Makna Bulan Jamuan Allah (bagian Pertama)

Supa Athana - Entertainment
28 February 2025 14:45
Ramadhan adalah bulan di mana Tuhan memberikan jamuan istimewa kepada hamba-Nya.

Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*
Hadis ini berasal dari Khutbah Nabi Muhammad (saw) ketika menyambut bulan Ramadan. Berikut makna yang dapat diambil dari kalimat ini:

  1. Undangan Ilahi – Ramadan adalah bulan di mana manusia diundang untuk mendekat kepada Allah dengan ibadah, doa, dan introspeksi.
  2. Kedudukan Istimewa – Orang-orang yang berpuasa dan beribadah di bulan ini dianggap sebagai tamu Allah, yang berarti mereka mendapat perhatian khusus dari-Nya.
  3. Kesempatan untuk Pembersihan Diri – Bulan ini menjadi momen untuk membersihkan diri dari dosa melalui taubat dan ibadah.
  4. Meningkatkan Derajat Spiritual – Dengan berpuasa dan beribadah, seseorang dapat mencapai derajat kehormatan di sisi Allah.
  5. Rahmat dan Ampunan – Ramadan adalah bulan di mana Allah membuka pintu rahmat dan ampunan bagi siapa saja yang memohon dengan ikhlas.
  6. Penghormatan dan Kemuliaan – Allah menjadikan orang yang menjalani Ramadan sebagai bagian dari mereka yang dimuliakan-Nya.
  7. Kesempatan Mendapatkan Pahala Berlipat – Setiap amal baik di bulan ini dilipatgandakan pahalanya, menunjukkan kemurahan Allah kepada hamba-Nya.
  8. Panggilan untuk Mendekatkan Diri kepada Allah – Ramadan adalah bulan untuk meningkatkan hubungan dengan Allah melalui ibadah yang lebih intens.
  9. Perbaikan Akhlak – Menjadi tamu Allah berarti menjaga akhlak, memperbaiki diri, dan menjauhi sifat buruk.
  10. Persiapan untuk Kehidupan Akhirat – Bulan ini adalah sarana untuk menyiapkan bekal akhirat dengan meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatan kepada Allah.

Hadis ini menekankan bahwa Ramadan bukan sekadar bulan puasa, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang membawa manusia lebih dekat kepada Allah.

Makna dari “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيْهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللهِ” dalam perspektif Al-Qur’an dapat dijelaskan melalui berbagai ayat yang berkaitan dengan Ramadan dan kedekatan hamba dengan Allah. Berikut adalah 10 makna berdasarkan Al-Qur’an:

  1. Undangan untuk Bertakwa

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

➡️ Ramadan adalah undangan Allah untuk mencapai ketakwaan sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan bagi hamba-Nya.

  1. Bulan Penuh Keberkahan

”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)

➡️ Allah memilih Ramadan sebagai bulan istimewa untuk menurunkan wahyu, menjadikannya sebagai waktu yang penuh kemuliaan dan petunjuk.

  1. Mendekatkan Diri kepada Allah

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)

➡️ Ramadan adalah kesempatan untuk lebih dekat kepada Allah melalui doa dan ibadah, karena Dia lebih dekat daripada biasanya.

  1. Pengampunan Dosa

“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53)

➡️ Ramadan adalah momen penyucian diri di mana Allah membuka pintu ampunan bagi hamba-hamba-Nya.

  1. Bulan Rahmat dan Kasih Sayang

“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raf: 156)

➡️ Sebagai tamu Allah di bulan ini, setiap orang menerima limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya.

  1. Kesempatan Mendapatkan Pahala Berlipat Ganda

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-An’am: 160)

➡️ Setiap amal di bulan Ramadan memiliki ganjaran yang lebih besar dibandingkan hari-hari biasa.

  1. Momen untuk Mendapatkan Lailatul Qadr

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 1-3)

➡️ Ramadan adalah bulan di mana Allah memberikan kesempatan luar biasa untuk memperoleh keberkahan yang lebih besar dari seribu bulan.

 

  1. Menghindarkan dari Neraka

 

“Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan serta kegembiraan.” (QS. Al-Insan: 11)

➡️ Ramadan menjadi peluang bagi hamba Allah untuk terhindar dari siksa neraka dengan menjalankan puasa dan amal ibadah.

 

  1. Hidup dalam Ketaatan kepada Allah

 

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

➡️ Sebagai tamu Allah, manusia diajak untuk kembali pada fitrah penciptaannya, yaitu beribadah kepada-Nya dengan penuh ketulusan.

 

  1. Kebahagiaan Sejati

 

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 82)

➡️ Ramadan mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah kesenangan dunia, tetapi keberhasilan meraih ridha Allah dan kehidupan abadi di surga.

 

Hadis ini selaras dengan konsep dalam Al-Qur’an bahwa Ramadan bukan sekadar bulan biasa, melainkan undangan dari Allah untuk memasuki lingkaran kemuliaan-Nya melalui ibadah, doa, dan penghambaan yang lebih dalam.

