
Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*
Dalam perspektif ahli hakikat Syiah, qadha dan qadar bukan sekadar konsep hukum takdir yang kaku, melainkan bagian dari sistem kesempurnaan Ilahi yang berjalan melalui wilayah (otoritas spiritual) para Imam Ahlul Bait. Berikut makna qadha dan qadar menurut ahli hakikat Syiah:
- Qadha adalah Ketetapan Ilahi di Lauh Mahfuzh
🔹 Imam Ja’far Shadiq (as):
“Allah menetapkan segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya.” (Al-Kafi, jilid 1, hlm. 149)
📖 “Dan di sisi-Nya Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)
Makna: Semua ketetapan Ilahi (qadha) sudah tercatat dalam Lauh Mahfuzh, dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa ilmu-Nya.
- Qadar adalah Ukuran yang Ditetapkan Melalui Asbab
🔹 Imam Ali (as):
“Segala sesuatu memiliki kadar yang telah ditentukan, dan segala urusan memiliki sebab-sebabnya.” (Nahjul Balaghah, Hikmah 390)
📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran (qadar).” QS. Al-Qamar: 49)
Makna: Qadar adalah hukum sebab-akibat yang mengatur realitas, tetapi tetap berada dalam ketetapan qadha Ilahi.
- Qadha dan Qadar Berjalan Melalui Wilayah Imam
🔹 Imam Ridha (as):
“Kami adalah wasilah Allah dalam penciptaan dan takdir-Nya.” (Uyun Akhbar al-Ridha, jilid 1, hlm. 113)
Makna: Qadha dan qadar Ilahi tidak terpisah dari wilayah para Imam, karena mereka adalah manifestasi kehendak Allah di alam semesta.
- Qadha Mubram dan Qadha Mu’allaq
🔹 Imam Ja’far Shadiq (as):
“Ada qadha yang bisa diubah dengan doa dan amal saleh, dan ada qadha yang tidak bisa diubah.” (Al-Kafi, jilid 2, hlm. 470)
📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)
Makna: Sebagian qadha bersifat mutlak (Mubram), dan sebagian lainnya bergantung pada amal dan doa manusia (Mu’allaq).
- Qadar adalah Jalan Ruh Menuju Kesempurnaan
🔹 Sayyid Haidar Amuli dalam “Jami’ al-Asrar”
“Qadar adalah jalur yang harus ditempuh setiap ruh untuk kembali kepada Allah.”
📖 “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156)
Makna: Qadar bukan hanya ketetapan duniawi, tetapi juga perjalanan ruh menuju maqam makrifat Ilahi.
- Qadha adalah Hakikat yang Bersumber dari Nur Muhammad (saw)
🔹 Ibnu Babawaih Qummi dalam “Kitab al-Tauhid”
“Cahaya Muhammad adalah sumber segala qadha dan qadar.”
Makna: Segala takdir ditentukan melalui hakikat Nur Muhammad (saw), yang menjadi manifestasi awal dari kehendak Ilahi.
- Qadha dan Qadar adalah Rahasia Ilahi
🔹 Imam Ja’far Shadiq (as):
“Qadha dan qadar adalah rahasia Allah. Barang siapa ingin menyelaminya tanpa ilmu, ia akan binasa.” (Bihar al-Anwar, 5 ; 101)
📖 “Mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Makna: Qadha dan qadar tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh akal manusia biasa.
- Qadar Bisa Berubah dengan Makrifat dan Wilayah Imam
🔹 Imam Baqir (as):
“Barang siapa mengenal wilayah kami, maka qadar buruknya dapat berubah menjadi kebaikan.” (Bihar al-Anwar, jilid 26, hlm. 102)
Makna: Makrifat kepada Imam Ahlul Bait dapat mengubah perjalanan hidup seseorang dalam batas qadar yang diizinkan.
- Qadar Sebagai Manifes Asma Allah dalam Diri Manusia
🔹 Allamah Thabathabai dalam “Tafsir al-Mizan”
“Qadar adalah bagaimana sifat dan asma Allah termanifestasi dalam kehidupan makhluk.”
Makna: Setiap manusia menerima takdir sesuai dengan asma Allah yang mempengaruhi kehidupannya.
- Qadar dalam Rezeki dan Kehidupan Dunia
🔹 Imam Ali (as):
“Rezekimu telah ditentukan, tetapi cara mendapatkannya ada di tanganmu.” (Nahjul Balaghah, Hikmah 409)
📖 “Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.”QS. Ar-Ra’d: 26)
Makna: Rezeki memiliki kadar yang ditetapkan, tetapi manusia tetap memiliki tanggung jawab dalam mencapainya.
- Qadar dalam Ujian Hidup
🔹 Imam Shadiq (as):
“Ujian adalah qadar yang telah disiapkan Allah untuk meningkatkan derajat hamba-Nya.”
📖 “Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.” (QS. Al-Baqarah: 155)
- Qadha dan Qadar dalam Kematian dan Akhirat
🔹 Imam Ridha (as):
“Manusia tidak akan mati kecuali dalam qadar ajal yang telah ditetapkan baginya.”
📖 “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal.” (QS. Al-An’am: 2)
- Qadar dalam Hukum Sebab-Akibat
🔹 Allamah Thabathabai
“Qadar adalah sistem sebab-akibat yang telah ditetapkan Allah, tetapi manusia memiliki kebebasan dalam batas qadar tersebut.”
- Qadar dalam Hubungan Ruh dengan Alam Ghaib
🔹 Sayyid Haidar Amuli
“Setiap ruh memiliki qadar yang menghubungkannya dengan alam malakut dan hakikat Ilahi.”
- Qadha sebagai Manifestasi Kehendak Allah melalui Imam Mahdi (aj)
🔹 Imam Shadiq (as):
“Imam Mahdi (aj) akan datang dengan qadha dan qadar yang telah ditentukan, untuk menegakkan keadilan di bumi.”
📖 “Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan menjadikan mereka pemimpin.” (QS. Al-Qashash: 5)
Kesimpulan
Bagi ahli hakikat Syiah, qadha adalah ketetapan mutlak Allah yang bersumber dari Nur Muhammad (saw), dan qadar adalah ukuran yang berjalan melalui wilayah para Imam. Manusia tetap memiliki kebebasan dalam batas qadar, dan makrifat kepada Imam dapat mengubah takdirnya menuju kesempurnaan spiritual.
Berikut adalah beberapa kisah dan cerita dari para Imam Ahlul Bait (as) dan ahli hakikat Syiah tentang qadha dan qadar, yang menggambarkan bagaimana takdir bekerja dalam kehidupan manusia.
- Takdir yang Bisa Berubah dgn Doa – Imam Ja’far Shadiq (as)
🔹 Kisah seorang lelaki yang hampir mati, tetapi diselamatkan dengan doa ibunya
Seorang lelaki datang kepada Imam Ja’far Shadiq (as) dan berkata:
“Wahai Imam, aku mendengar bahwa ajal seseorang sudah ditetapkan oleh Allah. Jika demikian, mengapa ada orang yang sakit parah tetapi sembuh, padahal sebelumnya hampir mati?”
Imam tersenyum dan berkata:
“Benar, ada dua jenis qadha: qadha mubram (takdir mutlak) dan qadha mu’allaq (takdir yang bisa berubah). Allah telah menetapkan ajal seseorang, tetapi jika ia berdoa dan berbuat baik, Allah bisa memperpanjang umurnya.”
Lalu Imam menceritakan kisah seorang pemuda di zaman Nabi Musa (as): Seorang pemuda datang kepada Nabi Musa (as) dan berkata:”Wahai Nabi Allah, tolong doakan aku agar Allah memberikan umur panjang.”
Nabi Musa pun berdoa untuknya. Namun, Allah memberi wahyu:
“Wahai Musa, umur pemuda ini hanya tinggal satu tahun lagi.”
Pemuda itu kembali ke rumahnya dengan hati tenang. Ia sangat mencintai ibunya dan berkata:
“Aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan berbakti kepada ibuku.”
Ia merawat ibunya dengan penuh kasih sayang. Saat satu tahun berlalu, pemuda itu tetap hidup. Nabi Musa pun bertanya kepada Allah:
“Wahai Tuhanku, bukankah Engkau telah menetapkan ajalnya?”
Allah menjawab:”Benar, tetapi karena baktinya kepada ibunya dan doa sang ibu, Aku menambah 30 tahun dalam umurnya.”
📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)
Pelajaran: Qadar bisa berubah dengan amal saleh dan doa, terutama doa seorang ibu.
- Qadar dalam Peristiwa Karbala – Imam Husain (as)
🔹 Mengapa Imam Husain (as) tetap pergi ke Karbala, padahal ia tahu akan syahid?
Saat Imam Husain (as) hendak berangkat ke Karbala, banyak sahabat yang menasihatinya agar tidak pergi, karena mereka tahu ia akan dibunuh.
Ibnu Abbas berkata:”Wahai cucu Rasulullah, engkau tahu bahwa orang-orang Kufah akan mengkhianatimu. Janganlah pergi!”
Imam Husain (as) menjawab:
“Aku tahu takdirku telah ditetapkan oleh Allah. Aku harus pergi, bukan karena aku ingin mati, tetapi karena Allah telah menakdirkan aku sebagai pembela kebenaran.”
Saat berziarah ke makam Kakeknya Rasululllah saw, Imam Husain (as) tertidur beliau bertemu Beliau berkata, ‘Wahai Husain, engkau akan syahid di Karbala, tetapi Allah telah menyiapkan tempatmu di surga.’” Seseorang bertanya:
“Jika engkau sudah tahu takdirnya demikian, mengapa engkau tetap berangkat?”
Imam Husain (as) menjawab:
“Jika seorang nelayan tahu bahwa ombak besar akan datang, apakah ia akan tetap berlayar? Ya, karena ia telah menyerahkan dirinya kepada takdir. Aku berangkat bukan karena ingin mati, tetapi karena ini adalah jalan yang telah ditentukan oleh Allah.”
📖 “Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki.” (QS. Ali Imran: 169)
Pelajaran: Takdir tidak bisa dihindari, tetapi manusia tetap harus memilih jalan yang benar dalam menjalani qadar-nya.
- Takdir Rezeki yang Ditentukan, tetapi Cara Mencapainya Ada di Tangan Manusia – Imam Ali (as)
🔹 Seorang lelaki yang malas bekerja dan mengandalkan takdir
Seorang lelaki datang kepada Imam Ali (as) dan berkata:
“Wahai Amirul Mukminin, aku telah menyerahkan diriku kepada takdir Allah. Aku tidak bekerja karena rezekiku sudah ditentukan.”
Imam Ali (as) tersenyum dan berkata:”Jika demikian, mengapa engkau tidak duduk saja di rumahmu tanpa makan? Bukankah makanan juga sudah ditakdirkan untukmu?”
Lelaki itu terdiam. Imam melanjutkan:
“Allah telah menetapkan rezekimu, tetapi engkau harus mencarinya dengan usaha dan doa. Seekor burung pun tidak mendapatkan makanan jika ia tidak terbang mencarinya.”
📖 “Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.”QS. Ar-Ra’d: 26)
Pelajaran: Takdir tidak berarti pasrah tanpa usaha. Manusia tetap harus berikhtiar dalam batas qadar yang telah ditetapkan Allah.
