Makna QS Shaaf (61) ayat 2; ….”mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan?”

Supa Athana - Entertainment
02 June 2025 21:52
Allah menegur orang-orang yang lisannya menyatakan iman dan kebaikan, tetapi amalnya tidak mencerminkan itu. Ini adalah bentuk kemunafikan amal, bukan sekadar lisan
Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*
Makna dari ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan?”
(QS ash-Shaff: 2)
🔹 1. Peringatan terhadap Kemunafikan Amal; Allah menegur orang-orang yang lisannya menyatakan iman dan kebaikan, tetapi amalnya tidak mencerminkan itu. Ini adalah bentuk kemunafikan amal, bukan sekadar lisan.
🔹 2. Mengajarkan Kejujuran Spiritual ; Ayat ini menanamkan bahwa kejujuran dalam iman bukan hanya pada kata, tetapi pada keselarasan antara ucapan dan tindakan.
🔹 3. Ancaman bagi Orang yang Menasihati tapi Tak Mengamalkan
Dalam tafsir, ayat ini juga ditujukan kepada orang yang menyeru kepada kebaikan tetapi dirinya tidak melakukannya, sebagaimana dalam hadis Nabi saw:”Orang yang paling berat siksaannya di hari kiamat adalah orang yang menyuruh kepada kebaikan tetapi tidak melakukannya.”
🔹 4. Tuntutan terhadap Integritas Iman; Iman sejati harus mencakup ikrar lisan, pembenaran hati, dan pembuktian amal. Ayat ini menegaskan pentingnya integritas dalam beragama.
🔹 5. Penekanan pada Makna “Amal Sebelum Dakwah”
Ahli makrifat menafsirkan bahwa amal adalah lidah ruhani. Maka sebelum berbicara atau berdakwah, hendaknya amal lebih dulu berbicara.
🔹 6. Ajakan untuk Muhasabah Diri
Ayat ini adalah cermin jiwa: “Apakah aku berkata sesuatu yang belum aku laksanakan? Apakah aku mengajarkan sesuatu yang belum hidup dalam diriku?”
🔹 7. Menumbuhkan Rasa Takut kepada Allah ; Menurut ahli hakikat, ayat ini menanamkan rasa haybah (kewibawaan Ilahi)—bahwa Allah melihat bukan hanya perkataan, tapi kesetiaan dalam tindakan.
🔹 8. Memurnikan Ibadah dari Riya dan Ujub ;Orang yang hanya berkata tapi tidak berbuat, bisa terjerumus dalam riya’ (pamer) dan ujub (bangga diri). Ayat ini memurnikan niat.
🔹 9. Membuka Jalan Kepada Sidq (Kejujuran Hakiki) ; Ayat ini adalah madrasah sidq, tempat pelatihan spiritual untuk menjadi ṣādiqīn—orang-orang yang jujur dalam semua dimensi hidupnya.
🔹 10. Mengandung Rahasia Wilayah Ahlul Bayt; Sebagian arif Syiah berkata: “Ayat ini adalah bayangan dari wilayah Ahlul Bayt as, karena mereka adalah manusia yang setiap kata mereka adalah perwujudan amal.” Maka orang beriman sejati adalah yang mengikuti jalan mereka: berkata karena telah melakukannya.
 
Menurut Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan?”
(QS ash-Shaff: 2)
1. Celaan atas Ketidaksesuaian Antara Ucapan dan Perbuatan
Ayat ini menegur orang-orang beriman yang menyatakan sesuatu, seperti komitmen, janji, atau seruan kepada kebaikan, tetapi tidak mereka wujudkan dalam perbuatan.
2. Ditekankan dalam Ayat Selanjutnya (Ash-Shaff: 3):
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Sangat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan.”
👉 Ayat ini menjelaskan bahwa Allah sangat murka terhadap ucapan yang tidak didampingi tindakan.
3. Sikap Munafik Tercela
Dalam Surah al-Baqarah dan al-Munāfiqūn, Allah juga mengecam orang-orang munafik yang berkata: “Kami beriman”, tapi hati mereka tidak demikian (QS al-Baqarah: 8, QS al-Munāfiqūn: 1-3). Ayat ini menjadi penegasan bahwa ucapan kosong itu tak bernilai tanpa ketulusan dan tindakan.
4. Konsistensi antara Iman dan Amal ; Ayat ini menyerukan bahwa iman bukan hanya di lisan, tetapi harus dibuktikan lewat amal perbuatan. Ini selaras dengan banyak ayat yang menyandingkan:
‎ “الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ”
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh” Contoh: QS al-Kahf: 30, QS al-Bayyinah: 7
5. Perintah untuk Bertanggung Jawab atas Ucapan; Surah al-Isrā’ ayat 36 juga mendukung makna ini: “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.”
6. Perintah Menepati Janji
Dalam QS al-Saff: 2-3 ini tersirat perintah menepati janji. Mirip dengan ayat lain: “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu akan dimintai pertanggungjawaban.”
(QS al-Isrā’: 34)
7. Menghindari Riya dan Tipuan Diri
Ucapan tanpa amal sering muncul dari riya (pamer) atau ghurur (menipu diri sendiri). Allah mengingatkan dalam QS Luqman: 33, agar jangan terpedaya oleh setan dan dunia.
8. Pentingnya Amal Nyata dalam Dakwah; Ayat ini juga mengajarkan bahwa seorang dai (penyeru) harus memulai dengan amalnya sendiri, sebelum mengajak orang lain. Ini sejalan dengan QS al-Baqarah: 44 “Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat baik, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri?”
9. Menyucikan Niat dan Komitmen
Makna Al-Qur’annya juga mencakup seruan untuk menyucikan niat dan tekad, sehingga tidak sekadar berbicara, tetapi menghidupi apa yang dikatakan.
10. Bagian dari Akhlak Qur’ani (Tarbiyah Ruhiyah); Ayat ini membina ruhani seorang mukmin agar menjadi shadiq (jujur), amin (terpercaya), dan muhsin (baik amalnya)—yakni pribadi yang kata dan perbuatannya seimbang, sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur’an secara utuh.
 
📜 Makna Ayat Ini Menurut Hadis Nabi Muhammad (saw)
1. Celaan bagi Orang yang Menasihati tapi Tidak Mengamalkan
Rasulullah (saw) bersabda: “Aku melihat pada malam Isra kaum yang lidah mereka digunting dengan gunting dari api. Maka aku bertanya: Siapakah mereka, wahai Jibril?”
Dia berkata: ‘Mereka adalah para khatib dari umatmu yang memerintahkan manusia untuk berbuat baik tetapi melupakan diri mereka sendiri, padahal mereka membaca Kitab Allah.’”(HR Ahmad dan Ibnu Hibban; mirip dalam tafsir al-Qurtubi dan Tafsir al-Tha’labi)
🔹 Ini menjelaskan bahwa mengatakan tetapi tidak mengamalkan adalah siksa yang berat di akhirat.
2. Tiga Golongan yang Dicela di Hari Kiamat; Rasulullah (saw) bersabda: Tiga orang yang pertama dilemparkan ke neraka adalah: orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya, orang dermawan yang memberi karena riya, dan mujahid yang berperang karena ingin pujian.” (HR Muslim)
🔹 Yang pertama disebut adalah orang alim yang mengatakan, tapi tidak mengamalkan.
3. Orang yang Tidak Konsisten Lebih Dibenci Allah; Rasulullah (saw) bersabda: “Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah yang mengatakan apa yang tidak ia lakukan.” (HR al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, juga al-Tabrani)
4. Pahala Orang yang Konsisten Ucapan dan Amal; “Sebaik-baik kamu adalah yang jika dilihat mengingatkan kalian kepada Allah, dan jika berkata jujur, dan jika berjanji menepati.”(HR al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)
🔹 Hadis ini mendukung ayat QS ash-Shaff: 2 bahwa kebenaran lisan harus diiringi amal nyata.
5. Perumpamaan Orang yang Tak Mengamalkan Ucapan
Nabi saw bersabda: “Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain dan melupakannya pada dirinya sendiri seperti lilin: menerangi orang lain, namun membakar dirinya.”
(HR al-Tabrani)
6. Beramal Sebelum Berkata
Diriwayatkan: “Beramallah sebelum berkata, karena amal adalah bukti perkataan.” (HR al-Baihaqi)
7. Kaidah Dakwah Nabi: Aku Lebih Dahulu Beramal; Rasulullah saw tidak pernah menyuruh sesuatu yang belum beliau lakukan. Para sahabat menyaksikan bahwa beliau adalah contoh hidup dari setiap ucapan dan ajarannya—itulah rahasia kekuatan dakwah beliau.
8. Konsistensi dalam Iman dan Amal ; Nabi bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang hingga lisannya sesuai dengan hatinya, dan amalnya sesuai dengan lisannya.”
(HR Ahmad)
9. Doa Nabi terhadap Orang yang Tidak Konsisten; “Ya Allah, lindungilah aku dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak didengar.”
(HR Muslim)
🔹 Ini adalah doa pengakuan bahwa ilmu dan kata tanpa amal adalah fitnah bagi jiwa.
10. Nasehat kepada Para Dai dan Penyeru; Rasulullah (saw) bersabda: “Kalian adalah pemimpin bagi diri kalian sendiri. Maka mulailah dari diri kalian, kemudian orang-orang di bawah kalian.”(HR Ibn Majah)
 
📜 Makna Menurut Hadis Ahlul Bayt (as)
1. Imam Ja‘far ash-Shadiq (as): “Janganlah engkau menjadi orang yang menyeru kepada kebaikan, tapi tidak melakukannya; dan melarang dari keburukan, tapi malah mengerjakannya. Sebab itu menjadi murka Allah yang besar.”📚 Al-Kafi, jilid 2, hal. 630
🔹 Ini adalah penjelasan langsung atas QS ash-Shaff: 2–3, dan memperkuat bahwa berkata tanpa amal adalah sifat orang yang dibenci Allah.
2. Imam Ali (as) – Nahjul Balaghah, Hikmah 366: “Sebaik-baik ucapan adalah yang dibenarkan oleh perbuatan.”🔹 Artinya, ucapan hanya bernilai jika perbuatan menjadi saksi atasnya.
3. Imam Ali (as): “Barang siapa meletakkan dirinya di tempat para pemimpin (penyeru kebaikan), hendaklah ia memulai dengan mendidik dirinya terlebih dahulu sebelum mendidik orang lain.”
📚 Nahjul Balaghah, Hikmah 73
🔹 Menyiratkan bahwa mengatakan sesuatu tanpa amal pribadi adalah bentuk penipuan spiritual.
4. Imam Ja‘far ash-Shadiq (as): “Orang yang paling berat siksaannya di hari kiamat adalah orang yang menunjukkan jalan kepada kebaikan, namun dia sendiri tidak melaluinya.”📚 Bihar al-Anwar, jilid 70, hal. 309
5. Imam Zain al-‘Abidin (as) – dalam Munajat al-Ta’ibin: Aku adalah hamba-Mu yang buruk, aku mengatakan apa yang tidak aku kerjakan. Aku berjanji kepada-Mu, tapi mengingkari. Aku mendekat dengan lisan, namun menjauh dengan hati.” 📚 Sahifah Sajjadiyyah, Munajat 4
🔹 Ini adalah pengakuan spiritual yang penuh makrifat, menyesali ketidaksesuaian antara kata dan amal.
6. Imam Musa al-Kazhim (as): “Jadilah kalian para penyeru kepada kebenaran dengan perbuatan kalian, bukan dengan ucapan kalian.”📚 Tuhaf al-‘Uqul, hal. 409
7. Imam Ali (as) dalam khutbah Qashiah (khutbah ke-192): “Sungguh celaka orang yang memerintahkan kebaikan namun tidak mengerjakannya, dan melarang dari keburukan namun malah melakukannya.”
📚 Nahjul Balaghah
8. Imam Ja‘far ash-Shadiq (as): “Ulama kita dahulu tidak menyuruh kepada kebaikan kecuali setelah mengamalkannya, dan mereka tidak melarang dari keburukan kecuali setelah menjauhinya.”📚 al-Kafi, jilid 1, hal. 46
9. Imam al-Baqir (as): “Allah sangat murka terhadap hamba yang berkata tapi tidak melakukan. Maka hendaklah kalian jujur, karena Allah mencintai kejujuran dalam ucapan dan amal.”📚 Tafsir al-‘Ayyashi, 2/374
10. Imam Ali (as): “Ucapan yang tak dibarengi perbuatan, seperti panah tanpa busur: tak akan pernah sampai pada tujuannya.”📚 Gharar al-Hikam, hadis no. 1293
 
💠 Kesimpulan Ahlul Bayt (as):
1), Ucapan tanpa amal = bentuk nifak (kemunafikan batin)
2), Penyucian diri lebih utama daripada dakwah lahir
3), Setiap kata yang tidak diamalkan akan menjadi hujjah atas kita di hari kiamat
4), Ahlul Bayt adalah contoh sempurna: seluruh kata mereka adalah cermin amal nyata
 
📖 Penafsiran Ayat Ini Menurut Para Mufasir
1. Tafsir al-Tabari (Ahlus Sunnah)
Imam al-Tabari menafsirkan bahwa ayat ini turun sebagai peringatan kepada orang-orang yang berjanji untuk berjihad namun tidak menunaikan janji itu. “Allah mengecam mereka karena mereka berkata ingin berperang di jalan-Nya, tapi tidak menepati ucapan mereka.”
2. Tafsir al-Qurtubi
al-Qurtubi menyebutkan bahwa ayat ini bisa ditujukan kepada seluruh bentuk ucapan yang tidak diamalkan: “Ayat ini mencakup janji, komitmen amal, serta seruan kebaikan yang tidak dilakukan pelakunya. Semua itu adalah perbuatan yang dibenci Allah.”
3. Tafsir Fakhruddin al-Razi (Mafatih al-Ghayb)
al-Razi mengatakan bahwa berkata tapi tidak berbuat adalah bentuk dari dua kesalahan besar:
1. Menciptakan ilusi kebaikan pada diri sendiri
2. Merendahkan kehormatan kebenaran
3, Sebab Allah sangat membenci bentuk riya atau kemunafikan yang tersembunyi dalam klaim kebaikan yang tak nyata.”
4. Tafsir al-Kashani (Syiah)
Mulla Fathullah al-Kashani (Tafsir Safi) menjelaskan: “Ayat ini umum, mencakup siapa pun yang menyeru kepada amal saleh namun tidak mengamalkannya. Itu adalah bentuk kedustaan praktis.”
5. Tafsir al-Mizan (Allamah Thabathaba’i)
Dalam al-Mizan, Allamah Thabathaba’i (mufasir besar Syiah) menjelaskan: “Ini adalah celaan terhadap ketidaksesuaian antara ucapan dan amal. Dalam kerangka batiniah, ayat ini menunjukkan bahwa iman sejati tidak akan membiarkan hati puas hanya dengan ucapan, tapi mendorong jiwa pada tindakan nyata.” Ia juga menyatakan bahwa ini adalah penyucian sosial dan ruhani, di mana Allah ingin membersihkan umat dari penyakit moral berupa kepura-puraan.
6. Tafsir Ruh al-Ma‘ani (Syihabuddin al-Alusi) 
Alusi mengatakan: “Ayat ini adalah bentuk tarbiyah ilahiyah — Allah mendidik orang beriman untuk tidak menjadi seperti orang munafik, yang selalu mengatakan tapi tidak melakukannya.”
7. Tafsir al-Jalalayn; Ditegur orang-orang yang berbicara tentang jihad namun tidak melakukannya. Ayat ini juga menjadi peringatan agar tidak menampilkan citra amal yang tidak nyata.”
8. Tafsir Nur al-Tsaqalayn (Hadis-hadis Ahlul Bayt) Dalam tafsir ini, ayat dihubungkan dengan hadis-hadis Ahlul Bayt, yang menyatakan: Ucapan tanpa amal akan menjadi saksi di Hari Kiamat.”
Tafsir ini menekankan pentingnya keseimbangan antara dakwah dan pengamalan pribadi.
9. Tafsir al-Tustari (sufi awal)
Tustari memaknainya secara ruhani:
Orang yang berbicara sesuatu yang tidak ia lakukan berarti ia masih terselubung hijab nafsu. Ia belum jujur kepada Allah dalam makna amal.”
10. Tafsir Fi Zilal al-Qur’an (Sayyid Qutb)
Sayyid Qutb menyebut ayat ini sebagai seruan jihad batin: Perjuangan terbesar adalah menyatukan kata dengan amal. Orang yang bicara tapi tak berbuat adalah musuh dalam barisan sendiri.”
 
🔍 Kesimpulan Mufasir:
Mufasir Fokus Penafsiran
al-Tabari Janji untuk berjihad yang tidak ditepati
al-Qurtubi Ucapan umum tanpa perbuatan
al-Razi Kedustaan dan riya dalam ucapan
al-Kashani Celaan spiritual terhadap kepura-puraan
Thabathaba’i Ketidaksesuaian batin dan amal
al-Alusi Pendidikan moral agar tidak munafik
Nur al-Tsaqalayn Tafsir dengan hadis Ahlul Bayt
Tustari Hijab batin bagi yang tidak mengamalkan
Sayyid Qutb Jihad akhlak dan ketegasan moral
 
📖 Tafsir Menurut Mufasir Syiah
1. Allāmah Thabāṭabā’ī (Tafsir al-Mīzān) ; Ayat ini mencela ketidaksesuaian antara ikrar iman dan praktik nyata. Makna utama: Ini adalah perintah untuk kejujuran spiritual dan moral, agar seseorang tidak menyatakan iman lalu melalaikan konsekuensi amal dari iman tersebut. Dalam tafsirnya, Allāmah mengatakan: “Ucapan yang tidak dibarengi amal merupakan bentuk kelemahan iman, dan itu sangat dibenci oleh Allah. Ayat ini turun untuk membersihkan barisan orang beriman dari kemunafikan yang tersembunyi.”🔹 Catatan: Allāmah menganggap ayat ini sebagai cermin koreksi ruhani umat, bukan hanya larangan zahir.
2. Fayd al-Kāshānī (Tafsir aṣ-Ṣāfī) Fayd menafsirkan bahwa ayat ini bersifat umum — bukan hanya tentang jihad. Menurutnya, Allah menyalahkan siapa saja yang berkata atau berjanji akan berbuat baik tapi tidak melaksanakannya, termasuk para pendakwah, pemimpin agama, dan kaum awam. “Ini mencakup setiap orang yang menyeru pada kebaikan, menuntut orang lain, tapi ia sendiri tidak mengamalkannya.” 🔹 Fokus tafsir: integritas antara lisan dan perbuatan.
3. Thabarsi (Tafsir Majma‘ al-Bayān) ; Thabarsi menjelaskan bahwa ayat ini turun mengenai sebagian sahabat Nabi yang mengatakan ingin berjihad, namun ketika waktu jihad tiba, mereka tidak ikut serta. Namun, dia menekankan bahwa makna ayat lebih umum: “Siapa pun yang mengatakan sesuatu yang baik, atau menjanjikan amal saleh, lalu tidak melaksanakannya, maka dia tercakup dalam celaan ayat ini.”
🔹 Tafsirnya juga menyebutkan hadis dari Imam Ali (as): “Orang yang mengajari orang lain tetapi tidak mengajari dirinya sendiri, ia ibarat lilin yang membakar dirinya demi menerangi orang lain.”
4. ‘Allāmah al-Ṭabātabā’ī – Tafsir al-Mīzān (penambahan makna batin) Beliau juga memberikan tafsir batiniah: “Ucapan tanpa amal menunjukkan bahwa seseorang belum menyatu dalam cahaya tauhid, karena tauhid sejati menuntut kesatuan antara hati, lisan, dan amal.”📚 al-Mīzān, Jilid 19 🔹 Ini berarti: kata tanpa perbuatan = hijab dari tauhid sejati.
5. Sayyid Kamāl al-Haydarī (Tafsir kontemporer) Dalam ceramah-ceramah tafsirnya, beliau menjelaskan: Ayat ini sangat penting untuk menyaring barisan da‘i dan penuntut ilmu, agar mereka tidak menjadikan agama sebagai formalitas kata-kata semata.”Menurut beliau, ayat ini adalah alat introspeksi ruhani, bukan sekadar teguran sosial.
6. Ayatullah Nasir Makarim Shirazi (Tafsir Nemuneh) Dalam Tafsir Nemuneh, beliau menjelaskan: 
Ayat ini membentuk landasan moral umat Islam: bahwa setiap janji, dakwah, atau niat baik harus dikawal dengan pelaksanaan nyata. Ucapan kosong akan melumpuhkan kepercayaan umat, dan menghancurkan ruh Islam yang berdiri di atas kejujuran dan komitmen.” 🔹 Beliau menekankan, ayat ini juga menolak kepalsuan dalam syi’ar agama.
7. Tafsir Nur al-Tsaqalayn
Kitab ini menghimpun tafsir ayat berdasarkan hadis-hadis Ahlul Bayt. 📌 Diriwayatkan dari Imam Ja‘far ash-Shādiq (as): “Orang yang mengatakan apa yang tidak ia lakukan, maka malaikat menulisnya sebagai pendusta.”📚 Tafsir Nur al-Tsaqalayn, Jilid 5, hlm. 130
 
✨ Kesimpulan Mufasir Syiah:
Mufasir Syiah Fokus Penafsiran
Allamah Thabathaba’i Penyatuan iman, lisan, dan amal
Fayd al-Kashani Larangan kepalsuan moral
Thabarsi Teguran bagi janji tanpa bukti
Makarim Shirazi Landasan kepercayaan dalam masyarakat
Kamal al-Haydari Kritik batin bagi para da‘i
Nur al-Tsaqalayn Berdasarkan riwayat Ahlul Bayt
 
✨ Makna Menurut Ahli Makrifat dan Hakikat (khususnya dari tradisi Syiah Irfani)
Ahli makrifat memandang ayat ini bukan sekadar peringatan moral, melainkan seruan batiniah Allah agar manusia menghindari kemunafikan ruhani, di mana ucapan dan amal tidak lagi sejalan karena nafs masih berkuasa atas ruh.
🧭 1. Ucapan tanpa amal adalah hijab; Menurut para arifin, ketika seseorang berkata tetapi tidak melakukan, hijab antara qalb dan Allah akan menjadi semakin tebal. “Perkataan tanpa amal adalah bentuk hijab dzulmani yang menutupi cahaya tauhid dalam batin.”
🧭 2. Penyakit jiwa: iddi‘a (klaim spiritual kosong) Ahli hakikat menganggap ayat ini mencela iddia’, yaitu klaim maqam spiritual tanpa hakikat. Seperti orang yang berkata, “Aku cinta Allah,” tapi perbuatannya penuh dunia. Itu disebut da‘wā bi lā ḥaqīqah (pengakuan tanpa realitas).
🧭 3. Ujian ikhlas
Setiap perkataan kita adalah janji di alam malakut. Jika tidak dilaksanakan, ia akan menjadi beban dan bukti atas ketidakikhlasan. Kalimah yang tidak menjadi amal akan bersaksi atas kemunafikan ruhani pemiliknya pada hari penyingkapan.”
🧭 4. Pemisahan antara lisan dan sirr; Ahli makrifat menyebut: “Ketika engkau berkata tapi tidak berbuat, engkau telah memisahkan lidah zahir dari lidah batin.” Ini berarti ruhaniyahnya tidak ikut menyetujui, hanya lisan luar yang bergerak, tanpa cahaya niat di dalamnya.
🧭 5. Bahaya maqam dusta ruhani
Ucapan tanpa perbuatan menurunkan seseorang ke maqam “mukadzdzib” (pendusta), bukan kepada maqam ṣiddīqīn (yang jujur dalam batin dan lahir).
🧭 6. Rahasia amal adalah tajalli ucapan; Menurut Imam Ja‘far ash-Shādiq (as) dalam riwayat Irfani: Kalimat orang arif tidak akan keluar kecuali setelah maknanya sudah terang dalam ruh dan amalnya.”Artinya: bagi ahli hakikat, ucapan adalah bayangan dari amal ruhani yang telah terbentuk.
🧭 7. Setiap ucapan adalah syahadat ; Ahli makrifat berkata: Setiap perkataan adalah kesaksian, maka bila engkau bersaksi tanpa amal, maka engkau saksi palsu terhadap Allah.”
🧭 8. Makna lathif: Ilmu tanpa amal adalah neraka; Dalam kitab-kitab Irfani seperti Misbah al-Shari‘ah disebutkan: “Ilmu tanpa amal, lisan tanpa sirr, adalah sebab seseorang dijauhkan dari Rahmat dan didekatkan ke api azab.”
🧭 9. Bahaya lisan lebih berat bagi orang arif; Semakin tinggi seseorang dalam jalan makrifat, semakin berat tanggung jawab ucapannya. Karena lisannya menjadi timbangan di hadapan al-Haqq, bukan sekadar alat bicara sosial.
🧭 10. Tanda orang mukhlis: diam hingga mampu melaksanakan
Orang yang benar-benar mukhlis akan diam, atau berkata sedikit tapi dalam, dan tak akan bicara kebaikan kecuali dia lebih dulu mengamalkannya.
 
🌌 Kesimpulan Makrifat:
Konsep Makna
Hijab Ucapan tanpa amal menciptakan hijab antara ruh dan Allah
Iddia’ Klaim kosong menunjukkan kebohongan ruhani
Ikhlas Perkataan tanpa perbuatan adalah tanda kurangnya ikhlas
Tajalli Ucapan sejati adalah pancaran amal ruhani
Syahadat Semua ucapan akan disidang sebagai kesaksian
Sifat Arif Diam lebih mulia daripada berkata tanpa amal
 
📿 Doa Para Arifin
Para ahli makrifat sering membaca doa berikut ketika takut berbicara tanpa amal:
اللهم اجعل فعلي أسبق من قولي، ونيتي أصدق من ظاهري، ولا تجعلني من المدعين عندك وهم في البعد عنك.
“Ya Allah, jadikan amal perbuatanku lebih dulu dari perkataanku, dan niatku lebih jujur daripada zahirku. Jangan jadikan aku termasuk para pengklaim di hadapan-Mu, padahal mereka jauh dari-Mu.”
 
✨ Penafsiran Menurut Ahli Hakikat Syiah
1. Ucapan tanpa amal adalah hijab (penghalang ruhani)
Menurut para arif Syiah, ayat ini bukan hanya teguran moral, melainkan peringatan akan terciptanya hijab antara hamba dan Allah karena ucapan tidak selaras dengan amal.
Imam Ja‘far ash-Shādiq (as):
“Tidak ada sesuatu yang lebih memberatkan timbangan amal selain kesesuaian antara niat, perkataan, dan perbuatan.”
📚 Misbah al-Shari‘ah
2. Penyakit ruhani: iddi‘a (klaim palsu) ; Ahli hakikat Syiah menamakan kondisi ini sebagai iddia’ — yaitu mengklaim derajat iman atau kebaikan yang belum dicapai secara hakiki. Ayat ini membongkar kepalsuan ruhani, khususnya bagi mereka yang menampakkan zuhud, makrifat, atau ibadah — padahal tidak demikian dalam batin mereka.
3. Pemisahan antara qalb dan lisan
Bagi ahli hakikat, lisan adalah cermin qalb (hati). Jika seseorang mengatakan sesuatu namun tidak melakukannya, berarti qalb tidak menyetujui lisan — ini disebut tafarruq al-lisān wa al-qalb (perpecahan antara hati dan ucapan).
4. Dusta ruhani di sisi Allah
Mereka meyakini bahwa setiap perkataan tanpa amal akan menjadi saksi atas kedustaan ruhani seseorang di mahsyar. Bahkan, dzikir pun bisa menjadi hijab, bila diucapkan tanpa disertai penghayatan atau pengamalan.
5. Kalimat tanpa cahaya amal adalah beban ruh; Kalimat tanpa amal akan menjadi beban ruhani yang berat di dunia dan akhirat.”
Ini disebut sebagai atsqal al-kalām ‘inda al-ḥaqq, yakni perkataan paling berat di sisi Allah karena menipu diri dan Allah.
6. Makna dalam cahaya tauhid
Menurut Sayyid Ḥaydar al-Āmulī — seorang arif Syiah besar: “Segala ucapan yang tidak berdasarkan tajalli hakikat (penyingkapan batin), maka itu adalah ‘qawl bilā haqq’ (perkataan tanpa kebenaran), yang akan menyebabkan turunnya kegelapan (ẓulmah) ke dalam qalb.”
7. Arif sejati diam hingga terang hakikat amal; Para arif Syiah berkata: Arif tidak berkata tentang maqam tertentu sampai dia sendiri mencapai dan menetap di dalam maqam itu.” Ini sejalan dengan ayat — bahwa perkataan tentang amal atau iman harus lahir dari realitas ruhani, bukan dari klaim kosong.
8. Hakikat muwazanah: lisan = amal; Lidahmu adalah cermin batinmu. Jika berbeda, maka engkau dusta kepada dirimu dan kepada Tuhanmu.” Ahli hakikat Syiah mengajarkan bahwa tauhid sejati adalah kesatuan lisan, qalb, dan amal.
9. Setiap perkataan adalah perjanjian (‘ahd); Dalam batin, setiap ucapan adalah sumpah kepada Allah. Maka, berkata “aku beriman” tapi tidak bertindak dalam iman adalah pengkhianatan terhadap ‘ahd al-rubūbiyyah.
10. Tarbiyah ruhani: diam lebih afdhal; Imam Ali (as): “Janganlah engkau menjadi orang yang mengajak kepada kebaikan tapi tidak melaksanakannya, maka kelak engkau menjadi manusia paling tercela di sisi Allah.”
📚 Nahj al-Balaghah, Hikmah 129
 
Bagi ahli hakikat Syiah, diam adalah latihan paling utama untuk menyatukan antara qalb, niat, dan amal, agar ketika berbicara, ucapan benar-benar keluar dari laṭīfah ruhaniyyah.
 
🧭 Ringkasan Hikmah
Konsep Hakikat Penjelasan
Hijab Ucapan tanpa amal membentuk penghalang batin dari cahaya Ilahi
Iddi‘a Klaim maqam atau iman yang belum dimiliki = dusta ruhani
Qalb ≠ Lisan Perpecahan antara batin dan lisan menandakan penyakit spiritual
Tajalli Ucapan sejati muncul setelah ada penyingkapan batin (tajalli)
‘Ahd Setiap ucapan adalah janji kepada Allah, dan pelanggaran = dosa ruhani
 
📿 Doa Para Arifin Syiah (dari tradisi Irfani)
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي صَادِقًا فِي قَوْلِي، وَفِي نِيَّتِي، وَفِي فِعْلِي، وَطَهِّرْنِي مِنَ الرِّيَاءِ وَالدَّعْوَى وَالْكِذْبِ فِي مَقَامِكَ.
“Ya Allah, jadikan aku jujur dalam ucapanku, niatku, dan amal perbuatanku. Bersihkan aku dari riya’, klaim palsu, dan kedustaan di hadapan-Mu.”
 
🌿 1. Kisah Imam Ali (as) dan Seorang Penasehat yang Munafik
Seorang pria datang kepada Imam Ali (as) menasihati tentang zuhud dan amal akhirat. Imam memandangnya dan berkata: “Ucapanmu manis, namun aku tak mencium aroma amalmu. Aku khawatir engkau adalah termasuk yang Allah maksud dalam firman-Nya: ‘Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan?’”
📘 Nahj al-Balaghah, bab hikmah
Makna: Imam mengajarkan bahwa lisan yang tak sesuai dengan ruh dan amal adalah kemunafikan ruhani yang berbahaya.
🌿 2. Kisah Uwais al-Qarani yang Menolak Menasihati Sebelum Beramal; Uwais dikenal sebagai arif sejati. Suatu ketika seseorang memintanya menasihati tentang sabar dan taqwa. Ia berkata: “Aku belum sanggup mengamalkan sepenuhnya, bagaimana aku bisa menyampaikannya? Aku takut akan tergolong orang yang berkata tapi tidak berbuat.” Makna: Arif sejati menjaga lisannya agar tidak berkata sesuatu yang belum diamalkannya, bahkan dalam hal kebaikan.
🌿 3. Kisah Seorang Zahid yang Terpeleset karena Bicara Tanpa Amal; Dalam kisah para zahid, ada seorang lelaki yang sering memberi nasihat indah di masjid tentang zuhud. Suatu malam ia bermimpi diseret oleh malaikat ke arah jurang. Ia berteriak:”Bukankah aku sering menyeru kepada kebaikan?” Malaikat menjawab: “Tapi engkau tidak melaksanakannya.” Makna: Ucapan tanpa amal akan menjerumuskan, bukan menyelamatkan, di akhirat.
🌿 4. Kisah Dzunnun al-Mishri dan Goresan di Dinding; Dzunnun al-Mishri, seorang arif Mesir, menulis di dinding selnya:”Bila lidahmu berkata dan tanganmu diam, maka engkau bukan pembawa cahaya, tapi pembawa bayangan.” Ketika murid-murid bertanya maksudnya, beliau menjawab:”Banyak yang bicara tentang Allah, tapi tidak menampakkan cahaya-Nya dalam amal.”
🌿 5. Kisah Rabiah al-Adawiyah: Diam hingga Makrifat; Rabiah pernah ditanya:”Mengapa engkau jarang memberi ceramah seperti ulama lain?” Ia menjawab:@Aku masih dalam perjalanan. Jika aku berkata tanpa sampai, aku khawatir Allah akan menegurku seperti dalam firman-Nya: ‘Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan?’”
🌿 6. Kisah Arif Syiah yang Menangis Setelah Menasihati
Sayyid Haidar Amuli pernah menangis setelah menyampaikan nasihat makrifat dalam majlis. Murid bertanya: “Mengapa Anda menangis?” Beliau menjawab:”Aku takut Allah berkata kepadaku: Engkau berkata indah tentang-Ku, tapi adakah amalmu seperti itu?”
🌿 7. Kisah Sufi Palsu dan Murid Arif; Seorang sufi palsu sering menyampaikan khutbah tentang ikhlas dan taqwa, padahal ia hidup dalam cinta dunia. Muridnya yang sadar akhirnya berkata:”Guru, ucapanmu seperti lilin yang menyinari majlis kami, tapi dirimu sendiri meleleh dalam gelap.”Keesokan harinya, si guru jatuh sakit dan wafat. Dalam mimpi, murid melihatnya terpenjara oleh kalimat-kalimat indahnya yang dulu ia ucapkan tapi tak diamalkan.
🌿 8. Kisah Imam Ja‘far ash-Shādiq (as) dan Murid yang Gemar Ceramah;?Seorang murid suka berceramah di masjid. Suatu hari Imam berkata kepadanya:”Wahai Fulan, sebaik-baik pengajar adalah mereka yang amalnya lebih dulu dari ucapannya. Janganlah engkau menjadi sebab murka Allah karena engkau memperindah ucapan dan melupakan perbuatan.”
📘 Bihar al-Anwar, Jilid 2
🌿 9. Kisah Diriwayatkan dari Nabi Isa (as);?Nabi Isa (as) melihat seseorang menasihati manusia tentang zuhud tapi ia sendiri hidup dalam kemewahan. Maka Nabi Isa berkata:”Duhai engkau, terlebih dahulu keluarkan dunia dari hatimu, baru kemudian dari kata-katamu!”
🌿 10. Kisah Pintu Langit Tertutup bagi Penasehat Tanpa Amal
Seorang arif bermunajat:”Ya Allah, mengapa pintu-Mu tertutup padaku?” Ia bermimpi Allah berfirman:”Karena engkau sering berbicara tentang-Ku, tapi tidak berjalan menuju-Ku. Maka Aku tidak menyukai suaramu yang tidak berasal dari kalbu.”
 
🌌 Kesimpulan Hikmah
Cerita Pelajaran
Imam Ali (as) Ucapan tanpa amal adalah wujud dusta batin
Uwais Arif sejati tidak ingin bicara sebelum amal
Zahid bermimpi Nasihat tanpa amal adalah hisab berat
Dzunnun Kalimat kosong itu bayangan, bukan cahaya
Rabiah Lebih baik diam daripada berdusta pada Allah
Sayyid Amuli Takut pada firman Allah yang menyindir ruhani
Sufi palsu Kalimat indah bisa menjadi belenggu
Imam Shadiq Amal dulu, baru dakwah
Nabi Isa (as) Zuhud sejati berasal dari qalbu, bukan kata
Arif dan munajat Allah menolak suara tanpa cahaya batin
 
🌟 10 Manfaat & Doanya
 
Manfaat Doa yang Relevan
1 Menyelamatkan diri dari kemunafikan اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ النِّفَاقِ فِي قَوْلِي وَعَمَلِي  “Ya Allah, sucikan aku dari kemunafikan dalam perkataan dan perbuatanku.”
2 Menumbuhkan kejujuran spiritual اللَّهُمَّ اجْعَلْ ظَاهِرِي صَادِقًا مَعَ بَاطِنِي  “Ya Allah, jadikan lahirku selaras dengan batinku.”
3 Menguatkan integritas diri اللَّهُمَّ ثَبِّتْنِي عَلَى الصِّدْقِ فِي كُلِّ حَالٍ  “Ya Allah, teguhkan aku di atas kejujuran dalam setiap keadaan.”
4 Menarik keberkahan dalam amal اللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِيمَا أَقُولُ وَأَفْعَلُ  
“Ya Allah, berkahilah apa yang aku ucapkan dan kerjakan.”
5 Menjadi teladan yang nyata اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي قُدْوَةً لِمَنْ تَبِعَنِي فِي الْخَيْرِ  “Ya Allah, jadikan aku teladan bagi yang mengikutiku dalam kebaikan.”
6 Menghindari adzab karena ucapan kosong اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ قَوْلٍ لَا عَمَلَ مَعَهُ  “Ya Allah, lindungi aku dari ucapan yang tak disertai amal.”
7 Menjaga amanah ilmu dan dakwah اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِمَّنْ يَقُولُ مَا لَا يَفْعَلُ  “Ya Allah, jangan jadikan aku termasuk yang mengatakan apa yang tak ia lakukan.”
8 Mendapatkan kemuliaan di sisi Allah اللَّهُمَّ اكْرِمْنِي بِصِدْقِ الْعَمَلِ قَبْلَ صِدْقِ الْمَقَالِ  “Ya Allah, muliakan aku dengan kejujuran amal sebelum kejujuran ucapan.”
9 Membersihkan jiwa dari sifat riya dan pamer اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ الرِّيَاءِ وَالْكِبْرِ وَحُبِّ الْمَدْحِ  “Ya Allah, bersihkan hatiku dari riya, kesombongan, dan cinta pujian.”
10 Mendekatkan diri kepada hakikat keikhlasan اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِمَّنْ يُطَابِقُ قَوْلُهُ عَمَلَهُ فِي سِرِّهِ وَعَلَانِيَتِهِ  “Ya Allah, jadikan aku termasuk orang yang ucapannya sesuai dengan amalnya, baik dalam kesendirian maupun di hadapan manusia.”
 
Dzikir Ringkas dari Para Arif
‎ • أَسْتَغْفِرُكَ يَا رَبِّ مِنْ كَثْرَةِ كَلَامِي وَقِلَّةِ عَمَلِي
“Aku mohon ampun kepada-Mu, wahai Rabb-ku, atas banyaknya ucapanku dan sedikitnya amalanku.”
‎ • اللَّهُمَّ طَهِّرْ نَفْسِي مِنَ الْخُطُبَةِ وَزَيِّنْهَا بِالصِّدْقِ وَالصَّمْتِ
“Ya Allah, sucikan jiwaku dari banyak bicara dan hiasilah ia dengan kejujuran dan diam (yang bermakna).”
 
🕊️ Tambahan 8 Doa Pendek Maknawi
Doa Makna
‎11 اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي صَادِقًا فِي نِيَّتِي وَعَمَلِي   “Ya Allah, jadikan aku jujur dalam niat dan amal.” Membersihkan niat dari kemunafikan
‎12 اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ أَنْ أَكُونَ مِمَّنْ يَدْعُو إِلَيْكَ وَيَفِرُّ عَنْكَ   “Ya Allah, lindungi aku dari menjadi orang yang menyeru kepada-Mu namun lari dari-Mu.” Mewaspadai lisan dakwah tanpa komitmen ruhani
‎13 اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي طَاعَةَ اللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ مَعًا   “Ya Allah, anugerahkan padaku ketaatan lisan dan anggota badan secara bersamaan.” Menyatukan kata dan perbuatan
‎14 اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الظَّاهِرِ الْمُزَيَّفِ وَالْبَاطِنِ الْفَارِغِ   “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penampilan luar yang palsu dan batin yang kosong.” Meningkatkan kesadaran batin
‎15 اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَمْتِي تَفَكُّرًا وَكَلَامِي ذِكْرًا وَعَمَلِي إِخْلَاصًا   “Ya Allah, jadikan diamku tafakur, ucapanku dzikir, dan amalanku ikhlas.” Menata seluruh dimensi kehidupan
‎16 اللَّهُمَّ لَا تَفْتَحْ لِسَانِي فِي شَيْءٍ لَمْ تَفْتَحْ قَلْبِي لَهُ   “Ya Allah, jangan bukakan lisanku dalam sesuatu yang belum Engkau bukakan hatiku padanya.” Hanya berbicara dari makrifat yang dihayati
‎17 اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ وَعَمِلًا بِهِ قَبْلَ أَنْ أَدْعُوَ إِلَيْهِ   “Ya Allah, jadikan aku pembuka pintu kebaikan dan pelakunya sebelum menyeru padanya.” Prioritaskan amal atas dakwah lisan
‎18 اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي الْهُدَى وَأَنْ أَكُونَ هَادِيًا لَا مُدَّعِيًا   “Ya Allah, karuniakan aku petunjuk dan jadikan aku pemberi petunjuk, bukan hanya pengklaim.” Hindari klaim tanpa substansi

 

Baca juga:
Kolom: Hakekat Kesabaran


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment