“Bismillah” adalah pintu masuk menuju kesadaran ilahi, tempat seorang hamba dan Tuhannya bertemu dalam harmoni spiritual, dan setiap amal menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam tradisi Syiah, ahli makrifat dan hakikat memiliki pemahaman yang mendalam dan spiritual terhadap “Bismillahirrahmanirrahim”. Mereka melihat frasa ini bukan hanya sebagai ucapan ritual, tetapi sebagai kunci yang membuka rahasia hubungan antara manusia dan Tuhan.
Berikut adalah pandangan mereka yang lebih khusus dalam konteks Syiah tentang “Bismillah”, yang sangat dipengaruhi oleh ajaran Ahlul Bait (keluarga Nabi) serta para imam Syiah.
1. Bismillah sebagai Manifestasi Nama-Nama Allah
Para ahli makrifat Syiah mengajarkan bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” adalah cerminan esensi Allah yang berwujud dalam nama-nama-Nya. Setiap kata dalam frasa ini mengandung makna yang mendalam:
•“Bismi” berarti dengan nama Allah, menegaskan bahwa semua tindakan yang dilakukan manusia terjadi karena dan melalui izin Allah. Tidak ada satu pun tindakan yang bebas dari kehendak-Nya.
•“Allah” adalah nama yang paling agung dan mewakili sifat-sifat ilahi yang tak terbatas, termasuk sifat kasih sayang, kekuasaan, dan kebijaksanaan.
•“Ar-Rahman” melambangkan rahmat universal Allah, yang meliputi seluruh alam semesta dan semua makhluk, tanpa memandang agama atau keyakinan mereka.
•“Ar-Rahim” menunjukkan rahmat yang khusus untuk orang-orang yang beriman, terutama di akhirat.
Menurut Irfan Syiah, ketika seseorang mengucapkan “Bismillah”, dia mengakui kehadiran Allah dalam segala sesuatu dan bahwa Allah adalah sumber segala kekuatan dan kehendak.
Syaikh Mufid, seorang ulama besar dalam tradisi Syiah, menekankan bahwa dengan mengucapkan “Bismillah”, manusia menempatkan seluruh eksistensinya dalam pengawasan dan perlindungan Allah.
2. Bismillah sebagai Simbol Penyerahan Diri
Ahli makrifat Syiah seperti Mulla Sadra menafsirkan “Bismillah” sebagai simbol dari penyerahan diri total kepada Allah.
Baginya, “Bismillah” tidak hanya sekedar ucapan, tetapi sebuah pengakuan spiritual bahwa manusia sepenuhnya bergantung kepada Tuhan. Dalam filsafat makrifat, penyerahan diri ini disebut sebagai fana’ fi Allah, atau hilang dalam Tuhan.
Mulla Sadra menegaskan bahwa ketika seseorang mengucapkan “Bismillah”, ia sebenarnya sedang melucuti dirinya dari keakuan dan meletakkan segala harapannya pada Allah. Ini adalah bentuk kesadaran eksistensial bahwa manusia tidak memiliki kuasa apapun tanpa izin dan kehendak Allah.
3. Rahmat dalam Bismillah
Dalam pandangan Syiah, terutama menurut ajaran Imam Ali Zainal Abidin (a.s.), rahmat Allah yang terkandung dalam “Bismillahirrahmanirrahim” mencerminkan dua aspek penting:
•Rahmat umum (Ar-Rahman): Rahmat yang diberikan kepada seluruh ciptaan, baik yang beriman maupun yang tidak beriman.
•Rahmat khusus (Ar-Rahim): Rahmat yang Allah simpan untuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Para Imam Syiah mengajarkan bahwa “Bismillah” adalah pintu rahmat. Mengucapkannya sebelum memulai sesuatu akan membuka pintu-pintu keberkahan dan perlindungan dari Allah.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (a.s.) menyatakan bahwa Bismillah adalah senjata spiritual yang melindungi manusia dari keburukan dan musibah.
4. Makna Bismillah dalam Konteks Makrifat
Dalam ajaran makrifat Syiah, “Bismillah” dipahami sebagai pernyataan kesadaran tentang kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Seorang makrifat, melalui penghayatan yang mendalam, akan menyadari bahwa mengucapkan “Bismillah” adalah pengakuan bahwa Allah hadir dalam setiap detik kehidupan dan dalam setiap tindakan manusia.
Menurut para Sufi Syiah, seperti Allamah Thabathabai, ucapan “Bismillah” adalah pintu masuk menuju pengetahuan langsung (gnosis) tentang Allah.
Di dalam Irfan (mistisisme Syiah), ada keyakinan bahwa nama Allah dalam “Bismillah” adalah manifestasi dari Zat Ilahi yang tersembunyi, dan “Bismillah” adalah jalan bagi seorang mukmin untuk mengakses dimensi spiritual yang lebih tinggi.
Dengan mengucapkan “Bismillah”, seorang hamba membuka dirinya untuk menerima ilham dan petunjuk ilahi yang akan membimbingnya dalam perjalanan spiritual.
5. Pandangan Imam Khomeini Tentang Bismillah
Imam Khomeini, seorang tokoh besar dalam makrifat Syiah modern, menjelaskan bahwa “Bismillahirrahmanirrahim” adalah jembatan antara dunia fisik dan dunia spiritual.
Baginya, mengucapkan “Bismillah” sebelum memulai sesuatu adalah bentuk penyadaran diri bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Ia mengajarkan bahwa “Bismillah” bukan hanya sekedar ritual formal, tetapi pengakuan atas ketergantungan mutlak manusia kepada Allah dalam segala hal.
Imam Khomeini juga menjelaskan bahwa rahmat Allah yang terkandung dalam “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” tidak hanya bersifat duniawi, tetapi juga mencakup kehidupan akhirat. Oleh karena itu, “Bismillah” harus dipahami sebagai cara untuk menyelaraskan niat manusia dengan kehendak ilahi, serta sarana untuk mendapatkan keberkahan baik di dunia maupun di akhirat.
6. Bismillah dan Fana’ Fillah
Dalam ajaran makrifat Syiah, terutama yang berhubungan dengan Irfan Mulla Sadra, “Bismillah” adalah ungkapan dari fana’ fillah (lenyap dalam Allah). Ketika seorang mukmin mengucapkan “Bismillah”, ia melepaskan egonya dan mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa dan kehendak penuh. Konsep ini sangat dekat dengan kesatuan wujud (wahdat al-wujud), di mana makhluk tidak memiliki wujud independen kecuali melalui wujud Allah.
7. Rahasia Spiritualitas di Balik Bismillah
Para ahli hakikat Syiah mengajarkan bahwa di balik “Bismillah” tersembunyi rahasia-rahasia spiritual yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang mencapai maqam (tingkatan spiritual) yang tinggi.
Dalam ajaran Allamah Al-Hilli, salah satu ulama besar Syiah, dijelaskan bahwa “Bismillah” mengandung energi ilahi yang mampu memberikan kekuatan spiritual dan membuka pintu-pintu hikmah bagi mereka yang mengucapkannya dengan tulus dan penuh kesadaran.
8. Hubungan Hamba dengan Allah Melalui Bismillah
Dalam ajaran makrifat Syiah, “Bismillah” adalah sarana untuk menghubungkan hamba dengan Tuhan.
Para Imam Ahlul Bayt as menekankan bahwa dengan menyebut nama Allah sebelum melakukan tindakan apa pun, seorang mukmin mengundang kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupannya.
Ini mencerminkan tauhid amali (tauhid dalam tindakan), di mana seseorang tidak hanya mengakui keesaan Allah secara teoritis, tetapi juga mempraktikkannya dalam setiap tindakan sehari-hari.
Dalam pandangan ahli makrifat dan hakikat Ahkul Bayt as “Bismillahirrahmanirrahim” adalah:
•Pernyataan kesadaran spiritual bahwa segala sesuatu dimulai dan berakhir dengan kehendak Allah.
•Pengakuan akan rahmat Allah yang meliputi seluruh ciptaan, dengan rahmat khusus yang diberikan kepada orang-orang beriman.
•Kunci menuju makrifat, membuka pintu untuk memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah melalui pengalaman langsung.
•Simbol penyerahan diri (fana’ fillah), di mana seorang mukmin mengakui ketidakberdayaannya tanpa kekuatan Allah.
•Jembatan spiritual yang menghubungkan dunia fisik dengan dunia spiritual, membawa berkah dan perlindungan dalam setiap tindakan yang dimulai dengan “Bismillah”.
Bagi para Sufi Syiah dan ahli hakikat, “Bismillah” adalah pintu masuk menuju kesadaran ilahi, tempat seorang hamba dan Tuhannya bertemu dalam harmoni spiritual, dan setiap amal menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Baca juga:
Raih Poin Penuh Di Laga perdana, Franca Merasa Persib Masih Harus Bekerja Keras
Comments (0)
There are no comments yet