- Takdir Kematian yang Tidak Bisa Dihindari – Imam Ridha (as)
🔹 Seorang pria yang ingin lari dari kematiannya
Seorang pria datang kepada Imam Ridha (as) dan berkata:
“Wahai Imam, aku takut mati. Apakah aku bisa lari dari takdir kematianku?”
Imam tersenyum dan bertanya:
“Jika engkau berada di tengah laut di atas kapal, dan badai datang, ke mana engkau akan pergi?”
Pria itu menjawab:”Aku akan kembali kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya.” Imam berkata:
“Begitulah kematian. Ketika saatnya tiba, tidak ada tempat lari selain kembali kepada Allah.”
📖 “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh.” (QS. An-Nisa: 78)
Baca juga:
MAKNA BARZAKH
Pelajaran: Kematian adalah bagian dari qadha Ilahi yang tidak bisa dihindari.
Kesimpulan
Dari kisah-kisah di atas, kita belajar bahwa:
- Qadha dan qadar ada dua jenis: yang bisa berubah (qadha mu’allaq) dan yang tidak bisa dihindari (qadha mubram).
- Doa dan amal saleh bisa mengubah qadar, seperti dalam kisah pemuda yang umurnya diperpanjang karena berbakti kepada ibunya.
- Takdir tidak boleh dijadikan alasan untuk bermalas-malasan; manusia tetap harus berusaha, sebagaimana Imam Ali (as) menegaskan bahwa rezeki harus dicari.
- Takdir kematian tidak bisa dihindari, seperti yang diajarkan Imam Ridha (as), tetapi yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya.
- Qadar setiap orang berbeda, tetapi semuanya berjalan dalam ketentuan qadha Allah.
- Takdir yang Diubah dengan Sedekah – Imam Ja’far Shadiq (as)
🔹 Seorang lelaki yang selamat dari kematian karena bersedekah
Seorang lelaki datang kepada Imam Ja’far Shadiq (as) dan berkata:
“Wahai Imam, aku mendengar bahwa sedekah bisa menolak bala dan memperpanjang umur. Bagaimana mungkin takdir bisa berubah?”
Imam menjawab:”Apakah engkau tidak membaca firman Allah: ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki’? (QS. Ar-Ra’d: 39). Sedekah adalah salah satu sebab yang bisa menghapus takdir buruk.”
Lalu Imam menceritakan kisah seorang lelaki di zaman Nabi Sulaiman (as):”Seorang malaikat datang kepada Nabi Sulaiman (as) dan berkata:”Wahai Nabi Allah, lelaki yang berdiri di depan pintumu akan mati sebelum matahari terbenam.” Nabi Sulaiman (as) terkejut. Lelaki itu adalah seorang yang sangat baik dan sering bersedekah. Nabi Sulaiman (as) pun tidak memberitahunya, tetapi lelaki itu pergi dan di jalan ia melihat seorang pengemis. Ia memberikan semua uangnya kepada pengemis itu. Saat malam tiba, lelaki itu masih hidup. Malaikat pun kembali kepada Nabi Sulaiman (as) dan berkata:
“Wahai Nabi Allah, aku telah melihat catatan ajal lelaki itu, tetapi karena ia bersedekah, Allah menghapus qadar kematiannya dan memperpanjang umurnya.”
📖 “Sesungguhnya sedekah benar-benar memadamkan murka Tuhan dan menolak kematian yang buruk.” (HR. Tirmidzi)
Pelajaran: Takdir buruk bisa dihindari dengan amal baik, terutama sedekah.
- Takdir Perjodohan – Imam Ali as
🔹 Seorang pemuda yang ingin menikah dengan gadis tertentu, tetapi takdir berkata lain
Seorang pemuda datang kepada Imam Ali (as) dan berkata:
“Aku sangat mencintai seorang wanita dan ingin menikah dengannya, tetapi keluarganya menolak. Apakah ini sudah takdirku?” Imam Ali (as) bertanya:
“Apakah engkau telah berusaha dengan baik dan tetap menjaga kehormatanmu?”
Pemuda itu menjawab:
“Ya, wahai Amirul Mukminin.”
Imam Ali (as) tersenyum dan berkata:”Jika ia memang bagian dari qadar yang telah Allah tetapkan untukmu, maka ia akan menjadi milikmu. Tetapi jika tidak, maka percayalah bahwa Allah telah menetapkan yang lebih baik untukmu.” Beberapa tahun kemudian, pemuda itu menikah dengan wanita lain yang jauh lebih baik dari yang ia cintai dahulu.
📖 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Pelajaran: Jodoh adalah bagian dari qadar yang berjalan dengan usaha dan doa.
- Qadha dan Qadar dalam Kelahiran Imam Mahdi (aj)
🔹 Mengapa kelahiran Imam Mahdi (aj) dirahasiakan?
Ketika Imam Hasan Askari (as) akan memiliki putra yang kelak menjadi Imam Mahdi (aj), banyak yang bertanya mengapa kelahirannya begitu dirahasiakan.
Seseorang bertanya kepada Imam Hasan Askari (as):”Bukankah segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah? Jika demikian, mengapa engkau menyembunyikan kelahiran anakmu?” Imam menjawab:
“Ketahuilah, Allah menetapkan qadar melalui hukum sebab-akibat. Seperti Musa yang disembunyikan dari Fir’aun, anakku juga harus disembunyikan agar tidak dibunuh oleh para penguasa zalim.”
📖 “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: ‘Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke dalam sungai.’” (QS. Al-Qashash: 7)
Pelajaran: Takdir berjalan melalui hukum sebab-akibat, dan manusia tetap harus mengambil tindakan bijaksana dalam menghadapi keadaan.
- Takdir dan Ikhtiar dalam Kematian Imam Husain (as)
🔹 Mengapa Imam Husain (as) tetap meminta air untuk anaknya, meskipun tahu takdirnya?
Di Karbala, ketika Ali Asghar, putra Imam Husain (as) yang masih bayi, kehausan, Imam Husain mengangkatnya dan berkata kepada pasukan musuh:”Jika kalian tidak kasihan kepadaku, setidaknya berilah anak ini setetes air.”
Tetapi anak itu malah ditembak dengan panah oleh pasukan musuh.
Seseorang bertanya:”Wahai cucu Rasulullah, engkau tahu bahwa mereka tidak akan memberi air. Mengapa engkau tetap meminta?”
Imam Husain (as) menjawab:
“Aku tahu takdirku, tetapi aku tetap harus menjalankan tugasku. Aku ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka telah melakukan kezaliman yang nyata.”
📖 “Agar supaya tidak ada alasan bagi manusia terhadap Allah setelah para rasul (datang).” (QS. 4: 165)
Pelajaran: Walaupun seseorang mengetahui qadha (ketetapan Allah), ia tetap harus berikhtiar dalam qadar yang diberikan kepadanya.
- Takdir dan Keberkahan Air Zamzam – Imam Ja’far Shadiq (as)
🔹 Mengapa air Zamzam tetap mengalir hingga sekarang?
Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq (as): “Mengapa air Zamzam tidak pernah kering, padahal sudah digunakan oleh jutaan orang?” Imam menjawab:
“Ketahuilah bahwa rezeki yang diberkahi akan tetap ada meskipun digunakan terus-menerus. Zamzam adalah air yang telah diberkahi dalam qadha Allah sejak zaman Nabi Ismail.”
📖 “Dan sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al-Isra: 30)
Pelajaran: Qadar rezeki tidak hanya ditentukan oleh jumlah, tetapi juga oleh keberkahan yang diberikan Allah.
Kita bisa mengambil beberapa hikmah:
- Sedekah dapat mengubah qadar buruk, termasuk memperpanjang umur dan menolak bencana.
- Jodoh adalah bagian dari qadar, tetapi manusia tetap harus berusaha dan percaya kepada ketentuan Allah.
- Takdir berjalan melalui sebab-akibat, seperti dalam kelahiran Imam Mahdi (aj) yang harus disembunyikan.
- Manusia tetap harus berikhtiar, meskipun mengetahui takdirnya, sebagaimana Imam Husain (as) tetap berusaha mendapatkan air untuk putranya.
- Rezeki tidak hanya tergantung pada jumlah, tetapi juga pada keberkahan, seperti air Zamzam yang terus mengalir tanpa habis.
Semoga kisah-kisah ini semakin memperjelas hakikat qadha dan qadar dalam perspektif ahli hakikat Syiah.
Manfaat Memahami Qadha dan Qadar dalam Perspektif Ahli Hakikat & Doanya
Dalam perspektif ahli hakikat, memahami qadha dan qadar bukan hanya soal menerima ketetapan Allah, tetapi juga menemukan hikmah tersembunyi dan cara berinteraksi dengan takdir melalui doa dan amal saleh. Berikut adalah manfaat memahami qadha dan qadar, beserta doanya agar kita selalu dalam bimbingan Allah.
- Meningkatkan Ketakwaan kepada Allah
📖 “Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.QS. Al-Hadid: 22)
✅ Manfaat:
- Memahami bahwa segala sesuatu terjadi dengan izin Allah akan membuat hati lebih tenang dan tidak mudah putus asa.
- Membantu kita untuk lebih berserah diri kepada-Nya dalam setiap keadaan.
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertawakal kepada-Mu dan ridha atas ketetapan-Mu.”
- Menghindarkan Diri dari Kesombongan
📖 “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,’ kecuali dengan menyebut, ‘InsyaAllah.’” (QS. Al-Kahfi: 23-24)
✅ Manfaat:
- Kesadaran bahwa takdir berada di tangan Allah akan mencegah kita dari kesombongan terhadap pencapaian duniawi.
- Membantu kita tetap rendah hati dalam kesuksesan dan tetap bersabar dalam ujian.
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu dan rendah hati terhadap perintah-Mu.”
- Menenangkan Hati dalam Menghadapi Ujian
📖 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
✅ Manfaat:
- Membantu menerima ujian dengan lapang dada, karena setiap ujian memiliki hikmah yang belum kita pahami.
- Mengurangi stres dan kecemasan terhadap hal-hal yang tidak bisa kita ubah.
“Ya Allah, berilah aku kesabaran atas ujian-Mu dan ridha atas ketetapan-Mu.”
- Mengajarkan Tawakal dan Ikhtiar
📖 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
✅ Manfaat:
- Mengajarkan keseimbangan antara usaha manusia (ikhtiar) dan penyerahan diri kepada Allah (tawakal).
- Mendorong untuk tetap bekerja keras tanpa kehilangan kepercayaan pada takdir Allah.
“Ya Allah, jadikanlah tawakal-ku hanya kepada-Mu dan jangan biarkan aku bergantung pada diriku sendiri walau sekejap mata.”
- Meningkatkan Rasa Syukur
📖 “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (QS. An-Nahl: 18)
✅ Manfaat:
- Menyadarkan kita bahwa setiap nikmat, besar atau kecil, adalah bagian dari qadar Allah yang harus disyukuri.
- Membantu kita lebih fokus pada hal-hal positif dalam hidup.
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu dan jangan biarkan aku lalai darinya.”
- Menghilangkan Rasa Iri dan Dengki
✅ Manfaat:
- Memahami bahwa rezeki, kedudukan, dan keberuntungan seseorang sudah ditetapkan oleh Allah akan mengurangi perasaan iri terhadap orang lain.
“Ya Allah, sucikan hatiku dari iri hati dan jadikan aku ridha dengan apa yang Engkau tetapkan bagiku.”
- Memberikan Keberanian dalam Menghadapi Masa Depan
✅ Manfaat:
- Kesadaran bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah akan membuat kita lebih berani dalam mengambil keputusan.
“Ya Allah, jadikanlah aku kuat dalam menghadapi kehidupan dan bertawakal hanya kepada-Mu dalam segala urusanku.”
- Mengajarkan Kesabaran dalam Menunggu Waktu yang Tepat
✅ Manfaat:
- Qadar Allah berjalan sesuai dengan waktu-Nya, bukan waktu yang kita inginkan.
“Ya Allah, jadikan aku sabar terhadap ketetapan-Mu dan percaya pada hikmah-Mu.”
- Membantu Menghadapi Kematian dengan Tenang
✅ Manfaat:
- Memahami bahwa ajal telah ditentukan oleh Allah akan membuat seseorang lebih siap dalam menghadapi kematian.
“Ya Allah, jadikanlah ucapan terakhirku di dunia ini ‘La ilaha illa Allah’.”
- Membantu dalam Urusan Jodoh
✅ Manfaat:
- Kesadaran bahwa jodoh adalah bagian dari qadar Allah akan mengurangi kecemasan dalam menunggu pasangan hidup.
“Ya Allah, anugerahkanlah aku pasangan yang baik untuk agamaku dan duniaku.”
- Meningkatkan Keyakinan kepada Keadilan Ilahi
✅ Manfaat:
- Memahami bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan balasan yang adil.
“Ya Allah, jadikan aku termasuk orang yang yakin pada keadilan-Mu dan jangan biarkan aku meragukan hikmah-Mu.”
- Membantu Menerima Kegagalan dengan Ikhlas
✅ Manfaat:
- Menghindari depresi akibat kegagalan karena percaya bahwa Allah punya rencana yang lebih baik.
“Ya Allah, jadikan hatiku tenang dengan hikmah-Mu dan ridha dengan ketetapan-Mu.”
Semoga dengan memahami qadha dan qadar, kita bisa lebih tenang dalam menghadapi kehidupan dan selalu berada dalam bimbingan Allah.
Amalan Malam Laylatul Qodar
Malam-malam Al-Qodr adalah malam 19, 21, dan 23 Ramadhan.
Dalam tuntunan ajaran Ahlul bayt as
Malam laylatul Qodr adalah tidak diragukan lagi akan kemuliaannya. Amal ibadah pada malam tersebut menjadi lebih baik dari amalan 1000 bulan.
Amal tersebut akan mencatat segala taqdir yang akan terjadi selama setahun, di saat itu akan turun para malaikat dan ruuh yang mulia dengan izin Allah.
Pada malam tersebut akan hadir juga Imam Mahdi yang akan dilihatkan kepadanya buku amalan tersebut dan akan ditanda tanganinya (disahkan).
Dalam tafsir Burhan dari Syeik Thusi dari Abi Dzar ; Saya bertanya pada Rasulullah saaw tentang Al-Qodr. Bukankah Al-Qodr adalah pada saat para Nabi mendapat perintah (Al-Amr) bila selesai maka dia diangkat (selesai). Nabi saaw menjawab ;”Tidak”. Bahkan dia (Al-Qodr) akan ada sampai hari Kiamat”. (Tafsir Al-Mizan, Juz 30 hal. 382).
Dalam tafsir Majma’ Al-Bayan dari Hammad bin Usman dari Hassan bin Abi Ali berkata : Aku bertanya pada Aba Abdillah a.s. tentang malam Al-Qodr. Beliau menjawab : “Carilah dia pada: (Malam) 19, 21 dan 23”.
Dalam Al-Kâfi dengan isnad dari Zuroroh berkata : Abu Abdillah berkata :”(At-taqdir) dicatat, ditulis untuk ditetapkan pada malam 19, (wal Ibrom) penegasan, (dikonfirmasi) pada malam 21.
Dan pada malam 23 (al-imdho’) disahkan, di tanda tangani”.
*Penulis adalah Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Comments (0)
There are no comments yet