
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Baca juga:
Mentan Amran Bagikan Beasiswa untuk Anak Yatim Piatu Rp2,2 Milyar
Dalam perspektif mufassir Syiah, basā’ir sering diartikan sebagai pencerahan batin atau pengetahuan batin yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang memiliki hati yang bersih dan kesadaran spiritual yang tinggi. Berbeda dengan pandangan mufassir dari mazhab Sunni, dalam tafsir Syiah, basā’ir memiliki kaitan erat dengan Imam dan Ahlul Bayt, yang dianggap sebagai sumber pengetahuan hakiki dan petunjuk Ilahi. Dalam pandangan ini, basā’ir juga merujuk pada kemampuan untuk melihat kebenaran yang lebih dalam yang hanya dapat dicapai dengan ma’rifat (pengetahuan batin) yang diperoleh melalui petunjuk dari Imam.
Berikut adalah beberapa pandangan mufassir Syiah mengenai basā’ir:
1. Basā’ir sebagai Pencerahan yang Diberikan kepada Orang yang Beriman
Dalam tafsir al-Tabarsi (al-Majma’ al-Bayan), basā’ir disebut sebagai cahaya yang diberikan kepada orang-orang beriman untuk memudahkan mereka memahami wahyu dan kebenaran Ilahi. Pencerahan ini hanya dapat diterima oleh mereka yang memiliki hati yang bersih dan jiwa yang tulus.
“Basā’ir adalah pencerahan yang diberikan oleh Allah kepada mereka yang memiliki keimanan yang kuat, yang dengan itu mereka dapat memahami hakikat wahyu dan ajaran agama secara mendalam.”
(al-Majma’ al-Bayan, Tafsir surah Al-Baqarah: 74)
Makna: Basā’ir adalah pengetahuan yang mendalam dan pencerahan yang datang dari Allah untuk orang-orang beriman, membuka mereka untuk memahami kebenaran agama.
2. Basā’ir sebagai Pengetahuan yang Diberikan Melalui Imam Ahlul Bayt
Dalam tradisi Syiah, basā’ir sering kali dikaitkan dengan ma’rifat yang diberikan melalui Imam Ahlul Bayt. Mufassir Syiah seperti al-Kaf’ami dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pengetahuan hakiki tentang wahyu dan ajaran Islam hanya bisa didapatkan dengan bimbingan dari Imam yang diangkat oleh Allah, yang merupakan pemegang basā’ir.
“Basā’ir adalah pengetahuan yang datang melalui Imam, karena mereka adalah pewaris pengetahuan Ilahi yang mampu memberikan petunjuk kepada umat.”
(al-Kaf’ami, al-Balad al-amin)
Makna: Basā’ir dalam konteks ini adalah pengetahuan batin yang diberikan kepada umat melalui para Imam, yang berfungsi sebagai pemimpin spiritual dan sumber petunjuk Ilahi.
3. Basā’ir sebagai Cahaya yang Mengungkapkan Kebenaran
Menurut al-Tustari, seorang mufassir Syiah, basā’ir adalah cahaya spiritual yang memungkinkan seseorang melihat kebenaran yang tersembunyi dalam kehidupan ini. Hal ini lebih dari sekadar pemahaman intelektual, tetapi pemahaman yang melibatkan pencerahan hati dan batin.
“Basā’ir adalah cahaya yang mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi dalam wahyu Allah dan ciptaan-Nya, yang hanya dapat dilihat oleh mereka yang memiliki hati yang bersih.”
(al-Tustari, Tafsir surah Al-A’raf: 179)
Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat kebenaran yang tersembunyi di balik dunia fisik, dan hanya orang yang memiliki kesucian hati yang dapat menerima pencerahan ini.
4. Basā’ir sebagai Penglihatan Batin yang Membedakan Kebenaran dan Kesalahan
al-Fayyad dalam tafsirnya juga mengartikan basā’ir sebagai kemampuan batin untuk membedakan antara kebenaran (haqq) dan kesalahan (batil). Dalam pandangan ini, basā’ir memberi petunjuk untuk menghindari kesesatan dan mengarahkan seseorang ke jalan yang benar.
“Basā’ir adalah penglihatan batin yang membedakan antara yang haq dan yang batil, antara jalan yang benar dan jalan yang salah.”
(al-Fayyad, Tafsir surah Al-Isra: 9)
Makna: Basā’ir adalah pencerahan batin yang memungkinkan seseorang untuk memahami perbedaan antara kebenaran dan kebatilan, dan memberikan arah yang jelas dalam kehidupan spiritual.
5. Basā’ir sebagai Wawasan untuk Memahami Kehidupan Akhirat
al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar menjelaskan bahwa basā’ir juga mencakup pemahaman mendalam tentang kehidupan akhirat, yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memiliki pandangan batin yang tajam dan kedekatan dengan Allah.
“Basā’ir memberikan wawasan yang mendalam tentang kehidupan akhirat, yang membantu seorang mukmin mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal.”
(Bihar al-Anwar, jilid 23, hal. 221)
Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk memahami hakikat kehidupan setelah mati dan persiapan yang diperlukan untuk kehidupan yang abadi di akhirat.
6. Basā’ir sebagai Pemahaman yang Melampaui Duniawi
Mufassir Syiah seperti al-Tustari menekankan bahwa basā’ir membawa seseorang untuk memahami kebenaran yang melampaui duniawi. Hal ini mencakup pemahaman tentang hakikat Tuhan, penciptaan, dan tujuan kehidupan yang lebih tinggi.
“Basā’ir adalah pemahaman yang melampaui duniawi, yang membawa seseorang untuk melihat dan memahami hakikat Tuhan serta tujuan penciptaan ini.”
(al-Tustari, Tafsir surah Al-Baqarah: 2)
Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat dan memahami realitas yang lebih tinggi, yang melampaui batasan dunia ini dan mengarah pada pemahaman hakiki tentang Tuhan dan kehidupan.
Kesimpulan ; Menurut para mufassir Syiah, basā’ir adalah:
1.Pencerahan yang diberikan oleh Allah kepada orang yang beriman untuk memahami kebenaran agama.
2.Pengetahuan yang diperoleh melalui Imam Ahlul Bayt, yang merupakan sumber utama petunjuk Ilahi.
3.Cahaya spiritual yang memungkinkan seseorang untuk melihat kebenaran yang tersembunyi di balik dunia fisik.
4.Penglihatan batin yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
5.Wawasan tentang kehidupan akhirat, yang mengarahkan seseorang untuk mempersiapkan kehidupan yang kekal.
6.Pemahaman yang melampaui duniawi, yang mengarah pada pengetahuan tentang hakikat Tuhan dan tujuan penciptaan.
Secara keseluruhan, basā’ir dalam tafsir Syiah adalah pengetahuan batin yang diberikan oleh Allah melalui wahyu dan bimbingan Imam Ahlul Bayt, yang membuka mata hati umat untuk memahami kebenaran hakiki dan menjalani hidup yang sesuai dengan petunjuk Ilahi.
Dalam tradisi makrifat dan hakikat, basā’ir memiliki makna yang lebih dalam, yang berkaitan dengan pemahaman spiritual dan kesadaran batin tentang realitas yang lebih tinggi. Ahli makrifat, yang sering disebut sebagai ahli tasawuf atau sufi, memandang basā’ir sebagai pencerahan batin yang datang dari Allah, yang memungkinkan seorang individu untuk melihat kebenaran sejati di luar dunia material. Berikut adalah penjelasan mengenai basā’ir menurut para ahli makrifat dan hakikat:
1. Pandangan Batin yang Jernih
Para ahli makrifat melihat basā’ir sebagai kemampuan batin untuk melihat kebenaran yang tersembunyi di balik fenomena duniawi. Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat dengan hati, bukan hanya dengan mata fisik, dan merupakan tanda dari kedalaman pemahaman spiritual yang melampaui pengetahuan biasa.
“Basā’ir adalah cahaya yang Allah berikan kepada hati yang bersih, yang membolehkan seorang hamba untuk melihat yang ghaib dan memahami hakikat sesuatu.”
(Ibn Arabi, dalam Fusus al-Hikam)
Makna: Basā’ir di sini mengacu pada penglihatan batin yang membimbing individu untuk mengenali Tuhan, diri mereka sendiri, dan hakikat kehidupan.
2. Penglihatan Tuhan dalam Segala Sesuatu
Menurut para ahli makrifat, basā’ir adalah penglihatan batin yang memungkinkan seseorang untuk melihat tanda-tanda Tuhan di segala aspek kehidupan, bahkan dalam setiap ciptaan-Nya.
“Mata fisik dapat melihat dunia material, tetapi mata batin (basā’ir) hanya dapat melihat Tuhan dalam segala ciptaan-Nya.”
(Jalaluddin Rumi, dalam Mathnawi)
Makna: Dalam konteks ini, basā’ir bukan hanya pemahaman tentang dunia luar, tetapi juga penglihatan terhadap realitas Ilahi yang ada dalam segala ciptaan-Nya.
3. Makrifat: Pengetahuan yang Melampaui Akal
Basā’ir juga berkaitan dengan makrifat—pengetahuan langsung tentang Tuhan yang tidak bisa dicapai melalui logika atau pemikiran rasional biasa.
“Makrifat adalah pengetahuan yang diterima oleh hati melalui pencerahan Ilahi, bukan hanya sekadar akal atau indera.”
(Al-Ghazali, dalam Ihya’ Ulum al-Din)
Makna: Basā’ir di sini adalah bentuk pemahaman yang melampaui batas rasio dan indra, yang hanya bisa didapatkan melalui pengalaman spiritual dan kedekatan dengan Tuhan.
4. Cahaya Allah dalam Hati
Ahli hakikat menggambarkan basā’ir sebagai cahaya Ilahi yang Allah tanamkan dalam hati seorang salik (pejalan spiritual). Cahaya ini membimbingnya untuk melihat realitas yang tidak tampak oleh kebanyakan orang.
“Basā’ir adalah cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati seorang hamba yang menjadikan dirinya bersih dari noda duniawi dan batin yang tertutup.”
(Ibn Arabi, dalam Fusus al-Hikam)
Makna: Basā’ir merupakan cahaya yang menuntun seseorang untuk melihat kebenaran yang tersembunyi di balik fenomena duniawi dan menuju pengenalan yang lebih dalam tentang Tuhan.
5. Pembedaan antara Kebenaran dan Kebatilan
Para ahli makrifat juga menjelaskan bahwa basā’ir memungkinkan seseorang untuk membedakan antara kebenaran (haqq) dan kebatilan (batil) dengan cara yang mendalam, tanpa dipengaruhi oleh hawa nafsu dan ego.
“Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat kebenaran dalam segala keadaan dan situasi, meskipun banyak orang terperdaya oleh penampilan duniawi.”
(Imam Ali bin Abi Talib, dalam Nahjul Balaghah)
Makna: Dengan basā’ir, seorang individu mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah dengan pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya berdasarkan penilaian lahiriah.
6. Proses Penyucian Hati dan Pembukaan Mata Batin
Ahli tasawuf percaya bahwa basā’ir hanya dapat dicapai melalui proses penyucian hati dan pembukaan mata batin, yang dimulai dengan taubat, zikir, dan perenungan.
“Penyucian hati adalah kunci untuk membuka basā’ir, karena hati yang bersih dapat melihat dengan jelas kebenaran yang tidak terlihat oleh mata fisik.”
(Ibn al-Qayyim, dalam Madarij al-Salikin)
Makna: Untuk memperoleh basā’ir, seseorang harus melalui jalan spiritual yang panjang dan penuh ujian, yaitu dengan menyucikan hati dari segala kekotoran dan keinginan duniawi.
7. Memandang Dunia dengan Pandangan Tuhan
Menurut para ahli hakikat, basā’ir memungkinkan seorang hamba untuk melihat dunia dengan pandangan Tuhan, yang artinya melihat segala sesuatu sebagai bagian dari ciptaan Tuhan dan memahami setiap kejadian sebagai bagian dari takdir-Nya.
“Ketika seseorang memiliki basā’ir, dia akan melihat dunia ini tidak lebih dari sebuah cermin yang memantulkan cahaya Ilahi.”
(Ibn Arabi, dalam Fusus al-Hikam)
Makna: Basā’ir adalah pandangan yang lebih tinggi, melihat setiap kejadian sebagai bagian dari rencana Ilahi yang lebih besar.
8. Hakikat dan Kebenaran dalam Segala Sesuatu
Bagi ahli hakikat, basā’ir adalah kemampuan untuk melihat hakikat di balik setiap peristiwa dan ciptaan. Ini adalah wawasan batin yang menunjukkan bahwa segala sesuatu di dunia ini hanya tampak sebagai ilusi yang menyembunyikan kebenaran hakiki.
“Semua yang tampak di dunia ini hanyalah bayangan. Hanya dengan basā’ir, seseorang dapat melihat hakikat yang tersembunyi di baliknya.” Rumi, dalam Divan-i Kabir)
Makna: Basā’ir memberikan kemampuan untuk memahami bahwa dunia material ini bukanlah kenyataan sejati; ia hanya bayangan dari kenyataan yang lebih tinggi, yang hanya bisa dilihat dengan hati yang tercerahkan.
Kesimpulan; Bagi ahli makrifat dan ahli hakikat, basā’ir adalah:
1.Pencerahan batin yang memungkinkan seseorang melihat kebenaran lebih dalam dari yang tampak di permukaan.
2.Cahaya Ilahi yang membimbing hati untuk memahami hakikat segala sesuatu.
3.Pembedaan antara kebenaran dan kebatilan dengan pandangan yang lebih tinggi.
4.Pengetahuan langsung tentang Tuhan, yang melampaui akal dan indra.
5.Proses penyucian hati untuk membuka mata batin dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang realitas ilahiah.
Dengan demikian, basā’ir menurut ahli makrifat adalah jalan menuju pengenalan diri, pemahaman tentang Tuhan, dan kesadaran penuh akan kebenaran yang lebih tinggi.
Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, basā’ir merujuk pada pemahaman yang mendalam tentang kebenaran Ilahi, yang melibatkan kesadaran batin tentang hakikat diri, Allah, dan alam semesta. Konsep ini sangat penting dalam ajaran Syiah, terutama dalam konteks ma’rifat (pengetahuan batin) yang diberikan melalui para Imam Ahlul Bayt. Para ahli hakikat Syiah percaya bahwa basā’ir adalah cahaya yang Allah anugerahkan kepada hati orang-orang yang ikhlas dan tulus dalam mencari kebenaran.
Berikut adalah beberapa pemahaman tentang basā’ir menurut ahli hakikat Syiah:
1. Cahaya Ilahi yang Menerangi Hati
Para ahli hakikat Syiah menganggap basā’ir sebagai cahaya Ilahi yang menerangi hati seorang mukmin. Ini adalah bentuk pengetahuan yang hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang memiliki kesucian hati dan kesungguhan dalam mencari kebenaran.
“Basā’ir adalah cahaya yang diturunkan Allah ke dalam hati hamba-Nya yang ikhlas, yang dengan cahaya ini mereka dapat melihat kebenaran yang tersembunyi di balik dunia yang tampak.”
(Al-Kafi, jilid 1, hal. 402)
Makna: Basā’ir adalah bentuk pencerahan yang hanya diberikan kepada mereka yang memiliki hati yang bersih dan siap untuk menerima ilmu yang lebih dalam tentang Tuhan.
2. Pengenalan Allah Melalui Imam
Dalam ajaran Syiah, basā’ir tidak hanya berupa pengetahuan umum tentang Allah atau agama, tetapi juga pengenalan yang mendalam tentang Imam sebagai pemimpin yang diangkat oleh Allah untuk memberikan petunjuk spiritual. Imam Ali bin Abi Talib (as) menjelaskan:
“Sesungguhnya kami (Ahlul Bayt) adalah pintu-pintu petunjuk dan kami adalah cahaya yang diberikan kepada umat untuk mencapai kebenaran.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 147)
Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk mengenali kebenaran melalui pengajaran Imam, yang merupakan sumber utama petunjuk Ilahi bagi umat.
3. Hakikat Tuhan yang Terselubung
Ahli hakikat Syiah sering mengaitkan basā’ir dengan pengenalan terhadap hakikat Tuhan, yang tidak dapat dilihat dengan mata lahiriah, tetapi hanya dapat dipahami dengan mata batin yang terbuka. Dalam pandangan ini, dunia fisik hanyalah simbol dari kenyataan yang lebih tinggi.
“Dunia ini hanyalah bayangan dari Tuhan, dan hanya dengan basā’ir seseorang dapat melihat hakikat yang tersembunyi di balik segala ciptaan.”
(Ibn Arabi, dalam Fusus al-Hikam)
Makna: Basā’ir mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan dan hakikat alam semesta yang tidak tampak oleh mata fisik.
4. Penerimaan Ilmu yang Langsung dari Imam
Imam Ja’far ash-Shadiq (as) menjelaskan bahwa basā’ir adalah ilmu yang datang langsung dari Allah melalui Imam. Hal ini mencerminkan konsep ma’rifat yang hanya bisa dicapai melalui kedekatan dengan Imam dan Ahlul Bayt.
“Ilmu yang benar adalah ilmu yang datang dari Allah melalui wahyu dan melalui kami (Ahlul Bayt), karena kami adalah sumber dari basā’ir bagi umat manusia.”
(Bihar al-Anwar, jilid 23, hal. 221)
Makna: Basā’ir adalah ilmu batin yang mengarah pada pengenalan langsung terhadap kebenaran, yang diajarkan oleh Imam sebagai perwujudan petunjuk Ilahi.
5. Kesadaran Batin yang Menembus Kebenaran
Menurut ahli hakikat Syiah, basā’ir adalah kemampuan batin untuk menembus tirai-tirai duniawi dan melihat kebenaran yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan konsep wilayah dalam Syiah, di mana Imam dan Ahlul Bayt memiliki kedudukan yang sangat penting dalam memberikan pengetahuan dan petunjuk kepada umat.
“Bukan semua orang dapat melihat dengan mata batin. Hanya mereka yang memiliki basā’ir yang mampu melihat kebenaran di balik dunia yang tampak.”
(Al-Kafi, jilid 1, hal. 374)
Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat realitas yang lebih tinggi, yang hanya dapat diperoleh melalui penyucian batin dan kedekatan dengan Imam.
6. Pemahaman Tentang Kemanusiaan dan Akhirat
Basā’ir juga mengacu pada pemahaman tentang hakikat kehidupan manusia dan tujuan akhir manusia, yaitu kembali kepada Allah. Hal ini mencakup pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan akhirat, kematian, dan kehidupan sesudah mati.
“Mereka yang memiliki basā’ir akan memahami bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara dan bahwa kehidupan yang abadi adalah kehidupan akhirat.”
(Bihar al-Anwar, jilid 75, hal. 33)
Makna: Basā’ir membantu individu untuk menyadari tujuan utama dalam hidup ini, yaitu untuk mengenal Allah dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akhirat.
7. Tanda-tanda Ilahi dalam Setiap Kehidupan
Imam Ali (as) mengajarkan bahwa basā’ir membimbing seorang mukmin untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah di mana saja, baik dalam diri mereka sendiri, ciptaan-Nya, maupun dalam setiap peristiwa yang terjadi.
“Lihatlah dengan mata hatimu, dan kamu akan melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan di setiap ciptaan-Nya.”(Nahjul Balaghah, Khutbah 92)
Makna: Basā’ir adalah kemampuan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan dalam segala aspek kehidupan, menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah manifestasi dari kekuasaan-Nya.
8. Kehidupan yang Seimbang antara Dunia dan Akhirat
Para ahli hakikat Syiah menekankan bahwa basā’ir juga mengarahkan seseorang untuk memiliki pandangan yang seimbang antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Seorang yang memiliki basā’ir akan mengerti bahwa meskipun dunia ini penting, tujuan akhirnya adalah untuk mencapai kedekatan dengan Allah.
“Orang yang memiliki basā’ir tidak akan terlena oleh dunia, tetapi akan selalu mengingat tujuan akhirat yang lebih abadi.”(Al-Kafi, jilid 2, hal. 297)
Makna: Basā’ir memberi pemahaman yang jelas tentang pentingnya keseimbangan antara urusan duniawi dan ukhrawi, dengan fokus utama pada kehidupan yang kekal.
Kesimpulan; Menurut ahli hakikat Syiah, basā’ir adalah:
1.Cahaya Ilahi yang membimbing seseorang untuk melihat kebenaran yang lebih dalam.
2.Pengenalan Tuhan dan Imam sebagai sumber petunjuk Ilahi yang membawa umat kepada kebenaran.
3.Pengetahuan batin yang melampaui pemahaman lahiriah dan membawa kepada pemahaman hakiki tentang Tuhan dan ciptaan-Nya.
4.Penyucian hati yang memungkinkan penglihatan batin untuk memahami kebenaran yang tersembunyi.
5.Pemahaman tentang kehidupan dunia dan akhirat yang memberikan perspektif yang lebih tinggi tentang tujuan hidup manusia.
Dengan basā’ir, seorang mukmin dapat melihat dunia dengan pandangan yang lebih dalam dan spiritual, memahami hakikat kehidupan, dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Allah dan Ahlul Bayt.
Dalam tradisi Syiah, basā’ir sering kali dikaitkan dengan pencerahan spiritual yang datang dari Allah, yang membantu seseorang untuk mencapai pemahaman hakiki tentang agama, kebenaran, dan kehidupan akhirat. Beberapa kisah dan cerita dalam sejarah Islam, terutama yang melibatkan para Imam Ahlul Bayt, sering dijadikan contoh tentang bagaimana basā’ir atau pencerahan batin ini diberikan kepada orang-orang beriman.
Comments (0)
There are no comments yet