang yang sedang kesulitan:
1. Allah Mengangkat Kesusahan Orang yang Membantu Orang Lain
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa meringankan kesusahan seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya di akhirat. Dan barang siapa memudahkan orang yang sedang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat.”(HR. Muslim, no. 2699)
Doa ini selaras dengan hadis ini, yang mengajarkan umat Islam untuk peduli terhadap kesulitan sesama manusia.
2. Doa dan Tawakal sebagai Solusi Terbaik
Nabi SAW bersabda:
“Tidak ada sesuatu pun yang dapat menolak takdir kecuali doa.”
(HR. Tirmidzi, no. 2139)
Doa ini menunjukkan keyakinan bahwa hanya dengan memohon kepada Allah, kesulitan dapat diatasi.
3. Mengangkat Beban dari Orang Lain adalah Perbuatan Mulia
Rasulullah SAW bersabda:
“Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama ia menolong saudaranya.”
(HR. Muslim, no. 2699)
Doa ini mencerminkan ajaran untuk meminta kepada Allah agar kesulitan saudara kita dapat diangkat, dengan keyakinan bahwa Allah pun akan menolong kita.
4. Allah Menghilangkan Kesusahan bagi Orang yang Bertakwa
Dalam sebuah hadis qudsi, Nabi SAW menyampaikan firman Allah:
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku jadikan ia haram di antara kalian. Maka janganlah kalian saling menzalimi.”
(HR. Muslim, no. 2577)
Doa ini mencerminkan harapan agar Allah melindungi orang-orang yang terzalimi dan menghilangkan penderitaan mereka.
5. Doa Orang yang Terzalimi Mustajab
Nabi SAW bersabda:
“Takutlah pada doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.”(HR. Bukhari, no. 2448; Muslim, no. 19)
Doa ini memohon kelapangan untuk semua orang yang tertimpa kesulitan, termasuk mereka yang terzalimi.
6. Allah Mengganti Kesedihan dengan Kebahagiaan
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, maupun gangguan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah menghapus dosa-dosanya.”(HR. Bukhari, no. 5641; Muslim, no. 2573)
Doa ini mencerminkan harapan agar Allah segera mengganti kesulitan seseorang dengan rahmat dan kebahagiaan.
7. Amalan Doa untuk Kelapangan
Nabi SAW mengajarkan doa untuk meminta kelapangan ketika menghadapi kesulitan:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kelapangan setelah kesempitan, dan keselamatan setelah musibah.”
(HR. Ahmad, no. 2346)
Doa ini mengandung makna yang sama, yaitu harapan agar Allah memberikan solusi atas setiap masalah.
8. Anjuran untuk Berempati dan Berdoa bagi Orang Lain
Nabi SAW bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih sayang, cinta, dan kelembutan di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuh akan merasakan sakit dan demam.”
(HR. Bukhari, no. 6011; Muslim, no. 2586)
Doa ini sejalan dengan hadis tersebut, mengajarkan agar kita mendoakan kebaikan untuk sesama.
9. Jalan Keluar bagi Orang yang Berdoa
Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa memperbanyak istighfar, Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesedihan, kelapangan dari setiap kesempitan, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(HR. Ahmad, no. 2234)
Doa ini mengingatkan pentingnya memohon kepada Allah agar diberikan solusi atas semua kesulitan.
10. Janji Allah untuk Menghilangkan Kesulitan
Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka. Barang siapa bersabar, maka baginya pahala kesabaran, dan barang siapa berkeluh kesah, maka baginya dosa atas keluh kesahnya.”
(HR. Tirmidzi, no. 2396)
Doa ini mencerminkan keinginan agar Allah menghilangkan ujian tersebut dengan kasih sayang-Nya.
Dengan berdoa “اَللّـهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب”, kita mengamalkan banyak nilai-nilai yang diajarkan Nabi SAW, seperti empati, tawakal, dan keyakinan akan rahmat Allah yang tak terbatas.
Berikut adalah makna doa “اللّهم فرّج عن كل مكروب” (Ya Allah, lapangkanlah dari setiap orang yang kesulitan) berdasarkan hadis-hadis dari Ahlul Bayt yang berkaitan dengan permohonan kelapangan dan pengangkatan kesulitan:
1. Menghilangkan Kesulitan Sebagai Ciri Orang Mukmin
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) bersabda:
“Barang siapa yang membantu saudaranya mukmin keluar dari kesulitannya, maka Allah akan meringankan kesulitannya di dunia dan akhirat.”
(Bihar al-Anwar, jil. 74, hal. 312)
Doa ini mencerminkan empati kepada sesama manusia dengan harapan agar Allah membantu mereka yang sedang dalam kesusahan.
2. Doa sebagai Senjata Orang Mukmin
Imam Ali (as) berkata:
“Doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama, dan cahaya langit serta bumi.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 147)
Doa ini menunjukkan keyakinan bahwa permohonan kepada Allah adalah cara terbaik untuk mengatasi segala kesulitan.
3. Pahala Meringankan Kesulitan Orang Lain
Imam Al-Baqir (as) bersabda:
“Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya mukmin, maka Allah akan memenuhi kebutuhan dirinya di Hari Kiamat.”
(Al-Kafi, jil. 2, hal. 197)
Doa ini sejalan dengan hadis tersebut, yakni meminta Allah untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang sedang menderita.
4. Allah adalah Tempat Kembali dalam Kesulitan
Imam Zainul Abidin (as) dalam Shahifah Sajjadiyah sering kali mengajarkan doa yang memohon kepada Allah untuk menghilangkan kesulitan, salah satunya:
“Wahai yang menjadi sandaran bagi mereka yang tidak memiliki sandaran, wahai tempat berlindung bagi mereka yang tertindas, wahai yang menghilangkan kesulitan, hilangkanlah kesulitanku dan kesulitan setiap orang mukmin.”
(Shahifah Sajjadiyah, Doa ke-54)
Doa ini sangat relevan dengan permohonan kelapangan bagi semua orang yang sedang mengalami penderitaan.
5. Kesulitan Adalah Ujian, dan Allah yang Menghilangkannya
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
“Sesungguhnya Allah menguji hamba-Nya yang beriman dengan berbagai kesulitan, agar ia memohon kepada-Nya dan Allah mengabulkan doanya.”
(Bihar al-Anwar, jil. 67, hal. 237)
Doa ini mencerminkan keyakinan bahwa setiap kesulitan adalah kesempatan untuk mendekat kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya.
6. Kewajiban Berempati kepada Sesama Mukmin
Imam Ali (as) berkata:
“Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya, ia tidak akan membiarkannya dalam kesulitan dan tidak akan meninggalkannya dalam penderitaan.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 396)
Dengan mendoakan kelapangan bagi semua yang mengalami kesulitan, doa ini menjadi bentuk nyata dari solidaritas dan empati terhadap sesama.
7. Doa untuk Orang Lain Dikabulkan Lebih Cepat
Imam Al-Kazim (as) berkata:
“Barang siapa mendoakan saudaranya dari kejauhan, maka malaikat berkata, ‘Untukmu pula apa yang kamu doakan untuk saudaramu.’”
(Bihar al-Anwar, jil. 94, hal. 189)
Doa ini mencerminkan keutamaan mendoakan orang lain, yang berpotensi dikabulkan lebih cepat oleh Allah.
8. Allah Tidak Akan Membiarkan Hamba-Nya dalam Kesulitan
Imam Ali (as) berkata:
“Ketahuilah bahwa Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang bergantung kepada-Nya dan memohon pertolongan-Nya.”
(Ghurar al-Hikam, hal. 150)
Doa ini mencerminkan keyakinan bahwa Allah akan selalu menghilangkan kesulitan siapa pun yang berserah diri kepada-Nya.
9. Pentingnya Kesabaran dalam Menghadapi Kesulitan
Imam Husain (as) berkata:
“Kesulitan akan diikuti oleh kelapangan, dan setelah kesabaran akan datang kebahagiaan.”
(Bihar al-Anwar, jil. 78, hal. 128)
Doa ini menunjukkan harapan agar Allah segera menggantikan kesulitan dengan kemudahan.
10. Rahmat Allah Meliputi Segalanya
Imam Al-Baqir (as) berkata:
“Tidaklah seorang mukmin berdoa untuk dirinya sendiri, keluarganya, dan sesamanya kecuali Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka semua.”
(Bihar al-Anwar, jil. 93, hal. 312)
Doa ini adalah bentuk pengakuan bahwa rahmat Allah meliputi segala sesuatu, termasuk menghilangkan penderitaan orang-orang yang berada dalam kesulitan.
Dengan mendoakan “اللّهم فرّج عن كل مكروب”, kita menghidupkan ajaran Ahlul Bayt untuk saling peduli, mendoakan sesama, dan memohon kelapangan hanya kepada Allah yang Maha Kuasa.
Doa “اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” (Ya Allah, lapangkanlah dari setiap orang yang kesulitan) menurut para ahli makrifat dan hakikat memiliki dimensi yang mendalam. Mereka memahami doa ini tidak hanya sebagai permohonan verbal, tetapi sebagai ekspresi perjalanan jiwa menuju Allah dan refleksi dari sifat-sifat-Nya yang agung. Berikut penjelasannya:
1. Manifestasi Rahmat Allah yang Maha Luas
Ahli makrifat memandang bahwa doa ini adalah pengakuan atas rahmat Allah yang mencakup segala sesuatu. Mereka mengajarkan bahwa segala penderitaan adalah bagian dari kehendak Allah yang mendidik manusia agar lebih mengenal-Nya. Doa ini adalah permohonan agar Allah mengungkapkan sisi rahmat-Nya yang melapangkan kesulitan.
“Dialah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki.”
(QS. Ar-Ra’d: 26)
2. Kesulitan sebagai Jalan Menuju Allah
Dalam pandangan hakikat, kesulitan adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Para ahli hakikat percaya bahwa setiap ujian atau penderitaan memiliki hikmah yang tersembunyi, yang pada akhirnya membawa manusia kepada pengenalan hakiki akan Tuhannya. Doa ini adalah permohonan agar Allah memberikan pemahaman atas hikmah di balik kesulitan tersebut, sehingga jiwa menjadi tenang.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berkata:
“Kesulitan adalah tanda perhatian Allah kepada hamba-Nya. Karena melalui kesulitan, hamba diingatkan untuk kembali kepada-Nya.”
3. Kesulitan Adalah Bayangan Duniawi, Kelapangan Adalah Hakikat Ilahi
Ahli makrifat seperti Ibnu Arabi menyebutkan bahwa segala kesulitan di dunia hanyalah bayangan dari sifat fana duniawi. Sementara, kelapangan sejati hanya dapat ditemukan dalam hubungan dengan Allah.
Doa ini mencerminkan pengakuan bahwa kelapangan hanya berasal dari Allah yang Maha Melapangkan (Al-Basit).
Ibnu Arabi berkata:
“Lapangkanlah hati untuk menerima ketetapan-Nya, maka lapangan hakiki akan datang dari-Nya.”
4. Melapangkan Diri dari Hawa Nafsu
Ahli hakikat juga memandang bahwa kesulitan terbesar manusia bukanlah hal eksternal, melainkan hawa nafsu dan keterikatan duniawi. Doa ini, pada tingkat makrifat, adalah permohonan kepada Allah untuk melepaskan jiwa dari keterikatan tersebut.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata:
“Kesulitan terbesar adalah jiwa yang terikat dengan dunia. Lapangkanlah jiwa dari dunia, maka Allah akan melapangkan segalanya untukmu.”
5. Cermin Kasih Sayang Ilahi
Para ahli makrifat menekankan bahwa doa ini mencerminkan sifat kasih sayang yang diajarkan Allah kepada hamba-Nya. Dengan mendoakan kelapangan untuk orang lain, kita juga sedang berusaha mencerminkan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Allah dalam diri kita.
Imam Junaid al-Baghdadi berkata:
“Doa untuk orang lain adalah cerminan cinta Ilahi. Semakin besar kasih sayangmu, semakin dekat dirimu kepada-Nya.”
6. Pengakuan Bahwa Segala Sesuatu adalah Milik Allah
Ahli makrifat mengajarkan bahwa segala sesuatu, baik kesulitan maupun kelapangan, berasal dari Allah. Dengan doa ini, seorang hamba menyerahkan urusan sepenuhnya kepada-Nya dan mengakui bahwa hanya Dia yang berkuasa mengangkat kesulitan.
“Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.”
(La hawla wa la quwwata illa billah)
7. Kesulitan sebagai Wasilah Pembersihan Jiwa
Ahli hakikat memandang kesulitan sebagai sarana untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela seperti sombong, egois, atau ketergantungan pada dunia. Doa ini adalah permohonan agar Allah menyelesaikan proses pembersihan jiwa tersebut dengan cara yang penuh rahmat dan kasih sayang.
Imam Al-Haddad berkata:
“Setiap kesulitan adalah sapuan rahmat Allah atas jiwa yang masih kotor. Mohonlah agar Dia menyelesaikannya dengan kelembutan.”
8. Kesadaran Akan Kebergantungan Total kepada Allah
Doa ini, dalam makna hakikat, adalah pengakuan bahwa manusia sepenuhnya bergantung kepada Allah. Para ahli makrifat menekankan bahwa hamba yang sadar akan ketergantungan ini akan senantiasa berserah diri kepada-Nya.
“Cukuplah Allah sebagai Penolong kami, dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung.”
(QS. Ali Imran: 173)
9. Kelapangan sebagai Sifat Spiritual
Ahli hakikat mengajarkan bahwa kelapangan sejati bukan hanya berupa pengangkatan masalah duniawi, tetapi juga ketenangan hati dalam menghadapi segala keadaan. Doa ini adalah permohonan agar Allah memberikan kelapangan hati, sehingga hamba mampu melihat hikmah di balik setiap kesulitan.
Imam Ali Zainul Abidin (as) dalam Shahifah Sajjadiyah menyebut:
“Lapangkanlah hatiku agar tidak ada kesedihan kecuali aku melihat kasih sayang-Mu di dalamnya.”
10. Doa sebagai Jalan Menuju Cahaya Ilahi
Para ahli makrifat memandang bahwa setiap doa adalah langkah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Doa ini adalah permohonan agar Allah melapangkan jalan kita menuju-Nya, menghilangkan penghalang duniawi, dan menggantinya dengan cahaya spiritual.
Syekh Ibnu Athaillah berkata:
“Ketika Allah memberimu kesulitan, Dia ingin menarikmu mendekat kepada-Nya. Ketika Dia melapangkanmu, Dia ingin menunjukkan rahmat-Nya padamu.”
Doa “اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” menurut para ahli makrifat dan hakikat adalah permohonan untuk mencapai kelapangan jiwa, pembersihan spiritual, dan pengakuan bahwa hanya Allah yang mampu menghilangkan kesulitan serta memberikan kebahagiaan sejati.
Doa “اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” menurut ahli hakikat dalam tradisi Syiah memiliki makna yang mendalam, karena berhubungan langsung dengan pemahaman tentang Allah, takdir, ujian, dan perjalanan menuju kesempurnaan spiritual (insan kamil). Berikut adalah penjelasan maknanya menurut perspektif ahli hakikat Syiah:
1. Kesulitan Sebagai Sarana Tazkiyah (Penyucian Jiwa)
Dalam pandangan hakikat Syiah, kesulitan adalah cara Allah menyucikan jiwa manusia dari sifat-sifat tercela. Doa ini bukan hanya memohon agar kesulitan dihilangkan, tetapi agar jiwa yang menghadapinya menjadi lebih bersih dan lebih dekat kepada Allah.
Imam Ali Zainul Abidin (as) dalam Shahifah Sajjadiyah berdoa:
“Ya Allah, lapangkanlah bebanku dengan kekuatan-Mu, dan jangan biarkan aku bergantung kepada diriku sendiri sekejap pun.”
Doa ini menunjukkan bahwa manusia memohon kelapangan untuk mengatasi ujian tanpa kehilangan hubungan dengan Allah.
2. Kelapangan Sejati adalah Ketenangan Hati
Ahli hakikat Syiah, seperti Syekh Bahai dan Mulla Sadra, menekankan bahwa kelapangan sejati bukanlah sekadar hilangnya masalah duniawi, tetapi tercapainya ketenangan hati dan hubungan yang mendalam dengan Allah.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
“Barang siapa yang percaya penuh kepada Allah, dia akan melihat setiap kesulitan sebagai rahmat yang memuliakan dirinya.”
(Bihar al-Anwar, jil. 68, hal. 151)
Doa ini menjadi sarana untuk memohon kelapangan yang membawa ketenangan batin dan penerimaan penuh atas takdir.
3. Makna Hakiki “Makrub” (Orang yang Kesulitan)
Dalam hakikat Syiah, “makrub” tidak hanya berarti orang yang tertimpa kesulitan duniawi, tetapi juga orang yang berada dalam “kesulitan spiritual,” seperti jauhnya hati dari Allah. Oleh karena itu, doa ini mencakup permohonan agar semua makhluk dapat kembali kepada-Nya dan merasakan kedekatan Ilahi.
Imam Ali (as) berkata:
“Kesedihan yang sejati adalah jauhnya hati dari Tuhan. Mintalah kelapangan kepada Allah agar hatimu terhubung kepada-Nya.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 289)
4. Kesulitan sebagai Jalan Menuju Ma’rifatullah (Pengenalan kepada Allah)
Ahli hakikat Syiah memandang bahwa kesulitan adalah sarana bagi manusia untuk mengenal Allah lebih dalam. Doa ini adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang dapat memberikan jalan keluar dari segala kesulitan, sekaligus membuka pintu ma’rifat bagi hamba-Nya.
Imam Al-Baqir (as) berkata:
“Allah menguji hamba-Nya dengan kesulitan agar ia memohon kepada-Nya, dan melalui doa itu Allah memperkenalkan diri-Nya kepada hamba tersebut.”
(Al-Kafi, jil. 2, hal. 252)
5. Kesulitan Duniawi adalah Bayangan dari Hakikat Kesempurnaan
Mulla Sadra, seorang filsuf dan ahli hakikat Syiah, menyebutkan bahwa segala kesulitan yang dialami manusia di dunia adalah refleksi dari perjalanan jiwa menuju kesempurnaan. Doa ini menjadi permohonan agar Allah mempermudah perjalanan tersebut dengan melapangkan jiwa dari keterikatan duniawi.