 

Hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيْهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللهِ” berasal dari khutbah Nabi Muhammad (saw) ketika menyambut bulan Ramadan. Makna hadis ini juga didukung oleh berbagai hadis lain yang menjelaskan keutamaan Ramadan dan bagaimana Allah memuliakan hamba-Nya di bulan ini. Berikut adalah 10 makna berdasarkan hadis-hadis Nabi (saw):

 

  1. Ramadan adalah Bulan Rahmat, Ampunan, dan Pembebasan dari Neraka

 

Nabi (saw) bersabda:

“Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya. Di bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa terhalang dari kebaikannya, maka ia benar-benar telah terhalang.”

(HR. Ahmad, An-Nasa’i, dan Al-Baihaqi)

 

➡️ Ini menunjukkan bahwa Ramadan adalah bulan di mana Allah memberikan penghormatan khusus kepada umat Islam dengan membuka pintu rahmat dan ampunan-Nya.

 

  1. Allah Menyediakan Hidangan Spiritual bagi Hamba-Nya

 

Rasulullah (saw) bersabda:

“Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: ‘Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Dia meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku.’”

(HR. Bukhari & Muslim)

 

➡️ Ini menunjukkan bahwa Ramadan adalah “jamuan Allah” di mana setiap ibadah mendapatkan pahala luar biasa, bahkan tanpa batas untuk ibadah puasa.

 

  1. Orang yang Berpuasa adalah Tamu Istimewa Allah

 

Nabi (saw) bersabda:

“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa terdapat dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya.”

(HR. Bukhari & Muslim)

 

➡️ Ramadan adalah undangan Allah bagi manusia untuk merasakan kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

 

  1. Doa Orang yang Berpuasa Dikabulkan

 

Rasulullah (saw) bersabda:

“Ada tiga doa yang tidak akan tertolak: doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang terzalimi.”

(HR. Tirmidzi & Ibnu Majah)

 

➡️ Ini menunjukkan bahwa orang yang berpuasa memiliki kedudukan istimewa sebagai tamu Allah, di mana setiap doa mereka memiliki peluang besar untuk dikabulkan.

 

  1. Ramadan Adalah Kesempatan untuk Menghapus Dosa

 

Rasulullah (saw) bersabda:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

(HR. Bukhari & Muslim)

 

➡️ Ramadan adalah kesempatan bagi setiap muslim untuk kembali suci dan bersih dari dosa, layaknya seorang tamu yang dijamu oleh Allah dengan pengampunan-Nya.

 

  1. Pahala Memberi Makan Orang Berpuasa

 

Rasulullah (saw) bersabda:

“Barang siapa memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.”

(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, & Ahmad)

 

➡️ Ini menunjukkan bahwa di bulan Ramadan, Allah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka yang berbuat baik kepada sesama.

 

  1. Pintu Surga Ar-Rayyan untuk Orang yang Berpuasa

 

Rasulullah (saw) bersabda:

“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan, yang pada hari kiamat hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Tidak ada yang masuk melalui pintu itu kecuali mereka. Ketika mereka telah masuk, maka pintu itu ditutup dan tidak ada lagi yang memasukinya.”

(HR. Bukhari & Muslim)

 

➡️ Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang menjalani Ramadan dengan penuh keikhlasan akan mendapatkan penghormatan khusus di akhirat.

 

  1. Setiap Malam Ada Orang yang Dibebaskan dari Neraka

 

Nabi (saw) bersabda:

“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap malam di bulan Ramadan.”

(HR. Ahmad & Al-Bazzar)

 

➡️ Ramadan adalah kesempatan besar bagi manusia untuk mendapatkan keselamatan dari siksa neraka.

 

  1. Malam Lailatul Qadr sebagai Puncak Kemuliaan

 

Rasulullah (saw) bersabda:

“Barang siapa yang mendirikan malam Lailatul Qadr dengan iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

(HR. Bukhari & Muslim)

 

➡️ Sebagai tamu Allah di bulan Ramadan, setiap orang memiliki peluang mendapatkan malam yang lebih baik dari seribu bulan.

 

  1. Ramadan adalah Bulan Kesabaran

 

Rasulullah (saw) bersabda:

“Puasa adalah separuh dari kesabaran.”

(HR. Ibnu Majah)

 

➡️ Sebagai tamu Allah, manusia diajarkan untuk bersabar dalam menahan hawa nafsu dan mengendalikan diri agar menjadi pribadi yang lebih baik.

رمضان، ماه ضیافت الهی | مسجد جامع شهرک غرب

Kesimpulan

 

Hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيْهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللهِ” sejalan dengan banyak hadis lainnya yang menunjukkan bahwa Ramadan adalah:

 

✅ Undangan Ilahi untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

✅ Bulan pengampunan dan pembebasan dari neraka.

✅ Kesempatan mendapatkan pahala berlipat ganda.

✅ Momen untuk dikabulkan doa.

✅ Saat untuk mendapatkan kemuliaan dan keberkahan dari Allah.

 

Hadis-hadis di atas memperkuat bahwa di bulan Ramadan, setiap muslim menjadi tamu Allah yang diberi penghormatan dan kesempatan luar biasa untuk meningkatkan kualitas spiritualnya.

 

Dalam perspektif Ahlul Bayt (as), hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيْهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللهِ” (Bulan yang kalian diundang di dalamnya ke jamuan Allah, dan kalian dijadikan sebagai orang-orang yang dimuliakan oleh Allah) merupakan bagian dari khutbah Rasulullah (saw) dalam menyambut bulan Ramadan. Hadis ini memiliki makna yang mendalam, dan diperkuat oleh berbagai riwayat dari Ahlul Bayt (as). Berikut adalah 10 makna dari hadis ini menurut riwayat Ahlul Bayt:

 

  1. Ramadan Adalah Jamuan Spiritual Allah

 

Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:

“Setiap kali kamu membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan, maka kamu berada di dalam jamuan Allah. Berusahalah untuk mendapatkan manfaat dari jamuan tersebut, karena Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki.”

(Wasa’il ash-Shi’ah, Jil. 10, Hal. 313)

 

➡️ Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga kesempatan untuk mengisi diri dengan ilmu, zikir, dan spiritualitas, sebagaimana tamu yang menikmati hidangan di jamuan mulia.

 

  1. Ramadan Adalah Bulan Pengampunan Dosa

 

Imam Ali (as) berkata:

“Puasa adalah penutup bagi dosa-dosa, sebagaimana air adalah penyucian bagi kotoran.”

(Nahjul Balaghah, Hikmah 252)

 

➡️ Ramadan adalah kesempatan emas untuk membersihkan diri dari dosa, sebagaimana tamu Allah diberikan kemuliaan dengan diampuni kesalahannya.

 

  1. Doa dan Ibadah Dikabulkan di Bulan Ini

 

Imam Al-Baqir (as) berkata:

“Setiap mukmin yang berdoa di bulan Ramadan, maka doanya akan dikabulkan sebelum bulan itu berakhir.”

(Wasa’il ash-Shi’ah, Jil. 7, Hal. 227)

 

➡️ Sebagai tamu Allah, orang-orang yang berpuasa diberikan kehormatan dengan dikabulkan doa-doanya.

 

  1. Setiap Nafas di Bulan Ramadan Adalah Ibadah

 

Rasulullah (saw) bersabda dalam khutbahnya:

“Tidur kalian di bulan ini adalah ibadah, nafas kalian adalah tasbih, amal kalian diterima, dan doa kalian dikabulkan.”

(Bihar al-Anwar, Jil. 93, Hal. 340)

 

➡️ Ini menunjukkan betapa besar kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang menjalankan Ramadan dengan ikhlas.

 

  1. Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup

 

Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:

“Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu langit, pintu-pintu surga, dan pintu-pintu rahmat dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup.”

(Al-Kafi, Jil. 4, Hal. 67)

 

➡️ Ramadan adalah kesempatan bagi setiap hamba untuk memasuki wilayah spiritual yang lebih tinggi dan mendapatkan rahmat yang melimpah.

 

  1. Ibadah di Bulan Ramadan Lebih Utama

 

Imam Musa Al-Kazhim (as) berkata:

“Barang siapa yang melakukan satu kebaikan di bulan Ramadan, maka nilainya seperti melakukan tujuh puluh kebaikan di bulan lainnya.”

(Tafsir al-Imam al-Askari, Hal. 321)

 

➡️ Allah memberikan kemuliaan kepada hamba-Nya dengan melipatgandakan pahala amal mereka di bulan ini.

 

  1. Kesempatan Mendapatkan Malam Lailatul Qadr

 

Imam Ali (as) berkata:

“Tidak ada bulan yang lebih utama di sisi Allah daripada bulan Ramadan, dan tidak ada malam yang lebih utama daripada Lailatul Qadr.”

(Bihar al-Anwar, Jil. 94, Hal. 10)

 

➡️ Allah memuliakan hamba-Nya dengan memberikan satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana setiap doa dikabulkan.

 

  1. Memberi Makan Orang yang Berpuasa Mendapat Pahala Besar

 

Rasulullah (saw) bersabda dalam khutbahnya:

“Barang siapa yang memberi buka puasa kepada seorang mukmin di bulan Ramadan, maka baginya pahala membebaskan seorang budak, dan diampuni dosanya yang telah lalu.”

(Bihar al-Anwar, Jil. 93, Hal. 342)

 

➡️ Sebagai bagian dari jamuan Allah, membantu orang lain dalam berbuka puasa juga merupakan bentuk ibadah yang besar pahalanya.

 

  1. Ramadan Adalah Bulan Kesabaran dan Kemenangan

 

Imam Ali (as) berkata:

“Puasa adalah ujian kesabaran, dan sabar adalah kunci kemenangan.”

(Ghurar al-Hikam, Hadis 1742)

 

➡️ Sebagai tamu Allah, manusia diuji dalam kesabaran agar mencapai kemenangan spiritual yang lebih tinggi.

 

  1. Ramadan Adalah Waktu Terbaik untuk Bertaubat

 

Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:

“Barang siapa yang tidak mendapatkan ampunan di bulan Ramadan, maka ia telah merugi.”

(Al-Kafi, Jil. 4, Hal. 69)

 

➡️ Ramadan adalah hadiah besar dari Allah bagi manusia untuk kembali ke jalan-Nya dan mendapatkan kemuliaan sejati.

 

Kesimpulan

 

Hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيْهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللهِ” dari Rasulullah (saw) menegaskan bahwa Ramadan adalah:

 

✅ Bulan di mana manusia menjadi tamu Allah, diberi kehormatan dan kemuliaan-Nya.

✅ Waktu terbaik untuk mendapatkan ampunan, doa yang mustajab, dan pahala berlipat ganda.

✅ Kesempatan untuk meningkatkan ibadah, membaca Al-Qur’an, dan meraih Lailatul Qadr.

✅ Momen penyucian diri, melatih kesabaran, dan mendapatkan kemenangan spiritual.

 

Riwayat dari Ahlul Bayt (as) memperkuat bahwa Allah menjadikan Ramadan sebagai waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada-Nya, di mana setiap orang bisa merasakan kehadiran-Nya secara lebih intens dalam kehidupan mereka.

 

Dalam tafsir Alquran, para mufassir (ahli tafsir) memberikan berbagai perspektif mengenai makna “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللَّهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللَّهِ” (bulan di mana kalian diundang ke jamuan Allah, dan dijadikan sebagai orang-orang yang dimuliakan-Nya). Berikut beberapa tafsiran dari mufassir Islam, termasuk perspektif dalam tafsir Syiah:

 

  1. Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)

 

Allamah Thabathabai dalam Tafsir Al-Mizan menjelaskan bahwa puasa adalah bentuk jamuan Allah, karena manusia diberikan kesempatan untuk merasakan kedekatan khusus dengan-Nya.

  • “Diundang ke jamuan Allah” berarti bahwa Ramadan adalah waktu bagi manusia untuk merasakan pembersihan diri, peningkatan ruhani, dan menerima anugerah spiritual dari Allah.
  • “Menjadi bagian dari orang-orang yang dimuliakan Allah” mengacu pada hakikat bahwa mereka yang berpuasa dengan kesadaran penuh akan mendapatkan kedekatan dengan Tuhan yang tidak bisa didapat di bulan lainnya.

 

📖 Dalil Alquran:

Baca juga:
Tim Hukum Prabowo-Gibran Minta MK Hadirkan Kepala BIN

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Berkuasa.” (QS. Al-Qamar: 54-55)

 

🔍 Makna: Ramadan adalah saat orang bertakwa diundang ke hadirat-Nya, dan puasa adalah latihan untuk mencapai ketakwaan sejati.

 

  1. Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Syekh Al-Huwaizi)

 

Dalam Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn, Syekh Abdul Ali Al-Huwaizi menghubungkan hadis ini dengan ayat-ayat tentang puasa, khususnya:

 

📖 “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

 

🔍 Makna:

  • Jamuan Allah dalam Ramadan bukan hanya tentang makanan berbuka, tetapi tentang peningkatan derajat ketakwaan.
  • “Menjadi orang yang dimuliakan Allah” artinya mereka yang menjalankan puasa dengan ikhlas akan mendapatkan ketinggian ruhani dan makrifat yang lebih dalam.

 

💡 Catatan: Dalam beberapa riwayat Ahlul Bayt, dijelaskan bahwa di bulan ini malaikat menyaksikan hamba-hamba yang berpuasa dan Allah membanggakan mereka di hadapan para makhluk-Nya.

 

  1. Tafsir Al-Burhan (Syekh Bahrani)

 

Dalam Tafsir Al-Burhan, Syekh Sayyid Hashim Al-Bahrani menafsirkan hadis ini dalam konteks jamuan ilmu dan hikmah Allah.

 

📖 Dalil Alquran:

“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah akan mengajarkan kalian.” (QS. Al-Baqarah: 282)

 

🔍 Makna:

  • Ramadan adalah madrasah spiritual, di mana Allah mengajarkan hikmah dan ilmu makrifat kepada mereka yang berpuasa dengan hati yang bersih.
  • Mereka yang memahami hakikat Ramadan akan diberi ilmu laduni (ilmu langsung dari Allah) yang hanya bisa diperoleh melalui ibadah yang penuh ketulusan.

 

  1. Tafsir Al-Kasyaf (Az-Zamakhsyari)

 

Az-Zamakhsyari dalam Tafsir Al-Kasyaf menjelaskan bahwa Ramadan adalah bulan pengampunan dan kasih sayang Allah.

 

📖 Dalil Alquran:

“Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’” (QS. Yunus: 58)

 

🔍 Makna:

  • “Diundang ke jamuan Allah” bermakna diundang untuk mendapatkan rahmat-Nya yang lebih besar dari dunia dan isinya.
  • “Dimuliakan oleh Allah” artinya Allah membuka pintu keberkahan dan maghfirah bagi siapa saja yang kembali kepada-Nya dengan hati yang tulus.

 

💡 Kesimpulan dari Zamakhsyari: Ramadan adalah sumber kebahagiaan sejati, karena manusia diberikan kesempatan untuk mendapatkan kebersihan hati dan keutamaan Ilahi.

 

  1. Tafsir Ruh al-Ma’ani (Al-Alusi)

 

Al-Alusi dalam Tafsir Ruh al-Ma’ani menghubungkan hadis ini dengan konsep “taqarrub” (mendekatkan diri kepada Allah).

 

📖 Dalil Alquran:

“Maka sebutlah Allah sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu, dan sesungguhnya sebelum itu kamu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Baqarah: 198)

 

🔍 Makna:

  • Ramadan adalah kesempatan kembali kepada Allah setelah tersesat.
  • “Diundang ke jamuan Allah” bermakna bahwa Allah membuka kesempatan bagi manusia untuk menyadari keberadaan-Nya secara lebih mendalam.

 

💡 Catatan:

Menurut Al-Alusi, “karamah” (kemuliaan) yang diberikan Allah di bulan ini bukan hanya bersifat ruhani, tetapi juga mencakup dunia dan akhirat.

 

Kesimpulan dari Para Mufassir

 

Hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللَّهِ” memiliki banyak makna mendalam, di antaranya:

  1. Ramadan sebagai jamuan spiritual: Bukan hanya menahan lapar, tetapi juga momen mendapatkan cahaya makrifat dan hikmah Ilahi (Tafsir Al-Mizan).
  2. Ramadan sebagai madrasah ketakwaan: Sebagai latihan menyucikan jiwa dari dosa dan penyakit hati (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn).
  3. Ramadan sebagai ladang ilmu Ilahi: Allah memberikan hikmah dan pemahaman mendalam bagi mereka yang beribadah dengan ikhlas (Tafsir Al-Burhan).
  4. Ramadan sebagai sumber kebahagiaan sejati: Karena di dalamnya terdapat rahmat, ampunan, dan keberkahan yang lebih baik dari dunia dan isinya (Tafsir Al-Kasyaf).
  5. Ramadan sebagai pintu taqarrub: Menghilangkan jarak antara manusia dengan Tuhannya, memberikan kemuliaan bagi orang-orang yang bertakwa (Tafsir Ruh al-Ma’ani).

 

Kesimpulan Akhir

 

Bulan Ramadan bukan hanya bulan ibadah biasa, tetapi sebuah perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka yang memahami hakikatnya akan menyadari bahwa puasa adalah bentuk jamuan langsung dari Allah, di mana hamba diberi kesempatan untuk menjadi lebih dekat dengan-Nya dan mencapai kemuliaan hakiki.

 

Maka, mari kita memasuki Ramadan dengan hati yang penuh kesadaran, agar kita bisa menjadi tamu yang benar-benar diterima dalam jamuan Ilahi ini.

 

Dalam tafsir para mufassir Syiah, hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللَّهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللَّهِ” (Bulan di mana kalian diundang ke jamuan Allah, dan dijadikan sebagai orang-orang yang dimuliakan-Nya) memiliki makna yang mendalam, terutama terkait dengan konsep makrifat, penyucian diri, dan kedekatan dengan Allah. Berikut adalah beberapa tafsiran dari mufassir Syiah:

 

  1. Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)

 

Dalam Tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa “jamuan Allah” dalam Ramadan bukanlah sekadar makanan fisik, tetapi hidangan spiritual yang berupa ampunan, makrifat, dan kedekatan dengan-Nya.

 

📖 Dalil Alquran:

“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

 

🔍 Makna:

  • “Diundang ke jamuan Allah” bermakna bahwa manusia diberi kesempatan untuk mencapai tingkat ketakwaan tertinggi melalui puasa dan ibadah lainnya.
  • “Menjadi orang yang dimuliakan Allah” berarti bahwa mereka yang menjalankan puasa dengan kesadaran penuh akan mendapatkan pencerahan spiritual yang lebih dalam.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan adalah madrasah ruhani, di mana seseorang bisa mengembangkan kesadaran tentang Allah dan mencapai maqam insan kamil (kesempurnaan spiritual).

 

  1. Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Syekh Al-Huwaizi)

 

Syekh Abdul Ali Al-Huwaizi dalam Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn menafsirkan hadis ini berdasarkan riwayat Ahlul Bayt yang menghubungkan puasa dengan penyucian jiwa.

 

📖 Dalil dari Imam Ja’far Shadiq (as):

“Puasa adalah perisai dari api neraka, dan merupakan jalan menuju surga.”

 

🔍 Makna:

  • Ramadan adalah bulan penyucian jiwa. Allah mengundang hamba-Nya untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan mendekatkan diri kepada-Nya.
  • “Diundang ke jamuan Allah” bermakna bahwa Allah membuka pintu makrifat dan rahmat-Nya secara luas bagi orang yang berpuasa dengan ikhlas.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan adalah saat di mana manusia bisa membuang kotoran batin dan memperoleh kesempurnaan spiritual yang lebih tinggi.

 

  1. Tafsir Al-Burhan (Syekh Bahrani)

 

Dalam Tafsir Al-Burhan, Syekh Hashim Al-Bahrani menafsirkan hadis ini dengan mengaitkannya dengan konsep Wilayah (kepemimpinan spiritual Ahlul Bayt).

 

📖 Dalil dari Imam Ali (as):

“Siapa yang ingin menjadi bagian dari jamuan Allah, hendaklah ia mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan Ahlul Bayt-nya.”

 

🔍 Makna:

  • “Jamuan Allah” adalah kesempatan untuk mendapatkan kedekatan dengan Ahlul Bayt, karena mereka adalah perantara menuju makrifat Ilahi.
  • “Menjadi orang yang dimuliakan Allah” berarti seseorang akan mendapatkan cahaya ruhani dan ilmu dari Ahlul Bayt jika ia memahami hakikat Ramadan.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar, tetapi juga tentang menghidupkan hati dengan cahaya Ahlul Bayt dan menghubungkan diri dengan wilayah mereka.

 

  1. Tafsir As-Safi (Mulla Faidh Al-Kasyani)

 

Dalam Tafsir As-Safi, Mulla Faidh Al-Kasyani menjelaskan bahwa jamuan Allah adalah ilmu dan hikmah yang diberikan kepada hamba-Nya yang berpuasa dengan hati yang tulus.

 

📖 Dalil Alquran:

“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah akan mengajarkan kalian.” (QS. Al-Baqarah: 282)

 

🔍 Makna:

  • Ramadan adalah bulan pembelajaran batin. Mereka yang menjaga puasanya dengan hati yang bersih akan mendapatkan pemahaman mendalam tentang rahasia Ilahi.
  • “Menjadi orang yang dimuliakan Allah” berarti seseorang diberikan hikmah dan kebijaksanaan Ilahi yang tidak bisa didapatkan di luar Ramadan.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan adalah bulan pembukaan hijab spiritual, di mana Allah memberikan ilmu laduni (ilmu langsung dari-Nya) kepada hamba-Nya yang ikhlas.

 

  1. Tafsir Al-Amthal (Ayatullah Nasir Makarim Shirazi)

 

Ayatullah Nasir Makarim Shirazi dalam Tafsir Al-Amthal menafsirkan hadis ini dengan menghubungkannya dengan konsep kesadaran diri (muhasabah).

 

📖 Dalil dari Imam Ali Zainal Abidin (as):

“Puasa bukan hanya menahan lapar, tetapi juga menahan diri dari segala sesuatu yang membuatmu jauh dari Allah.”

 

🔍 Makna:

  • Ramadan adalah bulan introspeksi diri. Allah mengundang manusia untuk melihat kembali perjalanan hidupnya dan kembali ke jalan yang benar.
  • “Diundang ke jamuan Allah” berarti bahwa Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk kembali kepada-Nya dengan penuh kesadaran.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan adalah bulan untuk menghidupkan kembali hati dan kesadaran akan tujuan hidup, yaitu menuju Allah.

 

Kesimpulan dari Para Mufassir Syiah

 

Hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللَّهِ” memiliki makna yang mendalam, di antaranya:

  1. Ramadan sebagai madrasah ruhani: Latihan untuk menyucikan jiwa dan meningkatkan makrifat (Tafsir Al-Mizan).
  2. Ramadan sebagai jalan menuju Ahlul Bayt: Mendekatkan diri kepada wilayah mereka sebagai jalan menuju Allah (Tafsir Al-Burhan).
  3. Ramadan sebagai pembukaan hijab spiritual: Allah memberikan hikmah dan ilmu kepada mereka yang berpuasa dengan hati yang bersih (Tafsir As-Safi).
  4. Ramadan sebagai bulan introspeksi: Momen untuk kembali kepada Allah dengan kesadaran penuh (Tafsir Al-Amthal).
  5. Ramadan sebagai ladang rahmat dan pengampunan: Allah menghapus dosa-dosa hamba-Nya dan mengangkat derajat mereka (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn).

 

Kesimpulan Akhir

 

Para mufassir Syiah menekankan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi sebuah perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka yang memahami hakikat Ramadan akan menyadari bahwa puasa adalah jamuan langsung dari Allah, di mana manusia diberi kesempatan untuk mendapatkan ilmu, makrifat, dan pengampunan Ilahi.

 

Maka, mari kita manfaatkan Ramadan dengan hati yang bersih dan niat yang tulus agar kita benar-benar menjadi tamu yang diterima di jamuan Ilahi ini.

 

Berikut adalah tambahan 5 penafsiran tentang hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللَّهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللَّهِ” menurut mufassir Syiah:

 

  1. Tafsir Al-Kabir (Fakhr al-Razi)

 

Dalam Tafsir Al-Kabir, Fakhr al-Razi menjelaskan bahwa “diundang ke jamuan Allah” menunjukkan undangan spiritual untuk berhubungan langsung dengan Tuhan, di mana setiap amal kebaikan yang dilakukan selama Ramadan dipandang sebagai bentuk penghormatan dan kedekatan kepada Allah.

 

📖 Dalil dari Al-Qur’an:

“Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.” (QS. Al-Baqarah: 186)

 

🔍 Makna:

  • “Jamuan Allah” adalah undangan untuk berinteraksi langsung dengan rahmat dan kehadiran-Nya.
  • Ramadan adalah kesempatan untuk memperbarui hubungan dengan Allah, melalui ibadah, doa, dan puasa yang penuh dengan penghayatan.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan adalah waktu di mana Allah mendekatkan diri kepada hamba-Nya yang ingin mencari rahmat-Nya melalui amal saleh dan pengorbanan.

 

  1. Tafsir Tahrir wa Tanzil (Al-Tustari)

 

Al-Tustari dalam Tafsir Tahrir wa Tanzil berpendapat bahwa bulan Ramadan adalah bulan penyucian hati dan setiap orang yang berpuasa adalah tamunya Allah. Dengan kata lain, mereka yang berpuasa secara rohani adalah orang-orang yang disucikan dari segala bentuk kekotoran spiritual.

 

📖 Dalil dari Hadis Ahlul Bayt (as):

“Sesungguhnya puasa adalah pelindung dari dosa dan kesalahan.”

 

🔍 Makna:

  • “Diundang ke jamuan Allah” mengarah pada kenyataan bahwa puasa adalah sarana bagi Allah untuk membersihkan jiwa dari dosa.
  • “Dijadikan bagian dari orang-orang yang dimuliakan Allah” berarti bahwa Allah memberikan rahmat dan perlindungan kepada mereka yang menjalani puasa dengan kesungguhan hati.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan adalah bulan pembersihan hati dan jiwa, di mana umat Islam dipersiapkan untuk mencapai kedekatan dengan Allah melalui ibadah yang ikhlas.

 

  1. Tafsir Al-Jawad (Imam Ali al-Jawad)

 

Imam Ali al-Jawad dalam penafsirannya melihat hadis ini sebagai tanda bahwa Ramadan adalah bulan untuk mendapatkan kemuliaan spiritual dan perlindungan Ilahi. Ramadan adalah waktu untuk meningkatkan kedekatan dengan Allah dan mendapatkan keutamaan di sisi-Nya.

 

📖 Dalil dari Al-Qur’an:

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga dan kenikmatan.” (QS. Al-Qamar: 54)

 

🔍 Makna:

  • “Diundang ke jamuan Allah” menandakan bahwa setiap amal kebaikan selama Ramadan mengarah pada peningkatan spiritual yang mendalam.
  • “Dimuliakan oleh Allah” adalah tanda bahwa mereka yang berpuasa mendapat kemuliaan yang tinggi dalam pandangan Allah, yang membawa mereka lebih dekat dengan surga-Nya.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan adalah waktu untuk meraih kemuliaan yang hakiki dan berlabuh di pelukan rahmat dan ampunan Allah.

 

  1. Tafsir Majma’ al-Bayan (Al-Tabarsi)

 

Dalam Tafsir Majma’ al-Bayan, Al-Tabarsi menekankan bahwa puasa di bulan Ramadan memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk mengundang rahmat Allah dan mendapatkan kedudukan terhormat sebagai hamba-hamba yang dimuliakan-Nya.

 

📖 Dalil dari Hadis Rasulullah (saw):

“Siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan amal baik selama bulan Ramadan, maka ia akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.”

 

🔍 Makna:

  • “Diundang ke jamuan Allah” berarti bahwa Allah memberikan kesempatan besar bagi setiap hamba untuk mendapatkan keutamaan dan kedekatan dengan-Nya melalui ibadah yang ikhlas.
  • “Dimuliakan oleh Allah” berarti bahwa mereka yang memanfaatkan bulan ini dengan beribadah secara sungguh-sungguh akan mendapatkan kemuliaan yang luar biasa baik di dunia maupun di akhirat.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan adalah bulan rahmat yang penuh berkah, dan setiap amal yang dilakukan dengan ikhlas akan mendekatkan seseorang kepada Allah.

 

  1. Tafsir Fada’il al-A’mal (Syekh Abbas Qummi)

 

Syekh Abbas Qummi dalam Tafsir Fada’il al-A’mal mengartikan hadis ini sebagai petunjuk bahwa Ramadan adalah kesempatan untuk menjadi tamu Allah, di mana Allah memberikan rahmat-Nya yang luas dan membuka pintu pengampunan bagi umat manusia.

 

📖 Dalil dari Hadis Ahlul Bayt (as):

“Sesungguhnya Allah membuka pintu-pintu surga pada bulan Ramadan, dan tidak ada yang menutupnya hingga bulan itu selesai.”

 

🔍 Makna:

  • “Diundang ke jamuan Allah” menandakan bahwa bulan Ramadan adalah bulan di mana Allah mengundang umat-Nya untuk merasakan nikmat dan rahmat-Nya.
  • “Dimuliakan oleh Allah” berarti Allah memberikan perlindungan dan pengampunan kepada orang-orang yang berpuasa dengan niat yang tulus.

 

💡 Kesimpulan: Ramadan adalah bulan keberkahan, pengampunan, dan rahmat Ilahi, di mana setiap amal kebaikan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah dan dimuliakan oleh-Nya.

 

Kesimpulan Umum dari Para Mufassir Syiah

 

Berdasarkan penafsiran dari para mufassir Syiah, hadis ini menjelaskan bahwa Ramadan adalah bulan penuh rahmat, pengampunan, dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka yang berpuasa dengan hati yang ikhlas dan niat yang benar, akan merasakan kedekatan yang luar biasa dengan Allah dan mendapatkan kemuliaan dan pengampunan-Nya. Selain itu, Ramadan adalah kesempatan untuk menyucikan jiwa, meningkatkan makrifat dan spiritualitas, serta meraih kedudukan yang mulia di sisi Allah.

 

Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk memanfaatkan bulan Ramadan dengan penuh kesungguhan hati, beribadah dengan ikhlas, dan mengikuti ajaran Ahlul Bayt untuk meraih rahmat-Nya yang tak terhingga.

 

Dalam perspektif ahli makrifat dan hakikat, hadis “شَهْرٌ دُعِيْتُمْ فِيْهِ إِلَى ضِيَافَةِ اللهِ، وَجُعِلْتُمْ فِيْهِ مِنْ أَهْلِ كَرَامَةِ اللهِ” (Bulan yang kalian diundang di dalamnya ke jamuan Allah, dan kalian dijadikan sebagai orang-orang yang dimuliakan oleh Allah) memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar ibadah lahiriah. Mereka melihat Ramadan sebagai perjalanan ruhani menuju hakikat Ilahi, di mana puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi sebuah perjalanan spiritual menuju Tuhan.

 

10 Makna Hadis Ini Menurut Ahli Makrifat dan Hakikat

 

  1. Ramadan adalah Perjalanan Kembali ke Allah (سير إلى الله)

 

Ahli hakikat memandang bahwa “jamuan Allah” bukan hanya soal makanan berbuka, tetapi undangan menuju kehadiran Ilahi.

➡️ Syekh Ibn Arabi mengatakan:

“Puasa sejati adalah ketika ruh meninggalkan dunia materi dan masuk ke dalam hadirat Ilahi.”

 

✅ Makna: Ramadan adalah waktu kembalinya ruh kepada fitrahnya, meninggalkan keterikatan dunia dan kembali kepada cahaya ketuhanan.

 

  1. Puasa Adalah Penghapusan Hijab Antara Hamba dan Tuhan

 

Ahli makrifat percaya bahwa dunia ini penuh dengan hijab (penghalang) yang menutupi mata batin manusia dari melihat Hakikat Allah.

➡️ Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata:

“Ketika engkau menahan diri dari makan dan minum, engkau menutup jalan bagi syahwat, dan ketika syahwat sirna, mata hatimu akan melihat Allah.”

 

✅ Makna: Puasa bukan sekadar meninggalkan makanan, tetapi menjauhkan diri dari segala sesuatu yang membuat hati lalai dari Allah.

 

  1. Makna Hakiki dari “Dijadikan sebagai Orang yang Dimuliakan oleh Allah”

 

Menurut ahli hakikat, kemuliaan sejati bukanlah kedudukan di dunia, tetapi pengenalan kepada Allah (ma’rifatullah).

➡️ Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:

“Karamah (kemuliaan) bagi seorang mukmin adalah ketika Allah menyingkap tabir makrifat-Nya kepadanya.”

 

✅ Makna: Orang yang mencapai derajat makrifat di bulan Ramadan akan merasakan kedekatan sejati dengan Allah, yang merupakan kemuliaan hakiki.

 

  1. Menjadi “Tamu Allah” Berarti Masuk ke Dalam Kehadiran-Nya

 

Ahli hakikat memandang bahwa “diundang ke jamuan Allah” berarti diberi kesempatan untuk merasakan kehadiran Allah secara langsung dalam hati dan ruh.

➡️ Sayyid Haidar Amuli berkata:

“Di malam-malam Ramadan, pintu-pintu surga dibuka karena hati manusia lebih mudah menerima cahaya Ilahi.”

 

✅ Makna: Jika seseorang sungguh-sungguh membersihkan dirinya di bulan ini, Allah akan menampakkan cahaya-Nya di dalam hatinya.

  1. Hakikat Puasa Adalah Meninggalkan Segala Sesuatu Selain Allah

*Penulis adalah Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment