Makna; شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Pohon Kenabian) (Bagian Pertama)

Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Ungkapan شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Syajaratun-Nubuwwah), yang berarti “Pohon Kenabian,” memiliki berbagai makna tergantung pada konteks penggunaannya.
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Ungkapan شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Syajaratun-Nubuwwah), yang berarti “Pohon Kenabian,” memiliki berbagai makna tergantung pada konteks penggunaannya.
Berikut makna yang dapat dikaitkan dengan istilah ini:
1.Silsilah Kenabian – Merujuk pada garis keturunan para nabi, khususnya dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad ﷺ.
2.Akar dan Sumber Kenabian – Melambangkan asal-usul dan sumber wahyu yang Allah turunkan kepada para nabi.
3.Keluarga Nabi Muhammad ﷺ – Dalam perspektif Islam, khususnya dalam mazhab Ahlul Bait (Syiah), istilah ini sering dikaitkan dengan keluarga Nabi, termasuk Imam Ali dan keturunannya.
4.Wahyu dan Ilmu Ilahi – Pohon sering dikaitkan dengan ilmu dan hikmah yang terus berkembang, seperti ajaran yang dibawa oleh para nabi.
5.Keberkahan dan Kesuburan Rohani – Sebagaimana pohon memberikan manfaat melalui buah, daun, dan akarnya, kenabian juga memberikan keberkahan kepada umat manusia.
6.Kesinambungan Risalah Ilahi – Kenabian adalah sistem berkelanjutan yang berakar kuat dan bercabang luas, sebagaimana pohon yang tumbuh dan menyebarkan manfaatnya.
7.Cahaya dan Petunjuk – Sebagaimana pohon memberikan keteduhan dan oksigen, para nabi memberikan petunjuk dan cahaya kepada umat manusia.
8.Kehidupan dan Pertumbuhan Spiritual – Syariat dan ajaran para nabi menumbuhkan keimanan dan kesadaran spiritual dalam hati manusia.
9.Kekokohan dan Keabadian Ajaran Nabi – Sebagaimana pohon yang memiliki akar kuat, ajaran nabi tidak mudah tergoyahkan oleh fitnah atau perubahan zaman.
10.Rahasia dan Hakikat Kenabian – Dalam dimensi esoteris, “Pohon Kenabian” bisa merujuk pada hakikat batin dari risalah para nabi, yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang memiliki ilmu mendalam.
Makna-makna ini sering ditemukan dalam tafsir, hadis, dan literatur tasawuf serta Irfan (gnostisisme Islam), baik dari perspektif Sunni maupun Syiah.
Dalam Al-Qur’an, istilah شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Syajaratun-Nubuwwah, Pohon Kenabian) tidak disebutkan secara eksplisit. Namun, konsep yang terkait dengan makna pohon dalam kaitannya dengan kenabian dapat ditemukan dalam beberapa ayat. Berikut adalah beberapa ayat yang dapat dikaitkan dengan makna Pohon Kenabian dalam perspektif Al-Qur’an:
1. Pohon yang Diberkahi (شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ)
“Allah (juga) berfirman: ‘(Perumpamaan) cahaya-Nya seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (dan) tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya! Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. An-Nur: 35)
Makna terkait:
•Pohon zaitun yang diberkahi sering ditafsirkan sebagai simbol kenabian dan hikmah.
•Minyaknya yang hampir menerangi melambangkan ilmu dan petunjuk yang diberikan kepada para nabi.
•Dalam tafsir Ahlul Bait, pohon ini dikaitkan dengan Nabi Muhammad ﷺ dan keturunannya yang suci.
2. Pohon yang Kuat dengan Akar yang Kokoh
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.”
(QS. Ibrahim: 24)
Makna terkait:
•Pohon yang baik melambangkan kalimat tauhid dan risalah kenabian yang kokoh.
•Kenabian memiliki akar yang kuat (wahyu) dan cabang yang luas (ajaran dan pengikutnya).
3. Pohon Sidratul Muntaha (شَجَرَةُ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى)
“Dan sungguh, dia (Nabi Muhammad) telah melihatnya (Jibril) dalam rupanya yang asli, di Sidratul Muntaha (pohon bidara di batas akhir).” (QS. An-Najm: 13-14)
Makna terkait:
•Sidratul Muntaha adalah pohon di puncak langit ketujuh, tempat Nabi Muhammad ﷺ melihat tanda-tanda kebesaran Allah.
•Dalam tafsir irfani (gnostik), pohon ini melambangkan puncak ilmu kenabian dan hakikat spiritual tertinggi.
4. Pohon sebagai Lambang Keturunan
“Dan Kami berikan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya‘qub, dan Kami jadikan kenabian dan kitab pada keturunannya; dan Kami berikan kepadanya balasan di dunia, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-‘Ankabut: 27)
Makna terkait:
•Kenabian diwariskan dalam garis keturunan tertentu, seperti pohon yang terus tumbuh dan bercabang.
•“Pohon Kenabian” dapat merujuk pada keluarga para nabi yang dipilih oleh Allah.
Kesimpulan
Meskipun istilah شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur’an, konsepnya dapat ditemukan dalam berbagai ayat yang menggambarkan:
1.Kenabian sebagai pohon yang berakar kuat dan bercabang luas (QS. Ibrahim: 24).
2.Ilmu dan petunjuk kenabian sebagai cahaya dari pohon yang diberkahi (QS. An-Nur: 35).
3.Sidratul Muntaha sebagai simbol puncak perjalanan kenabian (QS. An-Najm: 13-14).
4.Kenabian sebagai warisan yang diberikan kepada keturunan tertentu (QS. Al-‘Ankabut: 27).
Dari perspektif tafsir Ahlul Bait, “Pohon Kenabian” sering dikaitkan dengan Nabi Muhammad ﷺ dan keturunannya (Ahlul Bait), yang merupakan pewaris ilmu dan petunjuk ilahi.
5. Pohon Sebagai Simbol Keberlanjutan Risalah
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim, dan Kami jadikan pada keturunan keduanya kenabian dan kitab, maka di antara mereka ada yang mendapat petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik.”
(QS. Al-Hadid: 26)
Makna:
•Kenabian diwariskan seperti pohon yang terus tumbuh dari satu generasi ke generasi berikutnya.
•Sebagian keturunan nabi tetap berpegang teguh pada petunjuk, sementara sebagian lainnya menyimpang.
6. Pohon yang Buruk Sebagai Perumpamaan Kepalsuan
“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dari permukaan bumi, tidak memiliki keteguhan sedikit pun.”
(QS. Ibrahim: 26)
Makna:
•Jika “Pohon Kenabian” adalah simbol kebenaran dan petunjuk, maka lawannya adalah “pohon yang buruk,” yang melambangkan ajaran palsu dan kesesatan.
•Perbedaan antara pohon yang baik dan pohon yang buruk menunjukkan perbedaan antara ajaran para nabi yang benar dan kebatilan yang tidak berakar kuat.
7. Pohon yang Tumbuh di Neraka (Zaqqum) Sebagai Lawan dari Pohon Kenabian
“Sesungguhnya dia (pohon zaqqum) adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala-kepala setan.”(QS. As-Saffat: 64-65)
Makna:
•Pohon Zaqqum melambangkan kebatilan dan hukuman bagi mereka yang menolak petunjuk para nabi.
•Lawan dari “Pohon Kenabian” adalah pohon yang berakar di neraka, melambangkan ajaran sesat yang menyesatkan manusia.
8. Pohon Sebagai Simbol Kemuliaan dan Kehidupan di Surga
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (Mereka berada) di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), serta naungan yang terbentang luas.”
(QS. Al-Waqi’ah: 27-30)
Makna:
•Pohon yang tumbuh di surga melambangkan keberkahan dan balasan bagi orang-orang yang mengikuti ajaran kenabian.
•Ini menunjukkan bahwa orang yang mengikuti “Pohon Kenabian” akan mendapatkan kehidupan abadi yang penuh kebahagiaan.
9. Pohon Sebagai Simbol Ilmu dan Hikmah
“Dan sekiranya semua pohon di bumi menjadi pena, dan lautan (menjadi tinta), ditambah kepadanya tujuh lautan lagi setelahnya, niscaya tidak akan habis (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Luqman: 27)
Makna:
•Pohon diumpamakan sebagai pena yang menuliskan ilmu dan hikmah Ilahi.
•“Pohon Kenabian” bisa bermakna sumber ilmu Allah yang diwahyukan kepada para nabi, yang ilmunya tidak terbatas.
Kesimpulan
Kita dapat melihat bahwa konsep “Pohon Kenabian” dalam Al-Qur’an memiliki berbagai aspek:
1.Sebagai kesinambungan risalah (QS. Al-Hadid: 26).
2.Sebagai lawan dari kebatilan dan ajaran palsu (QS. Ibrahim: 26).
3.Sebagai antitesis dari pohon neraka (Zaqqum) (QS. As-Saffat: 64-65).
4.Sebagai lambang kenikmatan dan kehidupan abadi di surga (QS. Al-Waqi’ah: 27-30).
5.Sebagai simbol ilmu dan hikmah Ilahi yang tak terbatas (QS. Luqman: 27).
Keseluruhan konsep ini menegaskan bahwa “Pohon Kenabian” bukan hanya sekadar silsilah biologis, tetapi juga mencakup ajaran, ilmu, dan petunjuk ilahi yang membawa umat manusia menuju keselamatan.
Dalam hadis, istilah شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Syajaratun-Nubuwwah, Pohon Kenabian) sering dikaitkan dengan Nabi Muhammad ﷺ dan keluarganya, terutama dalam perspektif Ahlul Bait (Syiah). Berikut adalah beberapa hadis yang membahas konsep ini:
1. Nabi Muhammad ﷺ sebagai Akar dan Ahlul Bait sebagai Cabang Pohon Kenabian
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Aku adalah akar pohon ini, Ali adalah batangnya, Hasan dan Husain adalah buahnya, para Syiah (pengikut setia) kami adalah daunnya. Maka siapa yang berpegang teguh kepadanya, ia akan selamat dan siapa yang meninggalkannya, ia akan binasa.”
(Sumber: Bihar al-Anwar, jilid 23, hlm. 287)
Makna:
•Rasulullah ﷺ menggambarkan dirinya sebagai akar dari “Pohon Kenabian,” yang berarti beliau adalah sumber risalah.
•Imam Ali sebagai batangnya menandakan kepemimpinan dan kesinambungan ilmu setelah Nabi.
•Imam Hasan dan Husain adalah buahnya, simbol keberkahan dan kelanjutan keturunan suci.
•Para pengikut setia (Syiah) diibaratkan sebagai daun, yang tetap hidup dan terhubung dengan pohon.
2. Ahlul Bait sebagai Pewaris Kenabian
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya aku meninggalkan untuk kalian dua perkara yang berat: Kitab Allah dan Itrah (Ahlul Bait)-ku. Keduanya tidak akan terpisah hingga mereka menemuiku di telaga (Kautsar).”(Sumber: Hadis Tsaqalain – Shahih Muslim, Musnad Ahmad, Sunan Tirmidzi)
Makna:
•Kitab Allah (Al-Qur’an) adalah panduan utama, sedangkan Ahlul Bait adalah pewaris ilmu dan pemelihara risalah.
•Ini menegaskan bahwa “Pohon Kenabian” tidak hanya sekadar hubungan darah tetapi juga kesinambungan ilmu dan petunjuk.
3. Imam Ali sebagai Bagian dari Pohon Kenabian
Nabi ﷺ bersabda kepada Imam Ali:
“Wahai Ali, engkau dariku dan aku darimu. Engkau adalah batang dari pohonku, dan aku adalah akarnya.”
(Sumber: Mustadrak al-Hakim, jilid 3, hlm. 133)
Makna:
•Nabi Muhammad ﷺ menegaskan bahwa Imam Ali adalah bagian tak terpisahkan dari kenabiannya, bukan sebagai nabi, tetapi sebagai penerus ilmunya.
•Imam Ali adalah perpanjangan dari risalah Islam yang dibawa oleh Nabi.
4. Imam Mahdi dan Pohon Kenabian
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Mahdi itu dari keturunanku, dari anak keturunan Fatimah. Dunia tidak akan berakhir sebelum seorang lelaki dari keluargaku memerintah sebagai khalifah yang memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.”
(Sumber: Sunan Abu Dawud, Musnad Ahmad)
Makna:
•Imam Mahdi adalah cabang terakhir dari “Pohon Kenabian” yang akan muncul di akhir zaman untuk menegakkan keadilan.
•Ini menunjukkan bahwa ajaran dan petunjuk Nabi akan tetap hidup melalui keturunannya.
5. Hadis tentang Keutamaan Ahlul Bait sebagai Pohon yang Diberkahi
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah menciptakan aku dan Ali dari satu cahaya, sebelum Adam diciptakan. Kemudian cahaya itu diletakkan di dalam tulang sulbi Adam, lalu berpindah dari satu tulang sulbi ke tulang sulbi yang lain hingga akhirnya kami berada di tulang sulbi Abdul Muththalib. Kemudian Allah menjadikanku seorang nabi dan menjadikan Ali sebagai wasiku.”(Sumber: Yanabi’ al-Mawaddah, jilid 1, hlm. 49)
Makna:
•Hadis ini menegaskan kesinambungan spiritual “Pohon Kenabian” sejak zaman Nabi Adam hingga keturunan terakhir dari Ahlul Bait.
•Rasulullah ﷺ dan Imam Ali memiliki keterkaitan erat dalam garis kenabian dan wilayah (kepemimpinan spiritual).
Kesimpulan
Dalam hadis, “Pohon Kenabian” memiliki beberapa makna utama:
1.Nabi Muhammad ﷺ sebagai akar, Imam Ali sebagai batang, dan Ahlul Bait sebagai cabang dan buah – menandakan kesinambungan ilmu dan risalah (Bihar al-Anwar).
2.Ahlul Bait sebagai pewaris ilmu kenabian – dijelaskan dalam hadis Tsaqalain (Shahih Muslim).
3.Imam Ali sebagai bagian tak terpisahkan dari pohon kenabian – menegaskan peranannya dalam melanjutkan ajaran Nabi (Mustadrak al-Hakim).
4.Imam Mahdi sebagai cabang terakhir dari pohon kenabian – yang akan menegakkan keadilan di akhir zaman (Sunan Abu Dawud).
5.Ahlul Bait sebagai pohon yang diberkahi – sebagai penerus spiritual sejak zaman Nabi Adam (Yanabi’ al-Mawaddah).

Dengan demikian, konsep شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Pohon Kenabian) dalam hadis menegaskan bahwa kenabian bukan sekadar garis keturunan, tetapi juga kesinambungan ilmu, kepemimpinan, dan bimbingan spiritual kepada umat manusia.
Dalam hadis-hadis Ahlul Bait (riwayat yang berasal dari Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain, dan keturunan mereka), شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Syajaratun-Nubuwwah, Pohon Kenabian) sering digunakan untuk menggambarkan posisi istimewa Nabi Muhammad ﷺ dan keluarganya sebagai sumber ilmu, kepemimpinan, dan petunjuk ilahi. Berikut beberapa riwayat penting dari Ahlul Bait tentang konsep ini:
1. Hadis Imam Ali: Kami Adalah Pohon Kenabian
Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata:
“Kami adalah Pohon Kenabian, tempat turunnya risalah, tempat lalu-lalang para malaikat, sumber ilmu, dan tempat tujuan rahasia-rahasia Allah di antara makhluk-Nya.”
(Sumber: Nahjul Balaghah, Khutbah 108)
Makna:
•Imam Ali menegaskan bahwa Ahlul Bait adalah pusat ilmu kenabian dan tempat Allah menurunkan hikmah-Nya.
•Mereka bukan sekadar keturunan biologis Nabi, tetapi juga penjaga risalah dan wahyu.
2. Hadis Imam Hasan: Ahlul Bait adalah Pohon yang Diberkahi
Imam Hasan al-Mujtaba (as) bersabda:”Kami adalah Ahlul Bait yang telah Allah pilih untuk kenabian dan menjadikan kami sebagai tempat turunnya wahyu. Kami adalah pohon yang diberkahi yang cabangnya tersebar luas, dan siapa yang berpegang teguh padanya, ia akan selamat.”(Sumber: Tafsir al-Burhan, Jilid 3, hal. 310)
Makna:
•Ahlul Bait adalah “pohon yang diberkahi” sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nur: 35.
•Mereka adalah sumber petunjuk yang akan membawa keselamatan bagi yang mengikuti mereka.
3. Hadis Imam Husain: Nabi Muhammad ﷺ sebagai Akar, Ahlul Bait sebagai Batang, dan Pengikutnya sebagai Buah
Imam Husain (as) berkata:
“Sesungguhnya Allah menciptakan Muhammad sebagai akar pohon ini, menjadikan Ali sebagai batangnya, Fatimah sebagai cabangnya, dan Hasan serta Husain sebagai buahnya. Pengikut kami (Syiah) adalah daunnya. Maka siapa yang berpegang pada rantingnya, ia akan selamat, dan siapa yang menjauhinya, ia akan tersesat.”
(Sumber: Bihar al-Anwar, Jilid 23, hal. 288)
Makna:
•Pohon ini bukan sekadar simbol silsilah, tetapi juga representasi ajaran, bimbingan, dan keselamatan spiritual.
•Para Syiah yang mengikuti Ahlul Bait adalah bagian dari pohon ini dan akan memperoleh keselamatan.
4. Hadis Imam Ja’far Ash-Shadiq: Ilmu Para Imam dari Nabi Muhammad ﷺ
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) bersabda:”Kami adalah cabang dari Pohon Kenabian. Ilmu kami berasal dari ilmu Allah, dan hikmah kami berasal dari hikmah-Nya. Kami adalah pelindung bagi orang-orang yang berlindung kepada kami, dan cahaya bagi yang mencari petunjuk dari kami.”
(Sumber: Al-Kafi, Jilid 1, hal. 219)
Makna:
•Imam-imam dari Ahlul Bait menerima ilmu dari Nabi Muhammad ﷺ, yang berasal dari Allah.
•Mereka adalah penerus ilmu kenabian dan merupakan sumber petunjuk bagi umat.
5. Hadis Imam Musa Al-Kazhim: Ahlul Bait sebagai Perantara Ilmu Allah
Imam Musa Al-Kazhim (as) bersabda:”Sesungguhnya Allah memiliki makhluk pilihan-Nya yang dijadikan sebagai sumber ilmu-Nya. Mereka adalah Ahlul Bait Nabi yang berasal dari Pohon Kenabian. Siapa yang mengenali mereka, ia akan mengenal Allah, dan siapa yang mengabaikan mereka, ia akan tersesat.”(Sumber: Uyun Akhbar ar-Ridha, Jilid 2, hal. 64)
Makna:
•Mengenal Ahlul Bait berarti mengenal Allah, karena mereka adalah perantara ilmu-Nya.
•Mengabaikan mereka berarti menjauh dari jalan kebenaran.
6. Hadis Imam Ridha: Imam Mahdi sebagai Cabang Terakhir dari Pohon Kenabian
Imam Ali Ridha (as) bersabda:
“Al-Mahdi dari keturunanku adalah cabang terakhir dari Pohon Kenabian. Allah akan mengutusnya untuk memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.”
(Sumber: Kamaluddin wa Tamam an-Ni‘mah, Jilid 2, hal. 377)
Makna:
•Imam Mahdi (as) adalah perwujudan akhir dari kesinambungan risalah kenabian.
•Dia akan menjadi pemimpin terakhir dari garis keturunan Nabi untuk menegakkan keadilan di akhir zaman.
Kesimpulan
Dari hadis-hadis Ahlul Bait, “Pohon Kenabian” memiliki makna mendalam:
1.Pohon Kenabian melambangkan kesinambungan ilmu dan petunjuk ilahi (Imam Ali, Nahjul Balaghah).
2.Ahlul Bait adalah pohon yang diberkahi yang membawa keberkahan bagi umat (Imam Hasan, Tafsir al-Burhan).
3.Pohon ini memiliki akar (Nabi Muhammad), batang (Imam Ali), cabang (Fatimah), buah (Hasan & Husain), serta daun (pengikutnya) (Imam Husain, Bihar al-Anwar).
4.Para Imam dari Ahlul Bait adalah penerus ilmu Nabi (Imam Ja’far, Al-Kafi).
5.Mengenal Ahlul Bait adalah mengenal Allah, karena mereka adalah perantara ilmu-Nya (Imam Musa al-Kazhim, Uyun Akhbar ar-Ridha).
6.Imam Mahdi adalah cabang terakhir dari Pohon Kenabian yang akan menegakkan keadilan di akhir zaman (Imam Ridha, Kamaluddin wa Tamam an-Ni‘mah).
Hadis-hadis ini menegaskan bahwa Pohon Kenabian bukan hanya garis keturunan biologis, tetapi juga kesinambungan risalah, ilmu, dan bimbingan ilahi yang diwariskan melalui Ahlul Bait.
7. Hadis Imam Ali Zainal Abidin: Ahlul Bait adalah Cahaya dan Sumber Ilmu
Imam Ali Zainal Abidin (as) bersabda:”Kami adalah akar ilmu, tempat turunnya wahyu, dan pelita yang menerangi kegelapan. Pengikut kami adalah cabang yang tumbuh dari kami, dan musuh kami adalah duri yang menempel pada pohon ini, yang akan dicabut oleh Allah.”
(Sumber: Bihar al-Anwar, Jilid 23, hal. 289)
Makna:
•Ahlul Bait adalah sumber ilmu dan wahyu ilahi, sedangkan pengikut mereka adalah cabang yang mendapatkan manfaat dari pohon ini.
•Musuh mereka diibaratkan sebagai duri yang akan dicabut oleh Allah, menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki bagian dalam rahmat ilahi.
8. Hadis Imam Muhammad Al-Baqir: Ahlul Bait Sebagai Pelanjut Misi Kenabian
Imam Muhammad Al-Baqir (as) bersabda:”Allah menjadikan kami sebagai keturunan dari Pohon Kenabian, tempat wahyu diturunkan, dan penyampai perintah-Nya. Kami adalah wali-wali Allah di bumi-Nya, yang memimpin dengan izin-Nya dan memberi petunjuk dengan cahaya-Nya.”(Sumber: Tafsir al-Qummi, Jilid 2, hal. 312)
Makna:
•Ahlul Bait bukan sekadar keturunan biologis Nabi, tetapi juga pemegang amanah wahyu dan petunjuk ilahi.
•Mereka berperan sebagai wali Allah yang memimpin dan memberikan bimbingan kepada umat.
9. Hadis Imam Ja’far Ash-Shadiq: Keselamatan dalam Berpegang pada Ahlul Bait
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) bersabda:”Sesungguhnya Allah menjadikan kami sebagai bagian dari Pohon Kenabian. Barang siapa yang berpegang teguh pada cabangnya, ia akan selamat, dan barang siapa yang meninggalkannya, ia akan binasa. Kami adalah pintu keselamatan bagi umat ini.”
(Sumber: Al-Kafi, Jilid 1, hal. 220)
Makna:
•Pohon Kenabian adalah sumber keselamatan, dan Ahlul Bait merupakan bagian dari pohon ini.
•Siapa yang mengikuti mereka akan selamat, sedangkan yang meninggalkan mereka akan tersesat.
10. Hadis Imam Musa Al-Kazhim: Ahlul Bait Sebagai Penyaring Umat
Imam Musa Al-Kazhim (as) bersabda:”Kami adalah pohon yang diberkahi yang Allah tanam di bumi-Nya. Allah menguji hamba-hamba-Nya melalui kecintaan kepada kami. Barang siapa yang tetap teguh bersama kami, ia akan lulus dalam ujian ini, dan barang siapa yang berpaling, ia akan tersingkir dari rahmat-Nya.”(Sumber: Uyun Akhbar ar-Ridha, Jilid 2, hal. 65)
Makna:
•Ahlul Bait adalah pohon yang ditanam Allah untuk menguji manusia.
•Mereka yang mencintai dan mengikuti Ahlul Bait akan lulus dalam ujian keimanan.
Kesimpulan Tambahan
Konsep “Pohon Kenabian” semakin jelas bahwa:
1.Ahlul Bait adalah sumber ilmu dan wahyu, sedangkan pengikut mereka adalah cabang yang mendapatkan manfaat (Imam Ali Zainal Abidin).
2.Mereka bukan hanya keturunan Nabi, tetapi juga wali Allah yang bertugas memimpin umat (Imam Muhammad Al-Baqir).
3.Berpegang teguh pada Ahlul Bait adalah kunci keselamatan dalam agama (Imam Ja’far Ash-Shadiq).
4.Allah menguji manusia dengan kecintaan kepada Ahlul Bait, dan hanya yang lulus ujian ini yang akan mendapatkan rahmat-Nya (Imam Musa Al-Kazhim).
Keseluruhan hadis ini menegaskan bahwa Pohon Kenabian bukan hanya tentang garis keturunan, tetapi juga kesinambungan petunjuk, kepemimpinan, dan ujian keimanan bagi umat manusia.
Para mufasir (ahli tafsir) telah memberikan berbagai penjelasan mengenai istilah شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Syajaratun-Nubuwwah, Pohon Kenabian) dalam Al-Qur’an.
Berikut adalah beberapa pandangan mereka:
1. Tafsir Al-Baghawi:
Dalam menafsirkan ayat QS. An-Nur: 35, yang berbunyi:
“Allah adalah cahaya langit dan bumi…”
Al-Baghawi mengutip beberapa pendapat ulama, termasuk dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah adalah pemberi petunjuk bagi penghuni langit dan bumi. Selain itu, disebutkan juga bahwa Allah menerangi langit dengan malaikat dan bumi dengan para nabi. Meskipun tidak secara langsung menyebut istilah “Pohon Kenabian”, tafsir ini menekankan peran para nabi sebagai sumber cahaya dan petunjuk bagi umat manusia.
2. Tafsir Al-Jalalayn:
Dalam menafsirkan ayat QS. Al-Ma’idah: 15, yang berbunyi:
“Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan.”
Al-Jalalayn menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “cahaya” dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad ﷺ. Penafsiran ini menunjukkan bahwa Nabi dianggap sebagai sumber cahaya ilahi bagi umat manusia.
3. Tafsir Ibnu Jarir al-Tabari:
Ibnu Jarir al-Tabari, dalam menafsirkan ayat yang sama (QS. Al-Ma’idah: 15), menyatakan bahwa “cahaya” merujuk kepada Nabi Muhammad ﷺ, melalui siapa Allah menerangi kebenaran, menampakkan Islam, dan menghapuskan kemusyrikan. Nabi digambarkan sebagai cahaya bagi siapa saja yang mencari pencerahan darinya, yang menjelaskan kebenaran.
4. Tafsir Al-Qurtubi:
Al-Qurtubi, dalam tafsirnya terhadap QS. Al-Baqarah: 253, membahas tentang keutamaan para nabi dan menyatakan bahwa meskipun kenabian itu sendiri tidak memiliki tingkatan, para nabi dibedakan oleh kelebihan, kehormatan, dan mukjizat yang diberikan kepada mereka. Ini menunjukkan bahwa “Pohon Kenabian” memiliki cabang-cabang dengan derajat yang berbeda, mencerminkan keutamaan masing-masing nabi.
Kesimpulan:
Para mufasir menafsirkan konsep “Pohon Kenabian” sebagai simbol kesinambungan risalah ilahi yang disampaikan melalui para nabi, dengan Nabi Muhammad ﷺ sebagai pusat atau puncaknya. Mereka menekankan peran para nabi sebagai sumber cahaya dan petunjuk bagi umat manusia, serta menyoroti keutamaan dan kehormatan yang diberikan kepada masing-masing nabi dalam “Pohon Kenabian” tersebut.
1. Tafsir Ibnu Katsir:
Dalam menafsirkan ayat QS. An-Nur: 35, yang berbunyi:
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi…”
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memberikan perumpamaan cahaya-Nya dengan misykat (relung) yang di dalamnya terdapat misbah (lampu), dan lampu tersebut berada dalam kaca (zujajah). Kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tidak tumbuh di tempat yang hanya terkena sinar matahari pagi atau sore saja, tetapi di tempat yang mendapatkan sinar matahari penuh, sehingga minyaknya hampir-hampir bercahaya dengan sendirinya meskipun tidak disentuh api. Ini adalah perumpamaan untuk hati orang mukmin yang dipenuhi dengan iman dan ilmu, yang bersinar dengan petunjuk Allah. Meskipun tidak secara eksplisit menyebut “Pohon Kenabian”, tafsir ini menggambarkan sumber cahaya dan petunjuk yang berasal dari Allah melalui wahyu-Nya.
2. Tafsir As-Sa’di:
Dalam tafsirnya terhadap ayat yang sama (QS. An-Nur: 35), As-Sa’di menyatakan bahwa Allah memberikan perumpamaan cahaya-Nya yang ditempatkan di hati hamba-Nya yang beriman. Misykat diibaratkan sebagai dada orang mukmin, misbah sebagai cahaya iman, dan zujajah sebagai hati yang bersih dan murni. Cahaya ini dinyalakan dari pohon zaitun yang diberkahi, yang tumbuh di tempat yang mendapatkan sinar matahari penuh, menggambarkan sumber yang murni dan suci. Meskipun tidak menyebut “Pohon Kenabian” secara langsung, tafsir ini menekankan pentingnya hati yang bersih dan iman yang kuat sebagai penerima cahaya ilahi.
3. Tafsir Al-Alusi (Ruhul Ma’ani):
Al-Alusi, dalam tafsirnya “Ruhul Ma’ani”, menafsirkan ayat QS. An-Nur: 35 dengan menyatakan bahwa misykat adalah perumpamaan untuk dada Nabi Muhammad ﷺ, misbah adalah perumpamaan untuk nubuwah (kenabian), dan zujajah adalah perumpamaan untuk hati beliau yang suci. Pohon zaitun yang diberkahi diibaratkan sebagai pohon kenabian yang berasal dari Nabi Ibrahim (as), yang tidak condong ke Yahudi (timur) atau Nasrani (barat), tetapi berada di tengah-tengah sebagai Hanif (lurus). Tafsir ini secara langsung mengaitkan “Pohon Kenabian” dengan silsilah kenabian yang berasal dari Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad ﷺ.
4. Tafsir Al-Baydawi:
Al-Baydawi, dalam tafsirnya terhadap QS. An-Nur: 35, menyatakan bahwa misykat adalah perumpamaan untuk dada Nabi Muhammad ﷺ, misbah adalah perumpamaan untuk cahaya kenabian, dan zujajah adalah perumpamaan untuk hati beliau yang bersih dan murni. Pohon zaitun yang diberkahi diibaratkan sebagai pohon kenabian yang berasal dari Nabi Ibrahim (as), yang tidak condong ke timur atau barat, tetapi berada di tengah sebagai Hanif. Tafsir ini menegaskan bahwa “Pohon Kenabian” adalah silsilah kenabian yang murni dan lurus, dengan Nabi Muhammad ﷺ sebagai penerus terakhirnya.
Kesimpulan Tambahan:
Konsep “Pohon Kenabian” semakin dipahami sebagai:
1.Silsilah kenabian yang berasal dari Nabi Ibrahim (as) hingga Nabi Muhammad ﷺ, yang tidak condong ke arah agama tertentu tetapi berada di jalan yang lurus dan murni.
2.Perumpamaan untuk hati yang bersih dan murni yang menjadi penerima cahaya ilahi dan petunjuk dari Allah.
Para mufasir menekankan pentingnya hati yang suci dan iman yang kuat sebagai penerima cahaya kenabian, serta menggambarkan silsilah kenabian sebagai pohon yang diberkahi yang menghasilkan buah-buah petunjuk dan cahaya bagi umat manusia.
Para mufasir Syiah memberikan penjelasan yang mendalam mengenai konsep شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Syajaratun-Nubuwwah, Pohon Kenabian), menekankan hubungan erat antara kenabian dan kepemimpinan Ahlul Bait. Berikut adalah beberapa pandangan mereka:
1. Tafsir Al-Mizan oleh Allamah Thabathaba’i:
Allamah Thabathaba’i, dalam tafsirnya “Al-Mizan”, menafsirkan ayat QS. Ibrahim: 24, yang berbunyi:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.”
Beliau menjelaskan bahwa “kalimat yang baik” merujuk pada tauhid dan iman, sementara “pohon yang baik” diibaratkan sebagai pohon kenabian dan wilayah (kepemimpinan) yang akarnya adalah Nabi Muhammad ﷺ dan cabangnya adalah para imam dari Ahlul Bait. Pohon ini memberikan buahnya setiap saat, yang berarti ilmu dan hikmah yang terus-menerus diberikan oleh para imam kepada umat manusia.
2. Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn oleh Al-Huwaizi:
Al-Huwaizi, dalam tafsirnya “Nur Ats-Tsaqalayn”, menafsirkan ayat QS. An-Nur: 35, yang berbunyi:
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi…”
Beliau mengutip riwayat dari Imam Ja’far Ash-Shadiq yang menyatakan bahwa “misykat” adalah perumpamaan untuk Fatimah Az-Zahra, “misbah” adalah perumpamaan untuk Hasan dan Husain, dan “zujajah” adalah perumpamaan untuk Fatimah yang bersinar seperti bintang yang bercahaya. “Pohon yang diberkahi” adalah perumpamaan untuk Ibrahim, dan “minyaknya bercahaya” merujuk pada ilmu yang ada pada imam yang berasal dari keturunan Fatimah, yang menampakkan kebenaran sebelum mereka berbicara karena petunjuk ilahi yang mereka miliki.
3. Tafsir As-Safi oleh Al-Kashani:
Al-Kashani, dalam tafsirnya “As-Safi”, menafsirkan ayat QS. Al-Mu’minun: 29, yang berbunyi:
“Dan berdoalah: ‘Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.’”
Beliau mengaitkan “tempat yang diberkahi” dengan Ahlul Bait, yang merupakan sumber berkah dan petunjuk bagi umat manusia. Dalam konteks “Pohon Kenabian”, Ahlul Bait dianggap sebagai manifestasi nyata dari pohon tersebut, dengan Nabi Muhammad ﷺ sebagai akarnya dan para imam sebagai cabangnya yang memberikan buah ilmu dan hikmah.
4. Tafsir Al-Burhan oleh Al-Bahrani:
Al-Bahrani, dalam tafsirnya “Al-Burhan”, menafsirkan ayat QS. Al-Isra: 60, yang berbunyi:
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: ‘Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia…’.”
Beliau mengutip riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah akar dari “Pohon Kenabian”, dan Ali bin Abi Thalib serta para imam dari keturunannya adalah cabang-cabangnya. Pohon ini memberikan buahnya berupa pengetahuan dan petunjuk kepada para pengikutnya. Dengan demikian, “Pohon Kenabian” melambangkan kesinambungan spiritual dan ilmiah yang diwariskan melalui Ahlul Bait.
Kesimpulan:
Para mufasir Syiah menafsirkan “Pohon Kenabian” sebagai simbol dari kesinambungan spiritual dan ilmiah yang dimulai dari Nabi Muhammad ﷺ dan dilanjutkan melalui Ahlul Bait. Mereka menekankan bahwa Ahlul Bait adalah sumber ilmu, hikmah, dan petunjuk bagi umat manusia, dengan peran sentral dalam menyebarkan ajaran Islam yang murni.
Para mufasir Syiah memberikan penjelasan yang mendalam mengenai konsep شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ (Syajaratun-Nubuwwah, Pohon Kenabian), menekankan hubungan erat antara kenabian dan kepemimpinan Ahlul Bait. Berikut adalah beberapa pandangan mereka:
1. Tafsir Al-Mizan oleh Allamah Thabathaba’i:
Allamah Thabathaba’i, dalam tafsirnya “Al-Mizan”, menafsirkan ayat QS. Ibrahim: 24, yang berbunyi:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.”
Beliau menjelaskan bahwa “kalimat yang baik” merujuk pada tauhid dan iman, sementara “pohon yang baik” diibaratkan sebagai pohon kenabian dan wilayah (kepemimpinan) yang akarnya adalah Nabi Muhammad ﷺ dan cabangnya adalah para imam dari Ahlul Bait. Pohon ini memberikan buahnya setiap saat, yang berarti ilmu dan hikmah yang terus-menerus diberikan oleh para imam kepada umat manusia.
2. Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn oleh Al-Huwaizi:
Al-Huwaizi, dalam tafsirnya “Nur Ats-Tsaqalayn”, menafsirkan ayat QS. An-Nur: 35, yang berbunyi:
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi…”
Beliau mengutip riwayat dari Imam Ja’far Ash-Shadiq yang menyatakan bahwa “misykat” adalah perumpamaan untuk Fatimah Az-Zahra, “misbah” adalah perumpamaan untuk Hasan dan Husain, dan “zujajah” adalah perumpamaan untuk Fatimah yang bersinar seperti bintang yang bercahaya. “Pohon yang diberkahi” adalah perumpamaan untuk Ibrahim, dan “minyaknya hampir-hampir bercahaya” merujuk pada ilmu yang ada pada imam yang berasal dari keturunan Fatimah, yang menampakkan kebenaran sebelum mereka berbicara karena petunjuk ilahi yang mereka miliki.
3. Tafsir As-Safi oleh Al-Kashani:
Al-Kashani, dalam tafsirnya “As-Safi”, menafsirkan ayat QS. Al-Mu’minun: 29, yang berbunyi:
“Dan berdoalah: ‘Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.’”
Beliau mengaitkan “tempat yang diberkahi” dengan Ahlul Bait, yang merupakan sumber berkah dan petunjuk bagi umat manusia. Dalam konteks “Pohon Kenabian”, Ahlul Bait dianggap sebagai manifestasi nyata dari pohon tersebut, dengan Nabi Muhammad ﷺ sebagai akarnya dan para imam sebagai cabangnya yang memberikan buah ilmu dan hikmah.
4. Tafsir Al-Burhan oleh Al-Bahrani:
Al-Bahrani, dalam tafsirnya “Al-Burhan”, menafsirkan ayat QS. Al-Isra: 60, yang berbunyi:
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: ‘Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia…’.”
Beliau mengutip riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah akar dari “Pohon Kenabian”, dan Ali bin Abi Thalib serta para imam dari keturunannya adalah cabang-cabangnya. Pohon ini memberikan buahnya berupa pengetahuan dan petunjuk kepada para pengikutnya. Dengan demikian, “Pohon Kenabian” melambangkan kesinambungan spiritual dan ilmiah yang diwariskan melalui Ahlul Bait.
5. Tafsir Al-Amthal oleh Ayatullah Nasir Makarim Shirazi:
Ayatullah Makarim Shirazi, dalam tafsirnya “Al-Amthal”, menafsirkan ayat QS. An-Nur: 35 dengan menyatakan bahwa “pohon yang diberkahi” merujuk pada pohon zaitun yang tumbuh di tempat yang mendapatkan sinar matahari penuh, menghasilkan minyak yang hampir bercahaya dengan sendirinya. Beliau mengaitkan perumpamaan ini dengan cahaya ilahi yang ditanamkan dalam hati para nabi dan imam, yang kemudian memancarkan petunjuk dan pengetahuan kepada umat manusia. Meskipun tidak secara eksplisit menyebut “Pohon Kenabian”, tafsir ini menekankan peran sentral para nabi dan imam sebagai penerus cahaya ilahi.
Kesimpulan:
Para mufasir Syiah menafsirkan “Pohon Kenabian” sebagai simbol dari kesinambungan spiritual dan ilmiah yang dimulai dari Nabi Muhammad ﷺ dan dilanjutkan melalui Ahlul Bait. Mereka menekankan bahwa Ahlul Bait adalah sumber ilmu, hikmah, dan petunjuk bagi umat manusia, dengan peran sentral dalam menyebarkan ajaran Islam yang murni.
Comments (0)
There are no comments yet