Kolom: Makna Basair ( Bagian Pertama)

Supa Athana - Tekno & Sains
26 November 2024 20:06
Basair adalah penglihatan mata bathin
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
              Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
 
Kata “baṣā’ir” berasal dari bahasa Arab (بَصَائِر), bentuk jamak dari “baṣīrah” (بَصِيرَة), yang berarti penglihatan batin, pemahaman yang mendalam, atau insight spiritual. Dalam Al-Qur’an, istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada tanda-tanda, argumen, atau pelajaran yang dapat memberikan pencerahan hati dan pikiran seseorang. Berikut makna yang dapat dikaitkan dengan istilah “baṣā’ir”:
1.Petunjuk yang jelas
Sesuatu yang membantu seseorang memahami jalan yang benar.
2.Argumen yang meyakinkan
Bukti atau alasan yang membawa kepada keyakinan.
3.Tanda kebesaran Allah
Ayat-ayat atau kejadian yang menunjukkan kekuasaan Allah.
4.Pelajaran hidup
Hikmah yang dapat diambil dari peristiwa atau wahyu.
5.Pemahaman mendalam
Pemikiran yang melampaui permukaan, menuju kepada inti kebenaran.
6.Cahaya batin
Pengetahuan yang menerangi hati sehingga memahami kebenaran dengan yakin.
7.Peringatan atau nasihat
Sebuah pesan yang mengingatkan manusia tentang kewajibannya kepada Allah.
8.Kepekaan spiritual
Kemampuan untuk menyadari realitas ilahiah melalui hati.
9.Kebenaran yang nyata
Sesuatu yang tidak lagi diragukan karena jelas dan kuatnya bukti.
10.Pemandu moral
Prinsip atau nilai yang membantu manusia membedakan antara yang baik dan buruk.
 
Istilah ini disebutkan dalam berbagai konteks di Al-Qur’an, seperti dalam Surah Al-A’raf (7:203) dan Surah Yusuf (12:108), di mana Allah menjelaskan bahwa wahyu itu adalah “baṣā’ir” bagi manusia agar mereka dapat merenungkan kebenaran.
 
Dalam Al-Qur’an, kata بَصَائِر (baṣā’ir) digunakan untuk merujuk kepada petunjuk, tanda, atau dalil yang membantu manusia memahami kebenaran Allah. Istilah ini sering dikaitkan dengan wahyu, argumen, dan pelajaran yang membuka hati dan pikiran manusia. Berikut beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan kata baṣā’ir beserta maknanya menurut konteksnya:
 
1. Surah Al-A’raf (7:203)
 
‎ قُلْ إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ مِنْ رَبِّي ۚ هَـٰذَا بَصَائِرُ مِن رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
 
“Katakanlah (Muhammad), ‘Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dari Tuhanku. Ini adalah basā’ir (petunjuk-petunjuk yang nyata) dari Tuhanmu, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.’”
Makna dalam ayat: Wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad adalah basā’ir, yaitu petunjuk yang membuka mata hati, menjadi bukti kebenaran, serta memberikan rahmat bagi orang-orang yang percaya.
 
2. Surah Yusuf (12:108)
‎ قُلْ هَـٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَـٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Inilah jalanku, aku menyeru kepada Allah di atas basīrah (ilmu atau keyakinan yang jelas), aku dan orang-orang yang mengikutiku. Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.’”
Makna dalam ayat: Basīrah adalah pandangan atau pengetahuan yang mendalam dan berdasarkan keyakinan yang kokoh tentang kebenaran risalah Islam.
 
3. Surah Al-An’am (6:104)
‎ قَدْ جَآءَكُم بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ عَمِىَ فَعَلَيْهَا ۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيْكُم بِحَفِيظٍ
“Sungguh, telah datang kepada kalian basā’ir (pelajaran-pelajaran yang jelas) dari Tuhanmu. Maka barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (terhadap kebenaran itu), maka (ruginya) kembali kepadanya. Aku (Muhammad) bukanlah penjaga kalian.”
Makna dalam ayat: Basā’ir di sini adalah pelajaran, tanda-tanda, atau bukti yang jelas dari Allah yang menunjukkan kebenaran. Mereka yang memahaminya akan mendapat manfaat, sedangkan yang menolak akan rugi.
 
4. Surah Al-Isra (17:102)
‎ قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَآ أَنزَلَ هَـٰٓؤُلَآءِ إِلَّا رَبُّ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ بَصَآئِرَ ۖ وَإِنِّى لَأَظُنُّكَ يَـٰفِرْعَوْنُ مَثْبُورًا
”(Musa) berkata, ‘Sungguh, engkau (Fir’aun) telah mengetahui bahwa tidak ada yang menurunkan (tanda-tanda itu) kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai basā’ir (bukti-bukti yang jelas), dan aku sungguh menduga engkau, wahai Fir’aun, orang yang akan binasa.’”
Makna dalam ayat: Basā’ir adalah tanda-tanda yang jelas (mukjizat Nabi Musa) yang menunjukkan kekuasaan Allah, tetapi Fir’aun tetap menolaknya.
 
Makna Umum Basā’ir dalam Al-Qur’an:
1.Tanda-tanda kebenaran: Bukti-bukti yang membimbing manusia kepada Allah.
2.Pencerahan hati: Membuka mata hati agar memahami hikmah Allah.
3.Pelajaran dan hikmah: Mengajarkan manusia untuk merenungi kebesaran Allah.
4.Petunjuk spiritual: Memberikan bimbingan menuju jalan yang benar.
 
Basā’ir dalam Al-Qur’an tidak hanya berupa bukti fisik seperti mukjizat, tetapi juga berupa wahyu, pelajaran, dan tanda-tanda di alam semesta. Orang-orang yang menggunakan akal dan hati mereka dengan baik akan dapat memahami maknanya.
 
Berikut adalah tambahan 6 makna basā’ir menurut Al-Qur’an, sehingga totalnya menjadi 10 makna:
 
5. Kebenaran yang nyata (Truth Made Clear)
Basā’ir adalah kebenaran yang Allah turunkan dalam bentuk wahyu atau tanda-tanda yang sangat jelas, yang tidak memerlukan tafsiran rumit untuk memahaminya. Hal ini disebutkan dalam konteks tanda-tanda kekuasaan Allah yang nyata bagi orang yang mau merenungkan.
‎ وَكَذَٰلِكَ أَنزَلْنَـٰهُ ءَايَـٰتٍۭ بَيِّنَـٰتٍۢ وَأَنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يُرِيدُ
(Surah Al-Hajj: 16)
“Dan demikianlah Kami menurunkan ayat-ayat yang jelas, dan sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.”
 
6. Cahaya Ilahi (Divine Light)
Basā’ir juga bermakna sebagai cahaya yang diberikan Allah ke dalam hati seseorang sehingga ia bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Dalam konteks ini, basā’ir adalah panduan dari Allah yang memberikan kejelasan dalam hidup.
‎ فَإِنَّمَا يَسَّرْنَـٰهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ ٱلْمُتَّقِينَ وَتُنذِرَ بِهِۦ قَوْمًۭا لُّدًّۭا
(Surah Maryam: 97)
“Sesungguhnya Kami telah memudahkannya (Al-Qur’an) dengan bahasamu (Muhammad) agar engkau memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.”
 
7. Mukjizat bagi Nabi (Miraculous Signs)
Basā’ir juga merujuk pada mukjizat para nabi yang Allah berikan sebagai bukti atas kerasulan mereka. Mukjizat ini berfungsi untuk memperjelas risalah ilahiah bagi umat manusia.
‎ وَقَالُوا۟ لَوْلَآ أُنزِلَ عَلَيْهِ ءَايَـٰتٌۭ مِّن رَّبِّهِۦ ۖ قُلْ إِنَّمَا ٱلْءَايَـٰتُ عِندَ ٱللَّهِ وَإِنَّمَآ أَنَا۠ نَذِيرٌۭ مُّبِينٌ
(Surah Al-Ankabut: 50)
“Dan mereka berkata, ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda-tanda (mukjizat) dari Tuhannya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya tanda-tanda itu hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas.’”
 