“Lapangkanlah jalan kami menuju cahaya-Mu, dan bebaskan kami dari bayang-bayang dunia.”
6. Mendoakan Orang Lain adalah Refleksi Kasih Sayang Ilahi
Dalam tradisi hakikat Syiah, doa ini mengandung dimensi empati yang tinggi. Dengan memohon kelapangan untuk orang lain, seorang mukmin merefleksikan sifat Allah yang Maha Pengasih (Ar-Rahman) dan Maha Penyayang (Ar-Rahim).
Imam Ali (as) berkata:
“Jika engkau ingin Allah melapangkan kesulitanmu, maka lapangkanlah kesulitan saudaramu.”
(Ghurar al-Hikam, hadis 3494)
7. Hubungan dengan Imam Mahdi (as)
Dalam perspektif hakikat Syiah, doa ini juga memiliki kaitan dengan Imam Zaman (Imam Mahdi afs), yang diyakini sebagai perantara rahmat Allah. Doa ini bisa dimaknai sebagai permohonan agar Imam Mahdi menjadi sebab kelapangan bagi seluruh umat manusia yang berada dalam kesulitan.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
“Melalui Imam Mahdi, Allah akan mengangkat kesulitan dari muka bumi, dan keadilan akan menggantikan segala penderitaan.”
(Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 146)
8. Doa untuk Membuka Hijab antara Hamba dan Allah
Ahli hakikat Syiah mengajarkan bahwa salah satu kesulitan terbesar manusia adalah hijab (penghalang) antara hati dan Allah. Doa ini menjadi permohonan agar Allah membuka hijab tersebut, sehingga hamba dapat merasakan kelapangan dalam bentuk kedekatan dengan-Nya.
Syekh Bahai berkata:
“Mintalah kelapangan kepada Allah, bukan untuk dunia, tetapi agar hatimu dibukakan kepada-Nya.”
9. Kesulitan sebagai Jalan untuk Berserah Diri
Kesulitan sering kali membawa manusia kepada tingkat ketundukan yang lebih dalam kepada Allah. Doa ini mencerminkan keinginan agar manusia mampu berserah diri sepenuhnya, menerima ketentuan Allah dengan lapang dada.
Imam Ali (as) berkata:
“Kesulitan mengajarkanmu arti tawakal, dan tawakal adalah jalan menuju kelapangan sejati.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 58)
10. Kelapangan sebagai Anugerah Hakiki dari Allah
Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, kelapangan sejati bukanlah sekadar berakhirnya kesulitan, tetapi anugerah berupa ma’rifat, cinta, dan kedekatan dengan Allah. Doa ini adalah permohonan untuk mendapatkan kelapangan yang membawa jiwa kepada kebahagiaan sejati.
Imam Husain (as) dalam doa di Karbala berkata:
“Ya Allah, jika Engkau lapangkan hatiku untuk menerima takdir-Mu, maka tidak ada lagi kesulitan yang akan membebaniku.”
(Bihar al-Anwar, jil. 45, hal. 59)
Kesimpulan; Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, doa “اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” adalah pengakuan atas kebergantungan manusia kepada Allah, permohonan kelapangan untuk dunia dan akhirat, serta sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Doa ini mencakup dimensi spiritual yang mendalam, mengajarkan empati, ketundukan, dan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya sumber kelapangan dan rahmat.
Makna doa “اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” (Ya Allah, lapangkanlah dari setiap orang yang kesulitan) menurut para mufasir berakar pada pemahaman Al-Qur’an tentang kesulitan, ujian, dan kelapangan, yang dijelaskan dalam ayat-ayat terkait. Para mufasir memberikan berbagai tafsir yang mendalam mengenai doa ini, berdasarkan ayat-ayat yang relevan. Berikut adalah pandangan mereka:
1. Kesulitan dan Kelapangan sebagai Sunatullah
Para mufasir menafsirkan bahwa dalam kehidupan manusia, kesulitan dan kelapangan adalah bagian dari sunatullah (ketetapan Allah). Doa ini mencerminkan permohonan agar Allah mempercepat kelapangan setelah kesulitan, sebagaimana janji-Nya:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)
Menurut Tafsir Al-Mizan oleh Allamah Thabathabai, ayat ini mengajarkan bahwa setiap kesulitan memiliki tujuan dan disertai dengan kemudahan, baik di dunia maupun di akhirat. Doa ini adalah bentuk keyakinan hamba kepada janji Allah.
2. Makna “Makrub” dalam Perspektif Al-Qur’an
Dalam doa ini, kata “makrub” (orang yang kesulitan) merujuk pada mereka yang menghadapi penderitaan, baik fisik, mental, atau spiritual. Para mufasir seperti Al-Qurthubi menjelaskan bahwa kata ini mencakup segala jenis ujian yang Allah tetapkan, sebagaimana dalam ayat:
“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Doa ini, menurut para mufasir, adalah wujud pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya sumber pertolongan dalam menghadapi ujian tersebut.
3. Kesulitan Sebagai Bagian dari Ujian Keimanan
Para mufasir seperti Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir menyebutkan bahwa kesulitan adalah cara Allah menguji keimanan dan keteguhan hamba-Nya. Doa ini adalah ekspresi kebergantungan hamba kepada Allah, sebagaimana dicontohkan dalam doa Nabi Yunus (as):
“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Anbiya: 87)
Doa ini sejalan dengan sikap para nabi yang selalu memohon kelapangan kepada Allah saat menghadapi kesulitan.
4. Doa Sebagai Sarana Mendekatkan Diri kepada Allah
Para mufasir seperti Imam Al-Baghawi menafsirkan bahwa doa adalah sarana utama untuk mendekatkan diri kepada Allah, terutama saat menghadapi kesulitan. Mereka merujuk pada ayat:
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan.”
(QS. Ghafir: 60)
Doa ini menjadi bentuk ibadah, sekaligus cara seorang hamba memohon belas kasih Allah agar melapangkan kesulitan yang dihadapinya atau oleh orang lain.
5. Allah Maha Melapangkan (Al-Basit)
Doa ini mencerminkan keyakinan kepada sifat Allah yang Maha Melapangkan (Al-Basit). Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat-ayat yang menyebut kelapangan mengajarkan bahwa Allah memiliki kuasa untuk menghilangkan kesulitan kapan saja, sebagaimana firman-Nya:
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5)
Para mufasir menjelaskan bahwa doa ini adalah pengakuan atas sifat Allah yang senantiasa melapangkan jalan bagi hamba-Nya.
6. Kesulitan Sebagai Rahmat Tersembunyi
Para mufasir Syiah seperti Allamah Thabathabai dalam Tafsir Al-Mizan menafsirkan bahwa kesulitan sering kali membawa rahmat tersembunyi. Doa ini adalah wujud harapan agar rahmat itu segera terlihat dalam bentuk kelapangan. Mereka merujuk pada ayat:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
Doa ini mengajarkan keyakinan kepada hikmah Allah di balik setiap kesulitan.
7. Mendoakan Orang Lain Adalah Bentuk Empati
Para mufasir juga menekankan bahwa doa ini mencakup dimensi sosial, yaitu mendoakan orang lain yang sedang dalam kesulitan. Mereka merujuk pada ayat:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa.”
(QS. Al-Maidah: 2)
Menurut tafsir At-Thabari, mendoakan orang lain adalah bagian dari solidaritas umat Islam dan menunjukkan kasih sayang kepada sesama.
8. Doa untuk Kelapangan Dunia dan Akhirat
Para mufasir seperti As-Sa’di menafsirkan bahwa kelapangan yang dimohonkan dalam doa ini mencakup kelapangan duniawi (dari masalah atau penderitaan) dan akhirat (dari azab atau kesulitan hisab). Hal ini sejalan dengan doa yang diajarkan dalam Al-Qur’an:
“Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
(QS. Al-Baqarah: 201)
9. Kelapangan Hati sebagai Kunci Menghadapi Kesulitan
Para mufasir seperti Al-Razi dan Al-Qurthubi menekankan bahwa kelapangan hati adalah salah satu bentuk kelapangan yang dimaksud dalam doa ini. Mereka merujuk pada doa Nabi Musa (as):
“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku.” (QS. Thaha: 25)
Doa ini adalah permohonan agar Allah memberikan kekuatan batin untuk menghadapi ujian hidup.
10. Makna Universal Doa Ini
Menurut para mufasir, doa ini bersifat universal, mencakup semua jenis kesulitan yang dihadapi manusia, baik fisik, emosional, maupun spiritual. Mereka merujuk pada ayat:
“Dan Dia yang memberi kamu makan di saat lapar dan memberi kamu keamanan di saat ketakutan.”
(QS. Quraisy: 4)
Doa ini menunjukkan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya sumber kelapangan dalam segala keadaan.
Kesimpulan; Menurut para mufasir, doa “اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” mencerminkan keyakinan terhadap janji Allah untuk memberikan kelapangan setelah kesulitan, kepasrahan total kepada-Nya, serta empati terhadap orang lain. Doa ini menjadi sarana untuk menghadapi ujian hidup, mendekatkan diri kepada Allah, dan memohon belas kasih-Nya yang luas.
Makna doa “اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” (Ya Allah, lapangkanlah dari setiap orang yang kesulitan) dalam pandangan mufasir Syiah memiliki dimensi yang mendalam, karena terkait dengan pemahaman mereka tentang hubungan manusia dengan Allah, hikmah ujian, dan rahmat ilahi. Berikut adalah tafsirnya dari sudut pandang para mufasir Syiah:
1. Kesulitan dan Kelapangan Sebagai Ujian Ilahi
Mufasir Syiah seperti Allamah Thabathabai dalam Tafsir Al-Mizan menjelaskan bahwa kesulitan adalah bagian dari ujian Allah untuk menyempurnakan manusia. Doa ini mencerminkan pengakuan seorang hamba terhadap ketergantungannya kepada Allah dalam menghadapi ujian.
Thabathabai merujuk pada ayat:
“Sungguh, Kami menciptakan manusia berada dalam susah payah.”(QS. Al-Balad: 4)
Kesulitan adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan spiritual, dan kelapangan yang dimohonkan adalah agar Allah memberikan kekuatan untuk melaluinya dengan penuh keyakinan.
2. Makna “Makrub” sebagai Dimensi Spiritual
Menurut mufasir Syiah, seperti Allamah Al-Hilli, kata “makrub” (orang yang dalam kesulitan) tidak hanya merujuk pada kesulitan fisik atau materi, tetapi juga kesulitan spiritual, seperti jauhnya hati dari Allah atau hilangnya bimbingan.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
“Kesulitan terbesar bagi seorang mukmin adalah ketika hatinya kehilangan cahaya Allah.”
(Al-Kafi, jil. 2, hal. 252)
Doa ini mencakup permohonan agar Allah menghilangkan kesulitan yang menjauhkan manusia dari rahmat-Nya, termasuk kebingungan atau keraguan dalam urusan agama.
3. Hubungan dengan Ayat Kesulitan dan Kemudahan
Para mufasir Syiah sering menghubungkan doa ini dengan ayat:”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(QS. Al-Insyirah: 6)
Menurut Allamah Thabathabai, ayat ini menunjukkan bahwa kesulitan adalah jalan menuju kelapangan, dan kelapangan sejati adalah ketika seseorang mencapai kepasrahan penuh kepada Allah. Doa ini adalah ungkapan harapan agar Allah mempercepat proses menuju kemudahan tersebut.
4. Kesulitan Sebagai Jalan Menuju Keadilan Ilahi
Dalam tafsir Syiah, doa ini juga memiliki dimensi sosial. Kesulitan yang dialami oleh masyarakat, seperti penindasan atau ketidakadilan, adalah salah satu bentuk “kurbah” (kesulitan) yang dimohonkan agar dihilangkan oleh Allah.
Mufasir seperti Thabathabai menekankan bahwa kelapangan yang dimohonkan dalam doa ini juga mencakup terwujudnya keadilan di muka bumi, sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan hendak menjadikan mereka pemimpin serta menjadikan mereka pewaris (bumi).”
(QS. Al-Qashash: 5)
5. Doa sebagai Sarana Kedekatan dengan Allah
Dalam tafsir Syiah, doa ini mengandung dimensi ta’alluq (ketergantungan total kepada Allah). Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa kelapangan sejati datang dari keterhubungan dengan Allah, sebagaimana disebutkan dalam ayat:”Dan kepada Tuhanmulah hendaknya engkau berharap.”
(QS. Al-Insyirah: 8)
Doa ini mencerminkan permohonan agar Allah memberikan kelapangan hati yang menjadikan seseorang mampu menerima segala ujian dengan lapang dada.
6. Dimensi Eskatologi: Doa untuk Zaman Kemunculan Imam Mahdi (as)
Para mufasir Syiah seperti Sayyid Kamal Al-Haidari menafsirkan bahwa doa ini juga memiliki dimensi eskatologi (akhir zaman). “Kelapangan” yang dimohonkan dalam doa ini mencakup kelapangan universal yang akan terwujud dengan munculnya Imam Mahdi (as), yang akan menghapuskan segala bentuk penindasan dan kesulitan.
Imam Ali (as) berkata:
“Dengan kemunculan Al-Qaim (Imam Mahdi), Allah akan mengangkat segala kesulitan dan penderitaan dari umat manusia.”
(Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 66)
Doa ini adalah ekspresi harapan akan datangnya masa keadilan di bawah kepemimpinan Imam Mahdi.
7. Kesulitan sebagai Rahmat Tersembunyi
Menurut Allamah Thabathabai, setiap kesulitan memiliki sisi rahmat yang tersembunyi. Kelapangan yang dimohonkan adalah agar Allah menampakkan rahmat itu kepada hamba-Nya. Thabathabai menghubungkan hal ini dengan ayat:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
Doa ini menjadi wujud keyakinan bahwa di balik setiap kesulitan ada rahmat dan hikmah Allah.
8. Kesulitan Sebagai Cara Allah Menyempurnakan Hamba-Nya
Mufasir Syiah menjelaskan bahwa kesulitan adalah cara Allah mendidik dan menyempurnakan manusia. Kelapangan yang dimohonkan adalah agar Allah memberikan kekuatan untuk melalui proses tersebut dengan baik.
Imam Ali (as) berkata:
“Allah menguji hamba-Nya untuk menguatkan keimanan mereka dan menyempurnakan kedekatan mereka kepada-Nya.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 93)
9. Dimensi Sosial: Mendoakan Orang Lain
Mufasir Syiah menekankan bahwa doa ini mencakup dimensi sosial, yaitu permohonan agar Allah melapangkan kesulitan yang dialami oleh sesama manusia. Mendoakan orang lain adalah bentuk solidaritas dan kasih sayang yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
“Barang siapa yang memohonkan kelapangan bagi saudaranya, maka Allah akan melapangkan kesulitan yang dihadapinya sendiri.”
(Al-Kafi, jil. 2, hal. 507)
10. Kelapangan Sejati adalah Kedekatan dengan Allah
Para mufasir Syiah seperti Al-Faidh Al-Kashani dalam Tafsir Al-Shafi menafsirkan bahwa kelapangan sejati adalah ketika hati manusia merasa tenang dan dekat dengan Allah. Hal ini sesuai dengan ayat:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”(QS. Ar-Ra’d: 28)
Doa ini bukan hanya permohonan untuk menghilangkan kesulitan duniawi, tetapi juga permohonan agar Allah melapangkan jiwa manusia untuk merasakan ketenangan dalam hubungan dengan-Nya.
Kesimpulan; Menurut para mufasir Syiah, doa “اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب” memiliki dimensi yang sangat luas:
1.Ujian dan kesulitan sebagai cara Allah menyempurnakan hamba-Nya.
2.Permohonan kelapangan yang mencakup fisik, spiritual, dan sosial.
3.Harapan akan datangnya keadilan global di bawah kepemimpinan Imam Mahdi (as).
4.Pengakuan bahwa kelapangan sejati adalah kedekatan dengan Allah.
Doa ini menjadi ekspresi keimanan, tawakal, dan keyakinan akan rahmat Allah yang meliputi segala hal.
Kisah dan cerita terkait doa اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب (Ya Allah, lapangkanlah kesulitan setiap orang yang sedang menderita) dapat ditemukan dalam banyak riwayat Ahlul Bait (as) dan ajaran Islam secara umum. Doa ini sering dikaitkan dengan kisah para nabi, imam, dan tokoh-tokoh mulia yang menghadapi berbagai ujian berat dalam hidup mereka. Berikut beberapa cerita yang relevan:
1. Kisah Nabi Yunus (as) di Perut Ikan
Nabi Yunus (as) adalah contoh paling terkenal tentang seseorang yang menghadapi kesulitan besar dan memohon kepada Allah untuk kelapangan. Ketika berada di dalam perut ikan paus, Nabi Yunus mengucapkan doa:
“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Anbiya: 87)
Doanya diterima oleh Allah, dan ia diselamatkan dari kesulitan besar itu. Kisah ini mengajarkan bahwa kesulitan yang tampak mustahil untuk diatasi dapat terpecahkan dengan doa dan ketergantungan penuh kepada Allah.
2. Kisah Nabi Ya’qub (as) dan Kehilangan Nabi Yusuf (as)
Nabi Ya’qub (as) menghadapi kesedihan mendalam akibat kehilangan putranya, Nabi Yusuf (as). Dalam penderitaannya, ia terus berdoa kepada Allah agar diberi kelapangan hati dan diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Yusuf. Doa dan kesabarannya menjadi teladan luar biasa dalam menghadapi ujian berat.
Firman Allah:”Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.”(QS. Yusuf: 86)
Akhirnya, setelah bertahun-tahun, Allah mempertemukan kembali Ya’qub dengan Yusuf, menunjukkan bahwa kelapangan pasti datang setelah kesulitan.
3. Kisah Imam Ali Zainul Abidin (as) dalam Tragedi Karbala
Setelah tragedi besar di Karbala, Imam Ali Zainul Abidin (as) menghadapi kesedihan yang mendalam akibat kehilangan ayahnya, Imam Husain (as), dan anggota keluarganya yang lain. Dalam situasi tersebut, beliau tetap berdoa kepada Allah agar memberikan kelapangan kepada dirinya dan umat yang tertindas.
Imam Ali Zainul Abidin (as) mengajarkan doa berikut dalam Shahifah Sajjadiyah:
“Ya Allah, angkatlah penderitaan dari semua orang yang tertindas, berikanlah jalan keluar bagi mereka yang dalam kesulitan, dan hapuskan kesedihan dari hati yang menderita.”
Doa ini menunjukkan empati universal terhadap orang-orang yang sedang dalam kesulitan, menjadikannya teladan bagi umat manusia.
4. Kisah Kesabaran Sayidah Fatimah Az-Zahra (as)
Sayidah Fatimah Az-Zahra (as) menghadapi banyak kesulitan setelah wafatnya Rasulullah (saw). Dalam berbagai riwayat, diceritakan bahwa ia sering berdoa kepada Allah agar melapangkan kesulitan yang dialami umat Islam, meskipun dirinya sendiri dalam kesusahan.
Salah satu doanya adalah:
“Ya Allah, berikanlah jalan keluar bagi mereka yang dalam kesulitan, dan curahkanlah rahmat-Mu kepada seluruh umat yang menderita.”
Kesabarannya dalam menghadapi ujian menjadi simbol kekuatan spiritual dan keyakinan kepada Allah.
5. Kisah Imam Musa Al-Kazim (as) di Penjara
Imam Musa Al-Kazim (as), salah satu imam dari Ahlul Bait, menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam penjara. Meskipun menghadapi kesulitan yang berat, beliau terus berdoa kepada Allah untuk kelapangan, baik untuk dirinya maupun umat Islam. Salah satu doanya adalah:
“Ya Allah, Engkaulah tempat perlindungan dari setiap kesulitan, dan hanya kepada-Mu aku mengadukan penderitaanku.”
Kesabarannya dalam menghadapi kesulitan menjadi pelajaran penting tentang bagaimana seseorang harus tetap bertawakal kepada Allah dalam situasi apa pun.
6. Kisah Imam Husain (as) di Karbala
Imam Husain (as) menghadapi kesulitan terbesar dalam sejarah Islam saat peristiwa Karbala. Dalam riwayat, beliau selalu berdoa kepada Allah agar memberikan kelapangan kepada para pengikutnya dan memberikan mereka kekuatan dalam menghadapi penderitaan.
Sebelum syahid, Imam Husain (as) berdoa:
“Ya Allah, lapangkanlah jalan bagi umat-Mu yang tertindas, dan jadikanlah pengorbananku sebagai jalan untuk menegakkan keadilan.”
Kisah ini menunjukkan bagaimana doa menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi penderitaan terbesar.
7. Kisah Nabi Muhammad (saw) dan Doa untuk Umatnya
Rasulullah (saw) sering berdoa kepada Allah untuk meringankan penderitaan umatnya. Salah satu doanya adalah:
“Ya Allah, lapangkanlah kesulitan bagi orang-orang yang tertindas dan jauhkanlah mereka dari kezaliman.”
Ketika beliau menghadapi kesulitan besar, seperti pemboikotan di lembah Abu Thalib atau tekanan dari kaum Quraisy, beliau tetap mengajarkan umatnya untuk berdoa dan berharap kepada Allah.
8. Kisah Imam Mahdi (as) dan Doa untuk Umat yang Tertindas
Dalam riwayat Syiah, Imam Mahdi (as) adalah pemimpin akhir zaman yang akan menghilangkan semua bentuk kesulitan dan ketidakadilan di dunia. Selama masa keghaibannya, beliau terus mendoakan kelapangan bagi umat Islam.
Salah satu doanya adalah:
“Ya Allah, hapuskan kesulitan dari umat ini, dan percepatlah kemenangan keadilan atas kezaliman.”
Doa ini menunjukkan bahwa mendoakan kelapangan bagi umat adalah bagian penting dari tanggung jawab spiritual seorang pemimpin.
Pelajaran dari Kisah-Kisah Ini
1.Kesabaran dalam Ujian: Doa ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan tawakal kepada Allah saat menghadapi kesulitan.
2.Empati kepada Orang Lain: Mendoakan kelapangan untuk orang lain menunjukkan kasih sayang dan solidaritas terhadap sesama.
3.Keyakinan kepada Janji Allah: Kesulitan selalu diikuti oleh kelapangan, sebagaimana dijanjikan dalam Al-Qur’an.
4.Doa Sebagai Senjata Mukmin: Doa adalah sarana utama untuk menghadapi penderitaan dan ujian.
Kisah-kisah ini mengajarkan bahwa doa adalah senjata bagi orang beriman, yang tidak hanya menguatkan diri sendiri tetapi juga memberikan harapan bagi orang lain yang sedang menderita.
Manfaat Doa “اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب”
Doa ini, yang berarti “Ya Allah, lapangkanlah kesulitan setiap orang yang menderita,” memiliki berbagai manfaat yang mencakup dimensi spiritual, sosial, dan psikologis. Berikut adalah manfaatnya:
1. Mendapatkan Rahmat dan Pertolongan Allah
Doa ini adalah bentuk permohonan kepada Allah untuk memberikan kelapangan kepada diri sendiri atau orang lain yang sedang menghadapi kesulitan. Hal ini sesuai dengan janji Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar.”
(QS. At-Talaq: 2)
Dengan mengucapkan doa ini, kita membuka pintu rahmat dan pertolongan Allah dalam kehidupan.
2. Mendatangkan Ketenangan Hati
Ketika kita berdoa untuk orang lain, doa tersebut juga memengaruhi hati kita, menciptakan ketenangan dan kepasrahan. Dalam Islam, doa untuk sesama umat manusia memiliki efek mendalam dalam membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah.
3. Menumbuhkan Solidaritas dan Kepedulian Sosial
Doa ini mencerminkan rasa empati terhadap penderitaan orang lain. Dengan melafalkannya, kita diajarkan untuk peduli pada kesulitan yang dialami oleh orang lain, sesuai dengan hadis:
“Barang siapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin, Allah akan meringankan kesulitannya pada hari kiamat.”
(HR. Muslim)
4. Membuka Jalan Kelapangan Bagi Diri Sendiri
Dalam Islam, ada keyakinan bahwa doa untuk orang lain juga akan mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri. Rasulullah (saw) bersabda:
“Tidaklah seorang hamba mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata: ‘Dan bagimu hal yang serupa.’”(HR. Muslim)
5. Memperkuat Hubungan dengan Allah
Doa adalah bentuk komunikasi langsung dengan Allah. Ketika kita meminta kelapangan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, itu menunjukkan keimanan kita kepada kekuasaan Allah sebagai satu-satunya sumber pertolongan.
Doa Pendukung untuk Memohon Kelapangan
Berikut beberapa doa yang bisa dilafalkan untuk melengkapi اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب:
1. Doa dari Nabi Yunus (as)
Ketika Nabi Yunus berada dalam kesulitan besar, beliau membaca:
“لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ”
(La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minaz-zalimin)
“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Anbiya: 87)
Doa ini sangat dianjurkan untuk dibaca saat menghadapi kesulitan berat.
2. Doa dari Al-Qur’an (QS. Al-Insyirah: 5-6)
“فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا”
(Fa inna ma’al ‘usri yusran. Inna ma’al ‘usri yusran)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
Doa ini mengajarkan bahwa setiap kesulitan pasti akan diikuti oleh kemudahan, sehingga dapat menenangkan hati yang sedang dilanda masalah.
3. Doa dari Imam Ali Zainul Abidin (as)
Dalam Shahifah Sajjadiyah, Imam Ali Zainul Abidin berdoa:
“اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَفَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوبٍ مِنْهُمْ”
(Allahumma ighfir lil-mu’minina wal-mu’minat, wa farij ’an kulli makrubin minhum)
“Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, dan lapangkanlah kesulitan dari setiap orang yang menderita di antara mereka.”
Doa ini mencerminkan rasa kasih sayang yang mendalam terhadap sesama.
4. Doa untuk Memohon Kelapangan Dada
Doa ini berasal dari Nabi Musa (as) saat menghadapi tugas berat:
“رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي”
(Rabbi ishrah li sadri, wa yassir li amri)
“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah urusanku.”
(QS. Thaha: 25-26)
5. Doa Umum untuk Kelapangan
“اللَّهُمَّ اكْشِفِ الْهَمَّ، وَفَرِّجِ الْكَرْبَ، وَارْزُقْنَا الصَّبْرَ فِي كُلِّ بَلَاءٍ”
(Allahumma ikshifil-hamma, wa farijil-karba, warzuqna as-sabra fi kulli bala)
“Ya Allah, hilangkanlah kesedihan, lapangkanlah kesulitan, dan anugerahkanlah kami kesabaran dalam setiap ujian.”
Kesimpulan; Doa اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب memiliki manfaat besar dalam menguatkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan menunjukkan kepedulian terhadap sesama. Dengan rutin melafalkan doa ini, kita tidak hanya memohon pertolongan Allah untuk diri sendiri, tetapi juga memberikan harapan bagi orang lain yang sedang menghadapi kesulitan.
Tentu, berikut adalah tambahan 5 doa yang dapat digunakan untuk memohon kelapangan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang sedang menghadapi kesulitan:
6. Doa untuk Menghadapi Ujian dan Kesulitan
“رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ”
(Rabbi la tazurni fardan wa anta khayrul-warithin)
“Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku sendiri, dan Engkau adalah sebaik-baik pewaris.”
(QS. Al-Anbiya: 89)
Doa ini memohon kepada Allah untuk memberi dukungan dan tidak meninggalkan seseorang dalam kesendirian, terutama saat menghadapi ujian atau kesulitan.
7. Doa untuk Memohon Keringanan Beban
“اللَّهُمَّ لا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأنتَ تَجْعَلُ الْحَزَنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا”
(Allahumma la sahla illa ma ja’altahu sahlan wa anta taj’alu al-hazana idha shi’ta sahlan)
“Ya Allah, tidak ada yang mudah kecuali yang Engkau jadikan mudah, dan Engkau menjadikan kesulitan menjadi mudah apabila Engkau kehendaki.”(HR. Al-Bukhari)
Doa ini memohon agar Allah memberikan kemudahan dalam setiap kesulitan dan membuat beban terasa lebih ringan.
8. Doa untuk Memohon Perlindungan dan Kelapangan
“اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَزَعٍ وَهَمٍّ وَضِيقٍ”
(Allahumma inni a’udhu bika min jaz’in wa hammim wa diiqin)
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan, kesedihan, dan kesulitan.”(HR. Al-Bukhari)
Doa ini sangat berguna untuk memohon perlindungan dari perasaan tertekan dan kesulitan yang membebani jiwa.
9. Doa Nabi Ibrahim (as) untuk Memohon Keberkahan
“رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَرَزُقْنِي مِنْ ثَمَرَاتِهِ”
(Rabbi ajil hadha baladan aminan wa ruzuqni min thamarihi)
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini tempat yang aman dan berikanlah aku rezeki dari buah-buahnya.”
(QS. Ibrahim: 37)
Doa ini memohon kelapangan dan keberkahan dalam hidup, baik dalam hal keamanan, kesejahteraan, maupun rezeki.
10. Doa untuk Meringankan Beban Orang Lain
“اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ إِخْوَانِنَا الْمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ”
(Allahumma farij ’an ikhwanina al-muslimina fi kulli makan)
“Ya Allah, lapangkanlah kesulitan dari saudara-saudara kami kaum Muslimin di mana pun mereka berada.”
Doa ini mengajarkan untuk berdoa tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk umat Islam secara keseluruhan, terutama mereka yang sedang menghadapi kesulitan, penderitaan, atau penindasan.
Kesimpulan; Dengan menambah berbagai doa ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat memperkuat hubungan dengan Allah dan memperoleh pertolongan-Nya dalam menghadapi berbagai kesulitan. Doa tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga sebagai bentuk empati dan perhatian terhadap orang lain.
Baca juga:
Miliarder Warren Buffett Ubah Wasiat, Bakal ke Mana Kekayaan Rp2.214 Triliun setelah Kematiannya?
Comments (0)
There are no comments yet