Mengingati Hari Bi'tsah Rasulullah SAWW

Supa Athana - Entertainment
28 January 2025 08:06
Ketika langit memuji dan bumi bersaksi, Allah SWT dalam kitab-Nya yang suci menyampaikan pujian kepada baginda Rasulullah SAW

Penulis: Ustadz Sayyid Abdullah Assegaf
             Pemerhati Sosial, Budaya dan Agamaa, dan Muballigh


Hari ini kita berhenti sejenak, di sebuah titik waktu yang telah mengubah alur sejarah manusia. Hari ini adalah peringatan bi’tsah, peristiwa agung yang menjadi awal mula terpancarnya cahaya ilahi dari padang pasir yang tandus ke seluruh penjuru dunia. Hari di mana langit bersaksi atas seorang manusia yang dipilih untuk membawa risalah terakhir. Hari ketika Muhammad bin Abdullah SAW diutus sebagai nabi untuk seluruh alam.

Ketika langit memuji dan bumi bersaksi,
Allah SWT dalam kitab-Nya yang suci menyampaikan pujian kepada baginda Rasulullah SAW:

"وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ"
"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung."
(QS. Al-Qalam: 4)

Pujian ini bukanlah sekadar ungkapan, melainkan penegasan realita dari Zat Yang Maha Mengetahui. Ia adalah pengakuan ilahi atas kesempurnaan manusia yang diciptakan-Nya. Akhlak Rasulullah SAW adalah manifestasi dari rahmat Allah, cermin dari kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya. Bahkan, Imam Ja'far al-Shadiq AS berkata:

"إِنَّ اللَّهَ أَدَّبَ نَبِيَّهُ عَلَى مَحَبَّتِهِ فَقَالَ: وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ"
"Sesungguhnya Allah telah mendidik Nabi-Nya dengan cinta-Nya, maka Allah berfirman: 'Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.'"

Bagaimana mungkin seorang manusia biasa memuji keagungan beliau secara memadai? Sedangkan akhlak Rasulullah SAW adalah pantulan dari akhlak Ilahi, dan setiap langkahnya adalah petunjuk bagi umat manusia.

Bi’tsah adalah momen ketika wahyu pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW di Gua Hira. Dalam sunyi malam, ketika dunia sedang tenggelam dalam kegelapan jahiliyah, datanglah Jibril AS membawa firman pertama:

"اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ * خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ * الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ * عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ"
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
(QS. Al-‘Alaq: 1-5)

Malam itu menjadi awal dari perjalanan kenabian. Perjalanan yang akan dipenuhi rintangan, ujian, dan perjuangan demi menegakkan kalimat tauhid.

Baginda Rasulullah SAW tidak hanya diutus untuk membawa syariat, tetapi juga untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana sabda beliau sendiri:

"إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ"
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
(Al-Amali, Sheikh al-Saduq, Hal. 382)

Baca juga:
Presiden Harap Sail Teluk Cenderawasih Dorong Pengenalan Budaya dan Alam Papua

Imam Ali bin Abi Thalib AS, yang merupakan saksi pertama dari perjuangan Rasulullah SAW, dalam khutbahnya mengungkapkan bagaimana Allah memilih beliau:

"أَرْسَلَهُ عَلَى حِينِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ، وَطُولِ هَجْعَةٍ مِنَ الْأُمَمِ، وَاعْتِزَامٍ مِنَ الْفِتَنِ، وَانْتِشَارٍ مِنَ الْأُمُورِ، وَتَلَظٍّ مِنَ الْحُرُوبِ، وَالدُّنْيَا كَاسِفَةُ النُّورِ، ظَاهِرَةُ الْغُرُورِ..."
"Allah mengutusnya di saat tidak ada lagi para rasul, panjangnya tidur dari umat-umat, dahsyatnya fitnah yang berkecamuk, tersebarnya urusan yang gelap, nyala-nyala peperangan yang membakar, dunia yang telah redup cahayanya, dan penuh dengan tipu daya…"

Allah SWT menegaskan bahwa keberadaan Rasulullah SAW bukan hanya untuk umat tertentu, tetapi untuk seluruh alam semesta:

"وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ"
"Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam."
(QS. Al-Anbiya: 107)

Rahmat ini tercermin dalam sikapnya yang lembut kepada para sahabat, kasih sayangnya kepada anak-anak, belas kasihnya kepada musuh-musuhnya, dan doanya bahkan untuk mereka yang menyakitinya. Imam Hasan al-Askari AS pernah berkata:

"إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ نَبِيَّهُ مِفْتَاحَ رَحْمَتِهِ لِعِبَادِهِ، وَصَاحِبَ رِفْقِهِ وَحِلْمِهِ..."
"Sesungguhnya Allah menjadikan Nabi-Nya sebagai kunci rahmat-Nya bagi hamba-hamba-Nya, pemilik kelembutan dan kesabaran-Nya…"

Pada hari bi’tsah ini, marilah kita menanamkan dalam hati kecintaan kepada Rasulullah SAW. Ingatlah bahwa beliau adalah cermin keagungan Ilahi, seorang nabi yang tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, yang selalu memaafkan, dan yang hidupnya hanya untuk menyebarkan kebaikan.

Marilah kita renungkan doa Imam Ali Zainal Abidin as dalam munajatnya:

"اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ، وَاجْعَلْنَا مِنْ أَتْبَاعِهِ وَشِيعَتِهِ، وَارْزُقْنَا زِيَارَتَهُ فِي الدُّنْيَا، وَشَفَاعَتَهُ فِي الْآخِرَةِ"
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, jadikan kami termasuk pengikut dan syi'ahnya, karuniakan kepada kami ziarah kepadanya di dunia, dan syafa'atnya di akhirat."

Semoga kita semua dapat meneladani Imam As-Sajjad AS, dan pada hari bi’tsah ini, kita semakin dekat kepada Allah dengan mencintai dan mengikuti Rasulullah SAW. Salam atas beliau, keluarganya yang suci, dan para pengikutnya yang setia.


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment