
Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Baca juga:
Pesawat Singapore Airlines Alami Insiden, Bandara Narita Jepang Terpaksa Tutup
“لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” (QS At-Tīn: 4) secara harfiah berarti:”Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya (penciptaan/struktur/komposisi).”
Makna dari ayat ini menurut berbagai pendekatan tafsir – dari zahir hingga hakikat:
1. Kesempurnaan Fisik
Manusia diciptakan dalam bentuk tubuh terbaik, dibanding makhluk lain: tegak lurus, seimbang, proporsional, dan indah secara visual maupun fungsional.
2. Kesempurnaan Rohani
Ibn ‘Ashur dan Raghib al-Isfahani menyebut:”Aḥsan taqwīm” bukan sekadar bentuk lahir, tapi struktur batin manusia yang bisa menampung akal, ruh, dan potensi kedekatan dengan Allah.
3. Potensi Ilahiyah (Khalifatullah)
Menurut mufasir Syiah seperti Allamah Thabathaba’i (al-Mīzān), makna terdalamnya adalah:Manusia dicipta dalam struktur untuk mewakili sifat-sifat Allah di bumi – yaitu sebagai khalīfah.
4. Perpaduan Dunia dan Akhirat
Insan adalah satu-satunya makhluk yang memadukan dua unsur: jasad tanah dan ruh Ilahi (“nafakhtu fīhi min rūḥī”). Ini adalah bentuk “taqwīm” terbaik.
5. Akal dan Kebebasan Memilih
“Aḥsan taqwīm” adalah akal dan irādah (kemampuan memilih antara baik dan buruk). Malaikat tunduk, hewan dikendalikan naluri, tapi manusia punya potensi naik atau turun.
6. Jalan Menuju Kesempurnaan
Menurut ahli makrifat, ayat ini adalah isyarat bahwa manusia adalah makhluk “mumkin al-kamāl”, yakni makhluk yang memiliki potensi tak terbatas untuk mendekat kepada Tuhan.
7. Cermin Nama-Nama Allah
Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as): “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam atas citra-Nya.”Artinya manusia punya kemampuan memanifestasikan nama-nama Allah (Alim, Hakim, Rahman, dll.) dalam batas makhluk.
8. Ujian Kehidupan
“Aḥsan taqwīm” juga berarti dipersiapkan dengan semua alat ujian: nafsu, akal, tubuh, dan waktu hidup. Maka dari itu ayat setelahnya: “ثم رددناه أسفل سافلين…” – bisa jatuh jika gagal.
9. Pintu Menuju Ma‘rifat
Menurut arifin seperti Mulla Sadra dan Sayyid Haidar Amuli, manusia adalah mikrokosmos (al-‘ālam aṣ-ṣaghīr). Mengenal diri adalah pintu menuju ma‘rifat Allah.
10. Wujud Insān Kāmil (Manusia Paripurna)
Ayat ini dalam pandangan hakikat merujuk pada “insān kāmil”, yaitu pribadi seperti Nabi Muhammad (saw) dan para imam maksum, yang merupakan realisasi tertinggi dari “aḥsan taqwīm”.
Makna ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” menurut Al-Qur’an berdasarkan pendekatan tematik dan ayat-ayat lain yang mendukungnya:
1. Ciptaan Terbaik Secara Fisik
QS. Al-Mu’minun: 14
“فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ”
Manusia dicipta dengan struktur tubuh yang sempurna – proporsional, indah, dan fungsional.
2. Diberi Ruh dari Allah
QS. Al-Hijr: 29
“فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي…”
Kesempurnaan manusia bukan hanya fisik, tetapi karena ditiupkan ruh Ilahi ke dalamnya.
3. Diberi Akal; QS. Al-A‘raf: 179
”…لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا…”
Manusia diberi akal untuk memahami, berbeda dari makhluk lain.
4. Kedudukan Sebagai Khalifah
QS. Al-Baqarah: 30
“إني جاعل في الأرض خليفة”
Struktur terbaik itu dipersiapkan agar manusia mampu menjadi wakil Tuhan di bumi.
5. Diberi Kemuliaan; QS. Al-Isra: 70
“وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ…”
Kesempurnaan bentuk ini adalah bagian dari penghormatan Allah kepada manusia.
6. Diberi Pilihan dan Amanah
QS. Al-Ahzab: 72
“إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ…”
Manusia punya bentuk dan batin yang kuat sehingga mampu memikul amanah dari Allah.
7. Potensi untuk Tumbuh dan Menjadi Lebih Baik
QS. Asy-Syams: 7–9
“فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا…”
Bentuk terbaik ini termasuk kecenderungan batin untuk memilih jalan yang benar.
8. Puncak Penciptaan; QS. At-Tīn: 4
“لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ”
Ini ayat inti – menyatakan manusia sebagai puncak penciptaan Allah, sebelum potensi itu diuji.
9. Cermin dari Nama-nama Allah
QS. Al-Baqarah: 31
“وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا…”
Kesempurnaan insan termasuk kemampuan menerima ilmu langsung dari Tuhan, sebagai cerminan nama-nama-Nya.
10. Tunduknya Makhluk Lain kepada Manusia;QS. Al-Jatsiyah: 13
“وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ…”
Struktur terbaik ini menjadikan manusia sebagai pusat alam, yang kepadanya makhluk lain ditundukkan.
Makna ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” (QS At-Tīn: 4) menurut hadis Nabi Muhammad (saw)
1. Manusia Diciptakan dengan Citra Allah; Nabi Muhammad (saw):
“إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ”
“Allah menciptakan Adam menurut citra-Nya.”(HR. Muslim, juga diriwayatkan dalam literatur Syiah dengan makna batin)
Makna: Insan adalah makhluk yang paling mencerminkan sifat-sifat Ilahi.
2. Makhluk Paling Dimuliakan
Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as):
الإنسان هو الحجة البالغة على الخلق،
وهو الكائن الجامع لكل ما في العالمين.”
“Manusia adalah hujjah paling sempurna atas makhluk; ia menghimpun segala yang ada di dua alam.”(Mīzān al-Ḥikmah)
Makna: Manusia adalah mikrokosmos dari alam semesta – puncak penciptaan.
3. Akal sebagai Hakikat Taqwīm
Nabi (saw):
ما قسم الله للعباد شيئاً أفضل من العقل.”
“Tidak ada pemberian Allah yang lebih utama daripada akal.”
Makna: Kesempurnaan struktur insan adalah karena diberi akal yang dapat mengenal Allah.
4. Insan sebagai Amanah Allah
Nabi (saw): تحمل الإنسان الأمانة، وإنه كان ظلوماً جهولاً.” Rujuk ke QS. al-Ahzab: 72 dalam konteks hadis)
Makna: Allah mempercayakan amanah eksistensial kepada manusia karena bentuk dan jiwanya paling sempurna.
5. Potensi Naik dan Turun
Nabi (saw):
“من عرف نفسه فقد عرف ربه.”
“Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.”
Makna: Manusia diciptakan dalam “aḥsan taqwīm” untuk mengenal Tuhannya, tapi bisa jatuh ke “asfal sāfilīn” jika lalai.
6. Kekuatan Ruh Ilahi
Imam Ali (as): أتزعم أنك جرم صغير وفيك انطوى العالم الأكبر؟”
“Engkau kira dirimu benda kecil, padahal padamu terlipat alam semesta.”(Nahjul Balaghah)
Makna: Aḥsan taqwīm mencakup daya rohani yang menembus alam.
7. Kebebasan Memilih sebagai Kemuliaan; Nabi (saw):
الخلق عيال الله،
فأحبهم إلى الله أنفعهم لعياله.”
“Makhluk adalah keluarga Allah; yang paling dicintai-Nya adalah yang paling bermanfaat bagi mereka.” Makna: Kemuliaan insan dalam bentuk dan fungsi sosial – sebagai pembawa rahmat.
8. Tujuan dari Penciptaan
Hadis Qudsi:
“كنت كنزاً مخفيا
فأحببت أن أُعرف فخلقت الخلق.”
“Aku adalah perbendaharaan tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan makhluk.”
Makna: Manusia sebagai aḥsan taqwīm adalah jalan bagi makrifatullah.
9. Insan Kāmil sebagai Tafsir Tertinggi; Imam Ali (as):
“نحن الصنايع ربنا،
والخلق بعدُ صنايع لنا.”
“Kami (Ahlul Bait) adalah ciptaan langsung Tuhan, dan seluruh makhluk adalah ciptaan melalui kami.” Makna: Wujud sempurna ayat ini tercermin dalam Nabi dan para Imam, yang disebut Insān Kāmil.
10. Sujud Malaikat pada Adam
Hadis menafsirkan QS. al-Baqarah: 34; فسجدوا إلا إبليس…”
Makna: Struktur ruhani dan jasmani manusia lebih tinggi dari malaikat, sehingga layak disujudi (secara simbolik).
Makna ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” (QS At-Tīn: 4) menurut hadis-hadis Ahlul Bayt (as),
1. Makhluk Berwujud Ilahi (Surat Ilahi); Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as):
إنّ الله خلق الإنسان على صورته، فجعله حياً، عالماً، قادراً، سميعاً، بصيراً، مدبّراً.”
“Allah menciptakan manusia atas bentuk-Nya: hidup, mengetahui, berkuasa, mendengar, melihat, dan mampu mengatur.”(Miṣbāḥ al-Sharī‘ah) Makna: “Ahsan Taqwīm” berarti citra Ilahi dalam diri manusia.
2. Gabungan Alam Malakūt dan Jabarūt; Imam Ali (as):
جمع فيه بين صفات الملائكة والطين.”
“(Allah) menggabungkan pada manusia sifat-sifat malaikat dan tanah (materi).” Makna: Manusia diciptakan sebagai jembatan antara dunia ruhani dan jasmani.
3. Potensi Menjadi Insān Kāmil
Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as):
الإنسان الكامل هو الذي اكتملت فيه قوى النفس الأربع.”
“Insan kamil adalah yang menyempurnakan keempat jenis jiwa.”(Kasykul al-Bahā’ī, riwayat Kumail) Makna: “Ahsan Taqwīm” adalah kesempurnaan struktur ruhani empat jiwa: nabātiyyah, ḥayawāniyyah, naṭiqah, dan ilāhiyyah.
4. Tempat Tajalli Nama-nama Allah
Imam al-Sajjad (as): Dalam Munājāt al-‘Ārifīn
“…واجعلني من الذين تجلّيت لهم بأنوارك، فعبدتك وأخلصوا لك”
”…Jadikan aku dari mereka yang Engkau tampakkan cahaya-Mu, lalu mereka menyembah-Mu dengan ikhlas.” Makna: Wujud manusia adalah wadah tajalli sifat-sifat Allah.
5. Wujud yang Mampu Mengenal Tuhan; Imam al-Sadiq (as):
“من عرف نفسه، فقد عرف ربه.”
“Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.”
Makna: Manusia memiliki struktur terbaik untuk makrifatullah.
6. Kapasitas Menanggung Amanah
Imam Ali (as): حُمل الإنسان الأمانة لأنه خُلق في أحسن تقويم.”
Makna: Ahsan Taqwīm adalah kemampuan batin untuk memikul amanah Ilahi yang ditolak langit dan bumi (QS. Al-Ahzab: 72).
7. Ruh Ilahi dalam Insan
Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as):
“في الإنسان نفخة من روح الله،
بها يكون عارفاً، حكيماً، صابراً.”
Makna: Kesempurnaan insan berasal dari nafkhah ruh Ilahi, bukan hanya fisik.
8. Kekuatan Menundukkan Alam
Imam Ali (as): سخرت له الكائنات، وأذللت له المخلوقات.”
Makna: Karena Ahsan Taqwīm, manusia diberi kemampuan untuk mengelola ciptaan lainnya.
9. Tingkat Kemuliaan Lebih dari Malaikat; Imam al-Ridha (as):
“الملائكة سجدوا لآدم لما رأوا
نور محمد وآله في جبهته.”
“Para malaikat sujud kepada Adam karena mereka melihat cahaya Muhammad dan keluarganya di dahinya.”Makna: Manusia sempurna melampaui malaikat, karena mengandung cahaya nubuwah dan wilayah.
10. Struktur Potensial: Naik atau Jatuh; Imam Ali (as):
بين الإنسان والبهيمة عقل،
فإذا ذهب العقل، صار كأدنى منها.”
Makna: Ahsan Taqwīm adalah potensi; tanpa akal dan iman, manusia bisa jatuh ke “asfal sāfilīn”.
Makna ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” (QS At-Tīn: 4) menurut para mufasir (ahli tafsir);
1. Bentuk Fisik Terbaik
Tafsir al-Ṭabarī & al-Baghawī:
Makna “Ahsan Taqwīm” adalah rupa dan struktur tubuh manusia yang paling sempurna dibanding makhluk lain: tegak, proporsional, dan mulia.
2. Penciptaan yang Paling Sempurna dalam Fitnah dan Akal
Tafsir al-Rāzī (Mafātīḥ al-Ghayb):
Taqwīm terbaik mencakup:
•postur tubuh,
•akal dan intelek,
•kemampuan berbicara, dan
•kekuatan moral dan spiritual.
3. Potensi untuk Kesempurnaan Ruhani; Tafsir al-Ṭūsī (Syiah):
Allah menciptakan manusia dengan struktur ruhani yang memungkinkan mencapai ma‘rifah dan kedekatan Ilahi.
4. Kemampuan untuk Menjadi Khalifah; Tafsir al-Qummī (Syiah):
Ahsan Taqwīm artinya: diciptakan layak menjadi khalifah Allah di bumi, memikul amanah, dan menjalankan perintah Tuhan.
5. Gabungan Antara Duniawi dan Ruhani; Tafsir al-‘Allāmah Ṭabāṭabā’ī (al-Mīzān):
Taqwīm terbaik adalah karena manusia memiliki dua sisi:
•jasmani dari tanah, dan
•ruh Ilahi, menjadikan ia mampu naik ke langit makrifat atau jatuh ke jurang kehinaan.
6. Insan Kāmil adalah Puncaknya
Tafsir al-Kāshānī (Syiah/Isyraqī):
Makna terdalam adalah bahwa insan kāmil (manusia sempurna) adalah perwujudan nyata dari “Ahsan Taqwīm”, yaitu Nabi Muhammad (saw) dan para Imam Ahlul Bayt (as).
7. Struktur Akal dan Jiwa yang Tertinggi; Tafsir Fakhr al-Dīn al-Rāzī: Allah menciptakan manusia dalam bentuk terbaik dari segi kejiwaan dan akal, sehingga layak mendapat taklif (beban syariat).
8. Rangkaian dari Nikmat Tuhan
Tafsir al-Nasafi & al-Khāzin:
“Ahsan Taqwīm” adalah karunia penciptaan, kelanjutan dari nikmat Tuhan yang disebut dalam ayat-ayat sebelumnya (buah tin, zaitun, dan negeri yang aman), semua untuk mendukung manusia.
9. Tersusun dari Empat Unsur Sempurna; Tafsir al-Shahrastānī:
Manusia adalah makhluk komposit dari unsur api, udara, air, dan tanah, dan diciptakan dalam keseimbangan yang paling sempurna (taqwīm).
10. Makna Simbolik – Kehadiran Ruh Ilahi ; Tafsir Suhrawardī (Isyraqī): Ayat ini mencerminkan bahwa manusia adalah tajalli (manifestasi) nama-nama Allah. Ahsan Taqwīm berarti kesiapan insan untuk menerima cahaya Ilahi dan ilmu laduni.
Makna ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” menurut para mufasir Syiah, terutama dari kalangan teosofi dan ahli makrifat Syiah:
1. Penciptaan Paling Sempurna dalam Wujud Lahir dan Batin
Allāmah Ṭabāṭabā’ī (al-Mīzān):
Manusia diciptakan dalam bentuk lahiriah paling indah dan batiniah paling tinggi. Ia memiliki kemampuan untuk berkembang menuju kesempurnaan ruhani dan menjadi insān kāmil.
2. Kelayakan Menjadi Wali dan Khalifah Allah; Tafsir al-Qummī:
“Ahsan Taqwīm” berarti manusia diberi struktur yang layak untuk menerima wilayah dan nubuwwah, dan potensi untuk menjadi hujjah Allah di bumi.
3. Gabungan Alam Malakut dan Jabarut; Sayyid Ḥaydar Amulī:
Manusia adalah mikrokosmos (al-‘ālam aṣ-ṣaghīr) yang mengandung seluruh tingkat keberadaan – dari tanah hingga ruh Ilahi – maka ia dicipta dalam bentuk “Ahsan Taqwīm”.
4. Ruh dari Allah sebagai Asal Mulia; Tafsir Sharīf al-Raḍī:
Makna terdalam ayat ini merujuk pada firman Allah: “وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُوحِي”. Maka manusia adalah makhluk yang membawa nafkhah ilahiyyah, bukan hanya tanah.
5. Insān Kāmil: Rasulullah (saw) dan Ahlul Bayt (as); Tafsir al-Kāshānī:”Ahsan Taqwīm” tidak hanya umum untuk manusia, tetapi puncaknya adalah Rasulullah dan para Imam Maksum, sebagai manifestasi sempurna dari penciptaan ini.
6. Kapasitas untuk Ma‘rifat dan Tajalli; Mullā Ṣadrā (al-Asfār):
Manusia adalah tempat tajallī (penampakan) asma dan sifat Allah. Ia dicipta dalam bentuk paling sempurna untuk mencapai al-ma‘rifah al-kāmilah.
7. Fitrah Tauhid sebagai Dasar Ahsan Taqwīm; Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as), riwayat dalam tafsir Nur al-Thaqalayn: Makna ayat ini adalah bahwa Allah menciptakan manusia atas fitrah tauhid, yakni kesucian asal yang paling luhur.
8. Kesempurnaan dalam Akal, Iman, dan Cinta Ilahi; Tafsir al-‘Iyāshī (Syiah Kufah):Ahsan Taqwīm adalah penyempurnaan akal dan qalb, sebagai dasar keimanan dan cinta hakiki kepada Allah dan para wali-Nya.
9. Ahsan Taqwīm sebagai Amanah Ilahiyah; Allāmah Ṭabāṭabā’ī:
Karena manusia tercipta dalam bentuk terbaik, maka layak memikul amanah: “إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ”. Inilah beban taklif dan tanggung jawab spiritual.
10. Jalan Naik atau Turun Bergantung pada Ikhtiar; Tafsir Imam Ali (as) dalam Nahj al-Balāghah (makna batin ayat):
Manusia dalam “Ahsan Taqwīm” adalah wujud yang berada di awal pendakian atau keruntuhan. Jika mengikuti hawa nafsu, ia jatuh ke “Asfala Sāfilīn”; jika mengikuti cahaya, ia mencapai derajat para nabi.
Makna ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” menurut ahli makrifat dan hakikat;
1. Manusia adalah Cermin Tajalli Allah; Manusia diciptakan dalam “Ahsan Taqwīm” karena ia adalah cermin tajalli asma dan sifat Allah, sebagaimana sabda: “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu.”
2. Wujud yang Layak Menerima Ma‘rifah; Menurut para ‘urafa seperti Ibn ‘Arabī dan Mullā Ṣadrā, manusia dicipta dengan bentuk batin paling halus, sehingga bisa mengenal Tuhan melalui dirinya sendiri.
3. Insān Kāmil sebagai Tujuan Penciptaan;”Ahsan Taqwīm” dalam hakikatnya adalah insān kāmil – manusia sempurna, yang telah fana dari dirinya dan baqa dengan Allah. Ia adalah manifestasi tertinggi dari ayat ini.
4. Gabungan antara Jabarut, Malakut, dan Mulk; Dalam diri manusia terdapat tiga alam:
•Jasad (mulk),
•jiwa (malakut),
•ruh ilahiyah (jabarut).
Gabungan ini menjadikan ia makhluk paling sempurna.
5. Tempat Amanah Ilahi dan Rahasia Rububiyah; Manusia dicipta dalam struktur terbaik karena ia satu-satunya makhluk yang mampu memikul rahasia rububiyyah, seperti disebut dalam ayat: “وَحَمَلَهَا الإِنسَانُ.”
6. Kunci Kesempurnaan adalah Ittihad (penyatuan) dengan Al-Haqq; Ahsan Taqwīm berarti bahwa manusia memiliki potensi untuk bersatu dengan cahaya ilahi melalui sulūk, riyādhah, dan tajarrud.
7. Manusia Adalah Kiblat Makhluk Lain; Sebagaimana Ka‘bah menjadi kiblat shalat, insan yang hakiki menjadi kiblat ruhani makhluk lain, karena ia pusat kehadiran sifat-sifat Tuhan.
8. Ahsan Taqwīm = Fitrah Tauhid yang Luhur; Dalam tafsir maknawi, ayat ini merujuk pada penciptaan fitrah tauhid yang tak ternoda, sehingga manusia mampu mengenal Tuhannya tanpa perantara.
9. Ruh Ilahiyah sebagai Titik Awal Pendakian; Ruh yang ditiupkan adalah energi ilahi yang menjadikan manusia makhluk berpotensi naik ke maqām al-maqarr al-mahmūd jika ia menjaga kesucian nafsnya.
10. Taqwīm-nya Terbaik, tetapi Ujian Terberat; Dalam pandangan ahli hakikat, kesempurnaan bentuk manusia adalah amanah besar, sebab jika ia lalai, ia bisa jatuh lebih hina dari hewan – menuju Asfala Sāfilīn.
Makna ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” menurut ahli hakikat Syiah, terutama dari jalur irfan dan hikmah (falsafah ilahiyyah) dalam tradisi Ahlul Bayt:
1. Insān Kāmil sebagai Makna Tertinggi “Ahsan Taqwīm”
Menurut al-‘Allāmah Ṭabāṭabā’ī dan Sayyid Ḥaydar Āmulī, ayat ini mencapai puncaknya pada pribadi Insān Kāmil seperti Rasulullah (saw) dan para Imam Ma‘shūmīn. Mereka adalah bentuk ciptaan paling sempurna secara zahir dan batin.
2. Cermin Tajalliyat Ilahiyah
“Ahsan Taqwīm” artinya manusia dicipta sebagai cermin asma’ wa ṣifāt Allah, sehingga ia mampu menampakkan jamāl (keindahan) dan jalāl (keagungan) Tuhan dalam wujudnya.
3. Gabungan Malakut dan Mulk
Dalam tafsir hakikat, manusia memuat seluruh tingkatan wujud: jasmani (mulk), ruhani (malakut), dan ilahi (jabarut). Karena itu ia disebut “makhluk termulia”.
4. Lāṭifatul Rabbāniyyah (Partikel Ketuhanan); Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as) menyebut manusia memiliki fitrah yang berasal dari cahaya Ilahi. “Ahsan Taqwīm” artinya struktur batin manusia memiliki nafkhah rabbāniyyah.
5. Wujud Tawahhud (Kesatuan Realitas); Dalam falsafah Syiah, manusia adalah satu-satunya makhluk yang menyatukan wujud plural menjadi wujud tunggal: dari tanah ke ruh, dari syahwat ke ma‘rifat.
6. Layak Menjadi Khalifah Allah
Karena “Ahsan Taqwīm”, manusia menjadi wakil Tuhan di bumi, bukan hanya dalam politik, tapi dalam manifestasi hakikat rubūbiyyah dan rahmat.
7. Pintu Ma‘rifah kepada Allah
Sebagaimana sabda Imam Ali (as): “العرفان معرفة النفس.” Ayat ini menunjukkan bahwa manusia adalah jalan dan jembatan untuk mengenal Allah.
8. Tempat Amanah dan Rahasia Ilahi; Menurut ahli hakikat Syiah, manusia adalah wadah sirrullah – rahasia Tuhan yang ditanamkan dalam wujud manusia yang dibentuk dengan takwīm terbaik.
9. Potensi ‘Uruj (naik) atau Hubūṭ (jatuh); Makna “Ahsan Taqwīm” menunjukkan bahwa manusia diberi pilihan: naik ke maqām wilāyah dan fana’, atau jatuh ke asfala sāfilīn (tingkat kehinaan nafsu).
10. Makna Ruhani, Bukan Hanya Fisik; Imam Ali Zainal ‘Ābidīn (as) dalam munajatnya menyiratkan bahwa “Ahsan Taqwīm” bukan hanya bentuk luar, tapi kesempurnaan potensi ruhani, seperti akal, hati, dan iradah yang lurus.
Cerita dan kisah yang menggambarkan makna dari ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” menurut pandangan ahli hakikat Syiah, khususnya dalam konteks makrifat dan spiritualitas yang lebih dalam.
1. Kisah Penciptaan Nabi Adam (as); Nabi Adam (as) adalah contoh pertama dari manusia yang diciptakan dalam Ahsan Taqwīm. Ketika Allah menciptakan Adam, Dia meniupkan ruh-Nya ke dalamnya dan memberi ilmu tentang segala nama, yang menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna dalam ciptaan-Nya, mampu mengakses pengetahuan dari Tuhan.
2. Nabi Muhammad (saw) sebagai Insān Kāmil; Dalam tradisi Syiah, Rasulullah Muhammad (saw) adalah Insān Kāmil, manifestasi sempurna dari Ahsan Taqwīm. Beliau menyatukan sifat-sifat ilahiyah dalam wujud manusia, menjadi cermin sempurna dari Allah yang bisa dilihat dan diikuti umat.
3. Imam Ali (as) sebagai Cermin Kecemerlangan Akhlak; Imam Ali (as) adalah contoh sempurna bagaimana Ahsan Taqwīm terwujud dalam tindakan manusia. Dari keberanian di medan perang hingga kebijaksanaannya dalam memimpin umat, beliau adalah manusia yang sempurna dalam setiap aspek baik fisik maupun spiritual.
4. Kisah Sayyidah Fatimah (as) dalam Kesederhanaan dan Kecantikan Akhlak; Sayyidah Fatimah az-Zahra (as), sebagai putri Rasulullah, menggambarkan Ahsan Taqwīm dalam kesederhanaannya. Meskipun hidup dalam kesulitan, beliau selalu memancarkan cahaya kemuliaan dalam kesabaran, ketulusan, dan kepatuhan kepada Allah, menjadi contoh bagi umat manusia.
5. Imam Hasan (as) dan Imam Husayn (as) sebagai Representasi Keindahan Jiwa; Imam Hasan (as) dan Imam Husayn (as) menunjukkan Ahsan Taqwīm dengan jalan hidup mereka yang penuh pengorbanan. Imam Husayn (as) dalam perjuangan di Karbala menunjukkan bahwa kesempurnaan manusia terletak dalam kekuatan jiwa untuk menegakkan kebenaran meski harus berhadapan dengan ujian yang berat.
6. Kisah Imam Zayn al-Abidin (as) dalam Doa-doa Makrifatnya
Imam Ali Zayn al-Abidin (as), dalam Sahifa Sajjadiyah, menggambarkan bagaimana manusia dapat mencapai kedudukan tertinggi dalam Ahsan Taqwīm melalui doa dan penghambaan yang tulus. Doa-doanya menunjukkan kesempurnaan jiwa yang terhubung langsung dengan Allah.
7. Kisah Ali ibn Abi Talib (as) dan Pengorbanannya di Perang Badar
Dalam perang Badar, Imam Ali (as) menunjukkan kesempurnaan fisik dan spiritual dalam pertempuran. Ia tidak hanya kuat secara jasmani, tetapi juga memiliki ketenangan dan kebijaksanaan yang luar biasa, mencerminkan potensi manusia yang diciptakan dalam bentuk terbaik oleh Allah.
8. Kisah Imam Ja’far al-Sadiq (as) dan Ilmu-ilmu Batiniyah
Imam Ja’far al-Sadiq (as) mengajarkan bahwa Ahsan Taqwīm bukan hanya soal fisik, tetapi juga kemampuan mendalami ilmu batin dan spiritual. Imam Ja’far al-Sadiq (as) menjadi teladan dalam menggabungkan ilmu zahir dan batin dalam pengajaran dan hidupnya.
9. Kisah Salah Satu Sahabat Imam Ali (as) dalam Perang Jamal
Seorang sahabat Imam Ali, Malik al-Asytar, menunjukkan betapa manusia yang terikat dengan prinsip-prinsip moral dan spiritual dapat berjuang tanpa rasa takut. Keberaniannya dalam Perang Jamal adalah contoh nyata dari Ahsan Taqwīm dalam aksi dan pengorbanan.
10. Kisah Sufi tentang Pencarian Allah dalam Diri; Dalam banyak cerita sufi, manusia digambarkan sebagai makhluk dengan potensi besar untuk mengenal Tuhan. Salah satu kisah terkenal adalah tentang seorang sufi yang mencari Tuhan di luar diri, namun akhirnya menemukan-Nya dalam batinnya sendiri. Kisah ini menggambarkan bagaimana manusia sebagai makhluk yang sempurna bisa mencapai kedekatan dengan Tuhan melalui perjalanan spiritual dalam dirinya.
Cerita-cerita ini menggambarkan betapa dalam dan luasnya makna Ahsan Taqwīm dalam tradisi Syiah, bahwa manusia tidak hanya diciptakan sebagai makhluk fisik, tetapi juga sebagai makhluk yang memiliki potensi ilahi yang dapat dibangun melalui perjalanan spiritual dan kesadaran batin.
Manfaat dan doa yang dapat diambil dari makna ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ” dan ajaran-ajaran yang terkait dengan keindahan dan kesempurnaan ciptaan manusia;
Manfaat dari Ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ”
1. Meningkatkan Kesadaran Spiritual; Ayat ini mengingatkan kita tentang kesempurnaan ciptaan manusia dan bahwa setiap individu telah diciptakan dengan potensi besar. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran spiritual dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
2. Menumbuhkan Rasa Syukur; Menyadari bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik mendorong rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan, baik fisik maupun spiritual.
3. Meningkatkan Kualitas Hidup; Dengan menyadari bahwa tubuh dan jiwa kita adalah ciptaan terbaik, kita akan lebih menjaga tubuh dengan pola hidup yang sehat dan menjaga hati dengan nilai-nilai moral dan spiritual.
4. Meningkatkan Kepedulian terhadap Orang Lain; Menyadari bahwa setiap orang diciptakan dalam bentuk terbaik, kita akan lebih menghargai orang lain dan memperlakukan mereka dengan baik, penuh kasih sayang, dan toleransi.
5. Memotivasi untuk Mencapai Kesempurnaan; Ayat ini menjadi motivasi bagi individu untuk terus berusaha mencapai kesempurnaan pribadi, baik dari segi akhlak maupun ilmu.
6. Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab; Menyadari bahwa manusia memiliki potensi ilahi mendorong rasa tanggung jawab dalam menjalani hidup dengan cara yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
7. Penerimaan Diri; Ayat ini mengajarkan untuk menerima diri kita apa adanya dan memperbaiki kekurangan kita, karena kita sudah diciptakan dalam bentuk terbaik oleh Tuhan.
8. Mengatasi Rasa Minder atau Insecurity; Dengan memahami bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan dalam Ahsan Taqwīm, rasa rendah diri dan minder dapat dikurangi, karena kita memiliki keindahan baik fisik maupun batin.
9. Meningkatkan Kedekatan dengan Allah; Menyadari bahwa kita adalah ciptaan terbaik Allah mendorong kita untuk lebih dekat dengan-Nya, berdoa, dan berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik.
10. Peningkatan Dalam Pendidikan dan Pembelajaran; Mengingat potensi terbaik yang ada pada setiap manusia, kita terdorong untuk terus belajar, berkembang, dan mengejar ilmu dalam semua aspek kehidupan.
Doa yang Disarankan Berdasarkan Ayat “لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ”
1. Doa Syukur atas Penciptaan Diri
اللّهُمَّ فَتَقَبَّلْ مِنِّي شُكْرِي وَحَمْدِي عَلَى نِعْمَتِكَ فِي خَلْقِي وَتَصْوِيرِي
“Ya Allah, terimalah syukur dan pujianku atas nikmat-Mu dalam penciptaanku dan pembentukanku.”2. Doa Memohon Kesempurnaan Akhlak
اللّهُمَّ اجْعَلْنِي فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ وَأَكْمِلْ لِي نُورِي وَحُسْنِي وَبِرِّي
“Ya Allah, jadikanlah aku dalam bentuk yang terbaik dan sempurnakanlah cahaya, kebaikan, dan kebersihanku.”
3. Doa untuk Kesehatan dan Kekuatan Fisik
اللّهُمَّ اجْعَلْ قُوَّتِي فِي جَسَدِي وَصَحَّتِي فِي قَلْبِي وَنُورِي فِي رُوحِي
“Ya Allah, jadikanlah kekuatanku di tubuhku, kesehatanku di hatiku, dan cahaya di jiwaku.”
4. Doa untuk Meningkatkan Keimanan
اللّهُمَّ زِدْنِي إِيمَانًا وَيَقِينًا وَفِيهِ قُوَّةً وَرَحْمَةً
“Ya Allah, tambahkanlah aku dengan iman, keyakinan, kekuatan, dan rahmat-Mu.”
5. Doa untuk Penyembuhan Hati
اللّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي وَنَقِّي رُوحِي وَسَتِّرْ عَيُوبِي
“Ya Allah, sucikanlah hatiku, bersihkanlah jiwaku, dan tutuplah aib-aibku.”
6. Doa Memohon Taufik dan Hidayah
اللّهُمَّ هَدِنَا فِي تَقْوِيمٍ صَحِيحٍ
وَطَرِيقٍ مَرْضِيٍّ لَكَ
“Ya Allah, berikanlah kami petunjuk dalam bentuk yang benar dan jalan yang Engkau ridhai.”
7. Doa untuk Ketenangan Jiwa
اللّهُمَّ اجْعَلْ نَفْسِي فِي سَكِينَةٍ
وَرَاحَةٍ وَطُمَأْنِينَةٍ
“Ya Allah, jadikanlah jiwaku dalam ketenangan, kenyamanan, dan kedamaian.”
8. Doa untuk Meningkatkan Ilmu dan Kebijaksanaan
اللّهُمَّ فَتِّحْ عَلَيَّ أَبْوَابَ عِلْمِكَ
وَفَاهِمِهِ وَحِكْمَتِهِ
“Ya Allah, bukakanlah pintu ilmu, pemahaman, dan kebijaksanaan-Mu kepadaku.”
9. Doa Memohon Keberkahan Hidup
اللّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي حَيَاتِي وَفِي أَعْمَالِي
وَفِي نِعْمَتِكَ الَّتِي مَنَحْتَنِي
“Ya Allah, berkatilah hidupku, amal-amalku, dan nikmat yang Engkau berikan kepadaku.”
10. Doa untuk Memperbaiki Diri
اللّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَهْلِ الصَّفَاءِ وَالْنُورِ
وَقُدِّرْ لِي كُلَّ خَيْرٍ فِي دُنيَا وَآخِرَتِي
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersih dan bercahaya, dan tentukanlah segala kebaikan bagiku di dunia dan akhirat.”
Semoga doa-doa ini menjadi wasilah untuk mencapai kesempurnaan diri sesuai dengan fitrah manusia yang telah diciptakan dalam Ahsan Taqwīm, serta membantu kita mendekatkan diri kepada Allah.
Munajat Para Pensyukur Nikmat
(Kumpulan 15 Munajat Imam Ali Zainal Abidin AsSajjad as.)
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Ya Allah, limpahkanlah sholawat atas Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.
Tuhanku, runtunan karunia-Mu telah melengahkan daku untuk benar-benar bersyukur pada-Mu.
Limpahan anugerah-Mu, telah melemahkan daku untuk menghitung pujian atas-Mu.
Iringan ganjaran-Mu, telah menyibukkan daku untuk menyebut kemulia an-Mu.
Rangkaian bantuan-Mu, telah melalai kan daku untuk memperbanyak pujaan pada-Mu.
Inilah tempat orang yang mengakui limpahan nikmat tetapi membalasnya tanpa terimakasih.
Yang menyaksikan kelalaian dan kealpaan dirinya, padahal Engkau Mahakasih dan Mahasayang. Mahabaik dan Mahapemurah.
Yang takkan mengecewakan pencari-Nya, yang takkan menolakkan dari sisi-Nya pedamba-Nya.
Di halaman-Mu singgah kafilah pengharap, di serambi-Mu berhenti dambaan para pencari karunia.
Janganlah membalas harapan kami dengan kekecewaan dan keputus asaan,
janganlah menutup kami dengan jubah keprihatinan dan keraguan.
Ilahi, besarnya nikmat-Mu mengecilkan, rasa syukurku memudar di samping limpahan anugrah-Mu puji dan sanjungku.
Karunia-Mu yang berupa cahaya iman menutupku dengan pakaian kebesaran.
Curahan anugrah-Mu, membungkusku dengan busana kemuliaan.
Pemberian-Mu merangkaikan padaku kalung nan tak terpecahkan, dan melingkari leherku dengan untaian yang tak teruraikan.
AnugrahMu tak terhingga sehingga kelu lidahku menyebutkannya.
Karunia-Mu tak berbilang sehingga lumpuh akalku memahaminya, apalah lagi menentukan luasnya
Bagaimana mungkin daku berhasil mensyukuri-Mu karena rasa syukurku pada-Mu memerlukan syukur lagi.
Setiap kali daku dapat mengucapkan bagi-Mu pujian, saat itu juga daku terdorong mengucapkan bagi-Mu pujian.
Ilahi, sebagaimana Engkau makmurkan kami dengan karunia-Mu dan memelihara kami dengan pemberian-Mu, sempurnakan bagi kami limpahan nikmat-Mu.
Tolakkan dari kami kejelekan azab-Mu, berikan bagi kami di dunia dan akhirat, yang paling tinggi dan paling mulia lambat atau segera.
Bagi-Mu pujian atas keindahan ujian-Mu dan limpahan kenikmatan-Mu,
(Bagi-Mu) pujian yang selaras dengan ridho-Mu yang sepadan dengan kebesaran kebajikan-Mu.
Wahai Yang Maha Agung.
Wahai Yang Maha Pemurah.
Dengan rahmat-Mu,
Wahai Yang Paling Pengasih dari segala yang mengasihi,
Ya, Arhamar Rôhimîn.
Comments (0)
There are no comments yet