Kolom: Makna Istighfar

Supa Athana - Tekno & Sains
30 October 2024 07:10
Beristighfar secara rutin adalah bentuk ketaatan dan pengakuan bahwa manusia selalu membutuhkan rahmat dan pengampunan dari Allah.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
             Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
 
Istighfar (memohon ampun kepada Allah) memiliki makna yang dalam dan penting dalam kehidupan seorang Muslim. Berikut makna istighfar:
1.Memohon Pengampunan: Istighfar adalah permohonan agar Allah mengampuni segala dosa, baik yang disengaja maupun tidak.
2.Kesadaran Akan Kesalahan: Beristighfar menunjukkan kesadaran bahwa setiap manusia rentan melakukan kesalahan dan membutuhkan ampunan.
3.Membersihkan Hati: Dengan istighfar, hati menjadi lebih bersih dan terhindar dari sifat-sifat buruk seperti kesombongan dan kedengkian.
4.Menguatkan Keimanan: Istighfar memperkuat hubungan dengan Allah, mengingatkan akan kekuasaan dan kasih sayang-Nya.
5.Menjaga Keberkahan Hidup: Istighfar dipercaya dapat mendatangkan keberkahan dan membuka pintu rezeki, kesehatan, serta kedamaian dalam hidup.
6.Penebusan Dosa: Istighfar bisa menghapus dosa-dosa kecil jika dilakukan dengan penuh keikhlasan dan penyesalan.
7.Ketenangan Jiwa: Orang yang rajin beristighfar cenderung lebih tenang karena merasa lebih dekat kepada Allah dan percaya pada ampunan-Nya.
8.Mencegah Murka Allah: Istighfar adalah cara untuk mencegah turunnya murka atau hukuman Allah atas dosa-dosa yang dilakukan.
9.Memperbaiki Diri: Istighfar bukan hanya sekedar ucapan, tetapi juga tekad untuk memperbaiki diri agar lebih baik di masa mendatang.
10.Pintu Taubat: Istighfar adalah bagian dari proses taubat yang membuka kesempatan bagi hamba Allah untuk memulai hidup yang lebih baik.
 
Beristighfar secara rutin adalah bentuk ketaatan dan pengakuan bahwa manusia selalu membutuhkan rahmat dan pengampunan dari Allah.
 
Istighfar dalam Quran
 
Istighfar memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an. Berikut adalah beberapa ayat yang menunjukkan pentingnya beristighfar dan maknanya:
1.Al-Baqarah, Ayat 199:
“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah), dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2.Ali Imran, Ayat 135: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka…”
3.Hud, Ayat 3: “Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberimu kenikmatan yang baik terus-menerus…”
4.Hud, Ayat 52: “Dan (Hud berkata): Wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras atas kamu…”
5.An-Nisa, Ayat 110: “Dan barang siapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia mohon ampun kepada Allah, niscaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
6.Nuh, Ayat 10-12: “Maka aku katakan kepada mereka, ’Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu…”
7.Az-Zumar, Ayat 53:Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.’”
8.Al-Muzzammil, Ayat 20: ….Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
9.An-Naml, Ayat 46:“… Mengapa kamu tidak memohon ampun kepada Allah agar kamu mendapat rahmat?”
10.Al-Anfal, Ayat 33: “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang mereka dalam keadaan meminta ampun.”
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa istighfar adalah amalan yang sangat dianjurkan untuk memperoleh ampunan Allah, keberkahan, ketenangan, dan rahmat-Nya. Allah memotivasi hamba-Nya untuk beristighfar, karena dengan istighfar, hamba mendapatkan ampunan, nikmat, dan perlindungan dari azab.
 
Hadis Istighfar dari Sunni & Syiah
 
Dalam Islam, baik dari perspektif Sunni maupun Syiah, istighfar (permohonan ampun) sangat dianjurkan, dan ada beberapa hadis yang menekankan pentingnya istighfar dan manfaatnya bagi umat Muslim. Berikut ini adalah beberapa hadis dari masing-masing mazhab yang menunjukkan pentingnya istighfar:
 
Hadis Sunni tentang Istighfar
1.Hadis dari Nabi Muhammad SAW dalam Sahih Muslim:
“Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.”
(HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri sangat rajin beristighfar, meskipun beliau adalah seorang nabi yang dijaga dari dosa.
2.Hadis dari Abu Hurairah dalam Sahih Bukhari: “Barangsiapa memperbanyak istighfar, Allah akan memberinya jalan keluar dari setiap kesulitan, kelapangan dari setiap kesedihan, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menekankan manfaat praktis dari istighfar, yaitu sebagai sarana untuk mengatasi kesulitan dan memperoleh rezeki.
3.Hadis dalam Sunan Ibn Majah:
“Sungguh beruntung orang yang mendapati dalam catatan amalnya banyak istighfar.” (HR. Ibn Majah)
Hadis ini menggambarkan bahwa memperbanyak istighfar akan memberikan keuntungan besar bagi seseorang di akhirat kelak.
 
Hadis Syiah tentang Istighfar
1.Hadis dari Imam Ali bin Abi Thalib (as): “Istighfar adalah kedudukan orang-orang yang mulia. Ia adalah nama yang memiliki enam makna: pertama adalah penyesalan dalam hati; kedua adalah bertekad untuk tidak mengulanginya; ketiga adalah mengembalikan hak kepada pemiliknya; keempat adalah memenuhi hak kewajiban; kelima adalah membersihkan tubuh dari dosa dengan menguatkan tekad beribadah; dan keenam adalah menangisi dosa-dosa yang telah dilakukan.” (Nahj al-Balagha)
Imam Ali menjelaskan bahwa istighfar bukan hanya sekadar ucapan, tetapi melibatkan tindakan nyata untuk memperbaiki diri.
2.Hadis dari Imam Ja’far ash-Shadiq (as): “Barang siapa yang melakukan istighfar tujuh puluh kali dalam sehari, Allah akan mengampuni tujuh ratus dosanya.”
(Bihar al-Anwar, vol. 73)
 
Hadis ini menunjukkan keutamaan beristighfar dan memberikan dorongan untuk memperbanyak istighfar agar dosa-dosa diampuni.
3.Hadis dari Imam Muhammad al-Baqir (as): “Tidak ada amalan yang lebih dicintai oleh Allah selain dari istighfar.” (Bihar al-Anwar)
Hadis ini menunjukkan bahwa istighfar adalah amalan yang sangat dicintai oleh Allah, dan memperbanyaknya adalah tindakan yang dianjurkan.
 
Hadis Sunni tentang Istighfar
1.Hadis dari Abdullah bin Umar dalam Sunan Abu Dawud:
“Sesungguhnya, hati ini berkarat seperti berkaratnya besi bila terkena air.” Para sahabat bertanya, “Apa cara untuk menghilangkan karat tersebut, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Dengan memperbanyak mengingat kematian dan membaca istighfar.”
(HR. Abu Dawud)
 
Hadis ini menjelaskan bahwa istighfar adalah cara untuk membersihkan hati dari karat atau kekotoran spiritual, mengembalikan hati pada kesucian.
2.Hadis dari Anas bin Malik dalam Sunan at-Tirmidzi:
“Setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi)
 
Hadis ini menekankan bahwa manusia pasti memiliki kelemahan dan cenderung melakukan kesalahan, dan istighfar serta taubat adalah jalan untuk memperbaiki diri.
3.Hadis dari Abu Hurairah dalam Sahih Muslim:
“Barangsiapa yang duduk dalam suatu majelis dan banyak melakukan kesalahan, lalu sebelum beranjak ia mengucapkan, ‘Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik’ (Maha Suci Engkau, ya Allah, dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu), niscaya Allah akan mengampuni kesalahan yang terjadi dalam majelis itu.” (HR. Muslim)
Ini menunjukkan manfaat beristighfar setelah majelis atau perkumpulan, sebagai sarana untuk menghapus kesalahan yang mungkin dilakukan dalam interaksi sosial.
 
Hadis Syiah tentang Istighfar
1.Hadis dari Imam Ja’far ash-Shadiq (as): “Barang siapa yang memohon ampunan kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali setelah shalat Jum’at, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Bihar al-Anwar, vol. 74)
Hadis ini menganjurkan untuk beristighfar setelah shalat Jum’at sebagai amalan khusus yang membawa ampunan besar dari Allah.
2.Hadis dari Imam Ali Zainal Abidin (as): “Orang yang beristighfar tanpa penyesalan adalah seperti orang yang mengejek Allah.”
(Bihar al-Anwar)
Hadis ini mengingatkan bahwa istighfar harus diiringi dengan penyesalan yang tulus, bukan hanya sekadar ucapan tanpa makna.
3.Hadis dari Imam Musa al-Kazhim (as): “Sesungguhnya di antara tanda diterimanya taubat seorang hamba adalah ia selalu beristighfar dan tidak kembali kepada dosa-dosa yang telah ia tinggalkan.” (Bihar al-Anwar, vol. 94)
Hadis ini menyatakan bahwa salah satu tanda diterimanya taubat adalah konsistensi dalam memperbaiki diri dan menghindari dosa yang sama.
 
Hadis-hadis dari kedua mazhab ini mengajarkan bahwa istighfar bukan hanya tentang permintaan ampunan, tetapi juga komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan, dan memperbaiki diri agar lebih dekat kepada Allah.
 
Istighfar Menurut para mufassir
 (ahli tafsir), istighfar memiliki makna yang dalam dan meliputi berbagai aspek kehidupan rohani dan moral manusia. Berikut ini makna istighfar menurut perspektif para mufassir:
 
1.Memohon Pengampunan atas Dosa ; Para mufassir seperti al-Qurthubi menjelaskan bahwa istighfar adalah permohonan ampun dari dosa, baik dosa besar maupun kecil. Istighfar adalah bentuk pengakuan atas kelemahan diri di hadapan Allah.
2.Menyucikan Hati dari Sifat Buruk ; Tafsir Al-Jalalayn menekankan bahwa istighfar membersihkan hati dari berbagai sifat buruk seperti iri, dengki, dan kesombongan, sehingga hati menjadi lebih tenang dan suci.
3.Menghubungkan Kembali dengan Allah ; Menurut Tafsir Ibnu Katsir, istighfar adalah sarana untuk memperkuat kembali ikatan antara seorang hamba dan Tuhannya. Dengan istighfar, seorang hamba kembali kepada Allah dan mengakui kesalahan.
4.Menyadari Keagungan dan Kasih Sayang Allah ; Para mufassir seperti Fakhruddin al-Razi menjelaskan bahwa dengan beristighfar, seseorang mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa untuk mengampuni, sehingga istighfar menguatkan pemahaman akan sifat rahmah (kasih sayang) Allah.
5.Memperoleh Keberkahan Hidup
Dalam Tafsir al-Mawardi, dijelaskan bahwa istighfar dapat mendatangkan berbagai keberkahan hidup seperti kesehatan, rezeki, dan perlindungan dari bahaya.
6.Sebagai Bentuk Penyesalan dan Taubat ; Menurut Tafsir al-Baghawi, istighfar mengandung makna penyesalan atas dosa yang telah dilakukan dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Ini adalah langkah awal menuju taubat yang sesungguhnya.
7.Menghentikan Azab Allah
Para mufassir menafsirkan bahwa beristighfar adalah cara untuk menahan turunnya azab Allah. Dalam ayat-ayat seperti Al-Anfal:33, Allah menjanjikan bahwa selama hamba beristighfar, azab akan dijauhkan.
8.Mendekatkan Diri kepada Kebaikan ; Istighfar juga dipandang sebagai cara untuk mengarahkan hati dan pikiran menuju perilaku yang lebih baik. Dalam tafsir al-Alusi, dijelaskan bahwa istighfar menuntun seseorang untuk mencintai kebaikan dan amal saleh.
9.Menghilangkan Kegelapan Dosa ; Menurut Tafsir as-Sa’di, istighfar adalah sarana untuk menghilangkan “kegelapan” yang disebabkan oleh dosa-dosa. Dengan istighfar, cahaya ketaatan dan ketenangan akan mengisi hati.
10.Meningkatkan Kualitas Ibadah ; Para mufassir menyebutkan bahwa istighfar juga berfungsi sebagai persiapan mental dan spiritual dalam meningkatkan kualitas ibadah. Dengan istighfar, hati menjadi lebih ikhlas dan siap untuk lebih khusyuk dalam ibadah kepada Allah.
 
Secara keseluruhan, para mufassir mengajarkan bahwa istighfar tidak hanya berarti meminta ampunan, tetapi juga proses perubahan diri menuju kebaikan, kedekatan dengan Allah, serta upaya untuk meraih ketenangan batin dan keberkahan hidup.
 
Dalam tafsir Syiah, istighfar juga memiliki makna yang mendalam dan luas. Para mufassir Syiah memandang istighfar sebagai langkah penting dalam spiritualitas dan perbaikan diri. Berikut makna istighfar menurut mufassir Syiah:
 
1.Penyucian Jiwa dan Pengakuan Kesalahan ; Menurut Allamah Thabathaba’i dalam Tafsir al-Mizan, istighfar adalah pengakuan akan kelemahan diri dan perlunya penyucian jiwa dari dosa. Istighfar berarti mengakui ketidaksempurnaan diri di hadapan kesempurnaan Allah.
2.Taubat Sejati dan Niat Meninggalkan Dosa ; Tafsir Syiah sering menekankan bahwa istighfar bukan hanya permintaan ampunan verbal, tetapi niat kuat untuk tidak mengulangi kesalahan. Menurut Allamah Thabathaba’i, istighfar harus diiringi taubat (tobat nasuha) yang tulus.
3.Memohon Rahmat Allah
Dalam pandangan mufassir Syiah seperti Al-Kasyani, istighfar adalah sarana untuk memperoleh rahmat dan kasih sayang Allah. Melalui istighfar, seorang hamba mengundang kemurahan Allah agar kehidupannya menjadi lebih diberkahi.
4.Menghapus Efek Dosa dari Hati
Menurut tafsir Syiah, dosa meninggalkan bekas pada hati. Ayatollah Jawadi Amoli menjelaskan dalam tafsirnya bahwa istighfar membantu menghilangkan dampak negatif dosa sehingga hati kembali bersih dan dekat dengan kebaikan.
5.Menghindari Azab Allah
Para mufassir Syiah mengutip ayat-ayat yang menunjukkan bahwa istighfar mencegah turunnya azab Allah, seperti dalam Tafsir Nurul Tsaqalain. Allah menjanjikan keamanan bagi orang yang beristighfar, melindungi mereka dari malapetaka dunia dan akhirat.
6.Memperoleh Kebijaksanaan dan Pencerahan Hati
Dalam ajaran Syiah, istighfar diyakini dapat membuka pintu kebijaksanaan. Menurut Sayyid Kamal al-Haydari, orang yang sering beristighfar akan memperoleh pencerahan hati dan pemahaman spiritual yang lebih mendalam.
7.Memperbaiki Hubungan Sosial
Menurut Ayatollah Makarim Shirazi dalam Tafsir al-Amthal, istighfar bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga memperbaiki hubungan dengan orang lain. Beristighfar atas kesalahan dalam berinteraksi dengan sesama adalah bagian dari menjaga keharmonisan sosial.
8.Meraih Kebahagiaan dan Kedamaian Batin
Istighfar membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam hati. Menurut tafsir Syiah, orang yang beristighfar dengan tulus akan merasakan ketenangan batin, karena dia merasa dekat dengan Allah dan bebas dari beban dosa.
9.Meningkatkan Kualitas Spiritual dan Mendekatkan Diri pada Allah
Menurut tafsir Syiah, istighfar adalah langkah awal untuk mencapai maqam spiritual yang lebih tinggi. Allamah Thabathaba’i menjelaskan bahwa istighfar memperkuat keimanan dan mendekatkan seorang hamba kepada Allah secara spiritual.
10.Mendapatkan Keberkahan dalam Kehidupan Dunia dan Akhirat
Istighfar bukan hanya berdampak pada kehidupan akhirat, tetapi juga membawa keberkahan dalam kehidupan dunia. Ayatollah Makarim Shirazi menafsirkan bahwa istighfar dapat mengundang rezeki, kesehatan, dan perlindungan dalam kehidupan sehari-hari.
 
Secara keseluruhan, tafsir Syiah menempatkan istighfar sebagai pilar penting dalam perjalanan spiritual, yang tidak hanya membersihkan jiwa dari dosa tetapi juga mengundang rahmat Allah, memperbaiki hubungan dengan orang lain, dan membuka jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
 
Menurut para ahli makrifat dan hakikat, istighfar memiliki dimensi yang lebih dalam, yang melibatkan aspek-aspek batiniah dan pencerahan spiritual. Dalam pandangan mereka, istighfar bukan sekadar permintaan ampun, tetapi merupakan jalan untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi dan pembersihan jiwa. Berikut makna istighfar dari perspektif ahli makrifat dan hakikat:
 
1.Pengakuan atas Ketidaksempurnaan Diri
Para ahli makrifat memandang istighfar sebagai pengakuan akan ketidaksempurnaan diri di hadapan kesempurnaan Allah. Dengan istighfar, seorang hamba mengakui bahwa dirinya terbatas, lemah, dan membutuhkan Allah dalam segala aspek kehidupan.
2.Kesadaran akan Keberadaan Allah dalam Segala Hal
Istighfar juga menjadi sarana untuk mengingat Allah secara mendalam. Menurut ahli hakikat, istighfar menuntun seseorang untuk menyadari bahwa Allah selalu hadir dan menyaksikan setiap perbuatannya, sehingga ia merasa malu untuk berbuat dosa.
3.Pembersihan Jiwa dari Kotoran Batin; Istighfar dianggap sebagai proses pembersihan jiwa dari kotoran batin seperti kesombongan, kebencian, iri hati, dan kecintaan berlebihan pada dunia. Ahli makrifat menekankan bahwa istighfar yang sejati adalah yang menghilangkan segala sifat buruk dari hati.
4.Menarik Cahaya Ilahi ke dalam Hati ; Dalam tasawuf, istighfar diyakini membawa cahaya Ilahi (nur) ke dalam hati. Ahli hakikat percaya bahwa istighfar yang tulus mengundang cahaya yang menerangi batin dan membantu seseorang melihat kebenaran dengan lebih jelas.
5.Menjalin Hubungan Kedekatan dengan Allah ; Para ahli makrifat melihat istighfar sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan sering beristighfar, seorang hamba merasakan ikatan cinta yang semakin kuat dengan Allah, karena ia selalu mengingat dan merendahkan dirinya di hadapan-Nya.
6.Memahami Hakikat Taubat yang Sebenarnya ; Dalam hakikat, istighfar tidak hanya berarti “meminta ampun,” tetapi juga berkomitmen untuk taubat yang sejati. Ahli makrifat menekankan bahwa istighfar adalah janji batin untuk menjauhi segala hal yang menjauhkan seseorang dari Allah dan berusaha kembali kepada-Nya.
7.Pelepasan Ego dan Kesombongan; Istighfar adalah sarana untuk melemahkan ego dan kesombongan diri. Menurut para ahli hakikat, istighfar membuat seorang hamba melepaskan keakuan (ego) dan menyadari bahwa hanya Allah yang berkuasa dan sempurna.
8.Menyelaraskan Kehendak dengan Kehendak Ilahi; Dalam makrifat, istighfar juga berarti mengosongkan diri dari keinginan pribadi yang bertentangan dengan kehendak Allah. Istighfar adalah jalan untuk menyelaraskan diri dan hidup dalam kehendak dan aturan Allah.
9.Menggapai Ketenteraman Jiwa
Ahli makrifat melihat bahwa istighfar membawa ketenteraman batin. Dengan beristighfar, hati menjadi tenang dan terbebas dari kegelisahan karena merasa lebih dekat dengan Allah dan mendapatkan limpahan rahmat-Nya.
10.Meningkatkan Makrifatullah (Pengenalan terhadap Allah)
Para ahli hakikat menyatakan bahwa istighfar membuka jalan untuk makrifatullah, yaitu mengenal Allah dengan lebih dalam. Ketika seseorang beristighfar,
 
Dalam pandangan ahli makrifat dan hakikat dari tradisi Syiah, istighfar dipahami sebagai jalan menuju kedekatan hakiki dengan Allah dan pembersihan diri dari aspek-aspek yang menghalangi hubungan dengan-Nya. Berikut makna istighfar menurut ahli makrifat dan hakikat dalam tradisi Syiah:
 
1.Pengakuan Ketergantungan Mutlak pada Allah
Ahli makrifat Syiah, seperti Imam Ali Zainal Abidin, melihat istighfar sebagai ungkapan ketergantungan penuh pada Allah. Melalui istighfar, seorang hamba menyadari bahwa seluruh eksistensinya bergantung pada kasih dan ampunan Allah.
2.Pembersihan Jiwa dari Dosa Batin dan Lahir
Dalam perspektif Syiah, istighfar tidak hanya terkait dengan dosa yang terlihat tetapi juga membersihkan hati dari dosa batin seperti kemarahan, kesombongan, dan kebencian. Ahli makrifat Syiah mengajarkan bahwa istighfar sejati menghapus semua noda batin dan lahir.
3.Penyingkapan Cahaya Ilahi
Menurut para ahli hakikat Syiah, istighfar yang tulus menyingkap cahaya Ilahi dalam hati seseorang. Istighfar menjadi jalan untuk menerima cahaya Allah yang membawa kejelasan dan kesucian batin.
4.Perjalanan Spiritual Menuju Kedekatan dengan Allah (Qurb Ilahi)
Istighfar dalam pandangan makrifat Syiah adalah tahap awal dalam perjalanan spiritual untuk mencapai kedekatan dengan Allah (qurb ilahi). Dengan beristighfar, seseorang membangun hubungan yang lebih kuat dan intim dengan Allah.
5.Menggugurkan Ego dan Kesombongan Diri
Ahli makrifat Syiah seperti Ayatollah Behjat mengajarkan bahwa istighfar melemahkan ego dan kesombongan diri. Istighfar adalah cara untuk menyingkirkan rasa keakuan dan mengakui bahwa hanya Allah yang Maha Sempurna.
6.Mencapai Keredhaan Ilahi
Dalam makrifat Syiah, istighfar bukan sekadar permintaan ampun, melainkan bentuk ikhlas dalam mencari keridhaan Allah. Para sufi dan ahli hakikat Syiah melihat istighfar sebagai sarana untuk memperoleh ridha Allah dan menjalani hidup sesuai kehendak-Nya.
7.Pembaharuan dan Penyucian Niat
Menurut tradisi makrifat Syiah, istighfar memperbarui dan menyucikan niat seseorang dalam setiap perbuatan. Para ahli hakikat mengajarkan bahwa istighfar yang sejati membersihkan niat dari kepentingan duniawi dan menuntun hati hanya kepada Allah.
8.Melatih Hati untuk Hidup dalam Kehadiran Allah (Hudhur)
Ahli makrifat Syiah percaya bahwa istighfar menumbuhkan perasaan selalu diawasi Allah. Dengan istighfar, seseorang melatih diri untuk selalu merasa berada dalam kehadiran-Nya (hudhur), yang pada gilirannya mendorongnya untuk menjauhi dosa.
9.Pengakuan atas Keindahan dan Kemurahan Allah
Dalam tradisi Syiah, istighfar mengandung pengakuan bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Indah. Ahli makrifat melihat istighfar sebagai ungkapan rasa cinta dan kekaguman pada kemurahan dan keindahan Allah yang mengampuni dosa-dosa hamba-Nya.
10.Persiapan untuk Penerimaan Maqam Spiritual yang Lebih Tinggi
Menurut ahli hakikat Syiah, istighfar adalah langkah yang mempersiapkan seseorang untuk mencapai maqam (tingkatan spiritual) yang lebih tinggi. Istighfar membersihkan hati dan membukanya untuk menerima karunia spiritual yang lebih besar dari Allah, seperti hikmah dan pemahaman mendalam.
 
Doa - doa Istighfar
 
Berikut adalah beberapa doa istighfar yang terkenal dan sering diamalkan dalam Islam untuk memohon ampunan Allah:
 
1.Sayyidul Istighfar (Pemimpin Doa Istighfar)
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ini adalah doa istighfar terbaik. Siapa pun yang membacanya di pagi hari lalu wafat pada hari itu, atau membacanya di malam hari lalu wafat pada malam itu, maka ia akan masuk surga.
“Allahumma anta Rabbi, la ilaha illa anta, khalaqtani wa ana abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastata’tu. A’udzu bika min sharri ma sana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya, wa abu’u bidzanbi, faghfir li fa innahu la yaghfiru adz-dzunuba illa anta.”
 
“Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau. Engkau yang menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam ikatan perjanjian dengan-Mu sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang telah aku lakukan. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosa-dosaku. Maka, ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”
(HR. Bukhari)
2.Istighfar Pendek (Doa Istighfar yang Sering Diucapkan)
Doa ini ringkas, mudah dihafal, dan sering diucapkan setiap kali beristighfar.
“Astaghfirullaha Rabbi min kulli dzanbin wa atubu ilaih.”
“Aku memohon ampun kepada Allah, Tuhanku, dari segala dosa, dan aku bertobat kepada-Nya.”
3.Doa Istighfar Nabi Adam AS
Ini adalah doa yang dibacakan oleh Nabi Adam dan Hawa setelah mereka melakukan kesalahan di surga.
“Rabbana dzalamna anfusana wa illam taghfir lana watarhamna lanakunanna minal khasirin.”
 
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
4.Doa Istighfar Nabi Yunus AS
Ini adalah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Yunus AS ketika berada dalam perut ikan.
“La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzalimin.”
“Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Anbiya: 87)
5.Doa Istighfar Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW juga sering beristighfar dengan doa berikut, khususnya di akhir shalat atau ketika merenung.
“Astaghfirullah al-adzim alladzi la ilaha illa huwa al-hayyul-qayyum wa atubu ilaih.”
“Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya.”
6.Doa Istighfar dalam Shalat Taubat
Doa ini dibaca khusus saat melaksanakan shalat taubat, memohon ampunan atas dosa yang telah dilakukan.
“Astaghfirullaha alladzi la ilaha illa huwa al-hayyul qayyum wa atubu ilaih. Ya Allah, ampunilah dosaku yang telah aku lakukan baik yang besar maupun yang kecil, baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja.”
7.Istighfar untuk Memohon Keteguhan Iman
Ini adalah bentuk istighfar untuk memohon agar dijauhkan dari godaan setan dan diberikan keteguhan iman.
“Astaghfirullah al-‘adzim wa as’aluka bi rahmatika ya arhamarrahimin, an tuqawwiyani wa tuayyidani.”
“Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, dan aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang, agar Engkau menguatkanku dan meneguhkanku.”
 
Semoga doa-doa ini membantu dalam membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
 
Dalam tradisi makrifat Syiah, istighfar dipandang bukan hanya sebagai permintaan ampunan, tetapi juga sebagai proses spiritual yang mendalam yang membersihkan hati, mempersiapkan jiwa untuk menerima cahaya Ilahi, dan membawa seseorang menuju kedekatan dengan Allah.
 
Dalam tradisi Syiah, istighfar juga dipandang sangat penting sebagai sarana untuk membersihkan diri dari dosa dan mendekatkan diri kepada Allah. Berikut adalah beberapa doa istighfar dari perspektif tradisi Syiah yang sering dibaca untuk memohon ampunan:
 
1.Istighfar Imam Ali Zainal Abidin dalam Shahifah Sajjadiyah
Dalam Shahifah Sajjadiyah, Imam Ali Zainal Abidin AS memanjatkan banyak doa, salah satunya doa istighfar untuk memohon ampunan dosa-dosa.
“Allahumma inni a’tadziru ilaika min jahlî, wa a’tadziru ilaika min zulmi nafsî, wa atubû ilaika ya rabbi min kulli ma yukhalifu ridhaka ’anni ya arhamar-rahimin.”
“Ya Allah, aku memohon maaf kepada-Mu atas kejahilanku, dan aku memohon ampunan kepada-Mu atas kezalimanku terhadap diriku sendiri. Aku bertobat kepada-Mu, wahai Tuhanku, dari segala sesuatu yang bertentangan dengan keridhaan-Mu dariku, wahai Yang Maha Penyayang di antara yang penyayang.”
2.Doa Kumayl
Doa Kumayl, yang diriwayatkan oleh Imam Ali AS kepada sahabatnya, Kumayl bin Ziyad, adalah doa istighfar dan taubat yang sangat mendalam dan sering dibaca pada malam Jumat.
“Allahumma inni asaluka birahmatika allati wasi’at kulla shay’in, wa biquwwatika allati qaharata biha kulla shay’in, wa khadha’a laha kullu shay’in, wadhalla laha kulla shay’in, wa bijabarutika allati ghalabta biha kulla shay’in, wa bi’izzatika allati la yaqumu laha shay’un, wa bi’azamatika allati mala’at kulla shay’in, wa bisultanika alladhi ‘ala kulla shay’in, wa biwajhika albaqi ba’da fana’i kulla shay’in, wa bismatika allati malat arkana kulla shay’in, wa bi’ilmika alladhi ahata bi kulli shay’in, wa binur wajhika alladhi adha’a lahu kullu shay’in.”
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, dan dengan kekuatan-Mu yang dengannya Engkau mengalahkan segala sesuatu, dan dengan kekuasaan-Mu yang dengannya seluruh makhluk tunduk kepada-Mu, dan dengan keagungan-Mu yang memenuhi seluruh penjuru, dan dengan kekuasaan-Mu yang tiada batasannya, dan dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari segala sesuatu.”
3.Doa Tawassul untuk Memohon Ampunan melalui Ahlul Bait
Dalam tradisi Syiah, doa Tawassul sering dibaca untuk memohon ampunan dengan bertawassul (meminta perantaraan) kepada Ahlul Bait.
“Allahumma inni as’aluka wa atawajjahu ilaika binabiyyika nabi ar-rahmah, Muhammad shallallahu ’alayhi wa aalihi, ya Muhammad, ya Rasulallah, inni atawajjahu bika ila Allahi rabbi warabbika liyaghfira li dhunubi.”
 
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dan bertawassul kepada-Mu dengan perantaraan Nabi-Mu, Nabi rahmat, Muhammad SAW, ya Muhammad, ya Rasul Allah, aku bertawassul melalui-Mu kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, agar Dia mengampuni dosa-dosaku.”
4.Doa Istighfar untuk Kesalahan yang Tidak Disadari
Para Imam Syiah juga mengajarkan agar selalu meminta ampunan atas dosa-dosa yang tidak disadari atau terlupa.
“Allahumma ighfir li dhunubi allati la ya’lamuha ghayruka, wa tub ‘alayya innaka anta at-tawwabur-rahim.”
 
“Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali Engkau, dan terimalah tobatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang.”
5.Doa Istighfar Imam Ali AS untuk Memohon Kesucian Jiwa
Imam Ali AS memiliki banyak doa istighfar yang mengungkapkan kerendahan hati dan permohonan ampunan.
“Astaghfirullaha alladhi la ilaha illa huwa, al-hayyul qayyum, ar-rahmanur-rahim, dhul-jalali wal-ikram, wa as’aluhu an yatuba ‘alayya tawbatan nasuha.”
 
“Aku memohon ampun kepada Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik Kemuliaan dan Kehormatan, dan aku memohon kepada-Nya untuk menerima tobatku dengan tobat yang sebenar-benarnya.”
 
Doa-doa ini adalah ungkapan mendalam dalam tradisi Syiah untuk membersihkan jiwa, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah. Semoga doa-doa ini bermanfaat dalam meraih ampunan Allah SWT.
 
Manfaat-manfaat Istighfar
 
Istighfar, atau permohonan ampun kepada Allah, memiliki banyak manfaat baik secara spiritual maupun praktis dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa manfaat istighfar:
 
1.Pengampunan Dosa
Istighfar merupakan cara untuk meminta ampunan dari Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan, baik yang disengaja maupun tidak. Allah menjanjikan bahwa Dia akan mengampuni hamba-Nya yang bertaubat dengan tulus.
2.Pembersihan Jiwa dan Hati
Dengan beristighfar, seseorang membersihkan jiwanya dari kotoran dosa dan kesalahan. Ini membantu menjaga hati tetap bersih dan terhindar dari perasaan negatif seperti rasa bersalah, penyesalan, dan kebencian.
3.Mendapatkan Rahmat dan Berkah Allah
Istighfar membawa rahmat dan berkah dari Allah. Allah berjanji bahwa mereka yang sering beristighfar akan diberikan limpahan nikmat dan rezeki yang tidak terduga.
4.Mendekatkan Diri kepada Allah
Proses istighfar adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki diri, seseorang akan merasakan kedekatan yang lebih dengan Sang Pencipta.
5.Menghindarkan Diri dari Azab
Dalam banyak ayat Al-Qur’an, Allah mengaitkan istighfar dengan perlindungan dari azab. Mereka yang beristighfar akan terhindar dari siksa akibat dosa-dosa yang mereka lakukan.
6.Mendapatkan Petunjuk dan Hidayah
Istighfar dapat membuka pintu hidayah dan petunjuk dari Allah. Ketika seseorang berusaha untuk kembali kepada-Nya dengan tulus, Allah akan membimbingnya ke jalan yang benar.
7.Ketenangan Batin
Beristighfar memberikan ketenangan dan kedamaian dalam hati. Saat seseorang merasa telah membersihkan diri dari dosa, ia akan merasakan ketenangan jiwa yang mendalam.
8.Meningkatkan Kualitas Ibadah
Dengan beristighfar, seseorang dapat meningkatkan kualitas ibadahnya. Hati yang bersih dan jiwa yang tenang akan lebih mudah khusyuk dalam beribadah.
9.Perbaikan Hubungan dengan Sesama
Istighfar tidak hanya berdampak pada hubungan dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia. Dengan berusaha untuk meminta ampunan dan memperbaiki diri, seseorang akan lebih mampu menjaga hubungan baik dengan orang lain.
10.Membantu Menghadapi Kesulitan
Istighfar dapat menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi ujian dan kesulitan. Allah menjanjikan bahwa orang yang beristighfar akan diberikan jalan keluar dan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
11.Mendatangkan Kebaikan dan Kesuksesan
Dalam Al-Qur’an, Allah menjanjikan bahwa istighfar akan mendatangkan kebaikan dan kesuksesan dalam hidup. Orang yang sering beristighfar akan menemukan kemudahan dalam urusan dunia dan akhirat.
12.Membantu Menjaga Diri dari Dosa di Masa Depan
Dengan beristighfar, seseorang akan lebih menyadari kesalahan dan akan berusaha untuk tidak mengulangi dosa yang sama. Hal ini membantu dalam menjaga diri dari perbuatan yang tidak disukai Allah.
 
Istighfar adalah suatu amalan yang sangat berharga dalam Islam, dan manfaatnya dirasakan baik di dunia maupun di akhirat. Melalui istighfar, seorang hamba dapat memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan meraih kebahagiaan sejati.
 
Kisah-kisah Istighfar
 
Berikut adalah beberapa kisah yang menggambarkan keutamaan istighfar dan bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan seseorang:
 
1. Kisah Nabi Adam AS
Setelah Nabi Adam AS dan istrinya Hawa memakan buah dari pohon yang dilarang oleh Allah, mereka merasa bersalah dan bersembunyi. Dalam keadaan tersebut, mereka segera memohon ampunan kepada Allah. Mereka berdoa dengan istighfar:
 
“Rabbana dzalamna anfusana wa illam taghfir lana watarhamna lanakunanna minal khasirin.”
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
 
Allah menerima tobat mereka, menunjukkan bahwa istighfar dapat menghapus dosa dan mengembalikan hubungan yang baik dengan-Nya.
 
2. Kisah Nabi Yunus AS
Nabi Yunus AS, setelah meninggalkan kaumnya dan merasa putus asa, terjebak dalam perut ikan. Dalam kegelapan tersebut, beliau beristighfar dan berdoa:
 
“La ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadz dzalimin.”
“Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Anbiya: 87)
 
Karena istighfarnya yang tulus, Allah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan dan mengembalikannya ke kaumnya, mengajarkan kita bahwa tidak ada yang lebih besar dari rahmat Allah dan istighfar bisa menjadi jalan keluar dari kesulitan.
 
3. Kisah Seorang Mukmin yang Dosa Besar
Ada seorang mukmin yang pernah melakukan banyak dosa, termasuk dosa besar. Dia merasa sangat terpuruk dan tidak percaya bahwa Allah akan mengampuninya. Namun, suatu malam dia terbangun dan merasa tergerak untuk beristighfar. Dia terus berdoa kepada Allah dengan penuh penyesalan.
 
Setelah beberapa waktu, dia bermimpi bertemu dengan seorang ulama yang memberitahunya bahwa Allah telah mengampuni semua dosanya karena ketulusan hatinya dalam beristighfar. Setelah itu, hidupnya berubah drastis. Dia menjadi orang yang rajin beribadah dan membantu sesama. Kisah ini menunjukkan bahwa Allah selalu siap mengampuni hamba-Nya yang bertaubat, tidak peduli seberapa besar dosa yang telah dilakukan.
 
4. Kisah Imam Ali AS
Imam Ali AS dikenal sebagai sosok yang sangat tawadhu dan sering beristighfar. Dalam suatu kesempatan, beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya:
“Saya tidak pernah merasa aman dari tipu daya Allah, bahkan jika satu saat dalam hidup saya. Setiap hari saya beristighfar kepada Allah, karena saya tidak tahu mana di antara perbuatan saya yang diterima dan mana yang ditolak.”
 
Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya sikap tawadhu dan kesadaran akan dosa. Istighfar menjadi bagian integral dari kehidupan seorang pemimpin yang adil dan bijaksana seperti Imam Ali AS.
 
5. Kisah Seorang Penyanyi
Ada seorang penyanyi terkenal yang hidup dalam dunia kemewahan dan kesenangan, tetapi dia merasa kosong di dalam hatinya. Suatu malam, dia melihat seorang hamba Allah yang sedang berdoa dan beristighfar dengan penuh harapan. Dia merasa tergerak dan mulai mengingat dosanya. Dia menyesali kehidupannya dan mulai beristighfar.
 
Dia meninggalkan kehidupan glamor dan beralih ke jalan yang lebih baik, menggunakan bakatnya untuk menyebarkan pesan positif. Melalui istighfar, dia menemukan tujuan hidup yang sebenarnya dan mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
 
6. Kisah Seorang Raja
Seorang raja yang zalim menganiaya banyak rakyatnya dan melakukan berbagai macam kejahatan. Suatu malam, ia terbangun dari tidurnya dan merasa sangat bersalah atas semua perbuatan buruknya. Dia beristighfar dengan sepenuh hati dan berdoa agar Allah mengampuninya.
 
Setelah itu, dia bertekad untuk memperbaiki kesalahannya, memulihkan hak rakyatnya, dan memimpin dengan adil. Istighfar yang tulus mengubah hidupnya dan membawa keadilan bagi rakyatnya.
 
Kesimpulan ; Kisah-kisah ini menggambarkan bagaimana istighfar dapat menjadi sumber perubahan yang besar dalam hidup seseorang, tidak peduli seberapa besar kesalahan yang telah dilakukan. Istighfar adalah pintu untuk mendapatkan ampunan, rahmat, dan hidayah dari Allah. Ini mengingatkan kita semua akan pentingnya selalu beristighfar dan memperbaiki diri dalam perjalanan hidup kita.
 
Berikut adalah beberapa kisah istighfar yang diambil dari tradisi dan ajaran Syiah, yang menunjukkan pentingnya istighfar dalam kehidupan seorang hamba dan bagaimana hal itu bisa membawa perubahan positif:
 
1. Kisah Nabi Muhammad SAW dan Istighfar
Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam hal istighfar. Dalam satu riwayat, diceritakan bahwa beliau sering beristighfar hingga seratus kali dalam sehari. Suatu ketika, seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau beristighfar sebanyak itu padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?”
 
Rasulullah menjawab, “Sungguh, aku adalah hamba yang bersyukur, dan istighfar adalah bagian dari syukurku kepada Allah.” Ini menunjukkan betapa pentingnya istighfar, bahkan bagi seorang Nabi, sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyadari sifat manusia yang tidak lepas dari dosa.
 
2. Kisah Imam Ali AS
Imam Ali AS dikenal sebagai sosok yang sangat tawadhu dan selalu meminta ampunan kepada Allah. Dalam suatu kesempatan, beliau melihat seorang wanita yang menangis di sudut masjid. Ketika ditanya, wanita itu mengaku telah melakukan banyak dosa. Imam Ali AS mendekatinya dan berkata:
 
“Janganlah engkau putus asa dari rahmat Allah. Bacalah istighfar dengan sepenuh hati dan yakinlah bahwa Allah akan mengampuni dosamu. Dia adalah Maha Pengampun, dan kasih sayang-Nya lebih besar daripada semua dosa yang kamu lakukan.”
 
Wanita tersebut mengikuti nasihat Imam Ali AS, beristighfar dengan sungguh-sungguh, dan merasakan ketenangan dalam hatinya. Ini menunjukkan betapa istighfar dapat mengubah hidup seseorang dan memberikan harapan baru.
 
3. Kisah Zainab binti Ali
Zainab binti Ali, putri Imam Ali AS dan Fatimah az-Zahra, dikenal sebagai sosok yang kuat dan berani. Setelah tragedi Karbala, di mana banyak keluarganya yang syahid, Zainab menghadap ke penguasa Yazid bin Muawiyah. Dalam keadaan yang penuh kesedihan dan kesulitan, dia terus berdoa dan beristighfar, memohon kekuatan dari Allah.
 
Di hadapan penguasa, Zainab dengan berani menyampaikan kebenaran dan mengingatkan tentang keadilan Allah. Istighfar yang dilakukannya memberikan kekuatan batin yang luar biasa, membantunya untuk tetap teguh meskipun dalam situasi yang sangat sulit. Kisah ini menggambarkan bahwa istighfar bukan hanya sekadar memohon ampun, tetapi juga merupakan sumber kekuatan dalam menghadapi ujian hidup.
 
4. Kisah Seorang Ulama Tua
 
Seorang ulama tua dalam tradisi Syiah pernah bercerita tentang masa mudanya ketika ia terlibat dalam berbagai kesalahan. Ia menghabiskan waktu di tempat-tempat yang tidak baik dan terjerumus dalam dosa. Suatu malam, setelah melakukan kesalahan besar, ia merasa sangat bersedih dan terpuruk.
 
Dalam keputusasaannya, ia bangkit dan berdoa dengan sepenuh hati, beristighfar kepada Allah. Ia menyesali perbuatannya dan bertekad untuk berubah. Setelah beristighfar, ia merasakan ketenangan yang luar biasa, dan hidupnya mulai berubah. Ia beralih ke jalur yang lebih baik dan menjadi seorang ulama yang dihormati dan dicintai oleh masyarakat.
 
5. Kisah Seorang Pembunuh yang Bertaubat
Ada kisah seorang pembunuh yang sangat terkenal dalam masyarakat. Ia melakukan banyak kejahatan dan merasa tidak ada harapan untuk diampuni. Suatu malam, saat ia merenung, dia mendengar sebuah ceramah tentang rahmat Allah yang tiada batas dan kekuatan istighfar. Terdorong oleh nasihat tersebut, ia mulai beristighfar dengan penuh penyesalan.
 
Setelah beberapa waktu, ia merasakan perubahan dalam hatinya. Ia memutuskan untuk menyerahkan diri dan bertaubat. Berkat istighfar yang tulus, ia diterima kembali oleh masyarakat dan diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki hidupnya.
 
Kesimpulan ; Kisah-kisah ini menggambarkan bagaimana istighfar dalam tradisi Syiah menjadi sarana untuk memohon ampunan, mendapatkan hidayah, dan memperbaiki diri. Istighfar bukan hanya tentang meminta maaf, tetapi juga tentang kesadaran, perubahan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni selama seseorang memiliki niat yang tulus untuk bertobat.
 
Dan Doa Memohon Maaf atas Perbuatan Jelek pada Manusia dan Kekurangan dalam Memenuhi Hak-hak mereka
 
Doa setiap selesai Sholat di bulan Romadhon
Nabi Bersabda: “Barangsiapa yang membaca doa (dibawah ini) setiap selesai sholatnya yang lima waktu di Romadhon maka Allah akan mengampuni dosanya hingga Hari Kiamat”. (Kitab Mafatihul Jinan, hal. 238) 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اَللّـهُمَّ اَدْخِلْ عَلى اَهْلِ الْقُبُورِ السُّرُورَ اَللّـهُمَّ اَغْنِ كُلَّ فَقير، اَللّـهُمَّ اَشْبِعْ كُلَّ جائِع، اَللّـهُمَّ اكْسُ كُلَّ عُرْيان، اَللّـهُمَّ اقْضِ دَيْنَ كُلِّ مَدين، اَللّـهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوب، اَللّـهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريب، اَللّـهُمَّ فُكَّ كُلَّ اَسير، اَللّـهُمَّ اَصْلِحْ كُلَّ فاسِد مِنْ اُمُورِ الْمُسْلِمينَ، اَللّـهُمَّ اشْفِ كُلَّ مَريض، اللّهُمَّ سُدَّ فَقْرَنا بِغِناكَ، اَللّـهُمَّ غَيِّر سُوءَ حالِنا بِحُسْنِ حالِكَ، اَللّـهُمَّ اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَاَغْنِنا مِنَ الْفَقْرِ، اِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيء قَديرٌ .
Bismillâhirrohmânir-rohîmi, Allâhumma sholli ‘alâ Muhammadin wa âli muhammadin, Allâhumma ad-hil ‘alâ ahlil qubûris surûr, Allâhumma aghnî kulla faqîr, Allâhummas bi’ kulla jâi’, Allâhummaksu kulla ‘uryân, Allâhummaq-dhi daina kulla madîn, Allâhumma farrij ‘an kulli makrûb, Allâhumma rudda kulla ghorîb, Allâhumma fukka kulla asîr, Allâhum mash-lih kulla fâsidin min umûril muslimîn, Allâhummasyfi kulla marîd, Allâhumma sudda faqrona bi ghinâk, Allâhumma ghoyyir sû â hâ-linâ bihusni hâ-lika Allâhummaq-dhî ‘annâd dainna Wa aghninâ minal faqri innaka ‘alâ kulli syai in qodîr
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah curahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarganya. Ya Allah masukkan kebahagiaan kepada para penghuni kubur. Ya Allah, kayakanlah semua yang fakir. Ya Allah kenyangkanlah semua yang lapar. Ya Allah berikanlah pakaian pada semua yang telanjang, Ya Allah tunaikanlah hutang semua yang berhutang. Ya Allah lapangkanlah setiap orang yang menderita kesulitan. Ya Allah bebaskanlah semua yang tertawan. Ya Allah kembalikan orang-orang yang hilang. Ya Allah perbaikilah semua yang rusak dari urusan kaum Muslimin. Ya Allah sembuh-kanlah semua yang sakit. Ya Allah tutupilah kemiskinan kami dengan kekayaan-Mu. Ya Allah ubahlah keburukan keadaan kami dengan sebaik-baik keadaan-Mu. Ya Allah tunaikanlah hutang-hutang kami dan bebaskanlah kami dari kemiskinan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 
 
Doa Imam Ali bin Husein Zainal Abidin Assajjad as.
 
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ 
وَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
1, اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ مِنْ مَظْلُومٍ ظُلِمَ بِحَضْرَتِي فَلَمْ أَنْصُرْهُ‏
2, وَ مِنْ مَعْرُوفٍ أُسْدِيَ إِلَيَّ فَلَمْ أَشْكُرْهُ
3, وَ مِنْ مُسِي‏ءٍ اعْتَذَرَ إِلَيَّ فَلَمْ أَعْذِرْهُ‏
4, وَ مِنْ ذِي فَاقَةٍ سَأَلَنِي فَلَمْ أُوثِرْهُ
5, وَ مِنْ حَقِّ ذِي حَقٍّ لَزِمَنِي لِمُؤْمِنٍ فَلَمْ أُوَفِّرْهُ‏
6, وَ مِنْ عَيْبِ مُؤْمِنٍ ظَهَرَ لِي فَلَمْ أَسْتُرْهُ
7, وَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ عَرَضَ لِي فَلَمْ أَهْجُرْهُ‏
أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ - يَا إِلَهِي - مِنْهُنَّ وَ مِنْ نَظَائِرِهِنَّ اعْتِذَارَ نَدَامَةٍ يَكُونُ وَاعِظاً لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنْ أَشْبَاهِهِنَ‏
فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ اجْعَلْ نَدَامَتِي عَلَى مَا وَقَعْتُ فِيهِ مِنَ الزَّلاَّتِ‏
وَ عَزْمِي عَلَى تَرْكِ مَا يَعْرِضُ لِي مِنَ السَّيِّئَاتِ تَوْبَةً تُوجِبُ لِي مَحَبَّتَكَ يَا مُحِبَّ التَّوَّابِينَ‏
 
Bismillâhirrohmânirrohîm, 
Allâhumma sholli muhammadin wa-âlihi, 
Allâhumma innî a’tadziru ilayka min mazhlûmin zhulima bihadhroti falam anshurhu, 
wamin ma’rûfin usdiya ilayya falam asykurhu 
wamin musî-i i’tadzaro ilayya falam a’dzirhu 
wamin dzî faqotin sa-alanî falam ûtsirhu 
wamin haqqin dzî haqqin lazimanî limu’minin faman u-affirhu 
wamin ‘aibin mu’minin zhoharo lî falam asturhu 
wamin kulli itsmin ‘arodho lî falam ahjurhu 
a’tadziru ilayka yaa ilâhî minhunna wamin nazhô-irihinna i’tidzâro nadâmatin, 
yakûnu wa-‘izhôman limâ bayna yadayya min asybâ-hihinna 
fasholli ‘alâ muhammadin wa- âlihi, 
waj’al nadâmati ‘alâ mâ waqo’tu fîhi minaz-zallâti 
wa’azmi ‘alâ tarki mâ ya’ridhu lî 
minas-sayyi-âti 
taubatan tûjibu lî mahabbataka 
yâ muhibbat-tawwâbîna 
 
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 
Ya Allah curahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, 
1, Ya Allah daku mohon ampun kepada-Mu dihadapanku ada orang yang dizalimi aku tidak menolongnya, 
2, Kepadaku ada orang berbuat baik aku tidak berterima kasih kepadanya, 
3, orang bersalah sudah meminta maaf kepadaku aku tidak memaafkannya, 
4, orang susah memohon bantuan kepadaku aku tidak menghiraukannya,
5, Ada hak orang mukmin dalam diriku aku tidak memenuhinya, 
6, Tampak didepanku aib Mukmin, aku tidak menyembunyikannya, 
7, dihadapkan kepadaku dosa, aku tidak menghindarinya, 
Ilahi aku mohon ampun dari semua kejelekan itu 
dan yang sejenis dengan itu 
Daku sungguh menyesal, 
Biarlah itu menjadi peringatan 
agar aku tidak berbuat yang sama sesudahnya, 
Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, 
Penyesalanku atas segala kemaksiatan,
Tekadku untuk meninggalkan kedurhakaan, 
Jadikan itu semua taubat 
yang menarik kecintaan-Mu. 
Duhai Dzat yang mencintai orang-orang yang bertaubat
 
Doa istighfar Buat Rezki Berlimpah
 
Dari al-Ridha, dari para leluhurnya, dari Husain (alaihis salam) bahwa seorang Arab Badui datang kepada Ali bin Abi Talib as dan mengadukan kepadanya tentang kemiskinan dan kebutuhan. Maka Imam Ali  as berkata kepadanya: “Perbanyaklah istighfar, wahai Arab Badui, karena Allah, Ta’ala, berfirman: ‘Mintalah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat dan akan memperbanyak harta dan anak-anak kalian, dan Dia akan menjadikan untuk kalian taman-taman dan sungai-sungai.’”
 
Maka Arab Badui itu berkata: “Aku telah banyak beristighfar kepada Allah, namun aku tidak melihat hartaku bertambah.” Ali (salawat Allah alaihi) menjawab: “Mungkin engkau tidak tahu cara yang benar untuk beristighfar.” Dia berkata: “Ajarkan aku, wahai Amirul Mukminin.” Ali berkata: “Wahai Arab Badui, jika engkau pergi ke tempat tidurmu, ucapkanlah:
 
بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللَّهُمَّ اِنّي اَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ ;
1, قَوِيَ عَلَيْهِ بَدَني بِعافِيَتِكَ،
2, اَوْ نالَتْهُ قُدْرَتي بِفَضْلِ نِعْمَتِكَ،
3, اَوْ بَسَطْتُ اِلَيْهِ يَدي بِسابِغِ رِزْقِكَ،
4, اَوِ اتَّكَلْتُ فيهِ عِنْدَ خَوْفي مِنْهُ عَلى اَناتِكَ،
5,  اَوْ وَثِقْتُ فيهِ بِحِلْمِكَ،
6, اَوْ عَوَّلْتُ فيهِ عَلى كَريمِ عَفْوِكَ.
اَللَّهُمَّ اِنّي اَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ ;
1, خُنْتُ فيهِ اَمانَتي،
2, اَوْ نَجَّسْتُ بِفِعْلِهِ نَفْسي،
3, اَوِ احْتَطَبْتُ بِهِ عَلى بَدَني،
4, اَوْ قَدَّمْتُ فيهِ لَذَّتي،
5, اَوْ اثَرْتُ فيهِ شَهْوَتي،
6, اَوْ سَعَيْتُ فيهِ لِغَيْري،
7, اَوِ اسْتَغْوَيْتُ اِلَيْهِ مَنْ تَبِعَني،
8, اَوْ غَلَبْتُ عَلَيْهِ بِفَضْلِ حيلَتي،
9, اَوْ اَحَلْتُ عَلَيْكَ فيهِ مَوْلاىَ،
 
1, فَلَمْ تَغْلِبْني عَلى فِعْلي
2, اِذْ كُنْتَ كارِهاً لِمَعْصِيَتي،
3, لكِنْ سَبَقَ عِلْمُكَ بِفِعْلى،
4, فَحَلُمْتَ عَنّي،
5, لَمْ تُدْخِلْني فيهِ جَبْراً،
6, وَلَمْ تَحْمِلْني عَلَيْهِ قَهْراً، 
7, وَلَمْ تَظْلِمْني فيهِ شَيْئاً.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Ya Allah, curahkan rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada-Mu dari segala dosa;
1.Yang telah membuat tubuhku lemah dengan kesehatan-Mu,
2.Atau yang telah mencapainya dengan kekuasaan-Mu berkat anugerah-Mu,
3.Atau yang telah aku rentangkan tangan ini kepada-Mu dengan limpahan rezeki-Mu,
4.Atau yang aku andalkan kepada-Mu saat aku takut kepadanya dengan kesabaran-Mu,
5.Atau yang aku percayakan kepadanya dengan kebijaksanaan-Mu,
6.Atau yang aku sandarkan kepadanya pada kemurahan-Mu yang mulia.
 
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada-Mu dari segala dosa;
1.Yang telah aku khianati dalam amanahku,
2.Atau yang telah aku cemari jiwaku dengan perbuatan itu,
3.Atau yang telah aku ambil manfaatnya untuk diriku,
4.Atau yang telah aku utamakan kesenanganku dalam hal itu,
5.Atau yang telah aku dorong keinginanku,
6.Atau yang aku usahakan untuk orang lain,
7.Atau yang telah aku sesatkan kepada orang yang mengikuti aku,
8.Atau yang telah aku menangkan dengan kelicikanku,
9.Atau yang aku harapkan kepada-Mu dalam hal ini,
10.Maka Engkau tidak mengalahkanku dalam perbuatanku,
11.Ketika Engkau tidak menyukai kemaksiatanku,
12.Namun Ilmu-Mu mendahului perbuatanku,
13.Maka Engkau bersikap sabar terhadapku,
14.Engkau tidak memaksaku untuk melakukannya,
15.Dan Engkau tidak memaksaku untuk melakukan itu dengan paksaan,
16.Dan Engkau tidak menzalimiku sedikit pun dalam hal itu.
Semoga doa ini membawa berkah dan rezeki yang berlimpah.
 
Imam Ali bin Abi Talib as mengajarkan bahwa cara istighfar yang benar adalah dengan tulus dan konsisten, serta memohon dengan kesadaran penuh akan kelemahan diri dan ketergantungan kepada Allah.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment