Kolom: Makna Kenyangkanlah Setiap Orang yang Lapar (Bagian Terakhir)

Supa Athana - Tekno & Sains
18 December 2024 11:17
Memberi makan kepada orang yang lapar bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga merupakan amal yang memiliki banyak manfaat spiritual, sosial, dan keduniaan.

Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
              Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran

Makna اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) menurut ahli makrifat dan hakikat memiliki dimensi yang mendalam, mencakup aspek spiritual dan batiniah yang melampaui sekadar memberi makan fisik. Berikut ini adalah pandangan mereka:

1. Memberi Makan sebagai Simbol Kasih Sayang Ilahi
Menurut para ahli makrifat, seperti Ibn Arabi dan ulama yang mendalami tasawuf dan irfan, memberi makan kepada orang lapar merupakan manifestasi dari sifat Rahman dan Rahim Allah. Mereka memandang bahwa manusia adalah saluran kasih sayang Ilahi, dan ketika seseorang memberi makan kepada yang lapar, ia sejatinya sedang memantulkan sifat Allah kepada makhluk-Nya.
‎إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلۡقُوَّةِ ٱلۡمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki, yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
(QS. Adz-Dzariyat: 58)

Dipahami bahwa manusia menjadi perantara Allah dalam memberikan rezeki kepada makhluk lain. Amal memberi makan ini adalah bagian dari tugas manusia sebagai khalifah di bumi.

2. Kelaparan Batin dan Penyembuhan Jiwa
Ahli hakikat menafsirkan kelaparan tidak hanya sebagai kekurangan makanan fisik, tetapi juga sebagai simbol kelaparan jiwa terhadap ilmu, hikmah, dan kebenaran. Menurut Imam Khomeini dalam pembahasan irfan, seseorang yang lapar akan ilmu dan makrifat memerlukan “makanan” spiritual untuk menyembuhkan jiwanya.
‎فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ. وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَبۡ
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaknya kamu berharap.”
(QS. Al-Insyirah: 7-8)

Dipahami bahwa tugas seorang ahli makrifat adalah “mengenyangkan” jiwa-jiwa yang haus akan kebenaran dengan bimbingan kepada Allah.

3. Menundukkan Ego melalui Kepedulian kepada Orang Lapar
Dalam ajaran irfan, memberi makan kepada orang lapar adalah cara untuk menundukkan ego dan melatih sifat tawadhu. Seorang arif memandang amal ini sebagai jalan untuk mengikis kecintaan pada dunia dan mementingkan kepentingan orang lain di atas dirinya sendiri.
‎وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞ
“Dan mereka mengutamakan (orang lain) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka sendiri memerlukan.”(QS. Al-Hasyr: 9)

Para ahli makrifat mengajarkan bahwa memberi makan kepada yang lapar, terutama saat diri sendiri dalam kesulitan, adalah latihan spiritual yang mendalam untuk mencapai kedekatan dengan Allah.

4. Memberi Makan sebagai Cahaya Jiwa
Ahli hakikat seperti Mulla Sadra dalam filsafat hikmah-nya menjelaskan bahwa amal kebaikan, termasuk memberi makan kepada orang lapar, adalah cerminan dari jiwa yang bercahaya. Amal ini memperkuat hubungan manusia dengan sumber cahaya, yaitu Allah.
‎ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ
“Allah adalah cahaya langit dan bumi.”(QS. An-Nur: 35)

Memberi makan kepada orang lapar, terutama tanpa pamrih, adalah ekspresi dari cahaya batin yang telah menerima pancaran Ilahi dan kini meneruskannya kepada makhluk lain.

5. Pemenuhan Kebutuhan Orang Lapar sebagai Zikir Praktis
Ahli makrifat memandang bahwa setiap amal yang bermanfaat bagi orang lain, seperti memberi makan kepada yang lapar, adalah zikir praktis kepada Allah. Mereka percaya bahwa tindakan tersebut sejatinya adalah bentuk ibadah yang lebih tinggi daripada ibadah ritual semata.
‎وَٱطۡعَمُوهُم مِّن مَّا تَأۡكُلُونَ وَمِن مَّا تَلۡبَسُونَ
“Berikanlah mereka makanan dari apa yang kamu makan, dan pakaian dari apa yang kamu pakai.”
(QS. An-Nisa: 5)

Para ahli makrifat mengajarkan bahwa memberi makan dengan niat untuk mencari ridha Allah adalah cara untuk menghadirkan Allah dalam setiap tindakan, sehingga amal tersebut menjadi bentuk zikir yang nyata.

6. Menghapus Kegelapan Batin Melalui Amal
Ahli hakikat, seperti Ayatullah Jawadi Amuli dalam tafsir irfannya, menjelaskan bahwa memberi makan kepada orang lapar dapat menghapuskan kegelapan batin yang disebabkan oleh dosa-dosa. Amal ini memiliki kekuatan untuk membersihkan hati dan mendekatkan manusia kepada Allah.
‎وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ
“Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan untuk dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya di sisi Allah.”(QS. Al-Baqarah: 110)

Memberi makan bukan hanya amal lahiriah, tetapi juga berfungsi sebagai penyembuh bagi jiwa pemberi, sehingga ia lebih siap menerima cahaya Allah.

7. Kelaparan sebagai Ujian Kehambaan
Menurut ahli makrifat, seperti Ayatullah Mutahhari, kelaparan dalam masyarakat adalah ujian bagi orang-orang yang mampu. Memberi makan adalah ujian bagi hati mereka, apakah mereka mampu mengutamakan cinta kepada Allah daripada kekikiran terhadap harta.
‎وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang lain.”
(QS. Al-Insan: 8)

Amal memberi makan adalah manifestasi dari cinta yang murni kepada Allah dan menguatkan hubungan vertikal sekaligus horizontal antara hamba dengan Tuhannya dan sesama manusia.

8. Menghidupkan Makhluk sebagai Amal yang Paling Dicintai Allah
Ahli hakikat percaya bahwa amal yang menjaga kehidupan makhluk, seperti memberi makan kepada yang lapar, adalah amal yang paling mendekatkan diri kepada Allah. Menurut tradisi irfan, amal ini serupa dengan menghidupkan jiwa, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
‎وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعٗا
“Barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan semua manusia.”(QS. Al-Maidah: 32)

Kesimpulan; Menurut ahli makrifat dan hakikat, makna اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ tidak hanya terbatas pada memberi makanan fisik, tetapi mencakup menghilangkan kelaparan batin dan spiritual. Amal ini menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan hati, menundukkan ego, dan menjadi manifestasi kasih sayang Ilahi kepada makhluk-Nya. Dengan memberi makan, seseorang tidak hanya menyelamatkan kehidupan orang lain, tetapi juga memupuk cahaya dalam jiwanya sendiri.

Makna اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) menurut ahli hakikat Syiah memiliki dimensi yang sangat mendalam, yang tidak hanya melibatkan kebutuhan jasmani, tetapi juga kelaparan rohani, spiritual, dan batin. Para arif Syiah memandang bahwa amal ini mencerminkan hubungan antara hamba, Allah, dan makhluk lainnya. Berikut adalah penjelasan menurut ahli hakikat Syiah:

1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik sebagai Refleksi Rahmat Ilahi
Ahli hakikat Syiah, seperti Mulla Sadra, menyatakan bahwa memberi makan kepada orang yang lapar adalah manifestasi langsung dari sifat Rahman dan Rahim Allah. Perbuatan ini adalah bagian dari tugas manusia sebagai khalifah Allah di bumi, untuk menyalurkan rahmat-Nya kepada sesama.

Ayat yang sering dirujuk adalah:
‎وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan.”
(QS. Al-Insan: 8)

Bagi ahli hakikat, amal ini adalah bentuk ibadah yang murni karena dilakukan atas cinta kepada Allah, tanpa mengharapkan balasan atau pujian duniawi.

2. Kelaparan sebagai Simbol Kebutuhan Batin
Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, seperti Imam Khomeini, kelaparan tidak hanya dipahami secara fisik tetapi juga melambangkan rasa haus dan lapar jiwa terhadap makrifat dan cinta Ilahi. Amal memberi makan kepada orang lapar juga mencakup memberikan ilmu, bimbingan, dan cahaya hati kepada mereka yang terperangkap dalam kegelapan kebodohan atau dosa.

Ayat yang mendukung pemikiran ini adalah:
‎وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنۡهَرۡ
“Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardiknya.”QS. Adh-Dhuha: 10)

Ahli hakikat menafsirkan bahwa orang yang lapar jiwa atau batinnya meminta makanan dalam bentuk hikmah dan petunjuk harus diberi dengan kelembutan dan kasih sayang.

3. Menundukkan Ego Melalui Amal
Ahli hakikat Syiah seperti Allama Tabatabai dalam tafsir Al-Mizan menekankan bahwa memberi makan kepada orang lapar adalah latihan untuk menundukkan ego dan menyucikan diri. Perbuatan ini menghilangkan sifat kikir dan egois, menggantinya dengan sifat dermawan dan tawadhu, yang merupakan ciri khas orang bertakwa.
‎إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا
“Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah untuk mengharap keridhaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 9)

Amal ini, jika dilakukan dengan ikhlas, menjadi sarana bagi manusia untuk mencapai tingkat kesempurnaan dalam spiritualitas.

4. Memberi Makan Sebagai Zikir Praktis
Menurut ahli hakikat Syiah, seperti Ayatullah Jawadi Amuli dalam Tafsir Tasnim, amal memberi makan kepada orang lapar adalah bentuk zikir yang nyata kepada Allah. Amal ini menunjukkan pengakuan hamba atas sifat Allah sebagai Ar-Razzaq (Yang Maha Pemberi Rezeki) dan Al-Karim (Yang Maha Pemurah).
‎إِنَّمَا نَطۡعَمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ
“Kami memberi makan kepadamu hanya karena Allah.”(QS. Al-Insan: 9)

Ahli hakikat mengajarkan bahwa tindakan ini bukan sekadar amal sosial, tetapi juga sarana untuk menghadirkan Allah dalam hati dan kehidupan sehari-hari.

5. Amal yang Menghidupkan Jiwa
Ahli hakikat Syiah percaya bahwa memberi makan kepada orang lapar, baik secara fisik maupun spiritual, adalah amal yang menghidupkan jiwa. Dalam pandangan mereka, amal ini seperti menanam benih cinta Ilahi di hati orang yang menerima dan memperkuat hubungan vertikal antara manusia dengan Allah.
‎وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعٗا
“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan semua manusia.”(QS. Al-Maidah: 32)

Memberi makan adalah amal yang membawa kehidupan, baik dalam arti jasmani maupun ruhani, kepada penerimanya.

6. Penyucian Harta dan Diri Melalui Memberi Makan
Dalam irfan Syiah, seperti yang diajarkan oleh Sayyid Haydar Amuli, memberi makan kepada yang lapar adalah cara untuk menyucikan harta dan diri. Orang yang memberi makan menghilangkan pengaruh negatif dari cinta dunia dalam hatinya dan menjadikan hartanya sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
‎خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”(QS. At-Taubah: 103)

Memberi makan, meski bukan zakat wajib, mencerminkan fungsi yang sama, yaitu membersihkan hati pemberi.

7. Menghidupkan Nilai Kemanusiaan sebagai Jalan Makrifat
Ahli hakikat Syiah seperti Imam Khomeini menjelaskan bahwa memberi makan kepada orang lapar adalah tindakan yang menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan, yang menjadi syarat utama dalam perjalanan menuju makrifatullah (pengenalan Allah).
‎وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡعَقَبَةُ… فَكُّ رَقَبَةٍ أَوۡ إِطۡعَٰمٞ فِي يَوۡمٖ ذِي مَسۡغَبَةٍ
“Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (Yaitu) melepaskan perbudakan atau memberi makan pada hari kelaparan.” (QS. Al-Balad: 12-14)

Amal ini adalah bentuk pengorbanan yang membawa manusia kepada pemahaman yang lebih dalam tentang kebesaran Allah dan hakikat kehidupan.

8. Kelaparan sebagai Ujian Bagi Pemberi dan Penerima
Ahli hakikat Syiah seperti Ayatullah Misbah Yazdi menafsirkan bahwa kelaparan adalah ujian bagi orang yang lapar dan bagi yang mampu memberi makan. Bagi yang lapar, ini adalah ujian kesabaran dan keimanan, sementara bagi yang mampu memberi, ini adalah ujian kedermawanan dan pengikhlasan.
‎فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَٰنُ إِلَىٰ طَعَامِهِۦ
“Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya.”
(QS. Abasa: 24)

Perintah ini tidak hanya menunjuk pada makanan fisik, tetapi juga pada tanggung jawab sosial dalam memenuhi kebutuhan sesama.

Kesimpulan; Menurut ahli hakikat Syiah, اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ memiliki makna yang luas, mencakup aspek jasmani dan spiritual. Memberi makan kepada yang lapar adalah bentuk ibadah, manifestasi kasih sayang Ilahi, penyucian hati, dan jalan menuju makrifatullah. Amal ini tidak hanya memenuhi kebutuhan duniawi tetapi juga membuka pintu menuju kebahagiaan ukhrawi, baik bagi pemberi maupun penerima.

Cerita dan kisah tentang makna اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) yang diambil dari sejarah Islam, khususnya dari kehidupan Rasulullah ﷺ, Ahlul Bayt عليهم السلام, serta para ulama dan arif:

Baca juga:
Bandung Diguncang Gempa 5,0 Magnitido, Kerusakan Terjadi di Beberapa Titik Lokasi

1. Kisah Rasulullah ﷺ Memberi Makan kepada Pengemis Buta
Di Madinah, ada seorang pengemis Yahudi yang buta dan miskin. Ia sering mencaci Rasulullah ﷺ tanpa mengetahui siapa beliau sebenarnya. Setiap hari, Rasulullah ﷺ mendatanginya dengan membawa makanan, menyuapinya dengan lembut, dan tidak pernah berkata kasar meskipun mendengar penghinaan tersebut. Rasulullah ﷺ hanya mengutamakan rasa lapar pengemis itu, tanpa mempermasalahkan kata-katanya.
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, Sayyidina Abu Bakar ra mencoba menggantikan tugas tersebut, tetapi pengemis itu segera sadar bahwa tangan yang menyuapnya berbeda. Akhirnya, ia mengetahui bahwa yang menyuapinya selama ini adalah Rasulullah ﷺ, orang yang ia hina setiap hari. Ia pun masuk Islam karena kelembutan dan kasih sayang beliau.

Kisah ini mengajarkan bahwa memberi makan bukan hanya tindakan fisik, tetapi juga sarana menunjukkan cinta dan belas kasih, bahkan kepada orang yang memusuhi.

2. Imam Ali as dan Memberi Makan kepada Fakir
Imam Ali as dikenal sangat perhatian terhadap kaum miskin. Dalam sebuah kisah, beliau pernah bekerja keras sepanjang hari untuk memperoleh uang, lalu membelikan gandum. Ketika perjalanan pulang, beliau bertemu dengan seorang fakir yang kelaparan dan memohon makanan. Tanpa ragu, Imam Ali as memberikan seluruh gandum itu.
‎وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan.”
(QS. Al-Insan: 8)

Tindakan ini menunjukkan keikhlasan beliau yang mengutamakan kebutuhan orang lain daripada dirinya sendiri.

3. Kisah Sayyidah Fatimah as dan Sedekah Makanan
Suatu hari, Sayyidah Fatimah as bersama Imam Ali as berpuasa untuk memenuhi nazar mereka. Ketika waktu berbuka tiba, ada seorang miskin mengetuk pintu dan meminta makanan. Sayyidah Fatimah as memberikan makanan yang ada untuk berbuka kepada orang miskin itu, lalu berbuka dengan air. Kejadian yang sama terulang keesokan harinya, ketika seorang anak yatim dan tawanan meminta makanan, dan keluarga ini tetap memberi makanan mereka.

Kisah ini menjadi sebab turunnya Surah Al-Insan, di mana Allah memuji keikhlasan keluarga Rasulullah ﷺ yang memberi makan hanya karena Allah, tanpa mengharapkan balasan.

4. Kisah Imam Hasan as dengan Pemuda Miskin
Imam Hasan as, cucu Rasulullah ﷺ, terkenal karena kedermawanannya. Dalam suatu perjalanan, beliau melihat seorang pemuda yang makan dari potongan roti kering. Pemuda itu mengundang Imam Hasan as untuk makan bersamanya, meskipun makanannya sangat sederhana. Imam Hasan as menerima undangan itu dengan rendah hati. Setelah itu, Imam Hasan as mengundang pemuda tersebut ke rumahnya dan memberinya pakaian, makanan, dan harta.

Kisah ini menunjukkan bahwa memberi makan tidak hanya kepada yang meminta, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap orang lain.

5. Kisah Imam Sajjad as Memberi Makan di Malam Hari
Imam Ali Zainul Abidin as sering membawa kantong besar berisi makanan di malam hari untuk diberikan kepada fakir miskin di Madinah. Beliau melakukannya secara diam-diam agar tidak diketahui orang lain. Setelah wafatnya, penduduk Madinah baru mengetahui bahwa orang yang sering memberi mereka makanan adalah Imam Sajjad as, karena bekas tali kantong terlihat di pundaknya.

Kisah ini menunjukkan keikhlasan dalam memberi makan dan mengajarkan pentingnya amal tanpa pamer.

6. Kisah Abu Dzar al-Ghifari dan Kepeduliannya pada Orang Lapar
Abu Dzar al-Ghifari, salah satu sahabat Rasulullah ﷺ, dikenal karena sikap peduli kepada kaum miskin. Ketika ia melihat seseorang yang kelaparan, ia pernah berkata:
“Aku tidak bisa tidur mengetahui ada tetanggaku yang lapar sementara aku memiliki makanan di rumahku.”
Ia pun segera memberikan makanan kepada tetangganya dan merasa tenang setelah itu.

Kisah ini mencerminkan keimanan sejati yang selalu memikirkan kesejahteraan orang lain.

7. Imam Musa al-Kazim as dan Pemuda Pembenci
Suatu hari, seorang pemuda yang dikenal membenci Imam Musa al-Kazim as kelaparan dan tidak memiliki makanan. Imam Musa as mengetahui hal itu dan mengirimkan makanan terbaik untuk pemuda tersebut. Ketika pemuda itu mengetahui siapa yang memberinya makanan, ia merasa malu dan hatinya luluh, hingga akhirnya menjadi pengikut setia Imam Musa as.

Kisah ini menunjukkan bahwa memberi makan kepada orang lapar, meskipun musuh, dapat menjadi cara untuk menyentuh hati mereka dan mengubah kebencian menjadi cinta.

8. Kisah Ulama Memberi Makan Diam-Diam
Ayatullah Bahjat, seorang arif Syiah, dikenal selalu menyisihkan sebagian hartanya untuk membeli makanan bagi keluarga fakir. Suatu hari, ia mengunjungi rumah seorang fakir secara diam-diam dan meletakkan makanan di depan pintu tanpa diketahui siapa pun. Ketika seseorang bertanya mengapa ia melakukan ini tanpa memberitahukan identitasnya, beliau menjawab:”Biarkan Allah yang mengetahui. Aku tidak ingin pahala ini bercampur dengan pujian manusia.”

9. Kisah Seorang Sufi yang Berbagi Makanan
Seorang sufi dalam irfan Syiah pernah berujar bahwa makanan yang kita makan adalah milik Allah. Ketika seorang pengemis mengetuk pintu rumahnya, ia segera membagi makanannya. Ia berkata:
“Yang mengetuk pintu adalah Allah yang menguji kemurahan hatiku. Bagaimana aku bisa menolak memberikan apa yang sebenarnya milik-Nya?”

10. Kisah Kelaparan Spiritual
Dalam irfan Syiah, kelaparan sering dipahami secara batiniah. Ada seorang arif yang didatangi muridnya yang berkata bahwa ia “lapar” akan ilmu. Arif itu menjawab:
“Jika engkau lapar akan makrifat, maka kenyangkanlah perut fakir miskin terlebih dahulu. Dengan itu, Allah akan membukakan pintu hikmah ke dalam hatimu.”

Murid itu mulai memberi makan kepada orang lapar setiap hari, dan tidak lama kemudian, ia mengalami kemajuan luar biasa dalam perjalanan spiritualnya.

Kesimpulan; Cerita-cerita di atas mengajarkan bahwa اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ tidak hanya mencakup memberi makan fisik, tetapi juga menjadi cara untuk menyentuh hati, mempererat hubungan dengan Allah, dan membangun jiwa sosial dalam masyarakat. Amal ini adalah jalan menuju kesempurnaan spiritual, keikhlasan, dan cinta sejati kepada Allah dan makhluk-Nya.

Manfaat dari amal اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) beserta doa-doanya:

1. Mendapatkan Pahala Besar dari Allah
Memberi makan kepada orang yang lapar merupakan salah satu amal yang sangat dicintai Allah. Dalam banyak hadis, Rasulullah ﷺ bersabda bahwa memberi makan adalah salah satu bentuk amal yang sangat dihargai oleh Allah.
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang selalu berbagi kepada sesama, terutama kepada mereka yang lapar, agar aku memperoleh ridha-Mu.”

2. Menumbuhkan Rasa Empati dan Kepedulian Sosial
Memberi makan kepada orang lapar mengajarkan kita untuk merasakan penderitaan orang lain dan memupuk rasa empati. Ini membantu mengurangi sifat egois dalam diri seseorang.
“Ya Allah, tanamkan dalam hatiku rasa empati dan kepedulian terhadap sesama, sehingga aku dapat memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.”

3. Menghilangkan Kikir dan Cinta Dunia
Memberi makan kepada yang lapar adalah cara yang efektif untuk membersihkan hati dari sifat kikir dan kecintaan yang berlebihan terhadap harta dunia.
“Ya Allah, jauhkan aku dari sifat kikir dan cintaku kepada dunia, dan jadikanlah aku orang yang dermawan dengan harta yang Engkau berikan.”

4. Menyucikan Harta dan Jiwa
Dalam ajaran Islam, sedekah dan memberi makan kepada yang lapar dapat mensucikan harta dan jiwa seseorang. Ini adalah salah satu cara untuk membersihkan diri dari dosa.
“Ya Allah, terimalah amal kami dan sucikanlah harta dan jiwa kami dengan memberi makan kepada mereka yang membutuhkan.”

5. Meningkatkan Kehidupan Akhirat
Amal memberi makan orang yang lapar dapat mengangkat derajat seseorang di sisi Allah dan menjadi perantara untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda di akhirat.
“Ya Allah, dengan memberi makan kepada orang yang lapar, semoga Engkau memberikan ganjaran yang lebih besar di akhirat nanti.”

6. Membuka Pintu Rezeki
Memberi makan kepada orang lapar dapat membuka pintu rezeki, baik dalam bentuk harta, kebahagiaan, atau kesehatan. Ini adalah bentuk keberkahan yang datang dari Allah.
“Ya Allah, bukakanlah pintu rezeki bagi kami dan berikanlah keberkahan dalam hidup kami.”

7. Menjadi Alasan untuk Mendekatkan Diri kepada Allah
Dengan memberi makan kepada orang lapar, kita tidak hanya membantu mereka, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah dengan amal yang ikhlas.
“Ya Allah, jadikan setiap amal kami sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Mu.”

8. Menjadi Penyebab Allah Menolong Kita pada Hari Kiamat
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa yang memberi makan kepada orang lapar, Allah akan memberikan pertolongan kepadanya di Hari Kiamat, ketika dia membutuhkan pertolongan.
“Ya Allah, berikanlah pertolongan-Mu pada hari Kiamat dan lindungilah aku dari segala kesulitan.”

9. Meningkatkan Kualitas Kehidupan Sosial
Memberi makan kepada orang yang lapar juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan mengeratkan hubungan antar sesama, menciptakan masyarakat yang lebih peduli dan harmonis.
“Ya Allah, satukanlah hati-hati kami dalam kasih sayang dan tolong menolong untuk menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik.”

10. Menghapuskan Dosa
Memberi makan kepada orang yang lapar adalah salah satu cara yang dapat menghapuskan dosa dan kesalahan kita, sesuai dengan hadis-hadis yang mengajarkan tentang manfaat sedekah dan memberi makan.
“Ya Allah, dengan memberi makan kepada orang yang lapar, ampuni dosa-dosa kami dan terimalah taubat kami.”

1. Doa untuk Memperoleh Pahala dari Memberi Makan
“Ya Allah, jadikanlah amal kami ini ikhlas hanya untuk wajah-Mu yang mulia, dan berikan kami melalui amal ini segala kebaikan dan keberkahan.”

2. Doa untuk Mendapatkan Pahala yang Berlipat Ganda
“Ya Allah, terimalah amal kami ini dan jadikan setiap amal kami sebagai kebaikan, serta berikanlah balasan yang lebih besar di akhirat.”

3. Doa untuk Membuka Pintu Rezeki
“Ya Allah, jadikan setiap suapan yang kami berikan sebagai pintu rezeki bagi kami di dunia dan akhirat.”

4. Doa untuk Kesehatan dan Keberkahan
“Ya Allah, berikanlah keberkahan dalam makanan kami dan jadikanlah di dalamnya kesembuhan dan ketenangan.”

5. Doa untuk Mengampuni Dosa dengan Amal Memberi Makan
“Ya Allah, ampuni dosa-dosa kami dan berikanlah berkah dalam setiap makanan yang kami berikan.”

Kesimpulan; Memberi makan kepada orang yang lapar bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga merupakan amal yang memiliki banyak manfaat spiritual, sosial, dan keduniaan. Dengan niat yang ikhlas, amal ini dapat membawa kita pada keberkahan, membuka pintu rezeki, dan mendekatkan diri kepada Allah.


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment