Makna Syaithon Memainkan Rasa Takut (QS 3:175 )

Supa Athana - Entertainment
21 May 2025 09:23
Setan menjadikan rasa takut terhadap manusia atau musuh sebagai alat melemahkan keimanan.

Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya

Makna : QS 3:175 (Syaithon Memainkan Rasa Takut)
Ayat ini adalah bagian dari Surah Ali ‘Imran (QS 3:175):
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya yang demikian itu hanyalah setan yang menakut-nakuti (kalian) dengan para pendukungnya. Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kalian benar-benar beriman.”
Makna dan hikmah dari ayat ini menurut tafsir zahir dan batin (makrifat):
1. Setan Memainkan Rasa Takut
Makna zahir: Setan menjadikan rasa takut terhadap manusia atau musuh sebagai alat melemahkan keimanan.
Makna batin: Rasa takut yang berlebihan kepada selain Allah adalah godaan batiniah yang merusak tauhid.
2. Takut kepada Makhluk adalah Ujian Iman
Allah memurnikan rasa takut sejati hanya kepada-Nya. Jika seseorang takut kepada selain-Nya (seperti musuh atau penguasa zalim), itu pertanda kelemahan iman.
3. Setan Menyuntikkan Was-was
Makna: Setan membuat kita membayangkan kekuatan musuh lebih besar dari kenyataannya. Ini adalah tipu daya batin untuk memadamkan semangat juang.
4. Para Kekasih Setan (أولياءه) adalah Alat Menakut-nakuti
Orang-orang zalim, penindas, atau mereka yang mengancam kebenaran seringkali dipakai setan untuk menggertak orang beriman.
5. Kekuatan Takut Mengendalikan Jiwa
Ketika takut kepada makhluk lebih besar daripada takut kepada Allah, jiwa menjadi lemah dan tidak sanggup menegakkan kebenaran.
6. Tauhid dalam Rasa Takut
Takut kepada Allah adalah bentuk tertinggi tauhid. Orang yang benar-benar bertauhid akan menggugurkan rasa takut terhadap selain-Nya.
7. Takut sebagai Cermin Kedekatan
Takut kepada Allah bukan karena azab-Nya saja, tapi karena cinta, rasa hormat, dan kesadaran bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
8. Keimanan Diukur dari Reaksi terhadap Ketakutan
Ayat ini memberi kriteria: siapa yang takut kepada selain Allah dalam menghadapi ujian, berarti imannya belum kokoh.
9. Meninggalkan Takut kepada Selain Allah adalah Kebebasan Spiritual
Orang yang bebas dari rasa takut kepada makhluk, musuh, atau dunia, adalah orang yang telah mencicipi kemerdekaan batin.
10. Seruan Langsung kepada Mukmin
‎“فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ” — Allah langsung memerintahkan orang beriman untuk tidak takut, ini menunjukkan bahwa keberanian dalam iman adalah perintah langsung dari-Nya.
Makna ayat ;
﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾
(Ali ’Imran: 175)
berdasarkan penjelasan Al-Qur’an sendiri (tafsir bil-Qur’an):
1. Setan adalah Penakut dan Penakutkan ; QS An-Nisa: 76
“Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” Makna: Setan menakut-nakuti para wali Allah dengan membesar-besarkan kekuatan musuh, padahal sebenarnya mereka lemah.
2. Ketakutan kepada Selain Allah adalah Kekeliruan ; QS At-Tawbah: 13 ;”Mengapa kamu tidak memerangi kaum yang telah melanggar sumpah… kamu takut kepada mereka? Maka Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti.” Makna: Ayat ini menegaskan bahwa takut kepada musuh lebih dari Allah adalah ketidakwajaran dalam iman.
3. Takut kepada Allah adalah Sifat Orang Beriman; QS Al-Maidah: 44
“…Maka janganlah kamu takut kepada manusia, tapi takutlah kepada-Ku.” Makna: Allah mengulang prinsip yang sama: takut yang benar adalah takut kepada-Nya, bukan kepada makhluk.
4. Setan Tidak Mempunyai Kuasa atas Orang Beriman ; QS An-Nahl: 99-100;”Sesungguhnya setan tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.” Makna: Setan hanya bisa menakut-nakuti; dia tak punya kekuatan nyata atas hati yang yakin.
5. Ketakutan Adalah Alat Setan Menyesatkan ; QS Al-A’raf: 200
“Jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.” Makna: Rasa takut yang tidak berlandaskan iman adalah bisikan setan dan harus diobati dengan zikir dan taqwa.
6. Wali Setan vs Wali Allah
QS Al-Mujadilah: 19
“Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa kepada Allah. Mereka itulah golongan setan…” Makna: Ayat 3:175 menunjukkan bahwa para penakut adalah wali setan, bukan wali Allah.
7. Takut Dunia, Lupa Akhirat ; QS Al-Ahzab: 10-11
“Ketika mata mereka terbelalak… dan mereka menyangka Allah dan Rasul-Nya akan mengingkari janji…”
Makna: Ketika musuh datang, orang munafik dicekam takut. Tapi Allah menguji keimanan di tengah ketakutan itu.
8. Hanya Allah yang Memiliki Kuasa Mutlak ; QS Yunus: 107
“Jika Allah menimpakan kepadamu suatu kemudaratan, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia…” Makna: Maka rasa takut kepada selain Allah tidak berdasar, karena selain-Nya tidak punya kuasa mutlak.
9. Kekuatan Mukmin di Tengah Ancaman ; QS Ali ‘Imran: 173
“(Yaitu) orang-orang yang dikatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian…’ Maka iman mereka bertambah dan mereka berkata: ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami.’”
Makna: Ayat ini sangat berkaitan langsung dengan ayat 175. Yang satu menggambarkan reaksi beriman, yang satu lagi menjelaskan tipu daya setan.
10. Iman Menghilangkan Takut
QS Al-Anbiya: 103
“Tidak ada rasa takut yang besar terhadap mereka, dan mereka tidak akan bersedih.”
Makna: Orang yang benar-benar beriman tidak akan takut kepada ancaman duniawi karena hatinya bersandar pada Allah.
Makna dari ayat:
﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾
(Ali ‘Imran: 175)
berdasarkan penjelasan hadis Nabi Muhammad (saw):
1. Takut kepada selain Allah adalah bentuk kelemahan iman
Nabi (saw) bersabda:
“Siapa yang takut kepada selain Allah, maka Allah kuasakan kepadanya apa yang ditakutinya.”
(Bihar al-Anwar, 70:165)
Makna: Takut kepada makhluk membuat seseorang tertawan oleh bayangan ketakutannya sendiri.
2. Setan hanya bisa menakut-nakuti, bukan menguasai ; Imam Ali (as):”Setan itu hanya menggoda dan menakut-nakuti. Jika kalian menaatinya, maka ia akan menguasai kalian.”Nahjul Balaghah, khutbah 192) Makna: Kuasa setan datang hanya ketika manusia memberi ruang dalam hatinya.
3. Takut kepada Allah adalah puncak tauhid ; Imam Ja‘far as-Sadiq (as):”Takut kepada Allah bukan karena siksaan-Nya, tapi karena tidak mampu membalas cinta-Nya.”Tuhaf al-‘Uqul, hal. 364)
Makna: Takut kepada Allah adalah ekspresi mahabbah, bukan sekadar ketakutan lahiriah.
4. Orang beriman tidak takut kecuali kepada Allah; Nabi (saw):
“Mukmin adalah orang yang apabila seluruh dunia mengancamnya, tidak gentar; karena hatinya terpaut kepada Allah.”(Bihar al-Anwar, 70:151) Makna: Keimanan sejati memberi keteguhan bahkan di tengah ancaman besar.
5. Ketakutan batin adalah senjata setan; Imam Ali (as): “Setan tidak mampu menyesatkan kecuali orang yang jiwanya lemah dan hatinya takut kepada selain Allah.”Ghurar al-Hikam, no. 1039) Makna: Orang yang mudah takut kepada makhluk adalah sasaran empuk setan.
6. Jangan takut kepada musuh jika engkau di jalan kebenaran ; Nabi (saw):”Katakanlah kebenaran meskipun membawamu kepada kematian, karena hidup bersama takut adalah kehinaan.”(Mustadrak al-Wasa’il, 12:272) Makna: Rasa takut kepada manusia tak boleh menghalangi penegakan kebenaran.
7. Orang yang takut kepada Allah tidak takut kepada apapun
Imam Ali Zainal Abidin (as):
“Engkau akan melihat dalam hati orang yang takut kepada Allah, tidak ada lagi tempat bagi ketakutan kepada makhluk.”Risalah al-Huquq)
Makna: Ketakutan kepada Allah mengosongkan ruang hati dari ketakutan lain.
8. Setan menakut-nakuti lewat bisikan dan keraguan; Nabi (saw):
“Setan mendatangi anak Adam lalu berkata: siapa yang akan menolongmu? siapa yang akan memberimu rezeki?”(Kafi, 2:58)
Makna: Ketakutan akan masa depan, rezeki, dan musuh—semua itu adalah taktik setan untuk menjatuhkan tawakal.
9. Ketakutan palsu melemahkan jihad dan amar makruf; Imam Musa al-Kazim (as):”Takut kepada selain Allah adalah hijab (penghalang) antara engkau dan jalan jihad.”
(Bihar al-Anwar, 78:321) Makna: Banyak kebaikan tertunda karena ketakutan kepada reaksi manusia.
10. Iman mengusir rasa takut
Nabi (saw):”Iman itu cahaya dalam hati; jika kuat, maka hilang rasa takut selain kepada Allah.”
(Kanz al-‘Ummal, 1:82) Makna: Semakin kuat iman seseorang, semakin kuat keberaniannya terhadap segala hal yang menakutkan.

Makna dari ayat ; 
﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ، فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾
(Ali ‘Imran: 175); berdasarkan hadis-hadis Ahlul Bayt (as) yang menjelaskan makna batin ayat ini:
1. Setan Menanamkan Rasa Takut yang Tidak Wajar; Imam Ja‘far al-Shadiq (as):”Ketika engkau merasa takut pada sesuatu tanpa sebab yang nyata, maka ketahuilah bahwa itu dari setan.”(Bihar al-Anwar, jld. 63, hlm. 292) Makna: Setan memasukkan rasa takut yang tidak proporsional agar melemahkan tekad dan keyakinan kita.
2. Ketakutan adalah Cermin dari Tauhid atau Syirik; Imam Ali (as):
“Jangan kamu takut kepada makhluk, karena takut seperti itu adalah bagian dari syirik yang tersembunyi.”(Ghurar al-Hikam, no. 7994) Makna: Ketakutan kepada selain Allah menunjukkan kelemahan tauhid dalam hati.
3. Setan Membuat Para Penindas Tampak Hebat; Imam Ali (as):
“Setan menghias wajah orang zalim agar tampak berwibawa, dan menanamkan ketakutan dalam hati orang yang lemah.”(Nahjul Balaghah, Khutbah 192) Makna: Ayat ini mengungkap tipuan setan: seolah-olah para thaghut adalah kekuatan sejati.
4. Takut kepada Allah Mengusir Takut kepada Makhluk
Imam Zain al-‘Abidin (as):”Siapa yang takut kepada Allah, maka Allah jadikan segala sesuatu takut kepadanya.”(Tuhaf al-‘Uqul)
Makna: Ketundukan kepada Allah menciptakan wibawa spiritual, dan menghilangkan rasa takut kepada siapapun.
5. Iman yang Sejati Membunuh Rasa Takut Duniawi ; Imam al-Baqir (as): “Seorang mukmin tidak takut kepada makhluk karena ia melihat segala kekuasaan hanya di tangan Allah.”(Bihar al-Anwar, jld. 68, hlm. 333) Makna: Orang beriman sejati tidak akan goyah dengan ancaman dunia karena hatinya penuh dengan kehadiran Allah.
6. Setan Menyamar Menjadi “Nasehat” Ketakutan ; Imam al-Shadiq (as):”Setan menakut-nakuti kalian dengan nasihat dunia: ‘Jika kamu lakukan ini, kamu akan miskin atau disakiti!’ Itu bukanlah wahyu, tapi bisikan.”(Kafi, jld. 2, hlm. 58)
Makna: Rasa takut sering kali datang dalam bentuk ‘akal sehat’, padahal itu racun batin dari setan.
7. Takut Kepada Musuh Melemahkan Jalan Kebenaran
Imam Ali (as):”Takut kepada musuh akan menghalangimu dari menegakkan kebenaran, dan itu adalah pintu kejatuhan.”
(Ghurar al-Hikam, no. 8431)
Makna: Rasa takut menjadi tembok penghalang antara kebenaran dan pelaksanaannya.
8. Takut kepada Allah adalah Rahasia Ketenangan Jiwa
Imam Ali (as):”Rasa takut kepada Allah menjadikan hati tenang dan lapang.”(Nahjul Balaghah, Hikmah 328) Makna: Takut kepada Allah bukan menciptakan kepanikan, tapi justru kedamaian dan keyakinan.
9. Takut Palsu Adalah Perangkap Setan bagi Wali Allah; Imam Musa al-Kazim (as):”Setan menggoda para wali Allah dengan membuat mereka takut akan dunia, agar mereka mundur dari jalan-Nya.”
(Bihar al-Anwar, jld. 78, hlm. 321)
Makna: Bahkan orang-orang saleh digoda lewat ketakutan duniawi agar mereka tidak istiqamah.
10. Jangan Takut Kepada Mereka, Tapi Kepada-Ku; Imam Ali (as):
“Takutlah kepada Allah dalam kesendirian dan keramaian, karena takut itu bentengmu dari setan.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 252)
Makna: Allah menegaskan bahwa ketakutan sejati adalah bentuk perlindungan, bukan kehinaan.
Makna ayat;
﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ، فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾
(Ali ‘Imran: 175); menurut mufasir :
1. Setan Menanamkan Rasa Takut kepada Para Penolongnya; Tafsir al-Mīzān (Allamah Thabathaba’i):
“Setan menakut-nakuti kalian melalui para pendukungnya, bukan langsung. Mereka adalah alatnya dalam menanamkan rasa takut.”
Makna: Setan bekerja melalui struktur sosial dan simbol-simbol kekuasaan untuk melemahkan hati orang beriman.
2. ‘Jangan takut kepada mereka’ artinya jangan tunduk secara batin
Tafsir Nūr ats-Tsaqalayn (Al-‘Amili):”Takut kepada mereka bukan hanya ketakutan fisik, tapi juga ketakutan spiritual yang membuatmu mundur dari jalan Allah.” Makna: Ayat ini mengajarkan keberanian batin, bukan sekadar keberanian fisik.
3. Ayat ini turun setelah Perang Uhud – konteks kekalahan dan ketakutan; Tafsir Majma‘ al-Bayan (Thabarsi):”Setelah kekalahan di Uhud, kaum Muslimin dihasut untuk takut oleh orang-orang munafik yang berkata: ‘Quraisy sedang menyiapkan pasukan untuk membantai kalian!’ Maka turunlah ayat ini.” Makna: Ayat ini meruntuhkan propaganda ketakutan yang disebar oleh musuh dan munafik.
4. Ketakutan adalah ujian iman
Tafsir Safi (Fayd al-Kashani):
“Allah menguji mereka dengan ketakutan, siapa yang tetap takut hanya kepada Allah adalah mukmin sejati.” Makna: Reaksi terhadap rasa takut menunjukkan kadar dan kualitas iman.
5. Takut adalah senjata psikis musuh, bukan kekuatan nyata
Tafsir al-Burhan (al-Bahrani):
“Setan tidak memiliki kekuatan langsung kecuali melalui bayangan ketakutan yang membesar dalam pikiran manusia.” Makna: Musuh tidak perlu kuat secara fisik untuk menang; cukup membuatmu yakin bahwa mereka kuat.
6. Ayat ini adalah dasar syariat ‘La khauf illa min Allah’; Mufasir arif seperti Sayyid Haydar Amuli:
“Ayat ini menjadi dasar maqam khauf dalam suluk: tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah.” Makna: Dalam suluk dan makrifat, takut kepada Allah adalah bentuk tertinggi dari penghambaan dan perlindungan diri dari selain-Nya.
7. “Yukhawwifu awliyā’ah” bermakna “menggetarkan hati yang lemah”Allamah Thabathaba’i:
“Yang digetarkan adalah mereka yang lemahnya jiwa, bukan hati yang sudah penuh Allah.” Makna: Mereka yang terpengaruh ketakutan adalah wali setan dalam arti lemah dari sisi rohani.
8. Kalimat ‘falaa takhaafuuhum’ adalah perintah ilahi untuk jihad batin; Tafsir arifin: “Ini adalah perintah langsung untuk menyucikan hati dari waswas takut dan membangun keberanian tauhid.”
Makna: Jihad batin melawan rasa takut adalah bagian dari jihad fi sabilillah.
9. Takut adalah penghalang dari tugas-tugas ilahiah; Tafsir al-Mizan:”Salah satu fungsi setan adalah membuat manusia gagal menunaikan perintah Allah karena dibayangi ketakutan dunia.” Makna: Ketakutan adalah tabir yang menghalangi peran kekhalifahan manusia.
10. Ayat ini menunjukkan karakter sejati mukmin: berani dalam iman
Imam Khomeini (Tafsir spiritual al-Fatihah & Qur’an):”Orang beriman adalah yang berjalan di tengah ribuan musuh tapi tidak goyah karena dia hanya melihat Allah.”
Makna: Ayat ini mengajarkan keberanian transendental—berani bukan karena kuat, tapi karena yakin hanya Allah yang Maha Berkuasa.
Makna dari ayat:
﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾
(Ali ‘Imran: 175); berdasarkan penafsiran mufasir-mufasir besar Syiah, baik dari tafsir zahir, batin, maupun irfani (maknawi):
1. Setan Menakut-nakuti lewat Wali-Walinya; (Tafsir al-Mīzān – ‘Allāmah Ṭabāṭabā’ī):
Setan menanamkan rasa takut bukan secara langsung, tetapi melalui orang-orang yang tunduk padanya (wali-walinya), seperti orang kafir, zalim, dan munafik.
Makna: Ketakutan yang dirasakan mukmin sejatinya berasal dari bisikan dan propaganda musuh yang menjadi alat setan.
2. Takut kepada selain Allah adalah bentuk ketidakpercayaan; Tafsir al-Mīzān; Ayat ini menunjukkan bahwa takut kepada musuh adalah tanda lemahnya iman, karena orang beriman seharusnya hanya takut kepada Allah. Makna: Iman yang sejati menghilangkan semua bentuk ketakutan kepada makhluk.
3. Perintah Khauf (takut) kepada Allah adalah bentuk tauhid aktif
(Tafsir Fī Żilāl al-Qur’ān – Sayyid Quthb dalam pengaruh tafsir Syiah): Kata “فَلا تَخافُوهُمْ وَخَافُونِ” adalah perintah langsung Allah agar menjadikan rasa takut sebagai bentuk penghambaan, bukan kelemahan. Makna: Takut kepada Allah adalah bentuk tertinggi dari keberanian ruhani.
4. Kontras antara Wali Allah dan Wali Setan;Tafsir Nūr al Thaqalayn ; Ayat ini menggambarkan perbedaan antara wali Allah (yang tenang dan yakin) dengan wali setan (yang cemas dan menakut-nakuti).
Makna: Takut kepada makhluk adalah ciri kedekatan kepada setan, bukan Allah.
5. Ayat ini turun setelah propaganda musuh pasca-Uhud
Tafsir Majma‘ al-Bayān –Thabarsī;
Setelah perang Uhud, ada kelompok yang menyebarkan ketakutan bahwa Quraisy akan kembali menyerang. Allah menurunkan ayat ini untuk menenangkan hati kaum mukmin.
Makna: Ayat ini menjadi penenang hati untuk menghadapi ketakutan yang diciptakan secara sosial-politik.
6. Kekuatan musuh hanyalah bayangan dalam batin
(Tafsir al-Shafi – Fayḍ al-Kāshānī):
Ketakutan yang datang dari setan bersifat semu, dan hanya efektif bagi hati yang kosong dari zikir kepada Allah. Makna: Ketakutan adalah persepsi batin yang dibentuk setan; bukan kenyataan mutlak.
7. Ayat ini adalah dasar maqam “khauf wa raja’” dalam suluk
(Tafsir Irfani Sayyid Haidar Āmulī):
Ayat ini menjelaskan maqam “khauf” sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk menjauh dari-Nya. Makna: Rasa takut kepada Allah bukan menakutkan, tapi mendekatkan.
8. “Takut” sebagai ujian kesetiaan ruhani; Tafsir al-Burhān – Bahrānī;
Allah menguji mukmin sejati dengan kondisi yang memancing rasa takut. Jika tetap tenang dan tidak gentar, maka ia telah lulus sebagai wali Allah. Makna: Rasa takut adalah alat uji keutuhan tauhid dalam diri manusia.
9. Ayat ini menolak bentuk penghambaan kepada kekuatan duniawi ; Tafsir Mirāt al-Anwar :
Takut kepada penguasa zalim atau kekuatan dunia adalah bentuk halus dari ubudiyyah kepada selain Allah.
Makna: Takut kepada makhluk dapat berujung pada kemusyrikan tersembunyi (‘syirik khafiyy’).
10. Setan hanya bisa berkuasa lewat hati yang ragu dan tidak yakin; Tafsir ar-Ruh wa al-Rayyān ; Setan hanya bisa membisikkan rasa takut kepada hati yang tidak teguh pada tawakal dan yakin. Makna: Yakin dan tawakal adalah benteng spiritual dari tipu daya setan.
Makna dari ayat:
﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾
(Ali ‘Imran: 175); menurut para arif yang menyingkap dimensi maknawi, ruhani, dan batin dari ayat ini:
1. Takut kepada selain Allah adalah hijab tauhid; Menurut para arif, seperti Sayyid Haidar Amuli dan Imam Khomeini, rasa takut kepada makhluk adalah hijab halus (ḥijāb laṭīf) yang menutupi penglihatan makrifat. Makna: Bila kamu takut kepada manusia atau dunia, berarti kamu masih belum sampai pada tauhid yang murni.
2. Setan menakut-nakuti ‘bayangan’ dalam dirimu
Ahli hakikat berkata: setan tidak memiliki jalan kecuali lewat bagian nafs yang belum dimurnikan. Ia menakut-nakuti bagian dari dirimu yang masih gelap. Makna: Yang ditakutkan sebenarnya bukan musuh luar, tapi bayangan nafs dalam batinmu sendiri.
3. Ketakutan adalah bentuk keterikatan pada dunia (ta‘alluq)
Menurut al-‘Arif as-Sayyid Ibn Ṭāwūs, rasa takut kepada selain Allah menandakan adanya keterikatan batin kepada dunia dan keselamatan diri. Makna: Takut kepada musuh lahiriah adalah tanda bahwa kita belum berserah total.
4. Setan bekerja melalui bayangan batin, bukan realitas
Setan tidak memiliki kekuatan sejati; ia mengandalkan wahm (imajinasi negatif) dan khayalan. Makna: Ketika kamu takut kepada sesuatu, tanyakan: apakah ini hakikat, atau hanya pantulan dari waham?
5. Jangan takut kepada ‘bayangan wujud’; Menurut para sufi, makhluk adalah ‘bayangan wujud’ (ẓill al-wujūd). Takut kepada mereka berarti takut kepada sesuatu yang tak punya hakikat. Makna: Hanya Allah yang Haqq; selain-Nya adalah manifestasi. Takut hanya kepada Yang Haqq.
6. “Fala takhafūhum” adalah perintah suluk untuk melepas segala gantungan selain Allah
Ini adalah perintah tajrīd: melepas semua ketergantungan batin dari selain Allah. Makna: Jangan takut adalah sama dengan: jangan bergantung kecuali pada-Ku.
7. Takut adalah energi ruhani: tempatkan hanya pada Allah
Dalam hikmah irfani, khauf adalah maqam yang luhur jika diarahkan pada Allah, dan najis jika diarahkan pada makhluk. Makna: Gunakan energi takut sebagai penggerak menuju Tuhannya takut, bukan menjauh dari-Nya.
8. “Yukhawwifu awliyā’ah” artinya: setan membisiki qalb yang belum tercerahkan; Setan menakut-nakuti lewat bisikan pada nafs lawwāmah dan ammārah, bukan pada qalb muthma’innah. Makna: Selama qalb belum dipenuhi cahaya zikir dan fana’, ia rentan terpengaruh ketakutan.
9. “Khāfūni” artinya: hancurkan ego, bukan gemetar fisik; Takut kepada Allah menurut arifin: luruhnya kehendak nafs dan tunduknya ego di hadapan Keagungan Allah. Makna: Bukan sekadar takut siksa, tapi takut karena merasa kecil, tidak layak, dan fakir di hadapan-Nya.
10. Mukmin sejati hanya melihat Allah, bukan musuh; Menurut arif seperti Imam Khomeini, ketika hati dipenuhi cahaya tauhid, ia tidak lagi melihat selain Allah, bahkan saat pedang musuh di lehernya. Makna: Pada derajat makrifat, tidak ada ketakutan kecuali kepada yang Maha Mutlak. Semua selain-Nya hanyalah ujian.
Makna batin dan hakikat dari ayat:
﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ، فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾
(Ali ‘Imran: 175); menurut para ahli hakikat dari kalangan ‘urafā Syiah, seperti Imam Khomeini, Sayyid Haidar Amuli, dan Sayyid Ibn Thawus:
1. Setan adalah simbol dari “khauf batil” (takut palsu) ; Menurut Imam Khomeini, setan menyusup ke dalam qalb dengan rasa takut terhadap dunia dan makhluk. Makna hakikat: Setan bukan wujud luar, tapi refleksi dari nafs yang takut kehilangan dunia dan itu menjadi “Wali Setan”.
2. Wali setan adalah sisi batin manusia yang belum tersucikan
Sayyid Haidar Amuli menyebut “awliya’uhu” sebagai sisi dalam diri manusia—yakni hawa nafs, syahwat, dan rasa cinta dunia.Makna hakikat: Setan menakut-nakuti bagian dirimu yang masih mencintai dunia, bukan ruh yang suci.
3. Khauf (takut) adalah maqam ruhani, bukan emosi psikologis
Ahli hakikat membedakan antara khauf maknawi (rasa gentar kepada keagungan Allah) dan khauf majāzi (takut makhluk). Makna hakikat: “Khāfūni” adalah panggilan ke maqam para salik untuk merasa kecil di hadapan-Nya, bukan gemetar fisik.
4. Ketakutan kepada makhluk adalah tanda belum fana’
Orang yang masih takut kepada musuh berarti belum sampai pada maqam fana’. Makna hakikat: Seorang arif yang fana hanya melihat Allah dalam segala sebab. Musuh pun dianggap sebagai perantara ujian, bukan sumber ketakutan.
5. Setan bekerja lewat wahm (ilusi batin); Dalam irfan, wahm adalah kekuatan dalam diri manusia yang dilemahkan oleh setan.
Makna hakikat: Setan adalah pembisik ilusi; ia kuat selama kamu meyakini ketakutanmu itu nyata.
6. Takut kepada Allah menghapus takut kepada dunia; Sayyid Ibn Thawus berkata, “Barang siapa tenggelam dalam khaufullah, ia akan berenang bebas dari semua ketakutan.” Makna hakikat: Khaufullah adalah samudra pembebas, bukan penjara.
7. Ayat ini adalah ajakan untuk ‘tajrid’ (pemisahan total)
Ahli hakikat membaca “فَلَا تَخَافُوهُمْ” sebagai syarat tajrid ruhani, yaitu memutus semua hubungan dengan selain Allah. Makna hakikat: Hanya orang yang telah menolak sandaran selain Allah yang bisa masuk ke dalam hakikat iman.
8. “Awliyā’uhu” bisa juga berarti bisikan setan dalam diri sendiri
Dalam ilmu hakikat, setan internal (nafs) lebih berbahaya daripada setan luar. Makna hakikat: Wali setan bisa jadi adalah ego-mu sendiri yang membuatmu takut gagal, takut miskin, takut hina.
9. Ayat ini adalah bentuk tarbiyat ruhani (pendidikan batin)
Imam Khomeini memandang ayat ini sebagai pelajaran penting dalam suluk: taklukkan khauf majāzi sebelum menapaki khauf haqqīqī.
Makna hakikat: Siapa yang tidak melewati ketakutan palsu, tidak akan bisa sampai kepada takut yang benar.
10. Mukmin sejati hanya takut kepada hakikat Wujud; Para arif menyebut “al-Mukmin” sebagai manusia yang telah mencapai ma‘rifat tentang Wujud Mutlak.
Makna hakikat: Jika kamu benar-benar mengenal Allah, maka seluruh makhluk tampak seperti debu tak berarti. Ketakutan pun lenyap karena kamu hanya melihat Allah.

Kisah dan cerita nyata atau simbolik dari tradisi hikmah, irfan, dan hakikat yang menggambarkan makna ayat:
﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾
“Itulah setan, yang menakut-nakuti wali-walinya. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku jika kamu orang-orang beriman.”(Ali ’Imran: 175)
1. Imam Husain (as) di Karbala – Ketakutan yang tak pernah tumbuh
Saat semua sahabat dan keluarganya gugur satu per satu, Imam Husain (as) tetap berdiri di padang Karbala dengan penuh ketenangan. Bahkan kepada musuh yang mengelilinginya ia berkata:
“Aku tidak melihat kematian kecuali sebagai kebahagiaan.” Makna: Setan telah menakut-nakuti orang dengan kematian, tapi Imam Husain as mengalahkannya dengan keyakinan mutlak.
2. Hurr bin Yazid – Kemenangan atas rasa takut sosial; Hurr, seorang komandan tentara musuh, berdiri gemetar di malam ‘Asyura. Ia tidak takut kepada pedang, tetapi kepada aib dan penghinaan dunia jika ia meninggalkan pasukan Yazid.
Namun akhirnya ia berkata:
“Aku harus memilih antara surga dan neraka. Demi Allah, aku tidak akan memilih neraka.” Makna: Ia mengalahkan bisikan setan yang menakut-nakutinya dengan rasa malu dan harga diri.
3. Ayatullah Behjat – Tenang saat dikepung penjajah; Suatu kali tentara Shah hendak menangkap Ayatullah Behjat karena aktivitas revolusioner spiritualnya. Para muridnya panik. Tapi beliau berkata:
“Jika kamu takut kepada mereka, kamu telah menyerahkan ruhmu sebelum ajal.” Makna: Ketakutan yang dihembuskan setan tidak memiliki kekuatan kecuali jika engkau menerimanya.
4. Sayyid Ibn Thawus – Tidak takut pada ancaman sultan; Sultan Abbasiyah mengancam untuk membunuh Sayyid Ibn Thawus karena keberaniannya menolak hadiah-hadiah haram. Ia menjawab:
“Kematian datang satu kali, mengapa harus aku takut jika ia datang atas nama kebenaran?”
Makna: Ia telah lepas dari cengkeraman rasa takut yang merupakan senjata utama setan.
5. Imam Ali (as) – Berjalan di tengah musuh dengan senyum
Dalam perang Khandaq, saat semua pasukan membeku karena kehadiran Amr bin Abd Wudd, Imam Ali malah berkata:”Aku yang akan maju.”
Setelah menang, Nabi (saw) berkata:
“Pukulan Ali hari itu lebih berat dari ibadah seluruh jin dan manusia.”
Makna: Hanya mereka yang tak takut kecuali kepada Allah yang bisa mengalahkan ‘wali setan’.
6. Seorang Arif – Tak takut pada pencuri malam; Diceritakan seorang arif Syiah tidur di tempat terpencil. Seorang perampok datang mengacungkan pedang, namun si arif hanya membuka matanya dan berkata:@Apakah kamu akan mengambil milik yang bukan milikku?” Makna: Arif sejati tidak takut kehilangan karena tidak memiliki apa-apa selain Allah.
7. Ruhullah Khomeini – Menantang Syah tanpa penjaga; Ketika Shah Iran mengutus orang untuk membunuh Khomeini di Qom, beliau tetap keluar ke masjid seperti biasa, tanpa pengawal.”Jika ajal datang, ia datang hanya dari Allah, bukan dari Syah.” Makna: Inilah ruh ayat – jangan takut kepada mereka, tapi hanya kepada-Ku.
8. Salik muda dan suara gelap dalam khalwat; Seorang salik muda yang sedang khalwat di malam hari mendengar suara menakutkan dalam kegelapan. Tapi ia teringat ayat ini dan berzikir:
“La khawfa illa minka, ya Rabb.”
Setan itu lenyap dalam sekejap.
Makna: Ketakutan batin adalah ujian jalan suluk – hanya yang menolak tunduk kepada rasa takut yang lolos.
9. Zainab (as) – Tak gentar di hadapan Yazid; Setelah tragedi Karbala, Sayyidah Zainab dibawa ke istana Yazid. Di hadapan penguasa yang membunuh keluarganya, ia berkata:”Aku tak melihat apapun kecuali keindahan.”Dengan tenang ia mengutuk Yazid dan membela kebenaran. Makna: Inilah hakikat ayat – bahkan di puncak kegelapan, hanya Allah yang ditakuti.
10. Kisah simbolik: Bayangan raksasa di balik cahaya
Seorang pejalan melihat bayangan hitam raksasa di depannya saat malam dan merasa takut. Tapi ketika ia melangkah mendekat dengan menyebut nama Allah, ternyata itu hanya bayangan pohon kecil yang terkena cahaya miring. Makna: Setan menakut-nakuti dengan bayangan—bukan hakikat. Hanya orang yang melangkah dengan tauhid yang tidak tertipu.
Manfaat spiritual dari ayat:
﴿إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ﴾
(Ali ’Imran: 175) beserta doa yang sejalan dengan setiap manfaatnya, baik dari Al-Qur’an maupun doa ma’tsur para maksum (as):
1. Menghilangkan rasa takut yang tidak beralasan; Manfaat: Menenangkan hati dari ketakutan terhadap masa depan, manusia, dan kematian.
اللّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الَّذِينَ لا يَخافُونَ إِلَّا إِيَّاكَ
“Ya Allah, jadikan aku termasuk orang-orang yang tidak takut kecuali kepada-Mu.”
2. Melatih keberanian spiritual dalam menghadapi ujian; Manfaat: Memberi kekuatan hati di saat tekanan atau ancaman dunia.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا
(QS. Al-Baqarah: 250) “Ya Tuhan kami, limpahkan kepada kami kesabaran dan teguhkanlah langkah kami.”
3. Memutus ilusi setan yang menakut-nakuti jiwa; Manfaat: Menyadarkan bahwa kebanyakan ketakutan berasal dari wahm (ilusi).
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الْخَوَّافِ وَالْمُوَسْوِسِ
“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang menakut-nakuti dan membisikkan kebimbangan.”
4. Membangun keyakinan bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa
Manfaat: Menumbuhkan rasa tauhid dalam penglihatan batin.
يَا مَنْ لا يُرَى فِي الدُّنْيَا إِلَّا هُوَ، 
اجْعَلْنِي أَرَاكَ فِي كُلِّ شَيْءٍ
“Wahai yang tak terlihat kecuali Dia, jadikan aku melihat-Mu dalam segala sesuatu.”
5. Menghindarkan diri dari menjadi “wali setan” ; Manfaat: Menyucikan nafs dari kepengecutan dan kepasrahan pada dunia.
اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنْ جُبْنِ النَّفْسِ 
وَذُلِّ الْخَوْفِ
“Ya Allah, sucikan hatiku dari pengecutnya nafsu dan kehinaan rasa takut.”
6. Membuka jalan menuju maqam khaufullah (takut kepada Allah)
Manfaat: Meningkatkan kesadaran akan keagungan dan kehadiran Allah.
اللّهُمَّ زَيِّنِّي بِخَوْفِكَ كَأَنِّي أَرَاكَ
(Doa Abu Hamzah al-Thumali)
“Ya Allah, hiasilah aku dengan rasa takut kepada-Mu, seakan aku melihat-Mu.”
7. Memberikan keteguhan dalam jihad batin dan lahir; Manfaat: Memberi kekuatan menghadapi setan, nafsu, atau musuh eksternal.
يَا مَنْ قَهَرَ أَعْدَاءَهُ بِجُنُودِهِ، 
قَوِّنِي بِجُنْدِكَ عَلَى نَفْسِي
“Wahai yang menaklukkan musuh-Nya dengan bala tentara-Nya, kuatkan aku dengan pasukan-Mu untuk menaklukkan jiwaku.”
8. Melindungi diri dari bisikan khawatir yang mematahkan semangat; Manfaat: Menjadikan hati lapang dalam beramal dan berjuang.
اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنِّي وَسَاوِسَ الْهَمِّ وَالْخَوْفِ
“Ya Allah, hilangkan dariku bisikan-bisikan kecemasan dan ketakutan.”
9. Membantu proses suluk menuju fana’ dan tawakkal; Manfaat: Menjadi alat tajrid, membebaskan diri dari ikatan duniawi yang bersumber dari rasa takut.
إِلَهِي هَبْ لِي كَمَالَ الاِنْقِطَاعِ إِلَيْكَ
(Miftāḥ al-Falāh); Tuhanku, anugerahkan daku kesempurnaan keterputusan dari selain-Mu.”
10. Menjadikan jiwa tenteram di bawah ridha Ilahi; Manfaat: Jiwa tidak lagi goyah oleh ancaman dunia atau bisikan gelap.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ، 
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
(QS. Al-Fajr: 27–28)”Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai.”

Doa Perlindungan

Baca juga:
Kementan Tingkatkan Integritas, KPK Apresiasi Langkah Nyata Menteri Pertanian Amran Sulaiman

Nabi saw bersabda :”Yang berdoa dengan doa ini di pagi dan petang maka Allah Swt akan mewakilkan para Malaikat untuk melindunginya dari sisi depan, belakang, kanan dan kirinya
بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحيمِ
بِسْمِ اللهِ خَيْرِ اْلاَسْمَاءِ، بِسْمِ اللهِ رَبِّ اْلاَرْضِ وَالسَّمَاءِ، بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَيَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ سَمٌّ وَلاَدَاءٌ، بِسْمِ اللهِ اَصْبَحْتُ (اَمْسَيْتُ) وَعَلَى اللهِ تَوَكَّلْتُ، بِسْمِ اللهِ  عَلَى قَلْبِيْ وَنَفْسِيْ،بِسْمِ اللهِ  عَلَى دِيْنِيْ وَعَقْلِيْ، بِسْمِ اللهِ عَلَى أَهْلِيْ وَمَالِيْ،بِسْمِ اللهِ  عَلَى مَا أَعْطَانِيْ رَبِّيْ، بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَيَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِيْ اْلاَرْضِ وَلاَ فِيْ السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، اَللهُ اَللهُ رَبِّي حَقٌّ لاَاُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، أَعَزُّ وَأَجَلُّ مِمَّا اَخَافُ وَأَحْذَرُ، عَزَّ جَارُكَ وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ وَتَقَدَّسَتْ أَسْمَاؤُكَ، وَلاَإِلَهَ غَيْرُكَ، اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ سُلْطَانٍ شَدِيْدٍ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْطَانٍ مَرِيْدٍ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ، وَمِنْ شَرّ قَضَآءِ السُّوْءِ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَآبَّةٍ اَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. وَاَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيْظٌ، إِنَّ وَلِيِّيَ اللهُ الَّذِيْ نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِيْنَ، فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لاَ اِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّالْعَظِيْمِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ وَآلِهِ الطَّاهِرِيْنَ.
bismillahi khoiril asmaa’, bismillahi robbil ardhi was-samaa’, bismillahil ladzii laa yazhurru  ma’as mihii sammun walaa daa-un, bismillahi ashbahtu (amsaytu) wa ‘alallahi tawakkaltu, bismillahi ‘alaa qolbii wanafsii, bismillahi ‘alaa diinii wa-‘aqlii, bismillahi ‘alaa ahlii wa-maalii, bismillahi ‘alaa maa a’thoonii robbii, bismillahil ladzii laas adhurru ma’as mihi sya-un fil-ardhi walaa fis-samaa-i wahuwas-samii’ul ‘aliim 
Allaahu Allaahu robbii haqqun laa usyriku bihi syai-an Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, a’azzu wa ajallu mimmaa akhoofu wa-ahdzar, ‘azza jaaruka wajalla tsanaa-uka wataqod-dasat asmaa-uka, walaa ilaaha ghoiruka, Allaahumma innii a’uudzubika min syarri nafsii wamin syarri kulli sulthoonin syadiidin, wamin syarri kulli syaithoonim mariidin, wamin syarri kulli jabbaarin ‘aniidin, wamin syarri qodhoois-suu’,  wamin syarri kulli daab-batin anta aakhidum binaashiyatiha innaka ‘alaa shiroothim mustaqiim

Wa-anta ‘alaa kulli sya-in hafiizh, inna waliyiyallahul-ladzii naz-zalal kitaaba wahuwa yatawallas-shoolihiin, fa in tawallau faqul hasbiyallaahu laa ilaaha illaa huwa ‘alaihi tawak-kaltu wahuwa robbul ‘arsyil ‘azhiim, fa sayak-fiika humul-laahu wahuwas-samii’ul ‘aliim walaa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim washollollohu ‘alaa khoiro kholqihii wa aalihith-thoohiriin 

Dengan nama Allah, nama yang paling baik. Dengan nama Allah, Tuhan Penguasa langit dan bumi. Dengan nama Allah, yang berkat nama-Nya, racun dan penyakit tidak akan membahayakan. Dengan nama Allah, aku memasuki waktu pagi (waktu sore) kepada Allah aku bertawakal. Dengan nama Allah dalam agamaku dan akalku, Dengan nama Allah pada keluargaku dan hartaku. Dengan nama Allah, yang berkat nama-Nya tidak akan membahayakan apa pun yang di langit dan di bumi. Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui. Allah Tuhanku, yang Haq, aku tidak menyekutukan Dia dengan sesuatupun. Allah Mahabesar, Mahaagung, Mahamulia dari apa pun yang aku takuti. Mahaagung kemuliaan-Mu, Mahamulia pujian-Mu, tidak ada Tuhan selain-Mu. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, dari kejahatan semua penguasa yang lalim, dari kejahatan semua setan yang keterlaluan, dari kejahatan semua tiran yang kejam, dari kejahatan ketentuan yang buruk, dari kejahatan segala makhluk yang engkau pegang ubun-ubunnya, sesungguhnya Engkau pada jalan yang lurus, dan Engkau menjaga segala sesuatu. Sesungguhnya perlindunganku Allah yang telah menurunkan Al-Kitab dan Dia mencintai orang-orang yang saleh. Jika mereka berpaling maka katakanlah cukuplah bagiku Allah tiada Tuhan selain Dia, kepada-Nya aku bertawakal, dan Dialah Tuhan Pemilik Arasy yang agung. Maka Allah akan melindungi kamu dari gangguan mereka. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Tiada daya Mahatinggi, Mahaagung. Semoga Allah menyampaikan salawat kepada Makhluk-Nya yang paling baik dan keluarganya yang suci.


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment