KONFERENSI DI JEPANG, DAGING SEMUA

Supa Athana - Tekno & Sains
05 October 2024 15:47
Scientific meeting diselenggarakan oleh masyarakat ilmiah Jepang mengacu kepada isi

Penulis: Khusnul Yaqin
             Guru Besar Universitas Hasanuddin

Sependek yang pernah saya ikuti konferensi atau simposium di Jepang, acara ilmiah itu diselenggarakan oleh masyarakat ilmiah dalam atmosfer ilmiah tanpa asesoris atau pernak-pernik yang tidak nyangkut dalam alam pikir ilmiah. Di samping itu acara dilaksanakan dalam suasana kesederhanaan. 

Di konferensi atau scientific meeting itu tidak ada cemilan-cemilan di saat istirahat pukul 10 atau makan besar istirahat pukul 12.00 sebagaimana yang bisa kita lihat di acara seminar atau konferensi di Indonesia. Panitia cuma menyediakan dispenser dan kopi saset serta teh celup di ruang istirahat yang letaknya di ujung koridor deretan ruangan di kampus. Mereka tidak menyelengarakan simposium di hotel, tetapi di dalam kampus, sehingga panitia tidak perlu panik memikirkan biaya sewa hotel. Tapi kampus di Jepang memang dibangun secara serius supaya penghuni kampus dapat menikmatinya dengan nyaman dalam suasana ilmiah. 

Peserta yang ingin mengisi kampung tengah bisa datang ke kantin kampus. Kantinnya sangat bersih dengan hidangan yang lezat, sisa diperkuat diisi kantong. Tapi, bagi ilmuan muslim agak susah memilih makanan yang halal. 

Ilmuan Jepang saat ikut seminar tidak pakai pakaian yang neko-neko, mereka sebagian besar menggunakan kemeja putih atau krem dengan celana panjang hitam. Ada juga yang mengenakan jas, sehingga kelihatan parlente. Tapi, kebiasaan itu tidak menolak ilmuan yang pakai pakaian apa saja yang mereka sukai. Misalnya ada peserta yang dari tampangnya adalah orang Eropa mengenakan baju kotak-kotak dan bercelana pendek coklat serta pakai sandal jepit. Ada juga yang pakai kaos oblong, celana pendek dan sandal jepit. 

Di acara scientific meeting Japanese Society of Fisheries Science tidak ada baliho atau spanduk besar di depan tempat perhelatan. Yang ada hanya banner kecil di depan pintu ruangan panitia. 

Baca juga:
Debut Ze Valente dan Irfan Bachdim di Persik Kediri Penuhi Espektasi Pelatih

Panitia juga tidak menyediakan tanda pengenal untuk peserta. Peserta mesti mencetak tanda pengenal sendiri dan panitia menyediakan wadah plastik untuk digantungkan di leher. 

Yang menarik adalah banyak ilmuan sepuh yang sudah pensiun. Ilmuan seperti itu menurut teman diundang khusus oleh panitia untuk menghadiri acara seminar. Salah satu peserta yang sudah pensiun bahkan mempresentasikan dua makalah. 

Sependek pengalaman saya ber seminar di Indonesia, jarang ada ilmuan sepuh yang sudah pensiun diundang acara seminar, kecuali dia jadi invited speaker. 

Kesimpulannya, konferensi atau scientific meeting diselenggarakan oleh masyarakat ilmiah Jepang  mengacu kepada isi (daging), bukan cover (kulit) yang kehadirannya tidak memunyai pengaruh yang bermakna dalam suksesnya perhelatan ilmiah. So, kapan masyarakat ilmiah di Indonesia mencontoh penyelengaraan scientific meeting berorientasi pada daging, dan mengabaikan kulit?

Tamalanrea mas, 5 September 2024


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment