Kolom: Kebutuhan Abadi Manusia akan Filsafat

Supa Athana - Tekno & Sains
13 October 2024 09:38
Filsafat kebutuhan sepanjang zaman sebagai alat pencarian kebenaran dan penuntun dalam menjalani hidup yang bermakna.

Penulis: Mohammad Adlany
             Pengasuh Filsafat Islam


Filsafat, sejak masa klasik hingga kontemporer, selalu diakui sebagai disiplin ilmu yang memainkan peran vital dalam memahami hakikat manusia, alam semesta, dan Tuhan. Dalam tradisi Islam, filsafat menempati posisi yang sangat penting sebagai alat untuk memahami kedalaman ajaran agama sekaligus mengarahkan akal dalam mencari kebenaran. Para filsuf Muslim seperti Alfarabi, Ibn Sina, Suhrawardi, dan Mulla Sadra telah menguraikan pentingnya filsafat bagi umat manusia, baik dalam hal mencari kebijaksanaan maupun dalam mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi.


Alfarabi: Filsafat dan Pembangunan Peradaban

Alfarabi menegaskan bahwa filsafat adalah sarana untuk membangun peradaban yang ideal. Ia berpendapat bahwa kebijaksanaan yang diperoleh dari filsafat sangat diperlukan untuk memahami hukum alam dan syariat ilahi secara rasional. Menurutnya, pemimpin yang bijaksana harus memiliki pemahaman filosofis agar mampu mengelola masyarakat dengan adil dan benar. Alfarabi menghubungkan filsafat dengan kebahagiaan manusia, baik secara individu maupun kolektif, dengan menyatakan bahwa "Manusia membutuhkan filsafat untuk mencapai kesempurnaan dalam berpikir dan moral, yang pada gilirannya akan memandu mereka pada kebahagiaan tertinggi" (Al-Madinah Al-Fadilah, hal. 120).


Ibn Sina: Filsafat dan Perolehan Kebenaran

Ibn Sina (Avicenna) adalah salah satu filsuf Muslim yang menekankan pentingnya filsafat dalam memahami kebenaran secara rasional dan metafisik. Dalam karyanya Al-Shifa, ia membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu-ilmu alam, matematika, dan metafisika. Bagi Ibn Sina, filsafat adalah jalan untuk mengenal realitas tertinggi, yaitu Tuhan, dan memahami bagaimana segala sesuatu di dunia ini terhubung secara logis. "Filsafat adalah sarana untuk memahami esensi dari segala sesuatu dan menyadari bahwa alam semesta diciptakan dengan keteraturan yang luar biasa" (Al-Shifa, hal. 30). Melalui filsafat, Ibn Sina juga menekankan pentingnya menggunakan akal untuk memperdalam pemahaman tentang agama, sehingga agama dan filsafat tidak saling bertentangan, melainkan saling melengkapi.


Suhrawardi: Filsafat Cahaya dan Pengetahuan

Baca juga:
Kolom: Makna طاعة (ṭā‘ah) dan معصية (ma‘ṣiyah)

Syaikh Al-Isyraq Suhrawardi menekankan bahwa manusia membutuhkan filsafat untuk menggapai pengetahuan yang murni dan cahaya kebenaran. Ia berpendapat bahwa pengetahuan sejati hanya dapat dicapai melalui kombinasi antara pengalaman batin dan argumentasi rasional. Menurutnya, akal manusia tidak dapat berhenti hanya pada pengetahuan empiris, melainkan harus bergerak menuju pengetahuan transendental yang lebih tinggi. Suhrawardi menyatakan, "Kebijaksanaan adalah jalan menuju pencerahan batin, di mana manusia dapat memahami rahasia keberadaan dan mendekatkan diri kepada Tuhan" (Hikmah Al-Isyraq, hal. 45).


Mulla Sadra: Filsafat dan Transendensi Jiwa

Mulla Sadra, dalam filsafatnya yang dikenal sebagai Hikmah Muta’aliyah (Filsafat Transendental), menegaskan bahwa filsafat adalah kebutuhan mendasar bagi manusia untuk memahami kesempurnaan jiwa dan realitas spiritual. Ia menolak pandangan bahwa filsafat hanya membahas hal-hal yang abstrak, sebaliknya, ia meyakini bahwa filsafat membimbing manusia menuju pemahaman hakikat eksistensi yang paling mendalam. Menurutnya, "Filsafat tidak hanya mencari pengetahuan, tetapi juga merupakan jalan untuk memperbaiki jiwa dan mengarahkan manusia menuju kebahagiaan yang abadi" (Al-Hikmah Al-Muta'aliyah, hal. 112). Sadra mengajarkan bahwa melalui filsafat, manusia dapat memahami hubungan antara alam material dan spiritual, serta mencapai tingkat eksistensi yang lebih tinggi.


Kesimpulan

Filsuf-filsuf Muslim seperti Alfarabi, Ibn Sina, Suhrawardi, dan Mulla Sadra sepakat bahwa filsafat merupakan kebutuhan abadi umat manusia. Filsafat tidak hanya membantu manusia memahami dunia dan Tuhan, tetapi juga memandu mereka dalam mencapai kebahagiaan, kesempurnaan jiwa, dan kehidupan yang lebih bermakna. Dalam pandangan para filsuf tersebut, filsafat tidak hanya relevan di masa lalu, tetapi tetap esensial untuk kehidupan manusia di masa kini dan masa depan, sebagai sarana untuk merenungkan eksistensi, memperkuat iman, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Filsafat, oleh karena itu, adalah disiplin yang tak lekang oleh waktu, selalu dibutuhkan oleh umat manusia sebagai alat pencarian kebenaran dan penuntun dalam menjalani hidup yang bermakna.


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment