Makna kematian sangat dipengaruhi oleh perspektif individu, agama, budaya, dan pengalaman pribadi, yang membuatnya menjadi konsep yang kaya dan kompleks.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesentren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Pelayan Pesentren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Berikut makna kematian yang sering dipahami dari berbagai sudut pandang:
1.Akhir Kehidupan Fisik: Kematian adalah berakhirnya kehidupan biologis, di mana fungsi-fungsi tubuh seperti detak jantung dan pernapasan berhenti secara permanen.
2.Perjalanan ke Alam Lain: Dalam banyak kepercayaan, kematian dianggap sebagai transisi menuju alam spiritual atau kehidupan setelah mati, seperti surga atau neraka.
3.Pembebasan dari Penderitaan: Beberapa pandangan menganggap kematian sebagai pembebasan dari penderitaan duniawi, terutama dalam konteks penyakit atau penderitaan fisik yang berkepanjangan.
4.Kematian Sebagai Kesempatan untuk Berefleksi: Kematian orang lain sering kali menjadi momen bagi yang hidup untuk merenungkan kehidupan, tujuan, dan makna keberadaan mereka.
5.Bagian dari Siklus Alam: Kematian dipandang sebagai bagian alami dari siklus kehidupan, di mana setiap makhluk hidup lahir, tumbuh, dan pada akhirnya mati.
6.Transisi dalam Kebudayaan atau Agama: Dalam beberapa budaya, kematian dianggap sebagai tahap transisi penting, yang diperingati dengan ritual dan upacara sebagai penghormatan terhadap roh orang yang telah meninggal.
7.Kehidupan Baru: Dalam kepercayaan tertentu, kematian adalah awal dari kehidupan yang baru, baik melalui reinkarnasi atau kehidupan kekal di alam lain.
8.Takdir yang Tak Terelakkan: Kematian adalah takdir yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun, dan karenanya banyak orang yang menganggapnya sebagai sesuatu yang pasti dan harus diterima.
9.Pengingat Keterbatasan Waktu: Kematian mengingatkan manusia bahwa kehidupan terbatas dan mendorong untuk hidup dengan tujuan yang jelas serta menghargai setiap momen yang ada.
10.Pemulihan Kehidupan di Dunia: Kematian juga dipandang sebagai cara bagi kehidupan di bumi untuk berlanjut, dengan siklus kematian dan kelahiran yang menjaga keseimbangan ekosistem.
Makna kematian sangat dipengaruhi oleh perspektif individu, agama, budaya, dan pengalaman pribadi, yang membuatnya menjadi konsep yang kaya dan kompleks.
Dalam Al-Qur’an, kematian memiliki berbagai makna dan dipahami melalui berbagai ayat yang mengajarkan tentang tujuan, hikmah, dan transisi kematian. Berikut makna kematian menurut Al-Qur’an:
1.Takdir yang Tak Terelakkan
Kematian adalah kepastian yang tidak dapat dihindari oleh setiap makhluk hidup, sebagai bagian dari takdir Allah.
Al-Quran 3:185
------------------
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
2.Kembali kepada Allah
Kematian adalah proses kembalinya manusia kepada Sang Pencipta setelah menjalani hidup di dunia.
Al-Quran 2:156
------------------
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
3.Perpisahan dari Kehidupan Duniawi
Kematian menandai akhir dari kehidupan dunia dan segala kesenangan serta penderitaannya.
Holy Quran 6:60
------------------
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُم بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.
4.Masa Pengadilan di Akhirat
Setelah kematian, manusia akan diadili di hari kiamat atas amal-amal mereka selama hidup.
Al-Quran 23:99
------------------
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),
Al-Quran 23:100
------------------
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.
5.Transisi ke Alam Barzakh
Setelah kematian, roh manusia berada di alam Barzakh sampai hari kebangkitan.
•QS. Al-Mu’minun (23): 100: ”…dan di hadapan mereka ada dinding (Barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.”
6.Pembalasan bagi Orang-orang yang Bertakwa dan Berdosa
Kematian akan diikuti dengan pembalasan bagi orang-orang yang beriman dengan pahala, dan bagi orang-orang yang berdosa dengan siksaan.
•QS. Al-Waqi’ah (56): 60-61: ”…Kami telah menetapkan kematian di antara kamu…”
7.Hikmah dan Ujian Kehidupan
Kematian adalah salah satu cara Allah menguji hamba-Nya untuk melihat siapa yang paling baik amalnya.
•QS. Al-Mulk (67): 2: “Yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”
8.Permulaan Kehidupan yang Kekal
Kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari kehidupan kekal di akhirat.
•QS. Al-Ankabut (29): 57: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”
9.Pemisahan antara yang Hak dan Batil
Kematian memisahkan antara orang-orang yang beriman dengan yang ingkar, serta menunjukkan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara.
•QS. Az-Zumar (39): 30-31: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula.”
10.Kesempatan Berakhir untuk Bertobat
Kematian adalah akhir dari kesempatan manusia untuk bertobat dan memperbaiki diri; setelah kematian, penyesalan tidak lagi berguna.
•QS. An-Nisa’ (4): 18: “Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka…”
Ayat-ayat di atas memberikan pandangan tentang kematian dalam Islam, menekankan bahwa kematian adalah bagian dari takdir Allah, masa transisi menuju kehidupan kekal, serta kesempatan akhir untuk mengumpulkan pahala di dunia.
Makna kematian menurut para mufassir (ahli tafsir Al-Qur’an) didasarkan pada penjelasan mereka atas ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas kematian.
Berikut ini adalah makna kematian berdasarkan penafsiran para mufassir:
1.Kematian sebagai Ketentuan Allah
Menurut Ibnu Katsir, kematian adalah ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun.
Kematian merupakan bagian dari qadha dan qadar yang telah ditetapkan oleh Allah bagi setiap makhluk hidup.
•QS. Ali Imran (3): 185: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati…”
2.Kembali kepada Pencipta (Rujuk kepada Allah)
Al-Qurthubi menafsirkan bahwa kematian adalah kepulangan manusia kepada Allah setelah menjalani kehidupan di dunia, sebagai tanda bahwa manusia adalah makhluk ciptaan yang tidak abadi.
•QS. Al-Baqarah (2): 156: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.”
3.Perpisahan dari Dunia yang Sementara
Tafsir Al-Mawardi menjelaskan bahwa kematian adalah perpisahan dari kehidupan dunia yang fana, untuk kemudian memulai kehidupan akhirat yang kekal.
Manusia perlu mempersiapkan amal untuk menghadapi kehidupan selanjutnya.
•QS. Al-Ankabut (29): 64: “Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan permainan belaka…”
4.Ujian Kehidupan
Al-Baghawi menafsirkan bahwa Allah menciptakan kematian dan kehidupan sebagai ujian untuk melihat siapa di antara manusia yang paling baik amalnya.
Kematian adalah bagian dari ujian ini.
•QS. Al-Mulk (67): 2: “Yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”
5.Transisi Menuju Alam Barzakh
Al-Alusi dalam tafsirnya Ruhul Ma’ani menjelaskan bahwa setelah kematian, ruh manusia akan memasuki alam Barzakh hingga hari kiamat.
Alam Barzakh adalah tempat perantara antara kehidupan dunia dan kebangkitan di akhirat.
•QS. Al-Mu’minun (23): 100: “Dan di hadapan mereka ada dinding (Barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.”
6.Awal Kehidupan Kekal di Akhirat
Menurut Tafsir Jalalain, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan pintu menuju kehidupan yang lebih kekal, baik di surga maupun di neraka.
Oleh karena itu, kematian adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya.
•QS. Al-Ankabut (29): 57: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”
7.Kematian sebagai Penutup Kesempatan Beramal
Ibnu Katsir menafsirkan bahwa kematian menutup semua kesempatan bagi manusia untuk beramal.
Setelah kematian, tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki amal atau bertobat.
•QS. Al-Mu’minun (23): 99-100: “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan…’”
8.Sifat Sementara Dunia
Al-Qurthubi menekankan bahwa kematian mengingatkan manusia akan kefanaan dunia.
Kehidupan dunia hanyalah tempat singgah sementara, dan tujuan akhir manusia adalah akhirat.
•QS. Al-Hadid (57): 20: “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau…”
9.Pemisahan Jiwa dan Raga
Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kematian adalah perpisahan antara ruh dan jasad.
Saat kematian tiba, ruh manusia keluar dari jasadnya dan tidak lagi terikat dengan kehidupan duniawi.
•QS. Az-Zumar (39): 42: “Allah mewafatkan jiwa ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya…”
10.Kematian sebagai Peringatan
Al-Baghawi menafsirkan bahwa kematian adalah salah satu bentuk peringatan yang Allah berikan kepada manusia.
Dengan adanya kematian, manusia diingatkan bahwa kehidupan ini singkat dan harus digunakan sebaik-baiknya untuk beribadah kepada Allah.
•QS. Ali Imran (3): 185: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, dan hanya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu…”
Dari penafsiran di atas, para mufassir sepakat bahwa kematian bukan hanya akhir dari kehidupan dunia, tetapi juga merupakan pintu gerbang menuju kehidupan akhirat, ujian dari Allah, dan peringatan bagi manusia agar mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal.
Dalam tradisi tafsir Syiah, pemahaman tentang kematian sejalan dengan pemahaman umum dalam Islam, namun ada beberapa penekanan khusus terkait spiritualitas, imamah, dan konsep keadilan Ilahi.
Berikut adalah makna kematian menurut tafsir para mufassir Syiah:
1.Kembali kepada Allah (Rujuk kepada Allah)
Kematian dipandang sebagai kembalinya manusia kepada Sang Pencipta. Allamah Thabathaba’i dalam Tafsir Al-Mizan menafsirkan bahwa kematian adalah saat manusia kembali kepada Allah untuk menerima pembalasan sesuai amal perbuatannya.
•QS. Al-Baqarah (2): 156: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.”
2.Transisi ke Alam Barzakh
Menurut Ayatullah Makarim Shirazi dalam Tafsir Al-Amthal, kematian merupakan pintu menuju alam Barzakh, tempat roh manusia tinggal sementara hingga hari kebangkitan.
Alam Barzakh juga menjadi tempat pembalasan sementara bagi amal perbuatan di dunia.
•QS. Al-Mu’minun (23): 100: ”…dan di hadapan mereka ada dinding (Barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.”
3.Awal Kehidupan Kekal di Akhirat
Para mufassir Syiah, termasuk Thabathaba’i, menekankan bahwa kematian adalah pintu masuk ke kehidupan kekal, baik di surga bagi orang-orang yang beriman dan taat, maupun di neraka bagi mereka yang mendustakan Allah dan para imam.
•QS. Al-Ankabut (29): 57: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”
4.Pembalasan atas Keadilan dan Penindasan
Allamah Majlisi menekankan dalam karya-karyanya bahwa kematian memberikan makna keadilan Ilahi.
Orang-orang yang tertindas dan tidak mendapatkan keadilan di dunia akan mendapatkannya di akhirat setelah kematian, sementara mereka yang menzalimi akan mendapatkan hukuman.
•QS. Ibrahim (14): 42: “Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim…”
5.Ujian Kehidupan dan Kematian
Thabathaba’i menjelaskan bahwa kehidupan dan kematian adalah ujian dari Allah untuk menguji siapa di antara manusia yang paling baik amalnya.
Kematian adalah bagian dari proses ini, di mana manusia akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya.
•QS. Al-Mulk (67): 2: “Yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”
6.Perjumpaan dengan Ahlul Bait di Alam Akhirat
Dalam tradisi Syiah, kematian juga dipandang sebagai perjumpaan dengan para Imam Ahlul Bait.
Al-Kulayni dalam Al-Kafi menekankan bahwa seorang mukmin yang berpegang teguh pada ajaran Ahlul Bait akan ditemui oleh mereka di alam kubur dan akan mendapatkan syafaat (pertolongan) di hari kiamat.
•QS. An-Nisa’ (4): 69: “Barangsiapa menaati Allah dan Rasul, maka mereka akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah…”
7.Pemurnian Jiwa Melalui Kematian
Beberapa mufassir Syiah, seperti Mulla Sadra, memandang kematian sebagai proses spiritual yang memurnikan jiwa.
Kematian memisahkan jiwa dari keterikatan duniawi, membawanya lebih dekat kepada Allah dan lebih siap untuk kehidupan abadi di akhirat.
•QS. Az-Zumar (39): 42: “Allah mewafatkan jiwa ketika matinya…”
8.Peringatan untuk Manusia
Al-Fayd al-Kashani dalam Tafsir As-Safi menyebutkan bahwa kematian adalah peringatan bagi manusia agar tidak terlena oleh dunia.
Dengan mengingat kematian, manusia diharapkan lebih sadar akan kehidupan akhirat dan lebih fokus pada amal kebajikan.
•QS. Ali Imran (3): 185: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati…”
9.Kematian sebagai Kebebasan dari Dunia yang Fana
Dalam pandangan Syiah, dunia ini seringkali dianggap sebagai tempat ujian dan penderitaan.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (salah satu Imam Syiah) menyebut bahwa kematian bagi orang-orang yang bertakwa adalah kebebasan dari penderitaan dunia dan pintu menuju kebahagiaan abadi.
•QS. Al-An’am (6): 32: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan permainan dan senda gurau belaka…”
10.Persiapan Menuju Hari Kiamat
Kematian dalam pandangan mufassir Syiah juga diartikan sebagai persiapan untuk menghadapi hari kebangkitan.
Allamah Thabathaba’i menegaskan bahwa kematian hanyalah fase sebelum hari kiamat, di mana seluruh umat manusia akan dibangkitkan dan diadili atas amal perbuatan mereka.
•QS. Al-Hajj (22): 7: “Dan sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya…”
Kesimpulannya, dalam tradisi tafsir Syiah, kematian bukan hanya sebagai akhir dari kehidupan dunia, tetapi juga awal dari kehidupan kekal, tempat di mana setiap individu akan menerima balasan berdasarkan amal perbuatannya, serta momen penting yang berkaitan dengan konsep keadilan Ilahi, spiritualitas, dan syafaat dari Ahlul Bait.
Dalam pandangan para ahli makrifat dan hakikat (sufi dan kaum arifin), kematian tidak hanya dipahami secara fisik atau biologis, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang dalam.
Berikut ini adalah makna kematian menurut para ahli makrifat dan hakikat:
1.Kematian sebagai Pemisahan dari Dunia Material (Fana)
Para ahli makrifat memahami kematian sebagai pemisahan antara ruh dan dunia material.
Ibn Arabi, seorang sufi besar, memandang kematian sebagai perpisahan dari keterikatan duniawi (fana) dan transisi menuju kehidupan hakiki yang lebih dekat dengan Allah (baqa).
•QS. Al-Hadid (57): 20: “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau…”
2.Kematian sebagai Perjalanan Spiritual (Safar Ilallah)
Dalam tasawuf, kematian dipandang sebagai awal dari perjalanan ruhani menuju Allah.
Jalaluddin Rumi dalam karya-karyanya menekankan bahwa kematian adalah safar (perjalanan) menuju pertemuan dengan Sang Kekasih, yaitu Allah.
•QS. Al-Insyiqaq (84): 6: “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.”
3.Kematian Sebagai Penghancuran Ego (Mati Sebelum Mati)
Salah satu konsep utama dalam tasawuf adalah “mati sebelum mati” (al-maut qabl al-maut), yaitu meninggalkan ego dan hawa nafsu (nafs) sebelum kematian fisik datang.
Para ahli makrifat, seperti Al-Ghazali, mengajarkan bahwa melalui kematian ego, seseorang dapat mencapai kedekatan dengan Allah.
•QS. Al-Fajr (89): 27-28: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.”
4.Kematian sebagai Kesatuan dengan Allah (Fana Fillah)
Dalam pandangan ahli hakikat, kematian adalah penyatuan diri dengan Allah setelah ruh meninggalkan tubuh.
Ibn Arabi menafsirkan kematian sebagai peristiwa fana fillah, yaitu hilangnya identitas individu dalam kebesaran Tuhan.
Ini bukan akhir, tetapi puncak dari kesadaran spiritual.
•QS. Al-Baqarah (2): 156: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.”
5.Kematian sebagai Pembebasan dari Dunia Ilusi
Rumi dalam puisinya sering kali menggambarkan kematian sebagai pembebasan dari dunia ilusi dan kegelapan, menuju terang sejati yang hakiki.
Dunia ini dianggap sebagai bayangan, sementara kematian membuka pintu menuju realitas yang lebih tinggi.
•QS. Al-Ankabut (29): 64: “Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan permainan…”
6.Kematian sebagai Pengantar Kebahagiaan Abadi (Jannah Ruhaniyah)
Bagi para sufi, kematian adalah jalan menuju kebahagiaan abadi.
Al-Hallaj menyatakan bahwa kematian bagi seorang arif adalah perayaan spiritual, bukan sesuatu yang ditakuti, karena ia mempersatukan dengan Kekasih Ilahi.
•QS. Al-Baqarah (2): 25: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga…”
7.Kematian Sebagai Waktu Kebenaran (Al-Haq)
Dalam makrifat, kematian adalah saat di mana kebenaran sejati (al-Haq) terungkap.
Segala yang ilusi dan fana lenyap, dan hanya Allah yang tersisa.
Para sufi, seperti Al-Junaid, melihat kematian sebagai saat ketika manusia menyadari kehadiran mutlak Allah.
•QS. Al-Hadid (57): 3: “Dialah yang awal dan yang akhir, yang zahir dan yang batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
8.Kematian Sebagai Pembebasan dari Belenggu Tubuh
Al-Ghazali mengajarkan bahwa kematian membebaskan ruh dari belenggu jasmani dan fisik yang menghalangi manusia untuk mencapai pengetahuan hakiki tentang Allah.
Melalui kematian, manusia bisa mengalami kebenaran spiritual secara langsung.
•QS. Az-Zumar (39): 42: “Allah mewafatkan jiwa ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya…”
9.Kematian sebagai Kehidupan Sejati (Hayat Baqa)
Para arif, seperti Shaykh Abdul Qadir al-Jilani, memandang kematian sebagai pintu menuju kehidupan sejati.
Dunia ini hanya tempat persinggahan sementara, dan kehidupan yang sebenarnya dimulai setelah kematian, di mana manusia bersatu dengan kebenaran Ilahi.
•QS. Al-Ankabut (29): 57: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”
10.Kematian sebagai Kesempurnaan Makrifat (Ma’rifah Kamilah)
Kematian adalah pencapaian puncak makrifat. Ibn Arabi dan ahli hakikat lainnya menganggap bahwa setelah kematian, seorang arif mencapai kesempurnaan dalam pengetahuan tentang Allah.
Di sini, segala hijab terangkat, dan rahasia-rahasia Ilahi terungkap.
•QS. Yunus (10): 26: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat Allah).”
Dari perspektif ahli makrifat dan hakikat, kematian adalah proses spiritual yang mendalam, bukan sekadar berakhirnya kehidupan fisik.
Melalui kematian, manusia meninggalkan dunia material, ego, dan ilusi, menuju kedekatan dengan Allah, kehidupan abadi, dan penyatuan dengan Kebenaran Ilahi.
Comments (0)
There are no comments yet