8. Peringatan bagi Kaum yang Ingkar (Warning to the Disbelievers)
Basā’ir juga bermakna peringatan keras bagi mereka yang menolak kebenaran, terutama kaum yang menyombongkan diri dari menerima wahyu. Tanda-tanda ini menjadi bukti yang tak terbantahkan agar mereka tidak punya alasan untuk mengingkarinya.
‎ هَـٰذَا بَصَآئِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّقَوْمٍۢ يُوقِنُونَ
(Surah Al-Jasiyah: 20)
“Ini adalah basā’ir bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”
 
9. Hikmah dalam Wahyu (Wisdom in Revelation)
Basā’ir dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa wahyu mengandung hikmah ilahiah yang tak hanya berfungsi sebagai hukum, tetapi juga panduan moral, sosial, dan spiritual. Hal ini mendorong manusia untuk berpikir mendalam.
‎ وَإِذَا قِيلَ لَهُ ٱتَّقِ ٱللَّهَ أَخَذَتْهُ ٱلْعِزَّةُ بِٱلْإِثْمِ ۚ فَحَسْبُهُۥ جَهَنَّمُ ۚ وَلَبِئْسَ ٱلْمِهَادُ
(Surah Al-Baqarah: 206)
“Dan apabila dikatakan kepadanya, ‘Bertakwalah kepada Allah,’ maka kesombongan (yang ada) dalam dirinya membuatnya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Sungguh, (neraka Jahannam) itu seburuk-buruk tempat kembali.”
 
10. Tuntunan untuk Semua Kaum (Guidance for All Mankind)
Basā’ir juga menggambarkan universalitas pesan Al-Qur’an, yang dirancang untuk semua umat manusia tanpa terkecuali. Sebagai petunjuk universal, Al-Qur’an memuat ajaran yang relevan di setiap zaman dan keadaan.
‎ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْعَـٰلَمِينَ
(Surah At-Takwir: 27)
“Al-Qur’an ini tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam.”
 
Secara keseluruhan, basā’ir dalam Al-Qur’an memiliki makna yang luas, meliputi:
1.Tanda kebenaran.
2.Cahaya batin.
3.Hikmah dalam wahyu.
4.Mukjizat.
5.Peringatan.
6.Petunjuk untuk kehidupan.
 
Kata ini menekankan pentingnya memahami ayat-ayat Allah dengan hati yang terbuka dan akal yang mendalam, agar manusia bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran-Nya.
 
Dalam hadis, istilah “basā’ir” tidak disebutkan secara eksplisit dengan kata yang sama seperti di dalam Al-Qur’an. Namun, konsep basā’ir sebagai petunjuk, pemahaman mendalam, atau pencerahan batin dapat ditemukan dalam banyak riwayat Nabi Muhammad SAW, terutama yang berkaitan dengan hikmah, hidayah, dan pemahaman spiritual. Berikut adalah beberapa makna yang terkait dengan basā’ir dalam hadis:
1. Pemahaman Mendalam sebagai Karunia Allah
Rasulullah SAW menekankan pentingnya pemahaman agama yang mendalam (faqih). Ini sejalan dengan konsep basā’ir sebagai wawasan dan pandangan batin yang diberikan oleh Allah.
“Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan memahamkannya dalam urusan agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Makna: Pemahaman agama (faqih) adalah bentuk basā’ir yang Allah berikan kepada orang yang dikehendaki-Nya, untuk mengenal kebenaran dengan jelas.
 
2. Hidayah dan Cahaya dalam Hati
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa petunjuk Allah menerangi hati manusia, sehingga mampu membedakan antara yang benar dan yang salah.
“Ketika cahaya (iman) masuk ke dalam hati, maka hati itu akan terbuka dan tenang.” (HR. Ahmad)
 
Ketika para sahabat bertanya tentang tanda hati yang diterangi cahaya, Nabi menjawab:
“Menjauhkan diri dari dunia yang memperdaya, kembali kepada kehidupan akhirat, dan bersiap untuk kematian sebelum ia datang.”
Makna: Basā’ir dapat dipahami sebagai cahaya ilahi yang menuntun hati menuju kebenaran dan menjauhkan diri dari kebatilan.
 
3. Tanda-tanda Kebesaran Allah sebagai Pelajaran
Dalam hadis, Rasulullah SAW sering mengarahkan perhatian umat kepada tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, yang sejajar dengan konsep basā’ir sebagai tanda untuk direnungkan.
“Renungkanlah ciptaan Allah, tetapi jangan merenungkan Dzat Allah.” (HR. Abu Nu’aim)
Makna: Merenungkan tanda-tanda Allah di alam semesta dapat menjadi basā’ir, yakni bukti nyata bagi hati dan pikiran yang terbuka.
 
4. Mukjizat sebagai Basā’ir
Mukjizat Rasulullah, seperti Al-Qur’an dan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, merupakan bentuk basā’ir yang menjadi bukti kerasulan beliau. Rasulullah bersabda:
“Tidak ada seorang nabi pun kecuali dia diberi tanda-tanda yang membuat manusia percaya kepadanya. Dan yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan kepadaku (Al-Qur’an). Maka aku berharap akan memiliki pengikut yang paling banyak di antara mereka pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
 
Makna: Wahyu Al-Qur’an adalah basā’ir yang paling jelas, berisi pelajaran, argumen, dan petunjuk ilahiah bagi umat manusia.
 
5. Nasihat sebagai Basā’ir
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa nasihat yang diberikan dengan ikhlas dapat membuka hati manusia. Hal ini sejalan dengan fungsi basā’ir sebagai pelajaran dan peringatan.
“Agama adalah nasihat.” Para sahabat bertanya, ‘Bagi siapa?’ Nabi menjawab, ‘Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan bagi seluruh umat Muslim.’” (HR. Muslim)
 
Makna: Nasihat yang bijaksana dan tulus menjadi bentuk basā’ir, membantu seseorang memahami kebenaran dengan jelas.
 
6. Peringatan tentang Kehidupan Akhirat
Rasulullah SAW sering memberikan peringatan yang mendalam tentang akhirat, yang dapat digolongkan sebagai basā’ir karena membuka mata hati manusia.
“Orang yang cerdas adalah yang menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Dan orang yang bodoh adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.”
(HR. Tirmidzi)
 
Makna: Peringatan Rasulullah SAW adalah basā’ir yang mengarahkan manusia kepada jalan yang benar dan mempersiapkan diri untuk akhirat.
 
7. Al-Qur’an sebagai Basā’ir Terbesar
Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman utama bagi umat manusia, yang berfungsi sebagai basā’ir untuk membimbing mereka kepada Allah.
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
 
Makna: Al-Qur’an adalah sumber basā’ir, berisi petunjuk yang jelas bagi mereka yang ingin mengenal kebenaran dan mendapatkan hidayah.
 
8. Keutamaan Ilmu sebagai Basā’ir
Ilmu yang bermanfaat dianggap sebagai salah satu bentuk basā’ir yang diberikan oleh Allah untuk memahami agama dan kehidupan. Rasulullah bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
 
Makna: Ilmu agama adalah basā’ir yang membantu seseorang berjalan di jalan yang benar menuju Allah.
 
Kesimpulan ; Hadis-hadis Nabi SAW menunjukkan bahwa basā’ir dapat dimaknai sebagai:
1.Pemahaman mendalam tentang agama.
2.Cahaya iman yang menerangi hati.
3.Mukjizat dan tanda-tanda kebenaran.
4.Nasihat yang tulus.
5.Ilmu yang bermanfaat.
6.Peringatan untuk akhirat.
 
Konsep ini menekankan pentingnya hati yang terbuka dan akal yang digunakan dengan benar untuk menerima kebenaran dari Allah.
 
Dalam hadis-hadis Ahlul Bayt (keluarga Nabi Muhammad SAW), konsep basā’ir (بصائر), meskipun tidak selalu disebutkan dengan istilah tersebut, dijelaskan dalam konteks ilmu, cahaya batin, dan petunjuk spiritual. Berikut adalah beberapa penjelasan dari riwayat Ahlul Bayt mengenai makna basā’ir:
 
1. Ilmu sebagai Cahaya yang Menuntun Hati
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Ilmu adalah cahaya yang Allah letakkan di dalam hati orang yang dikehendaki-Nya untuk diberi petunjuk.”
(Bihar al-Anwar, jilid 1, hal. 204)
 
Makna: Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu yang membawa kepada pemahaman mendalam (basā’ir), yang memungkinkan seseorang untuk mengenali kebenaran dengan jelas dan menjalankan agama dengan penuh keyakinan.
 
2. Hati yang Terbuka untuk Kebenaran
Imam Ali bin Abi Thalib (as) menjelaskan: “Orang yang memiliki pandangan batin (baṣīrah) adalah orang yang tidak dibutakan oleh kenikmatan dunia, dan hatinya tidak lalai dari mengingat akhirat.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 103)
 
Makna: Baṣīrah adalah kemampuan batin yang tajam untuk melihat kebenaran, yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang menjaga hatinya dari kegelapan hawa nafsu dan dunia.
 
3. Wahyu dan Ahlul Bayt sebagai Basā’ir
Imam Al-Baqir (as) berkata:
“Kami (Ahlul Bayt) adalah pohon kenabian, tempat turunnya wahyu, sumber ilmu, dan basā’ir bagi umat manusia.”
(Bihar al-Anwar, jilid 23, hal. 221)
 
Makna: Ahlul Bayt adalah sumber cahaya petunjuk dan pemahaman mendalam yang membantu manusia mengenali jalan yang benar melalui ajaran dan perilaku mereka.
 
4. Nasihat Sebagai Basā’ir
Imam Ali (as) berkata:
“Nasihat adalah cahaya bagi hati yang tajam dan basā’ir bagi mata hati yang buta.”
(Ghurar al-Hikam, hadis 4799)
 
Makna: Nasihat yang tulus dari para imam dan pemimpin yang benar dapat membimbing manusia untuk melihat kebenaran yang sebelumnya tertutup.
 
5. Al-Qur’an sebagai Basā’ir
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Al-Qur’an adalah cahaya yang menyinari hati dan basā’ir bagi orang yang menggunakannya sebagai petunjuk.”
(Uṣūl al-Kāfī, jilid 2, hal. 599)
 
Makna: Ahlul Bayt menekankan bahwa Al-Qur’an adalah sumber utama basā’ir, yang memberikan petunjuk ilahi kepada orang-orang yang membaca, memahami, dan mengamalkannya dengan ikhlas.
 
6. Hikmah dalam Ucapan dan Perbuatan
Imam Ali (as) berkata: “Hikmah adalah basā’ir bagi orang yang berakal dan hidayah bagi orang yang memiliki pemahaman.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 38)
 
Makna: Hikmah dalam ucapan dan perbuatan adalah bentuk basā’ir yang membantu orang-orang yang menggunakan akalnya untuk memahami kehidupan dan agamanya.
 
7. Cahaya Hati Orang Beriman
Imam Zainul Abidin (as) menjelaskan: “Cahaya hati seorang mukmin berasal dari ilmu dan amalnya. Orang yang memiliki baṣīrah akan melihat jalan kebenaran dengan jelas dan tidak tertipu oleh kesesatan.”
(Bihar al-Anwar, jilid 78, hal. 84)
 
Makna: Basā’ir adalah kombinasi antara ilmu, iman, dan amal yang saling melengkapi sehingga seseorang mampu berjalan di jalan yang lurus tanpa keraguan.
 
8. Ahlul Bayt sebagai Cahaya Bagi Umat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Allah memberikan kami (Ahlul Bayt) peran sebagai lentera yang menerangi dan petunjuk bagi mereka yang mencari jalan-Nya. Dengan mengikuti kami, mata hati akan terbuka.”
(Bihar al-Anwar, jilid 25, hal. 117)
 
Makna: Ahlul Bayt adalah perwujudan basā’ir, yang dengan ilmu dan akhlak mereka, menjadi jalan bagi manusia untuk mengenal Allah dan agama-Nya.
 
9. Kewaspadaan terhadap Dunia
Imam Ali (as) berkata: “Bersikaplah waspada terhadap dunia, karena dunia ini menipu mata lahiriah, tetapi tidak dapat menipu mata hati yang memiliki basā’ir.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 82)
 
Makna: Basā’ir membantu seseorang untuk memahami realitas dunia sebagai tempat sementara dan mendorongnya mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
 
10. Doa Memohon Basā’ir
Imam Sajjad (as) mengajarkan dalam salah satu doa: “Ya Allah, berikanlah kepadaku basā’ir di dalam agamaku, pemahaman mendalam dalam kebenaran, dan cahaya dalam hatiku.”
(Sahifah Sajjadiyah, Doa 20)
 
Makna: Basā’ir adalah karunia Allah yang dapat dimohonkan melalui doa, berupa pemahaman mendalam tentang agama dan cahaya dalam hati untuk mengenali kebenaran.
 
Kesimpulan; Dalam ajaran Ahlul Bayt, basā’ir mencakup:
1.Ilmu dan hikmah: Cahaya yang membimbing manusia kepada kebenaran.
2.Pemahaman mendalam: Baṣīrah adalah kemampuan batin untuk melihat hakikat sesuatu.
3.Ahlul Bayt: Sebagai sumber utama petunjuk dan pemahaman spiritual.
4.Nasihat dan peringatan: Membantu membuka mata hati.
5.Cahaya Al-Qur’an: Sebagai basā’ir utama bagi umat manusia.
 
Hadis-hadis Ahlul Bayt menegaskan pentingnya hati yang bersih, akal yang digunakan dengan benar, dan hubungan dengan Ahlul Bayt untuk memperoleh basā’ir yang sejati.
 
Menurut mufassir (ahli tafsir) dalam tradisi Islam, basā’ir umumnya merujuk pada pemahaman yang mendalam tentang wahyu Allah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dalam konteks ini, basā’ir adalah cahaya spiritual yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya untuk membuka mata hati mereka, memungkinkan mereka melihat kebenaran yang lebih dalam dari sekadar pemahaman lahiriah.
 
Berikut adalah beberapa pandangan para mufassir mengenai basā’ir berdasarkan penafsiran mereka terhadap ayat-ayat Al-Qur’an:
 
1. Basā’ir sebagai Cahaya Petunjuk dalam Al-Qur’an
Dalam tafsir Al-Qur’an, basā’ir sering dijelaskan sebagai cahaya petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Ini terkait erat dengan pengertian wahyu yang turun kepada nabi dan rasul-Nya.
 
“Basā’ir adalah cahaya yang datang dari Allah untuk menunjukkan jalan yang benar. Mereka yang menerima basā’ir akan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang hakikat hidup.”
(Tafsir al-Tabari, tafsir surah Al-Baqarah: 259)
 
Makna: Basā’ir dalam pengertian ini merujuk pada pengetahuan yang datang langsung dari Allah untuk memberi petunjuk kepada umat manusia mengenai jalan yang benar.
 
2. Penglihatan Batini yang Diberikan oleh Allah
Menurut al-Qurtubi dalam tafsirnya, basā’ir bisa juga dimaknai sebagai penglihatan batin yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat. Penglihatan batin ini memungkinkan seseorang untuk melihat kebenaran spiritual yang tidak tampak oleh mata lahiriah.
 
“Basā’ir adalah pencerahan yang memungkinkan seseorang melihat kebenaran yang tersembunyi dari pandangan fisik. Ini adalah pemberian Allah untuk orang-orang yang beriman.”
(Tafsir al-Qurtubi, Tafsir surah Al-Baqarah: 74)
 
Makna: Basā’ir di sini lebih mengarah pada pemahaman spiritual yang hanya bisa diperoleh oleh orang yang memiliki hati yang terbuka dan penuh keimanan.
 
3. Basā’ir sebagai Bukti Kebenaran Wahyu
Para mufassir juga mengaitkan basā’ir dengan bukti-bukti kebenaran wahyu Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir al-Razi, basā’ir dianggap sebagai petunjuk yang jelas mengenai kebenaran wahyu, yang membimbing umat untuk melihat hakikat agama secara jernih.
 
“Basā’ir adalah bukti-bukti yang menunjukkan kebenaran wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul. Ini adalah bentuk penjelasan dari Allah tentang kebenaran agama-Nya.”
(Tafsir al-Razi, Tafsir surah Al-Ma’idah: 15)
 
Makna: Dalam konteks ini, basā’ir adalah bukti atau tanda yang memperlihatkan kebenaran wahyu dan agama Islam.
 
4. Pemahaman yang Membedakan antara Kebenaran dan Kebatilan
Dalam tafsir al-Baghawi, basā’ir diartikan sebagai kemampuan untuk membedakan antara kebenaran (haqq) dan kebatilan (batil), terutama dalam konteks ajaran agama.
 
“Basā’ir adalah kemampuan untuk membedakan yang haq dan yang batil, yang datang dari Allah sebagai pengetahuan batin yang mendalam.”
(Tafsir al-Baghawi, Tafsir surah Al-A’raf: 179)
 
Makna: Basā’ir di sini berfungsi sebagai pencerahan batin yang membantu seorang mukmin untuk memahami kebenaran agama dan membedakannya dari kesesatan.
 
5. Basā’ir sebagai Alat untuk Memahami Ayat-ayat Allah
Menurut al-Samarqandi dalam tafsirnya, basā’ir adalah alat yang diberikan oleh Allah untuk memahami ayat-ayat-Nya dengan lebih dalam, baik dalam konteks hukum (syari’ah) maupun hikmah spiritual.
 
“Basā’ir adalah alat bagi orang-orang beriman untuk memahami dan meresapi setiap ayat Al-Qur’an, sehingga mereka dapat mengambil pelajaran yang dalam dari wahyu Allah.”
(Tafsir al-Samarqandi, Tafsir surah Yunus: 12)
 
Makna: Dalam tafsir ini, basā’ir adalah kemampuan untuk memahami dan menghayati wahyu Allah dengan hati yang murni, serta menerapkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
 
6. Basā’ir sebagai Pengetahuan yang Melampaui Duniawi
Basā’ir juga dilihat oleh mufassir sebagai bentuk pengetahuan yang melampaui pemahaman duniawi. Pengetahuan ini hanya bisa dicapai melalui kedekatan dengan Allah dan keterbukaan hati.
 
“Basā’ir adalah pengetahuan yang melampaui batas pengetahuan duniawi. Ini adalah pencerahan dari Allah yang diberikan kepada orang yang memiliki hati yang bersih.”
(Tafsir al-Maturidi, Tafsir surah Al-Nahl: 44)
 
Makna: Basā’ir di sini adalah bentuk pemahaman yang lebih tinggi yang hanya bisa dicapai melalui penyucian batin dan kedekatan dengan Allah.
 
7. Basā’ir sebagai Wawasan yang Membuka Mata Hati
Dalam tafsir al-Shanqiti, basā’ir dijelaskan sebagai wawasan atau pencerahan yang membuka mata hati seseorang untuk melihat kebenaran yang tersembunyi. Ini bukan sekadar melihat dengan mata fisik, tetapi dengan hati yang bersih dan siap untuk menerima wahyu.
 
“Basā’ir adalah pencerahan yang membuka mata hati, yang dengan itu seorang hamba dapat memahami hakikat kehidupan dan kebenaran yang tersembunyi di balik dunia yang tampak.” (Tafsir al-Shanqiti, Tafsir surah Al-Isra: 9)
 
Makna: Basā’ir memberikan pemahaman spiritual yang memungkinkan seseorang melihat dunia dan agama dengan cara yang lebih mendalam, melalui penglihatan batin.
 
Kesimpulan; Menurut para mufassir, basā’ir adalah:
1.Cahaya petunjuk dari Allah untuk membimbing umat kepada kebenaran.
2.Penglihatan batin yang memungkinkan seseorang untuk memahami wahyu Ilahi dan membedakan antara kebenaran dan kesesatan.
3.Pengetahuan batin yang melampaui pemahaman duniawi dan memungkinkan seseorang melihat hakikat dunia dan agama.
4.Alat untuk memahami Al-Qur’an dengan lebih mendalam, melalui hati yang terbuka dan iman yang kuat.
5.Pencerahan spiritual yang membuka mata hati untuk melihat kebenaran yang tersembunyi.
 
Secara keseluruhan, basā’ir dalam tafsir adalah pencerahan yang diberikan oleh Allah untuk memungkinkan seseorang memahami kebenaran yang lebih dalam tentang wahyu, hakikat kehidupan, dan agama.

 

Baca juga:
Presiden Jokowi Tinjau Proyek Hilirisasi di Smelter Grade Alumina Refinery Mempawah


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment