Makna dari Ayat: “وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ” (QS Ar-Ra’d: 17 )

Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi’ menurut perspektif zahir dan batin:
1. Kebenaran yang bermanfaat akan langgeng: Kebaikan, ilmu, amal saleh, dan nilai-nilai kebenaran yang memberi manfaat kepada masyarakat akan bertahan lama di muka bumi.
2. Ilmu yang berguna tak akan hilang:Ilmu yang bermanfaat akan terus diwariskan dan diamalkan, meski pengajarnya telah tiada.
3. Amal jariyah tetap mengalir: Seperti air yang bermanfaat untuk pertanian, amal yang memberi manfaat akan terus menjadi sumber pahala dan kehidupan.
4. Orang yang bermanfaat lebih dihargai: Seseorang yang hidupnya memberi manfaat bagi orang lain akan dikenang dan dihormati bahkan setelah wafat.
5. Barang yang berguna akan dicari dan disimpan: Benda atau hasil kerja yang memberi nilai guna akan disukai dan terus dipertahankan.
6. Hati yang bermanfaat tetap teguh di bumi tauhid: Hati yang dipenuhi cahaya ma’rifat dan tauhid sejati akan kokoh dalam wilayah ilahiah dan tidak tergelincir oleh dunia.
7. Nur makrifat tinggal di bumi jiwa yang suci: Pengetahuan batin yang sejati akan berdiam dalam jiwa yang bersih dari hawa nafsu dan kegelapan.
8. Manusia hakiki adalah yang memberi manfaat ruhani: Insan kamil (manusia sempurna) memberi manfaat ruhani dan menjadi perantara turunnya rahmat ke bumi.
9. Makna amal adalah bekas ruhani yang kekal: Amal bukan sekadar perbuatan, tetapi bekas ruhani yang meninggalkan cahaya dan kehadiran spiritual yang abadi di bumi.
10. Hakikat dari yang kekal adalah yang bersumber dari Allah: Segala sesuatu yang berasal dari Ilahi dan ditujukan kembali kepada-Nya akan menetap di bumi sebagai pancaran keabadian.
Makna dari ayat “وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ” menurut Al-Qur’an secara tematik (tafsir Al-Qur’an bil-Qur’an), yaitu dengan mengaitkannya dengan ayat-ayat lain yang senada:
1. Ilmu yang bermanfaat bertahan lama; QS Al-Kahfi: 109 – “Katakanlah: Kalau lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu…”; Ilmu Ilahi yang bermanfaat bersumber dari wahyu dan bertahan melampaui zaman.
2. Amal saleh yang ikhlas tak akan sia-sia; QS Al-Kahfi: 30 – “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.” Amal yang bermanfaat akan abadi di bumi dan akhirat.
3. Harta yang dibelanjakan di jalan Allah memberi manfaat kekal
QS Al-Baqarah: 261 “Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih…” Kebaikan yang memberi manfa akan tumbuh dan menetap seperti benih yang menumbuhkan tujuh ratus butir.
4. Manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat: QS Ali ‘Imran: 110 – “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar…”
Keberadaan manusia terbaik bermanfaat bagi sesamanya dan bumi.
5. Firman Allah yang hak akan menetap, kebatilan lenyap; QS Al-Isra’: 81 – “Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.”
Yang benar dan memberi manfaat akan menetap di bumi.
6. Orang mukmin seperti pohon yang baik; QS Ibrahim: 24-25 – “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik…”
Pohon itu memberi buah dan manfaat sepanjang masa, tinggal teguh di bumi.
7. Air hujan menyaring yang bermanfaat di bumi; QS Ar-Ra’d: 17 (ayat lengkapnya) – “Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang bermanfaat bagi manusia maka ia tinggal di bumi.” Perumpamaan antara hak dan batil: yang batil akan menguap seperti buih, yang bermanfaat akan menetap.
8. Kebenaran dari wahyu adalah petunjuk hidup di bumi
QS Az-Zumar: 21 – Allah menurunkan air (wahyu) dari langit lalu bumi menjadi hidup…
Kebenaran yang memberi manfaat menghidupkan hati seperti air menghidupkan tanah.
9. Orang berilmu bermanfaat seperti hujan ke bumi; QS Az-Zumar: 9 – “Katakanlah: Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?. Ilmu yang benar menetap dan memberi pengaruh luas.
10. Tauhid yang murni memberi manfaat yang kekal; QS An-Nahl: 97 – “Barangsiapa mengerjakan amal saleh… dan ia beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik…” Tauhid yang benar dan amalnya menetap dalam kehidupan baik di dunia dan akhirat.
Makna dari ayat “وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ” menurut hadis-hadis Nabi (saw) dan Ahlul Bait (as), yang menjelaskan apa saja yang memberi manfaat bagi manusia dan tetap kekal di bumi:
1. Ilmu yang diajarkan dan diamalkan; Nabi (saw) bersabda:
“Apabila manusia mati, amalnya terputus kecuali dari tiga: sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak saleh yang mendoakannya.”(Muslim 1631)
Makna: Ilmu yang bermanfaat menetap di bumi, sesuai dengan ayat ini.
2. Sedekah jariyah; Imam Ja‘far al-Shadiq (as):”Sedekah itu tidak akan menghilangkan harta, bahkan ia menumbuhkannya.”(Al-Kāfī, jilid 4)
Makna: Sedekah yang manfaatnya menyebar adalah bagian dari yang “tinggal di bumi”.
3. Akhlak yang baik meninggalkan pengaruh abadi; Nabi (saw):”Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan pada Hari Kiamat daripada akhlak yang baik.”Tirmidzi)
Makna: Akhlak yang baik memberi manfaat luas dan abadi.
4. Amal saleh adalah bekal abadi
Nabi (saw):”Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia.”
(Al-Mu‘jam al-Awsath, al-Ṭabarani)
Makna: Amal yang bermanfaat terus tinggal di bumi.
5. Doa dan nasihat yang menyentuh hati; Imam Ali (as):
“Kalimat hikmah adalah harta benda yang hilang milik orang beriman, ambillah di mana pun kamu temukannya.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 80)
Makna: Hikmah dan nasihat yang bermanfaat tetap hidup di bumi.
6. Pendidik dan guru adalah pewaris kenabian; Nabi (saw):
“Ulama adalah pewaris para nabi.”
(Abu Dawud, Tirmidzi)
Makna: Warisan kenabian adalah ilmu yang menetap dan memberi manfaat.
7. Menyebarkan Al-Qur’an dan hidayah; Imam Ja‘far al-Shadiq (as):”Barang siapa mengajarkan satu huruf dari Kitabullah, maka ia mendapatkan pahala selama huruf itu dibaca.”(Al-Kāfī)
Makna: Mengajarkan Qur’an memberi manfaat yang tak terputus.
8. Menanam pohon atau membangun sesuatu untuk umum
Nabi (saw):Barang siapa menanam pohon, maka setiap buahnya menjadi sedekah.”(Ahmad bin Hanbal) Makna: Sesuatu yang memberi manfaat jasmani pun termasuk dalam ayat ini.
9. Menegakkan keadilan
Imam Ali (as):”Keadilan adalah dasar tegaknya langit dan bumi.”
(Nahjul Balaghah) Makna: Keadilan memberi manfaat luas dan lestari di muka bumi.
10. Dzikir dan ketulusan hati
Nabi (saw):”Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak adalah seperti orang hidup dan orang mati.”(Bukhari, Muslim) Makna: Hati yang hidup dengan dzikir memberi manfaat ruhani yang kekal.
Hadis-hadis Ahlul Bayt (as), berdasarkan riwayat-riwayat yang menafsirkan makna “yang bermanfaat bagi manusia dan tinggal menetap di bumi”:
1. Ilmu yang berasal dari Ahlul Bayt
Imam Ja‘far al-Shadiq (as):
“Sesungguhnya ilmu yang benar adalah yang keluar dari kami Ahlul Bayt, dan selainnya adalah kebingungan.”Bihar al-Anwar, 2/92)
Makna: Ilmu mereka adalah yang memberi manfaat sejati dan kekal di bumi.
2. Wilayah (kepemimpinan spiritual) para Imam; Imam Ali (as):
“Agama tidak akan tegak kecuali dengan pemimpin yang dikenal haknya.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 147)
Makna: Wilayah adalah sumber kebenaran yang memberi manfaat abadi bagi umat.
3. Amal yang lahir dari makrifat
Imam al-Baqir (as):”Amal yang paling bermanfaat adalah yang disertai ma‘rifat (pengenalan terhadap Imam).”
(Bihar al-Anwar, 70/25)
Makna: Amal yang tidak berdasarkan ma‘rifat tidak menetap dalam timbangan Ilahi.
4. Kebenaran para Imam adalah hujjah abadi di bumi; Imam Ja‘far al-Shadiq (as):”Kami adalah hujjah Allah di bumi, dan bumi tidak akan kosong dari hujjah.”(Al-Kāfī, 1/177)
Makna: Keberadaan Imam yang memberi manfaat rohani tetap kokoh di bumi.
5. Tauhid murni yang bersumber dari Ahlul Bayt; Imam Ali (as): “Permulaan agama adalah mengenal-Nya, dan kesempurnaan mengenal-Nya adalah membenarkan-Nya secara tauhid…”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 1)
Makna: Tauhid yang benar adalah yang menetap dan memberi manfaat dalam jiwa dan alam.
6. Penerus risalah Nabi melalui keturunannya; Nabi (saw):”Aku tinggalkan padamu dua pusaka: Kitab Allah dan Itrahku, Ahlul Bayt. Tidak akan sesat jika kalian berpegang pada keduanya.”
(Hadis al-Tsaqalayn, berbagai sumber) Makna: Ahlul Bayt adalah sumber manfaat dan cahaya yang terus menetap di bumi.
7. Doa dan dzikir yang bersumber dari mereka; Imam Ali Zainal Abidin (as):”Doa adalah senjata orang beriman dan tiang agama.”
(Bihar al-Anwar, 93/295)
Makna: Doa yang mereka ajarkan (seperti dalam Sahifah Sajjadiyyah) memberi manfaat ruhani abadi.
8. Cinta kepada Ahlul Bayt sebagai amal yang kekal; Imam al-Baqir (as):”Cinta kepada kami Ahlul Bayt adalah iman, dan membenci kami adalah kufur.”(Al-Kāfī, 1/188)
Makna: Mahabbah (cinta) kepada Ahlul Bayt adalah amal ruhani yang memberi manfaat kekal.
9. Nasihat dan hikmah mereka tinggal menetap di hati manusia
Imam Ali (as):”Hikmah adalah harta seorang mukmin yang hilang; ambillah ia meskipun dari orang munafik.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 80)
Makna: Hikmah dari Ahlul Bayt adalah pancaran cahaya yang hidup dalam hati manusia.
10. Kehadiran Imam Mahdi (af) sebagai manfaat tersembunyi
Imam Shadiq (as):”Seperti matahari di balik awan, ia memberi manfaat meskipun tidak tampak.”
(Bihar al-Anwar, 52/92)
Makna: Imam Mahdi adalah bentuk tertinggi dari “yang bermanfaat bagi manusia dan tinggal di bumi”.
Menurut mufasir terkemuka, baik dari tafsir klasik maupun batin/sufistik:
1. Tafsir al-Ṭabari (w. 310 H):
Makna ayat ini adalah perumpamaan antara hak dan batil. Seperti buih dalam air yang hilang dan tidak berguna, sedangkan air yang bermanfaat tetap digunakan manusia. Makna: Amal saleh, kebenaran, dan ilmu akan bertahan; kebatilan akan sirna.
2. Tafsir al-Qurṭubī (w. 671 H):
Yang dimaksud “yang bermanfaat bagi manusia” mencakup air, emas, perak, dan ilmu, karena semua ini digunakan untuk kebaikan.
Makna: Yang memiliki nilai praktis dan maslahat akan menetap dan dicari.
3. Tafsir Fakhr al-Dīn al-Rāzī (w. 606 H): Ia menekankan sisi falsafah dan rasionalitas ayat ini, bahwa nilai sesuatu terletak pada manfaatnya. Yang tidak memberi manfaat akan lenyap secara alami.
Makna: Kebaikan akan menguat dalam struktur masyarakat, keburukan akan luruh.
4. Tafsir al-Tustarī (w. 283 H, sufi):
Ayat ini menunjukkan bahwa amal yang lahir dari hati yang ikhlas akan tinggal (yamkuts), sedangkan yang dilakukan karena riya’ akan lenyap. Makna batin: Hanya amal yang bersumber dari hati suci yang bermanfaat secara abadi.
5. Tafsir al-Kāshānī (Syiah, tafsir sufistik): Beliau mengaitkan “yang bermanfaat” dengan ilmu laduni, makrifat, dan cahaya wilayah.
Makna: Hanya ilmu dan cahaya dari wali Allah yang memberi kehidupan hakiki bagi bumi hati.
6. Tafsir al-‘Ayyāshī (Syiah klasik):
Riwayat dari Imam (as) menyebut bahwa “yang tinggal di bumi” adalah para hujjah (imam) dan ilmu mereka. Makna: Bumi tidak akan kosong dari yang memberi manfaat ruhani, yaitu hujjah Allah.
7. Tafsir al-Mīzān (Allamah Thabathaba’i, w. 1981):
Menafsirkan bahwa ayat ini adalah metafora bagi hakikat dan batil dalam kehidupan manusia. Yang hak akan membentuk peradaban, sedangkan batil akan sirna walau tampak besar. Makna: Realitas batin dari segala amal ditentukan oleh manfaat sejatinya.
8. Tafsir al-Sa’di (Salafi moderat):
Menafsirkan “yang bermanfaat” sebagai segala amal kebaikan yang ikhlas, seperti ilmu, ibadah, akhlak, yang memberi manfaat dunia akhirat. Makna: Keberkahan datang dari sesuatu yang bermanfaat dan tulus.
9. Tafsir Ibn ‘Ajibah (sufi Syadiliyah): Mengartikan ayat ini secara isyari (simbolik): air adalah wahyu dan ma‘rifat, buih adalah syahwat dan dunia, dan yang tinggal adalah cahaya Allah dalam hati hamba-Nya.
Makna sufistik: Yang bermanfaat adalah nur dari Allah, yang menetap dalam hati yang bersih.
10. Tafsir Shafi’i dan Maliki Umum:
Mereka menyepakati bahwa ayat ini menunjukkan prinsip hikmah ilahiyah dalam membedakan antara sesuatu yang sekadar tampak (buih) dan yang sejati (air).
Makna: Yang langgeng adalah kebenaran yang memberi maslahat.
Baca juga:
Kolom: Makna Laa Ilaha Illallah (Bagian ke-3/Terakhir)
Makna ayat
“وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ” menurut ahli makrifat dan hakikat (khususnya dari tradisi hikmah Ilahi dan tasawuf Irfani, termasuk ulama
1. Yang menetap adalah nur hakikat dalam hati insan
Ahli makrifat memandang bahwa yang bermanfaat adalah cahaya kebenaran (nur al-haqq) yang masuk ke dalam qalb (hati) manusia. Itulah yang akan tinggal dan berbuah makrifat. Makna: Yang bertahan adalah cahaya Tuhan, bukan bentuk lahir.
2. Segala sesuatu yang lahir dari ikhlas, akan kekal; Menurut para arif seperti Ibn Arabi dan Sayyid Haidar Amuli, amal yang dilakukan dengan ikhlas lillāh, walaupun kecil, akan mengakar dalam alam malakut. Makna: Kualitas ruhani menetapkan sesuatu dalam dimensi langgeng.
3. Wujud hakiki adalah wujud yang memberi manfaat ilahi; Mulla Sadra menyatakan bahwa realitas sesuatu ditentukan oleh faedah ontologisnya (wujud). Apa yang tidak memberi manfaat spiritual, hakikatnya adalah “adam” (ketiadaan). Makna: Hanya hakikat yang bermakna akan menetap dalam tatanan wujud.
4. Ilmu ma‘rifat adalah yang paling menetap di bumi hati; Para sufi hakiki meyakini bahwa ilmu syuhudi (yang disaksikan hati), bukan sekadar hafalan, adalah ilmu yang menetap dan membangkitkan ruhani. Makna: Ma‘rifat bukan di kepala, tapi di hati yang suci.
5. Yang bermanfaat adalah cinta kepada Allah dan Wali-Nya
Menurut para arif Syiah, mahabbah (cinta kepada Ahlul Bayt dan Allah) adalah benih yang tidak musnah, dan terus tumbuh hingga akhirat. Makna: Cinta yang murni kepada yang suci adalah manfaat tertinggi.
6. Yang tinggal adalah cahaya Imam dalam wujud manusia
Sayyid Haidar Amuli berkata bahwa wilayah Imam adalah bentuk hakiki al-haqq fi al-ardh —yang memberi kehidupan spiritual kepada bumi. Makna: Imam adalah manifestasi hakikat yang menetap dalam keberadaan.
7. Buah makrifat akan tetap bahkan setelah kematian; Para arif menyebutkan bahwa amal yang muncul dari ketersambungan ruh dengan Tuhan akan terus berbuah walau jasad telah sirna.
Makna: Yang bermanfaat tidak terikat waktu dan ruang.
8. Nafas yang jujur dalam dzikir adalah yang tinggal; Para ahli dzikir menyatakan bahwa nafas-nafas yang diisi dengan “Ya Allah”, dengan hudhur dan khusyu’, akan meninggalkan bekas dalam ‘alam.
Makna: Nafas makrifat lebih berat dari seribu amal yang kosong.
9. Jiwa yang suci akan memancarkan manfaat abadi
Imam Khomeini dalam Adabus Salah menyebut bahwa jiwa yang telah menyatu dengan hakikat akan menjadi sumber manfaat ilahi bagi semesta. Makna: Orang makrifat menjadi “mata air” di bumi.
10. Yang menetap adalah sir (rahasia) antara hamba dan Tuhannya; Menurut ahli hakikat, sir atau rahasia batin antara hamba dan Rabb-nya adalah hakikat yang tersembunyi, tapi paling menetap dan tidak pernah sirna. Makna: Rahasia antara kekasih dan Sang Kekasih adalah manfaat yang hakiki.
Makna ayat
“وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ” menurut ahli hakikat Syiah, khususnya dari kalangan arif dan hikmat ilahi seperti Sayyid Ḥaydar Āmulī, Mulla Ṣadrā, Imam Khomeini, dan lainnya:
1. Yang bermanfaat adalah wilāyah para Imam Ma‘ṣūm (as); Sayyid Ḥaydar Āmulī menafsirkan bahwa “yang tinggal di bumi” adalah nur wilayah Imam (as) yang menjadi jantung bumi ruhani.
Makna: Wilayah bukan hanya konsep, tapi wujud batin yang menghidupkan bumi.
2. Hati yang menerima hakikat adalah bumi sejati; Menurut para arif Syiah, bumi sejati bukan tanah, tapi qalb al-insān, dan yang tinggal padanya adalah nur al-haqq berupa ilmu, dzikir, dan makrifat. Makna: Bumi sejati adalah hati, dan yang bermanfaat tinggal di dalamnya.
3. Amal yang lahir dari makrifat Imam akan kekal; Mulla Ṣadrā menjelaskan bahwa amal tanpa makrifat tidak memiliki bentuk batin (ṣūrah bāṭiniyyah) di alam akhirat. Makna: Amal yang disinari cahaya Imam (as) akan kekal fi al-ardh (wujud batin).
4. Yang tinggal adalah ilmu yang bersumber dari Ahlul Bayt
Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as) bersabda bahwa “ilmu kami Ahlul Bayt adalah yang bermanfaat dan tidak akan sirna.” Makna: Ilmu batin yang diwariskan Imam akan tetap menghidupkan ruh umat.
5. Wilayah adalah hakikat yang menumbuhkan semua amal
Menurut Imam Khomeini dalam Miṣbāḥ al-Hidāyah, wilayah adalah akar dari semua ibadah dan akhlak. Tanpa itu, amal seperti pohon tanpa akar. Makna: Yang bermanfaat adalah “wilayah” yang menghidupkan semua amal.
6. Bumi tidak akan kosong dari hujjah; Hadis dari Imam Shadiq (as):
“Sekiranya bumi kosong dari Imam, niscaya bumi akan tenggelam.”Makna: “Yang tinggal” bukan hanya manfaat praktis, tapi eksistensi Imam sebagai sebab tetapnya dunia.
7. Sir (rahasia ruhani) hamba yang menyatu dengan wilayah akan kekal; Para arif Syiah menafsirkan bahwa ruh yang fana fi al-Imam (tenggelam dalam wilayah) akan memancarkan nur yang tetap fi al-ardh, bahkan setelah wafat. Makna: Yang kekal adalah kesatuan batin dengan cahaya Ahlul Bayt.
8. Yang bermanfaat adalah mahabbah dan ma‘rifat terhadap Ahlul Bayt; Cinta kepada mereka bukan hanya afeksi, tetapi ikatan wujudiah yang membentuk jiwa insan dan menjadi tanah tempat tumbuhnya amal. Makna: Mahabbah yang sejati kepada Imam (as) adalah hakikat yang kekal.
9. Imam Mahdi (af) adalah “yang bermanfaat” yang tetap tersembunyi; Imam yang ghaib disebut dalam riwayat sebagai “matahari di balik awan” yang memberi manfaat terus-menerus walau tidak terlihat. Makna: Imam Mahdi (af) adalah hakikat manfaat spiritual yang terus menetap.
10. Dzikir dan sir yang berakar dari wilayah akan menjadi nur di Barzakh; Menurut Imam Khomeini, dzikir yang disinari oleh cinta kepada Imam akan mengubah ruh menjadi manifstasi dari manfaat ilahi yang menetap hingga Barzakh dan Mahsyar. Makna: Hanya dzikir yang lahir dari cahaya wilayah yang akan “yamkuts fi al-ardh”.
Cerita dan kisah yang menggambarkan makna ayat:
“وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ”
(“Adapun yang bermanfaat bagi manusia, maka ia akan tetap tinggal di bumi”) menurut pandangan ahli hakikat Syiah, baik melalui kisah para Imam Ahlul Bayt (as), arifin, dan hamba yang ikhlas:
1. Kisah Imam Ali (as) dan sumur ilmu; Seorang sahabat bertanya kepada Imam Ali (as):”Mengapa engkau tidak mengajarkan semua ilmumu kepada semua orang?”
Beliau menjawab,Seperti sumur, aku hanya mengeluarkan air bagi yang membawa bejana bersih.”
Makna: Ilmu hakiki hanya menetap dalam hati yang bersih dan ikhlas — itulah yang bermanfaat dan tinggal di bumi hati.
2. Seorang tukang roti dan Imam Mahdi (af); Seorang tukang roti miskin selalu bersedekah setiap pagi dan bersalawat untuk Imam Mahdi. Suatu malam ia bermimpi bertemu Imam Mahdi (af) yang berkata:
“Engkau membakar roti untuk manusia, maka Allah membakar cahaya untukmu.” Makna: Amalan kecil yang ikhlas memberi manfaat abadi dan menetap dalam kitab takdir.
3. Salman al-Farisi dan ladang iman; Salman (ra) menanam pohon kurma dengan penuh dzikir. Orang bertanya, “Mengapa engkau melafazkan dzikir saat mencangkul?
Ia menjawab,”Agar tanah ini menyimpan nur yang akan tumbuh bersamaku di akhirat.” Makna: Amal duniawi yang terisi ruh ilahi akan menjadi pohon yang menetap di bumi dan langit.
4. Seorang wanita yang menjaga anak yatim; Seorang wanita biasa menjaga dua anak yatim di Kufah tanpa diketahui siapa pun. Setelah wafatnya, Imam Hasan (as) menangis dan berkata:
“Ia adalah pelita yang tersembunyi. Cahaya amalnya akan terus menyinari bumi.” Makna: Amal tersembunyi yang ikhlas adalah “yang bermanfaat dan tinggal di bumi”.
5. Jabir bin Abdullah dan ilmu tersembunyi; Jabir menyampaikan hadis kepada Muhammad al-Baqir (as) saat beliau masih kecil, karena wasiat Rasulullah (saw). Jabir berkata:”Aku tidak tahu kepada siapa lagi ilmu ini akan aku wariskan, kecuali dia yang bermanfaat bagi umat.” Makna: Ilmu yang diwariskan ke ahli hakikat akan terus hidup di bumi walau zaman berubah.
6. Imam Sajjad (as) dan tangisan malam; Beliau shalat malam dan menangis hingga tanah sujudnya basah. Seorang pelayan bertanya:
“Mengapa engkau begitu menangis padahal engkau Imam?”Beliau menjawab:”Agar bumi menjadi saksi manfaat air mata ini di Mahsyar.”Makna: Tangisan yang tulus karena Allah adalah “yang menetap di bumi”.
7. Abu Dzar dan debu keikhlasan
Saat diusir ke padang pasir, Abu Dzar membawa mushaf dan berkata:
“Biarlah aku bersama ayat-ayat-Nya, karena yang bermanfaat akan tinggal di bumi, bukan di istana.”Makna: Kehidupan zuhud yang dipenuhi makrifat lebih abadi dari kekuasaan dunia.
8. Seorang anak kecil dan segenggam tanah Karbala
Seorang anak menggenggam tanah dari makam Imam Husain (as) dan berkata,”Aku tak punya apapun selain ini, tapi aku ingin memberinya kepada Allah.” Makna: Niat murni dari hati polos pun akan menjadi sesuatu yang tinggal di bumi dan langit.
9. Imam Ridha (as) dan pelayan yang tidak dikenal; Imam Ridha (as) menangis saat menguburkan seorang pelayan. Ketika ditanya kenapa, beliau menjawab:”Ia adalah waliyullah yang tersembunyi. Ia menyalakan api cinta ilahi dalam sunyi.” Makna: Orang biasa dengan ruh hakikat akan menjadi “manfaat” yang menetap selamanya.
10. Seorang arif di Qom yang hanya menyapu masjid; Seorang fakir menyapu masjid Sayyidah Ma‘sūmah (as) selama 40 tahun sambil berzikir diam-diam. Saat ia wafat, salah satu ulama bermimpi melihat ia dipakaikan mahkota cahaya. Makna: Yang diam dan tersembunyi, namun ikhlas dan memberi manfaat, akan menetap di alam ruh dan bumi.
Manfaat dari makna ayat:
“وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ”
(“Adapun yang bermanfaat bagi manusia, maka ia akan tetap tinggal di bumi”) beserta doa pendek untuk setiap manfaatnya, sesuai dengan pandangan hakikat Syiah dan ruh maknawi ayat tersebut:
1. Manfaat: Amal ikhlas akan kekal dan ditulis di Lauh Mahfuz
اللَّهُمَّ اجعل عملي خالصًا لك،
ثابتًا في كتابك لا يُمحى.
(Ya Allah, jadikan amalku ikhlas untuk-Mu, dan tetap tertulis dalam kitab-Mu yang tak terhapus.)
2. Manfaat: Ilmu yang bermanfaat akan menjadi cahaya di alam barzakh
اللَّهُمَّ ارزقني علمًا نافعًا،
ونورًا يسعى بين يدي في قبري.
(Ya Allah, anugerahkan aku ilmu yang bermanfaat, dan cahaya yang mendahuluiku di alam kubur.)
3. Manfaat: Cinta sejati kepada Ahlul Bayt akan menetap dalam hati dan akhirat
اللَّهُمَّ اجعل محبتي لأهل بيت نبيك
نورًا لا يزول، وسرًّا لا يَفْنَى.
(Ya Allah, jadikan cintaku kepada Ahlul Bayt Nabi-Mu cahaya abadi dan rahasia yang tak musnah.)
4. Manfaat: Satu sedekah tulus bisa menumbuhkan berkah dunia-akhirat
اللَّهُمَّ اجعل صدقتي بركة في الأرض،
ونماءً في الآخرة.
(Ya Allah, jadikan sedekahku berkah di bumi, dan pertumbuhan di akhirat.)
5. Manfaat: Menyebarkan kebaikan akan menetap dalam ruh umat
اللَّهُمَّ اجعلني سببًا لما ينفع الناس،
ولا تجعلني هباءً منثورًا.
(Ya Allah, jadikan aku sebab bagi hal-hal yang bermanfaat bagi manusia, jangan jadikan aku sia-sia.)
6. Manfaat: Dzikir batin akan memancarkan nur yang tidak padam
اللَّهُمَّ اجعل ذكري لك نورًا دائمًا في قلبي،
لا ينطفئ.
(Ya Allah, jadikan dzikirku kepada-Mu cahaya abadi dalam hatiku yang tak padam.)
7. Manfaat: Satu air mata karena Allah akan menetap dalam timbangan kebaikan
اللَّهُمَّ تقبّل دمعتي هذه،
واجعلها مما يمكث في الأرض وترتفع إليك.
(Ya Allah, terimalah air mataku ini, jadikan ia sesuatu yang menetap di bumi dan naik kepada-Mu.)
8. Manfaat: Membimbing orang lain kepada hakikat akan terus berbuah
اللَّهُمَّ اجعل دعائي وبياني هدى لمن شئت، وثبت أثره في أرض قلوبهم.
(Ya Allah, jadikan seruanku dan penjelasanku sebagai petunjuk, dan tetapkan pengaruhnya di hati mereka.)
9. Manfaat: Setiap perbuatan makrifat akan mewujud sebagai wujud cahaya
اللَّهُمَّ اجعل سرّي معك حقيقةً منورةً،
لا تزول ولا تزيف.
(Ya Allah, jadikan rahasiaku bersama-Mu sebagai hakikat bercahaya, tak hilang dan tak palsu.)
10. Manfaat: Kehidupan yang membawa manfaat akan menjadi syafaat di akhirat
اللَّهُمَّ اجعل حياتي رحمةً لمن حولي، ومفتاحًا لشفاعة أهل بيت نبيك.
(Ya Allah, jadikan hidupku rahmat bagi sekitarku, dan kunci bagi syafaat Ahlul Bayt Nabi-Mu.)
Munajat Qurani
Suatu hari, Imam Ali bin Abi tholib sedang bermunajat kepada Allah swt di Masjid Kufah. Hari itu beliau berdoa dengan doa yang sangat indah. Semua permintaannya selaras dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Inilah untaian doa-doa indah beliau,
1), Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, keselamatan di hari ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna kecuali seorang yang datang dengan hati yang bersih”
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ -٨٨- إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ -٨٩-
“(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Asy-Syuara’ 88-89)
2), Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, kesalamatan di hari ketika orang dzolim menggigit jarinya seraya berkata Andai dahulu aku mengambil jalan bersama Rasul.”
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً -٢٧-
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.”(Al-Furqon 27)
3), Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, keselamatan di hari ketika orang-orang berdosa dikenali tanda-tandanya kemudian direnggut ubun-ubun dan kakinya”
يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالْأَقْدَامِ -٤١-
“Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya, lalu direnggut ubun-ubun dan kakinya.”(Ar-Rahman 41)
4), Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, keselamatan di hari ketika seorang ayah tidak bisa menolong anaknya. Dan anak tak bisa menolong ayahnya. Sungguh janji Allah pastilah benar.”
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْماً لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئاً إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ -٣٣-
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar.” (Luqman 33)
5), Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, keselamatan di hari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk.”
يَوْمَ لَا يَنفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ -٥٢-
“(yaitu) hari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk.” (Ghofir 52)
6), Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, keselamatan di hari ketika seseorang tidak mampu menolong yang lain. Dan di hari itu, kekuasaan hanya milik Allah swt.”
يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْئاً وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ -١٩-
“(Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.”(Al-Infithor 19)
7), Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, keselamatan di hari ketika seorang lari dari saudara, ibu, bapak, istri serta anak-anaknya. Setiap mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.”
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ -٣٤- وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ -٣٥- وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ -٣٦- لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ -٣٧-
“Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (Abasa 34-37)
8),Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, keselamatan di hari ketika orang yang berdosa ingin menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya, istrinya, saudaranya dan keluarga yang melindunginya (di dunia) dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya. Sama sekali tidak! Sungguh, neraka itu api yang bergejolak, yang mengelupaskan kulit kepala.”
يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ -١١- وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ -١٢- وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْويهِ -١٣- وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ يُنجِيهِ -١٤- كَلَّا إِنَّهَا لَظَى -١٥- نَزَّاعَةً لِّلشَّوَى -١٦-
“Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan keluarga yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya. Sama sekali tidak! Sungguh, neraka itu api yang bergejolak, yang mengelupaskan kulit kepala.” (Al-Ma’arij 11-16)
Comments (0)
There are no comments yet