Lawan Dominasi China, NATO Siap-Siap Ekspansi ke Indo-Pasifik

M. Gazali - News
10 July 2024 15:45
Bendera NATO

JAKARTA -- Memasuki tahun ketiga perang di Ukraina, aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bersiap memperdalam hubungan dengan empat mitra Indo-Pasifiknya. Meski bukan bagian dari aliansi militer, penguatan hubungan tersebut dilakukan akibat China memiliki hubungan dekat dengan Rusia.

 

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan AS telah berupaya untuk mendobrak batasan antara aliansi Eropa, koalisi Asia, dan mitra lain di seluruh dunia.

 

"Itu bagian dari lanskap baru, geometri baru yang telah kami terapkan," katanya di Brookings Institution pekan lalu, seperti dikutip dari Associated Press, Rabu (10/8/2024).

 

"Makin banyak mitra di Eropa yang melihat tantangan di belahan dunia lain di Asia sebagai hal yang relevan bagi mereka, sama seperti mitra di Asia yang melihat tantangan di belahan dunia lain di Eropa sebagai hal yang relevan bagi mereka," tambahnya.

 

Negara-negara dengan masalah keamanan bersama memperkuat hubungan karena persaingan meningkat antara AS dan China. Washington berusaha mengekang ambisi Beijing untuk menantang tatanan dunia yang dipimpin AS, yang oleh pemerintah Beijing dianggap sebagai mentalitas Perang Dingin untuk menahan kebangkitan negaranya.

 

Baca juga:
Di bawah Moncong Senjata, Warga Palestina Gelar Salat Tarawih di Masjid Al-Aqsa

Pada Senin, Beijing menanggapi dengan marah laporan yang belum dikonfirmasi bahwa NATO dan keempat mitra Indo-Pasifiknya diharapkan merilis dokumen yang memaparkan hubungan dan kemampuan mereka untuk menanggapi bersama ancaman dari serangan siber dan disinformasi.

 

"NATO melanggar batasnya, memperluas mandatnya, melampaui zona pertahanannya, dan memicu konfrontasi," tuduh Lin Jian, juru bicara kementerian luar negeri China.

 

Perang di Ukraina, yang telah mengadu domba Barat dengan Rusia dan sekutu-sekutunya, telah memperkuat argumen untuk kerja sama yang lebih erat antara AS, Eropa, dan sekutu-sekutu mereka di Asia.

 

AS dan Korea Selatan menuduh Pyongyang memasok amunisi kepada Rusia, sementara Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Korea Utara bulan lalu dan menandatangani pakta dengan pemimpin Kim Jong Un terkait bantuan militer bersama.

 

Sementara itu, Korea Selatan dan Jepang mengirimkan perlengkapan dan bantuan militer ke Ukraina. AS juga mengatakan bahwa China menyediakan peralatan mesin, mikroelektronika, dan teknologi lain kepada Rusia yang memungkinkannya membuat senjata untuk digunakan melawan Ukraina. (*)


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment