Makna ; مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ ‎أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ: Menganjurkan Shodaqoh, Makruf dan Ishlah (Perdamaian)

Supa Athana - Entertainment
30 January 2025 08:10
Sedekah tidak hanya berupa harta, tetapi juga bisa berupa ilmu, tenaga, atau senyuman.
Penulis: Muhammad Taufik Ali Yahya
             Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran

Ayat dari Surah An-Nisa’ ayat 114, yang secara lengkap berbunyi:
 
‎لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
 
“Tidak ada kebaikan dalam banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali (pembicaraan) orang yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka Kami akan memberinya pahala yang besar.”
 
Berikut makna yang dapat diambil dari potongan ayat :
 
‎مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ
 
1.Pentingnya Sedekah
•Sedekah tidak hanya berupa harta, tetapi juga bisa berupa ilmu, tenaga, atau senyuman.
2.Anjuran Amar Ma’ruf
•Menganjurkan perbuatan baik (ma’ruf) termasuk tugas seorang Muslim, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
3.Perdamaian dalam Masyarakat
•Menyelesaikan perselisihan di antara manusia adalah amalan besar yang dicintai Allah.
4.Keutamaan Memberi Nasihat Baik
•Mengajak orang lain kepada kebaikan memiliki pahala yang besar.
5.Lisan Sebagai Sarana Kebaikan
•Perkataan manusia bisa menjadi sumber pahala jika digunakan untuk memerintahkan sedekah, kebajikan, atau mendamaikan orang.
6.Nilai Sosial dalam Islam
•Islam sangat menekankan hubungan sosial yang harmonis, baik dalam membantu sesama maupun dalam mendamaikan konflik.
7.Kebiasaan Berbagi
•Mengajarkan orang lain untuk bersedekah dapat melahirkan kebiasaan berbagi dalam masyarakat.
8.Kedamaian Sebagai Prioritas
•Perdamaian lebih diutamakan daripada membiarkan konflik terus berlanjut.
9.Pahala dalam Keikhlasan
•Segala perbuatan baik harus dilakukan dengan niat karena Allah, bukan untuk kepentingan pribadi.
10.Menjadi Teladan
•Seorang Muslim harus menjadi contoh dalam kebaikan, baik dalam bersedekah, berbuat baik, maupun mendamaikan orang lain.
 
Makna-makna ini menunjukkan bahwa ayat ini mendorong manusia untuk aktif dalam menebarkan kebaikan di berbagai aspek kehidupan.
 
Dalam Al-Qur’an, makna dari مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ dapat dipahami melalui ayat-ayat lain yang memiliki konsep serupa. 
 
Berikut makna menurut Al-Qur’an, berdasarkan ayat-ayat yang relevan:
 
1. Perintah Bersedekah
(Al-Baqarah 2:267)
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik…”
➡️ Makna: Allah memerintahkan agar manusia bersedekah dari rezeki yang baik dan halal.
 
2. Keutamaan Amar Ma’ruf
(Ali ‘Imran 3:104)
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
➡️ Makna: Menyuruh kepada kebaikan adalah tugas utama umat Islam dan menjadi jalan menuju keberuntungan.
 
3. Kewajiban Mencegah Keburukan
(Al-Ma’idah 5:2)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
➡️ Makna: Mengajak kepada sedekah dan kebaikan adalah bentuk kerja sama dalam kebajikan.
 
4. Kedudukan Orang yang Berdamai
(Al-Hujurat 49:9-10)
“Jika dua kelompok orang beriman berperang, maka damaikanlah antara keduanya… Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu.”
➡️ Makna: Mendamaikan perselisihan adalah bentuk menjaga persaudaraan dalam Islam.
 
5. Pahala bagi Orang yang Berdakwah kepada Kebaikan
(Fussilat 41:33)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri’?”
➡️ Makna: Orang yang menyeru kepada kebaikan memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah.
 
6. Sedekah Tidak Terbatas pada Harta
(Al-Baqarah 2:177)
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah… dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin…”
➡️ Makna: Sedekah bisa berupa bantuan kepada orang yang membutuhkan, bukan hanya harta.
 
7. Keikhlasan dalam Berbuat Baik
(Al-Insan 76:9)
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak (pula) ucapan terima kasih darimu.”
➡️ Makna: Setiap perbuatan baik harus dilakukan dengan niat karena Allah.
 
8. Ganjaran bagi Orang yang Mendamaikan
(An-Nisa’ 4:114)
“Barang siapa yang melakukannya untuk mencari keridaan Allah, maka Kami akan memberinya pahala yang besar.”
➡️ Makna: Mendorong sedekah, kebajikan, dan perdamaian mendapatkan balasan yang besar dari Allah.
 
9. Keselamatan dari Kesulitan melalui Sedekah dan Kebaikan
(At-Talaq 65:2-3)
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”
➡️ Makna: Sedekah dan amal kebaikan bisa menjadi sebab datangnya rezeki dan solusi dalam hidup.
 
10. Mencegah Fitnah dan Kerusakan
(Al-Baqarah 2:205)
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berusaha di muka bumi untuk membuat kerusakan padanya dan membinasakan tanam-tanaman serta ternak, dan Allah tidak menyukai kerusakan.”
➡️ Makna: Mendamaikan orang lain adalah cara untuk mencegah fitnah dan kehancuran dalam masyarakat.
 
Kesimpulan
Ayat An-Nisa’ 4:114 menunjukkan bahwa mengajak orang lain untuk bersedekah, melakukan kebaikan, dan mendamaikan perselisihan adalah tiga bentuk perbuatan yang paling utama dalam Islam. Semua ini memiliki dasar kuat dalam Al-Qur’an dan dijanjikan pahala besar bagi orang yang melakukannya dengan ikhlas.
 
Dalam hadits, banyak riwayat yang menjelaskan makna dari مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ (An-Nisa’ 4:114), yaitu tentang anjuran bersedekah, berbuat kebajikan, dan mendamaikan manusia. 
 
Berikut makna berdasarkan hadits:
 
1. Sedekah Melindungi dari Kesulitan
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sedekah itu dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.”
(HR. Tirmidzi, no. 614)
➡️ Makna: Bersedekah membersihkan dosa dan menyelamatkan dari azab.
 
2. Setiap Kebaikan adalah Sedekah
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kebaikan adalah sedekah.”
(HR. Bukhari, no. 6021; Muslim, no. 1005)
➡️ Makna: Sedekah tidak hanya berupa harta, tetapi semua bentuk perbuatan baik.
 
3. Menjadi Perantara Kebaikan Mendapat Pahala Sama
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapat pahala seperti orang yang melakukannya.”
(HR. Muslim, no. 1893)
➡️ Makna: Menganjurkan sedekah atau kebaikan mendapat pahala seperti pelakunya.
 
4. Mengucapkan Kata Baik adalah Sedekah
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ucapan yang baik adalah sedekah.”
(HR. Bukhari, no. 2989; Muslim, no. 1009)
➡️ Makna: Berbicara dengan baik, menasihati, dan mendamaikan orang lain adalah bentuk sedekah.
 
5. Orang yang Mendamaikan Akan Dapat Pertolongan Allah
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menolong saudaranya, maka Allah akan menolongnya.”
(HR. Muslim, no. 2699)
➡️ Makna: Mendamaikan perselisihan adalah bentuk pertolongan yang akan dibalas oleh Allah dengan pertolongan.
 
6. Bersedekah Tidak Akan Mengurangi Harta
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.”
(HR. Muslim, no. 2588)
➡️ Makna: Bersedekah justru akan mendatangkan keberkahan dan rezeki lebih banyak.
 
7. Pahala Besar untuk Orang yang Berdamai
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Maukah aku tunjukkan sesuatu yang lebih utama daripada puasa, shalat, dan sedekah?” Para sahabat menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Mendamaikan pertikaian, karena kerusakan hubungan itu adalah penghancur agama.’”(HR. Abu Dawud, no. 4919; Tirmidzi, no. 2509)
➡️ Makna: Mendamaikan orang lebih utama daripada ibadah sunnah lainnya karena mencegah kehancuran dalam umat.
 
8. Orang yang Paling Dicintai Allah adalah yang Paling Bermanfaat
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Thabrani, no. 8611)
➡️ Makna: Menganjurkan sedekah, membantu sesama, dan mendamaikan orang lain adalah tanda manusia terbaik di sisi Allah.
 
9. Orang yang Mempermudah Urusan Orang Lain Akan Dipermudah di Akhirat
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa mempermudah urusan orang lain, maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim, no. 2699)
➡️ Makna: Membantu orang dalam kesulitan, baik dengan sedekah atau menengahi konflik, akan dibalas oleh Allah.
 
10. Allah Menolong Orang yang Menolong Saudaranya
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”
(HR. Muslim, no. 2699)
➡️ Makna: Menyebarkan kebaikan dan perdamaian menjadikan seseorang selalu dalam lindungan Allah.
 
Kesimpulan
Hadits-hadits di atas menegaskan bahwa ajakan untuk bersedekah, berbuat kebaikan, dan mendamaikan manusia adalah perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Mereka yang melakukannya akan mendapatkan pahala besar, pertolongan Allah, keberkahan dalam hidup, dan kemudahan di akhirat.
 
Dalam hadis-hadis Ahlul Bayt (as), banyak riwayat yang menjelaskan makna dari ayat مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ (An-Nisa’ 4:114), yaitu tentang anjuran bersedekah, berbuat kebajikan, dan mendamaikan manusia. 
 
Berikut makna berdasarkan hadis Ahlul Bayt (as):
 
1. Sedekah Dapat Mencegah Bencana
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:”Sedekah yang diberikan secara sembunyi-sembunyi memadamkan murka Allah, dan sedekah yang diberikan secara terang-terangan mencegah kematian yang buruk.”
(Bihar al-Anwar, jil. 93, hal. 129)
➡️ Makna: Sedekah memiliki kekuatan spiritual untuk melindungi seseorang dari musibah dan kematian yang buruk.
 
2. Sedekah Memperpanjang Umur
Imam Ali (as) berkata:
“Banyaklah bersedekah, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepadamu, dan bersilaturahmilah, niscaya Allah akan memperpanjang umurmu.”
(Ghurar al-Hikam, no. 10209)
➡️ Makna: Sedekah bukan hanya berdampak sosial, tetapi juga mendatangkan berkah dalam umur dan rezeki.
 
3. Perintah Berbuat Kebaikan adalah Tugas Orang Beriman
Imam Al-Baqir (as) berkata:
“Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah jalan para nabi dan metode orang-orang saleh. Dengan keduanya, kewajiban ditegakkan, jalan-jalan aman, rezeki menjadi halal, kezaliman dihentikan, dan bumi menjadi makmur.”
(Al-Kafi, jil. 5, hal. 56)
➡️ Makna: Mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran adalah kunci kemakmuran dan keadilan dalam masyarakat.
 
4. Bersikap Baik kepada Sesama adalah Kunci Surga
Imam Ali (as) berkata:
“Tidak ada ibadah yang lebih utama daripada berbuat baik kepada sesama manusia.”
(Ghurar al-Hikam, no. 10200)
➡️ Makna: Berbuat baik kepada orang lain adalah bentuk ibadah yang tinggi nilainya di sisi Allah.
 
5. Mendamaikan Manusia Lebih Utama dari Salat dan Puasa Sunnah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
“Mendamaikan dua orang yang berselisih lebih utama daripada salat dan puasa sunnah.”
(Al-Kafi, jil. 2, hal. 209)
➡️ Makna: Mengakhiri pertikaian memiliki pahala yang lebih besar dibandingkan ibadah pribadi yang bersifat sunnah.
 
6. Orang yang Mengajak kepada Kebaikan akan Diberi Pahala yang Sama
Imam Ali (as) berkata:
“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pelakunya.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 137)
➡️ Makna: Menganjurkan orang lain untuk bersedekah, berbuat baik, dan mendamaikan pertikaian mendatangkan pahala yang sama seperti pelakunya.
 
7. Berbicara dengan Baik adalah Sedekah
Imam Ali (as) berkata:
“Ucapan yang baik adalah sedekah, tetapi diam dari kebatilan lebih utama.”
(Ghurar al-Hikam, no. 6612)
➡️ Makna: Mengajak orang kepada kebaikan adalah sedekah dalam bentuk perkataan, tetapi menghindari keburukan juga sangat penting.
 
8. Orang yang Mendamaikan Orang Lain akan Dicintai Allah
Rasulullah ﷺ berkata kepada Imam Ali (as):”Wahai Ali, ada tiga hal yang siapa pun yang melakukannya akan dicintai oleh Allah: berlaku adil dalam keadaan senang atau marah, memberi salam kepada semua orang, dan mendamaikan dua orang yang berselisih.”
(Al-Khisal, Syaikh Shaduq, hal. 121)
➡️ Makna: Mendamaikan manusia adalah sifat yang sangat dicintai Allah dan menjadi tanda keimanan sejati.
 
9. Sedekah di Saat Sempit Lebih Besar Pahalanya
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:”Sedekah di saat lapang adalah kebaikan, tetapi sedekah di saat sempit adalah lebih besar pahalanya.”
(Bihar al-Anwar, jil. 96, hal. 129)
➡️ Makna: Sedekah yang diberikan dalam keadaan sulit memiliki nilai yang jauh lebih tinggi di sisi Allah.
 
10. Keutamaan Tolong-Menolong dalam Kebaikan
Imam Ali (as) berkata:
“Tolong-menolonglah dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 47)
➡️ Makna: Ahlul Bayt mengajarkan bahwa menolong orang lain dalam kebaikan adalah bagian dari tugas moral seorang Muslim.
 
Kesimpulan
Hadis-hadis dari Ahlul Bayt (as) sangat menekankan pentingnya bersedekah, mengajak kepada kebajikan, dan mendamaikan manusia. Tiga perbuatan ini bukan hanya amal sosial, tetapi juga memiliki keutamaan spiritual yang besar, seperti menghindarkan bencana, menambah rezeki, memperpanjang umur, dan menjadi sebab kecintaan Allah.
 
Dari ajaran mereka, jelas bahwa ayat An-Nisa’ 4:114 bukan hanya perintah biasa, tetapi sebuah prinsip hidup yang harus diterapkan oleh setiap Muslim dalam kehidupan sehari-hari.
 
Dalam tafsir para mufasir, ayat مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ (An-Nisa’ 4:114) memiliki makna yang luas, mencakup anjuran untuk bersedekah, berbuat kebajikan, dan mendamaikan manusia. 
 
Berikut adalah penjelasan dari beberapa mufasir terkenal:
 
1. Tafsir Al-Thabari (Wafat 310 H) – Tafsir Ath-Thabari
Al-Thabari menjelaskan bahwa ayat ini turun sebagai peringatan terhadap perbuatan sia-sia dalam percakapan, kecuali jika pembicaraan itu mengarah pada tiga hal:
1.Menyuruh sedekah → Mengajak orang lain untuk membantu sesama.
2.Menyuruh kebaikan (ma’ruf) → Semua bentuk kebajikan, seperti membantu orang yang kesulitan atau memberi nasihat baik.
3.Mendamaikan manusia → Menghentikan perselisihan dan konflik.
 
➡ Makna: Ayat ini menunjukkan bahwa percakapan yang tidak bermanfaat sebaiknya dihindari, kecuali jika mengandung unsur sedekah, kebaikan, atau mendamaikan manusia.
 
2. Tafsir Al-Qurtubi (Wafat 671 H) – Tafsir Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an
Al-Qurtubi menjelaskan bahwa kata “ma’ruf” dalam ayat ini memiliki cakupan luas, mencakup segala bentuk kebaikan, seperti:
•Menyambung silaturahmi
•Membantu fakir miskin
•Menasehati dengan bijak
 
Ia juga menekankan bahwa mendamaikan orang yang berselisih lebih utama daripada banyak ibadah sunnah, berdasarkan hadis Rasulullah ﷺ yang menyatakan bahwa konflik bisa menghancurkan agama seseorang.
➡ Makna: Ayat ini adalah pedoman moral untuk umat Islam, menekankan kepedulian sosial dan usaha untuk menjaga persatuan umat.
 
3. Tafsir Al-Razi (Wafat 606 H) – Tafsir Al-Kabir
Fakhruddin Al-Razi membahas ayat ini dalam konteks niat dalam beramal. Menurutnya, ayat ini mengajarkan bahwa:
•Sedekah harus dilakukan dengan ikhlas, bukan untuk pamer.
•Menyuruh kepada kebaikan tidak boleh bermotif politik atau kepentingan pribadi.
•Mendamaikan manusia harus diniatkan untuk mencari ridha Allah, bukan untuk kepentingan duniawi.
➡ Makna: Amal yang benar bukan hanya dari perbuatan, tetapi juga dari niat yang lurus.
 
4. Tafsir Ibnu Katsir (Wafat 774 H) – Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azim
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan merujuk pada hadis Nabi ﷺ:
“Berdamailah di antara manusia, karena memperbaiki hubungan lebih utama daripada puasa dan salat sunnah.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
 
Ia juga menambahkan bahwa ayat ini adalah pengecualian dari larangan berbicara sia-sia, menunjukkan bahwa berbicara untuk tujuan kebaikan memiliki pahala besar.
➡ Makna: Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan sosial dan menghindari konflik.
 
5. Tafsir Al-Mizan (Muhammad Husain Ath-Thabathabai, Wafat 1981 M)
Dalam tafsir Al-Mizan, Allamah Ath-Thabathabai menafsirkan bahwa:
•Sedekah dalam ayat ini mencakup harta dan non-harta (seperti ilmu, tenaga, dan waktu).
•Ma’ruf mencakup seluruh akhlak baik, termasuk sopan santun dan kebaikan dalam berinteraksi.
•Mendamaikan manusia adalah bentuk tertinggi dari kebaikan sosial, karena konflik adalah sumber kerusakan dalam masyarakat.
➡ Makna: Ayat ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sangat peduli terhadap kesejahteraan sosial dan moral.
 
6. Tafsir Al-Amthal (Ayatullah Nasir Makarim Shirazi, Wafat 2023 M)
Ayatullah Makarim Shirazi dalam Tafsir Al-Amthal menyoroti aspek sosial dari ayat ini:
•Sedekah adalah cara membersihkan harta dan hati dari sifat kikir.
•Ma’ruf adalah segala tindakan yang mendukung keadilan sosial.
•Mendamaikan manusia memiliki pahala lebih besar daripada ibadah individual.
 
Ia juga menafsirkan bahwa ayat ini menunjukkan tiga bentuk interaksi sosial yang membawa keberkahan dalam masyarakat.
➡ Makna: Islam mendorong umatnya untuk aktif dalam amal sosial, bukan hanya fokus pada ibadah pribadi.
 
Kesimpulan
Para mufasir sepakat bahwa ayat An-Nisa’ 4:114 adalah panduan etika sosial dalam Islam, yang menekankan:
1.Mengajak kepada sedekah dan kepedulian sosial.
2.Menyebarkan segala bentuk kebaikan dalam masyarakat.
3.Mengutamakan perdamaian dan menghindari konflik.
 
Dengan kata lain, ayat ini adalah dasar bagi etika berbicara dan bertindak dalam kehidupan sosial umat Islam.
 
Para mufasir Syiah memberikan tafsir yang mendalam tentang ayat مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ (An-Nisa’ 4:114), yang menekankan pentingnya sedekah, amar ma’ruf, dan mendamaikan manusia sebagai bagian dari ajaran Islam yang menyejahterakan masyarakat. 
 
Berikut adalah beberapa tafsir dari mufasir Syiah:
 
1. Tafsir Al-Mizan – Allamah Muhammad Husain Ath-Thabathabai
Dalam tafsir Al-Mizan, Allamah Ath-Thabathabai menekankan bahwa ayat ini mengajarkan tiga elemen penting dalam interaksi sosial:
1.Sedekah (الصدقة)
•Tidak hanya mencakup harta, tetapi juga ilmu, tenaga, dan kebaikan lain.
•Sedekah bisa menjadi cara untuk menyeimbangkan ekonomi dalam masyarakat.
2.Ma’ruf (المعروف)
•Semua bentuk perbuatan baik yang berdampak positif bagi individu dan masyarakat.
•Termasuk menegakkan keadilan, membantu yang membutuhkan, dan menjaga akhlak mulia.
3.Mendamaikan manusia (إصلاح بين الناس)
•Salah satu cara menghindari konflik dan perpecahan di masyarakat.
•Konflik sering kali disebabkan oleh kesalahpahaman, ego, atau kepentingan duniawi, dan Islam menganjurkan perdamaian sebagai solusinya.
➡ Makna: Ayat ini mengajarkan bahwa hubungan sosial harus didasarkan pada kesejahteraan, moralitas, dan persatuan.
 
2. Tafsir Al-Amthal – Ayatullah Nasir Makarim Shirazi
Ayatullah Makarim Shirazi dalam Tafsir Al-Amthal memberikan beberapa poin penting:
•Ayat ini datang sebagai pengecualian dari larangan pembicaraan sia-sia.
•Allah mengkritik perkataan yang sia-sia dan penuh dosa, kecuali jika berbicara untuk mendorong sedekah, kebajikan, atau perdamaian.
•Tiga hal yang disebutkan dalam ayat ini adalah pilar masyarakat yang sehat:
•Sedekah → Menjaga keseimbangan ekonomi dan menghilangkan kecemburuan sosial.
•Ma’ruf → Menjadi dasar bagi masyarakat yang saling membantu dan bekerja sama dalam kebaikan.
•Perdamaian → Menghindari perselisihan yang bisa menghancurkan tatanan sosial.
➡ Makna: Islam mengajarkan bahwa pembicaraan dan tindakan harus produktif dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
 
3. Tafsir Noor – Ayatullah Mohsen Qara’ati
Dalam Tafsir Noor, Ayatullah Mohsen Qara’ati menyoroti aspek praktis dari ayat ini:
•Sedekah yang dianjurkan tidak hanya dalam bentuk harta, tetapi juga memberikan waktu, tenaga, dan ilmu untuk membantu orang lain.
•Mendamaikan manusia adalah tugas yang sangat dianjurkan dalam Islam karena konflik dapat menghancurkan hubungan keluarga, persaudaraan, dan masyarakat secara luas.
•Ma’ruf dalam ayat ini mencakup segala hal yang diakui baik oleh agama dan akal sehat, seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang.
➡ Makna: Ayat ini adalah pedoman untuk membangun masyarakat yang harmonis dan penuh dengan semangat kebersamaan.
 
4. Tafsir As-Safi – Mullah Muhsin Al-Faidh Al-Kashani
Mullah Al-Kashani dalam Tafsir As-Safi menambahkan dimensi spiritual dari ayat ini:
•Ayat ini menegaskan bahwa Islam bukan hanya agama yang bersifat individual, tetapi juga sosial.
•Sedekah dan amar ma’ruf adalah bentuk perwujudan cinta kepada sesama manusia.
•Mendamaikan manusia adalah bentuk ibadah yang sangat dicintai Allah, karena mencegah perpecahan dan permusuhan.
➡ Makna: Kebaikan yang disebutkan dalam ayat ini bukan hanya membawa manfaat duniawi, tetapi juga mendekatkan seseorang kepada Allah.
 
5. Tafsir Al-Burhan – Sayyid Hashim Al-Bahrani
Dalam Tafsir Al-Burhan, Sayyid Hashim Al-Bahrani menyebutkan beberapa riwayat dari Ahlul Bayt (as) yang menjelaskan ayat ini:
•Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:”Mendamaikan dua orang yang berselisih lebih utama daripada ibadah puasa dan salat sunnah.” (Al-Kafi, jil. 2, hal. 209)
➡ Makna: Mendamaikan perselisihan memiliki pahala yang sangat besar dalam Islam.
•Imam Ali (as) berkata:
“Sedekah di saat sempit lebih besar pahalanya daripada sedekah di saat lapang.” (Bihar al-Anwar, jil. 96, hal. 129)
➡ Makna: Sedekah tidak diukur dari jumlahnya, tetapi dari keikhlasan dan keadaan orang yang bersedekah.
 
➡ Makna umum: Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk selalu berbuat baik dalam setiap aspek kehidupan, baik secara sosial maupun spiritual.
 
Kesimpulan dari Tafsir Syiah
Para mufasir Syiah menafsirkan ayat An-Nisa’ 4:114 sebagai pedoman dalam kehidupan sosial yang mencakup:
1.Sedekah → Tidak hanya dalam bentuk harta, tetapi juga ilmu, tenaga, dan waktu.
2.Amar ma’ruf → Semua tindakan yang membawa kebaikan, termasuk kejujuran, kasih sayang, dan keadilan.
3.Mendamaikan manusia → Perbuatan yang lebih utama daripada ibadah sunnah, karena menjaga persatuan umat.
 
➡ Inti pesan ayat ini adalah bahwa Islam menganjurkan umatnya untuk aktif dalam amal sosial, bukan hanya fokus pada ibadah individu.
 
Dalam perspektif ahli makrifat dan hakikat, ayat مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ (An-Nisa’ 4:114) tidak hanya dipahami secara lahiriah, tetapi juga mengandung makna batin yang mendalam. 
 
Berikut adalah beberapa tafsir dari sudut pandang tasawuf, irfan, dan hakikat spiritual:
 
1. Makna Sedekah dalam Hakikat: Pemberian Ruhani
Ahli makrifat menafsirkan “sedekah” tidak hanya sebagai pemberian materi, tetapi juga sebagai pemberian ruhani.
•Sedekah adalah pemberian ilmu dan cahaya makrifat kepada mereka yang belum mengetahui hakikat.
•Sedekah juga berarti memberikan energi spiritual dan doa kepada orang-orang yang membutuhkan hidayah.
•Orang yang memiliki hati yang bersih adalah dermawan sejati, karena ia memberikan “cahaya” kepada orang lain.
➡ Makna: Sedekah bukan hanya harta, tetapi juga pemberian ilmu, cinta, doa, dan bimbingan spiritual kepada sesama.
 
2. Ma’ruf sebagai Jalan Kembali kepada Allah
Dalam hakikat, ma’ruf (kebaikan) adalah segala sesuatu yang menghubungkan makhluk dengan Allah.
•Ma’ruf dalam dimensi hakikat adalah mengenalkan manusia kepada Allah (makrifatullah).
•Ma’ruf bukan hanya amal lahiriah, tetapi juga kebaikan yang bersumber dari hati yang suci.
•Setiap tindakan yang membawa seseorang semakin dekat dengan Allah adalah ma’ruf sejati.
➡ Makna: Ma’ruf adalah segala sesuatu yang mengantarkan manusia kepada cinta dan pengenalan Allah.
 
3. Mendamaikan Manusia dalam Hakikat: Menyatukan Hati dengan Allah
 
Ahli irfan melihat bahwa mendamaikan manusia bukan hanya dalam bentuk sosial, tetapi juga dalam aspek batin.
•Diri manusia sering kali dalam konflik antara nafsu duniawi dan ruhani.
•Mendamaikan manusia berarti membawa mereka keluar dari kekacauan batin menuju ketenangan bersama Allah.
•Orang yang telah mengenal hakikat adalah orang yang menenangkan hati manusia, seperti para wali dan arif billah.
➡ Makna: Mendamaikan manusia bukan hanya menghilangkan konflik antarindividu, tetapi juga membimbing mereka menuju ketenangan hakiki, yaitu Allah.
 
4. Tafsir Sufi: Perjalanan Ruhani dalam Ayat Ini
Para sufi melihat ayat ini sebagai tiga tahap perjalanan menuju Allah:
1.Sedekah → Tahap tazkiyatun nafs (penyucian jiwa).
•Manusia harus melepaskan keterikatan terhadap dunia (zuhud).
•Sedekah berarti mengorbankan ego, bukan hanya harta.
2.Ma’ruf → Tahap makrifatullah (pengenalan Allah).
•Ketika nafsu telah dibersihkan, seseorang akan melihat kebaikan sejati, yaitu Allah.
•Setiap kebaikan sejati adalah pantulan dari cahaya Ilahi.
3.Mendamaikan manusia → Tahap fana fillah (melenyapkan diri dalam Allah).
•Orang yang telah sampai ke Allah menjadi sumber kedamaian bagi makhluk.
•Mereka adalah wali-wali Allah yang membawa cahaya ke dalam kehidupan manusia.
➡ Makna: Ayat ini adalah simbol dari perjalanan ruhani menuju kesempurnaan hakiki.
 
5. Imam Ali (as) dan Pandangan Irfan tentang Ayat Ini
Imam Ali (as) dalam Nahjul Balaghah berkata:”Seutama-utama sedekah adalah memberikan makrifat kepada orang yang tidak mengetahuinya.”
➡ Ini menunjukkan bahwa dalam dimensi hakikat, pemberian ilmu dan cahaya Ilahi adalah sedekah tertinggi.
 
Imam Ali (as) juga berkata:Damailah dengan dirimu sendiri, maka dunia akan damai bersamamu.”
➡ Ini berarti mendamaikan manusia bukan hanya dalam aspek lahiriah, tetapi juga menyatukan mereka dengan fitrah Ilahi dalam diri mereka sendiri.
 
Kesimpulan dalam Makrifat dan Hakikat
Dari sudut pandang ahli makrifat, ayat ini memiliki makna yang lebih dalam:
1.Sedekah adalah pemberian cahaya, ilmu, dan cinta Ilahi kepada manusia.
2.Ma’ruf adalah segala sesuatu yang menghubungkan manusia dengan Allah.
3.Mendamaikan manusia adalah membimbing mereka ke dalam ketenangan hakiki, yaitu Allah.
➡ Ayat ini adalah kunci perjalanan ruhani: dari penyucian jiwa, menuju makrifat, hingga fana dalam cinta Ilahi.
 
Dalam perspektif ahli hakikat Syiah, ayat مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ (An-Nisa’ 4:114) memiliki makna batin yang mendalam, yang berkaitan dengan perjalanan ruhani, penyucian jiwa, dan hubungan manusia dengan Allah serta Ahlul Bayt (as). 
 
Berikut adalah penjelasannya menurut ulama hakikat dalam tradisi irfan dan tasawuf Syiah:
 
1. Sedekah dalam Hakikat: Pemberian Ilmu dan Cahaya Makrifat
Dalam dimensi hakikat, sedekah (صدقة) tidak hanya berarti harta, tetapi juga pemberian ilmu, energi ruhani, dan bimbingan ke arah makrifatullah.
•Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
“Sedekah terbaik adalah menyebarkan ilmu dan mengenalkan Allah kepada manusia.” (Al-Kafi, jil. 2, hal. 200)
•Para arif melihat bahwa sedekah tertinggi adalah menyelamatkan manusia dari kebodohan spiritual dengan membimbing mereka kepada hakikat.
•Ahlul Bayt (as) adalah pemberi sedekah terbesar karena mereka adalah sumber ilmu hakiki.
➡ Makna: Sedekah sejati adalah memberikan cahaya Ilahi kepada hati manusia, sebagaimana para Imam (as) yang memberikan ilmu kepada umat.
 
2. Ma’ruf dalam Hakikat: Mengenalkan Manusia kepada Ahlul Bayt (as)
•Dalam dimensi hakikat, “ma’ruf” (kebaikan) adalah segala sesuatu yang membawa manusia kepada Allah.
•Dalam Irfan Syiah, “ma’ruf” sejati adalah mengenal Ahlul Bayt (as), karena mereka adalah pintu menuju makrifatullah.
•Imam Ali (as) berkata:
“Kami (Ahlul Bayt) adalah ma’ruf yang diperintahkan Allah untuk diikuti.” (Tafsir Al-Burhan, jil. 2, hal. 50)
•Ini berarti, ma’ruf sejati adalah mencintai, mengikuti, dan mengambil ilmu dari Ahlul Bayt (as).
➡ Makna: Ma’ruf dalam hakikat adalah jalan mengenal Allah melalui cahaya Ahlul Bayt (as).
 
3. Mendamaikan Manusia dalam Hakikat: Penyatuan Ruh dengan Allah
•Konflik terbesar dalam diri manusia adalah antara nafsu duniawi dan ruh Ilahi.
•Mendamaikan manusia dalam hakikat berarti mengarahkan mereka kepada tauhid dan fana fillah (melebur dalam keesaan Allah).
•Imam Al-Baqir (as) berkata:
“Orang yang menyelamatkan manusia dari kebingungan dan menuntun mereka kepada Allah adalah pendamai sejati.” (Bihar Al-Anwar, jil. 78, hal. 19)
•Para Imam (as) dan wali-wali Allah adalah sumber perdamaian sejati, karena mereka membimbing manusia keluar dari kekacauan batin menuju ketenangan hakiki.
➡ Makna: Mendamaikan manusia bukan sekadar menyelesaikan konflik sosial, tetapi membimbing mereka menuju ketenangan spiritual dan kedekatan dengan Allah.
 
4. Tiga Tahapan Suluk dalam Ayat Ini (Menurut Irfan Syiah)
Ahli irfan Syiah melihat ayat ini sebagai tiga tahap perjalanan ruhani (suluk) menuju Allah:
1.Sedekah → Tahap Tazkiyah (Penyucian Jiwa)
•Manusia harus membersihkan dirinya dari keterikatan dunia dengan berkorban dan memberi.
•Sedekah dalam makna hakikat adalah mengorbankan ego dan nafsu untuk mencapai cahaya Ilahi.
2.Ma’ruf → Tahap Makrifatullah (Pengenalan Allah melalui Ahlul Bayt as)
•Setelah menyucikan diri, seseorang akan melihat bahwa kebaikan sejati adalah Ahlul Bayt (as) sebagai jalan menuju Allah.
•Orang yang mengenal hakikat Ahlul Bayt (as) akan mengenal Allah dengan benar.
3.Mendamaikan manusia → Tahap Fana Fillah (Melebur dalam Keesaan Allah)
•Seseorang yang telah mencapai makrifat akan menjadi sumber kedamaian bagi manusia, karena jiwanya telah tenang dengan Allah.
•Seorang wali Allah bukan hanya mendamaikan orang, tetapi juga membimbing mereka kepada ketenangan hakiki, yaitu Allah.
➡ Makna: Ayat ini adalah simbol perjalanan ruhani seorang arif, dari penyucian jiwa, mengenal Allah melalui Ahlul Bayt (as), hingga mencapai kesempurnaan dalam tauhid.
 
5. Imam Ali (as) dan Hakikat Ayat Ini
Dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali (as) berkata:”Seutama-utama sedekah adalah memberikan makrifat kepada orang yang tidak mengetahuinya.”
➡ Ini menunjukkan bahwa dalam hakikat, sedekah terbaik adalah mengenalkan manusia kepada Allah dan Ahlul Bayt (as).
 
Imam Ali (as) juga berkata:”Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal Tuhannya.”
➡ Ini berarti “mendamaikan manusia” juga bermakna mendamaikan mereka dengan diri mereka sendiri, agar mengenal fitrah Ilahi dalam diri mereka.
 
Kesimpulan dalam Hakikat Syiah
Dari perspektif ahli hakikat Syiah, ayat ini adalah panduan perjalanan ruhani menuju Allah:
1.Sedekah → Pemberian cahaya makrifat, bukan sekadar harta.
2.Ma’ruf → Mengenalkan manusia kepada Allah melalui Ahlul Bayt (as).
3.Mendamaikan manusia → Membimbing mereka menuju ketenangan spiritual dan kedekatan dengan Allah.
➡ Intinya, ayat ini bukan hanya tentang tindakan sosial, tetapi juga tentang perjalanan spiritual menuju makrifatullah dan fana fillah.
 
Berikut adalah beberapa kisah dan cerita yang berkaitan dengan makna hakikat dari ayat An-Nisa’ 4:114 berdasarkan perspektif Ahlul Bayt (as) dan ahli makrifat Syiah.
 
1. Sedekah Hakiki: Kisah Imam Ali (as) dan Pengemis Buta
Suatu hari, seorang pengemis buta datang ke masjid Nabawi. Ia berkata, “Siapa yang bisa menuntunku ke jalan yang benar?”
 
Para sahabat hanya memberinya uang, tetapi Imam Ali (as) mendekatinya, duduk di sampingnya, dan mulai berbicara tentang Allah.
•Imam Ali (as) berkata: “Sesungguhnya, harta bisa habis, tetapi ilmu akan terus menerangi jalanmu.”
•Setelah mendengar penjelasan Imam Ali (as), pengemis itu menangis dan bersyahadat, lalu berkata, “Aku tidak butuh harta, aku butuh jalan menuju Tuhan!”
➡ Pelajaran:
•Sedekah terbesar bukan hanya harta, tetapi ilmu yang membawa seseorang kepada Allah.
•Imam Ali (as) menunjukkan bahwa memberi cahaya makrifat lebih utama daripada sekadar memberi materi.
 
2. Ma’ruf Sejati: Imam Hasan (as) dan Pelayan yang Menumpahkan Sup
Suatu hari, seorang pelayan Imam Hasan (as) menumpahkan sup panas ke jubahnya. Ia takut dihukum, lalu berkata, “Tuan, Allah berfirman: ‘…dan mereka yang menahan amarah.’” (QS. Ali Imran: 134).
 
Imam Hasan (as) tersenyum dan berkata, “Aku telah menahan amarahku.”
 
Pelayan itu melanjutkan, “…dan orang-orang yang memaafkan manusia.”
 
Imam Hasan (as) berkata, “Aku telah memaafkanmu.”
 
Pelayan itu berkata lagi, “…dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan (kebaikan).”
 
Imam Hasan (as) berkata, “Aku membebaskanmu karena Allah!”
➡ Pelajaran:
•Ma’ruf sejati adalah mempraktikkan akhlak Ahlul Bayt (as).
•Bukan hanya mengajarkan kebaikan, tetapi mencontohkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
3. Mendamaikan Manusia: Imam Ali (as) dan Dua Sahabat yang Berselisih
Ada dua orang yang berselisih hingga hampir berkelahi di hadapan Imam Ali (as).
•Imam Ali (as) tidak langsung memberi solusi, tetapi berkata, “Kemarilah, mari kita duduk dan makan bersama.”
•Setelah makan, emosi mereka mereda, dan Imam Ali (as) berkata:
“Apakah kalian ingin menang atas saudaramu, atau ingin menang di hadapan Allah?”
•Mereka sadar dan berkata, “Kami ingin menang di hadapan Allah.”
•Imam Ali (as) kemudian membacakan ayat: “Mendamaikan manusia adalah lebih baik.” (QS. An-Nisa’ 4:128)
•Akhirnya, mereka berpelukan dan berdamai.
➡ Pelajaran:
•Mendamaikan manusia bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan hati yang lembut.
•Imam Ali (as) menunjukkan bahwa pendekatan kasih sayang lebih efektif daripada kekerasan.
 
4. Hakikat Perdamaian: Kisah Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) dan Muridnya
Suatu hari, Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) bertanya kepada muridnya:
“Apakah kau tahu siapa orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah?”
Murid itu menjawab, “Orang yang banyak salat dan puasa.”
Imam Ja’far (as) tersenyum dan berkata, “Bukan. Orang yang tertinggi adalah dia yang bisa mendamaikan dua hati yang bertikai. Sebab, Allah mencintai kedamaian lebih dari ibadah sunnah.”
➡ Pelajaran:
•Hakikat mendamaikan manusia adalah membimbing mereka kepada ketenangan Ilahi.
•Seorang arif sejati tidak hanya memperbaiki konflik luar, tetapi juga menenangkan hati manusia.
 
Kesimpulan dari Kisah-Kisah Ini
Ayat An-Nisa’ 4:114 dalam perspektif hakikat mengajarkan bahwa:
1.Sedekah terbaik adalah memberikan cahaya makrifat, bukan hanya harta.
2.Ma’ruf sejati adalah mengenalkan manusia kepada akhlak Ahlul Bayt (as).
3.Mendamaikan manusia bukan hanya konflik lahiriah, tetapi juga membimbing mereka kepada ketenangan batin.
 
➡ Pesan utama: Perjalanan menuju Allah adalah melalui sedekah ruhani, akhlak mulia, dan membawa kedamaian kepada hati manusia.
 
Berikut adalah lima kisah tambahan yang menggambarkan hakikat ayat An-Nisa’ 4:114 dalam perspektif Ahlul Bayt (as) dan ahli hakikat Syiah.
 
5. Sedekah Ilmu: Imam Ali (as) dan Seorang Pengelana
Seorang pria dari jauh datang kepada Imam Ali (as) dan berkata:
“Aku miskin dan tidak memiliki apa pun untuk disedekahkan. Apakah aku masih bisa mendapatkan pahala sedekah?”
Imam Ali (as) tersenyum dan berkata:”Sedekah bukan hanya harta. Menyampaikan ilmu, menolong saudara, dan bahkan senyuman adalah bentuk sedekah.”
Lalu Imam Ali (as) membaca ayat:
“Barang siapa yang mengajarkan satu huruf ilmu kepada orang lain, maka ia telah memberikan sedekah.”
Pria itu kemudian mulai mengajarkan ilmu yang ia miliki kepada orang lain dan merasa lebih kaya daripada sebelumnya.
➡ Pelajaran:
•Sedekah tidak terbatas pada materi, tetapi juga ilmu dan akhlak yang baik.
•Orang yang berbagi ilmu akan mendapatkan kekayaan spiritual yang lebih besar.
 
6. Ma’ruf dalam Akhlak: Imam Sajjad (as) dan Orang yang Menghinanya
Suatu hari, seseorang menghina Imam Ali Zainal Abidin (as) di depan umum.
•Para sahabat ingin membalas, tetapi Imam Sajjad (as) tersenyum dan berkata:”Biarkan aku berbicara dengannya.”
•Imam Sajjad (as) mendekati pria itu dan berkata:
“Saudaraku, jika yang kau katakan benar, semoga Allah mengampuniku. Jika yang kau katakan salah, semoga Allah mengampunimu.”
•Pria itu menangis dan jatuh sujud di kaki Imam Sajjad (as), meminta maaf.
➡ Pelajaran:
•Ma’ruf sejati adalah akhlak yang luhur, bukan sekadar perbuatan baik biasa.
•Memaafkan dan bersikap lembut bisa mengubah hati seseorang lebih dari balasan keras.
 
7. Perdamaian Sejati: Imam Musa Al-Kazim (as) dan Pemimpin Zalim
Seorang gubernur yang zalim di masa Imam Musa Al-Kazim (as) sering memfitnah dan menindas Syiah.
•Para sahabat ingin melawan dengan kekerasan, tetapi Imam Musa (as) berkata:
“Aku akan menyelesaikannya dengan cara yang lebih baik.”
•Imam (as) mengunjungi rumah gubernur dengan membawa buah dan hadiah, lalu berkata dengan lembut:
“Saudaraku, aku mendoakan kebaikan untukmu. Aku hanya berharap kau juga bisa bersikap adil.”
•Sang gubernur terkejut dan berubah menjadi lebih lembut kepada kaum Syiah.
➡ Pelajaran:
•Mendamaikan manusia bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan lembut yang menyentuh hati.
•Sikap baik lebih kuat dari kekerasan dalam mengubah seseorang.
 
8. Sedekah dalam Bentuk Pengorbanan: Kisah Sayyidah Fatimah (as) dan Keluarganya
 
Sayyidah Fatimah (as), Imam Ali (as), Imam Hasan (as), dan Imam Husain (as) berpuasa selama tiga hari, tetapi setiap kali mereka hendak berbuka, ada seorang miskin, anak yatim, atau tawanan yang meminta makanan.
 
Tanpa ragu, mereka memberikan makanan mereka dan berbuka hanya dengan air.
 
Allah kemudian menurunkan ayat dalam Surah Al-Insan yang menggambarkan ketulusan Ahlul Bayt (as) dalam bersedekah.
 
➡ Pelajaran:
•Sedekah yang terbaik adalah yang diberikan dengan ikhlas, tanpa mengharapkan balasan.
•Ahlul Bayt (as) menunjukkan bahwa memberi kepada orang lain lebih utama daripada memenuhi kebutuhan pribadi.
 
9. Mendamaikan Hati: Kisah Salman Al-Farisi dan Seorang Pemuda yang Gelisah
Seorang pemuda mendatangi Salman Al-Farisi (ra) dan berkata, “Aku merasa gelisah, aku tidak tahu mengapa hatiku selalu resah.”
•Salman (ra) bertanya, “Apakah kau sering berzikir kepada Allah?”
•Pemuda itu menjawab, “Tidak begitu sering.”
•Salman (ra) lalu berkata, “Maka, mulai sekarang, setiap pagi dan malam, ucapkanlah ‘Ya Allah, tenangkan hatiku dengan cinta-Mu’ sebanyak 100 kali.”
•Setelah beberapa hari, pemuda itu kembali dan berkata, “Hati saya terasa lebih tenang dari sebelumnya!”
➡ Pelajaran:
•Mendamaikan manusia bukan hanya menghilangkan konflik lahiriah, tetapi juga membawa ketenangan batin kepada mereka.
•Zikir dan mengingat Allah adalah cara terbaik untuk menenangkan hati.
 
Kesimpulan dari Kisah-Kisah Ini
Dari semua kisah ini, kita dapat memahami bahwa hakikat ayat An-Nisa’ 4:114 dalam perspektif Ahlul Bayt (as) adalah:
1.Sedekah tidak hanya berbentuk harta, tetapi juga ilmu, senyuman, dan energi spiritual.
2.Ma’ruf sejati adalah akhlak yang luhur dan mengenalkan manusia kepada kebenaran dengan kelembutan.
3.Mendamaikan manusia bukan hanya menyelesaikan konflik fisik, tetapi juga membawa ketenangan dalam hati mereka.
➡ Pesan utama: Ayat ini adalah panduan menuju kesempurnaan spiritual, dengan memberi (sedekah), mengenalkan kebaikan sejati (ma’ruf), dan membawa kedamaian dalam kehidupan (mendamaikan manusia).
 
Berikut adalah 10 manfaat dan doa yang berkaitan dengan ayat An-Nisa’ 4:114 dalam perspektif Syiah, yang mengajarkan tentang pentingnya sedekah, kebaikan (ma’ruf), dan mendamaikan manusia.
 
10 Manfaat Ayat An-Nisa’ 4:114
1.Meningkatkan Keikhlasan dalam Beramal
Ayat ini mengingatkan kita untuk melakukan amal kebajikan dengan niat yang ikhlas hanya untuk Allah. Mengingat bahwa setiap amal yang baik akan mendekatkan kita pada Allah, kita diajak untuk melakukannya tanpa mengharapkan balasan dari manusia.
2.Mendapatkan Pahala Berlipat
Setiap amal baik yang dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, termasuk sedekah, mendamaikan sesama, dan melakukan kebaikan (ma’ruf), akan diberi pahala yang berlipat ganda.
3.Meningkatkan Rasa Empati dan Kepedulian terhadap Sesama
Dengan melakukan sedekah dan kebaikan terhadap orang lain, hati menjadi lebih lembut dan menumbuhkan rasa empati terhadap kesulitan orang lain.
4.Mendapatkan Kedamaian dalam Hidup
Ayat ini mengajarkan pentingnya mendamaikan orang yang berselisih, yang pada gilirannya membawa kedamaian dan ketenangan dalam kehidupan pribadi dan sosial.
5.Menyucikan Jiwa dan Hati
Amal-amal yang disebutkan dalam ayat ini (sedekah, ma’ruf, dan mendamaikan) merupakan cara yang efektif untuk menyucikan hati dari sifat-sifat buruk seperti iri, marah, dan dengki.
6.Mendekatkan Diri kepada Allah
Ketika kita melaksanakan amal baik seperti yang disebutkan dalam ayat ini, kita sedang mendekatkan diri kepada Allah. Ini adalah jalan menuju kemuliaan di dunia dan akhirat.
7.Memperbaiki Hubungan Sosial
Mendamaikan sesama adalah salah satu cara terbaik untuk memperbaiki hubungan sosial di masyarakat. Menghindari konflik dan memperkuat solidaritas antar individu menjadi lebih mudah.
8.Menghindarkan Diri dari Neraka
Amal baik yang dilakukan dengan tulus seperti yang disebutkan dalam ayat ini berfungsi untuk membersihkan dosa-dosa dan menghindarkan diri dari hukuman neraka.
9.Menumbuhkan Rasa Bersyukur
Dalam beramal baik, kita belajar untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, baik berupa harta, kesehatan, maupun kesempatan untuk membantu sesama.
10.Mendapatkan Keberkahan dalam Hidup
Salah satu efek samping dari beramal baik adalah datangnya berkah dalam kehidupan, baik dalam bentuk harta, kesehatan, maupun kebahagiaan batin.
 
Doa untuk Mendapatkan Manfaat dari Ayat Ini
 
Berikut adalah doa yang bisa dibaca untuk mendapatkan manfaat yang disebutkan dalam ayat An-Nisa’ 4:114, yang berkaitan dengan sedekah, kebaikan (ma’ruf), dan mendamaikan sesama.
 
Doa untuk Memperoleh Pahala Sedekah dan Kebaikan
 
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, yang melakukan amal-amal yang Engkau ridhai, dan yang mengharap rahmat-Mu.”
 
Doa untuk Mendamaikan Hati dan Mencapai Kedamaian
 
“Ya Allah, jadikanlah aku sebagai sebab dalam mendamaikan hubungan antar umat, dan ampunilah aku serta saudara-saudaraku yang beriman.”
 
Doa untuk Menjaga Keikhlasan dalam Sedekah
 
“Ya Allah, jadikanlah sedekahku murni hanya untuk wajah-Mu yang mulia dan terimalah sedekahku dengan penerimaan yang baik.”
 
Doa untuk Mendapatkan Pahala Berlipat
 
“Ya Allah, jadikanlah amalku murni hanya untuk wajah-Mu yang mulia, dan ampunilah aku, keluargaku, sahabat-sahabatku, dan umat-Mu di bumi.”
 
Doa untuk Mendapatkan Kedamaian dalam Hati dan Hidup
 
“Ya Allah, jadikanlah hati kami tenang dengan mengingat-Mu, dan bimbinglah kami ke jalan-Mu yang lurus.”
 
Kesimpulan
Ayat An-Nisa’ 4:114 mengajarkan kita tentang pentingnya melakukan amal kebaikan dalam berbagai bentuk, termasuk sedekah, ma’ruf, dan mendamaikan sesama. Dengan menjalankan ajaran ini, kita bisa meraih banyak manfaat, seperti memperoleh pahala, kedamaian batin, memperbaiki hubungan sosial, dan mendapatkan keberkahan dalam hidup.
Doa-doa yang telah disebutkan dapat membantu kita untuk tetap istiqamah dalam menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, serta memperoleh manfaat dunia dan akhirat dari amal baik yang kita lakukan.
 
Doa Pengampunan Hingga Kiamat
 
Nabi Bersabda: “Barangsiapa yang membaca doa (dibawah ini) setiap selesai sholatnya yang lima waktu di Romadhon maka Allah akan mengampuni dosanya hingga Hari Kiamat”. (Kitab Mafatihul Jinan, hal. 238) 
 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، 
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، 
اَللَّهُمَّ أَدْخِلْ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ السُّرُوْرِ، 
اَللَّهُمَّ أَغْنِ كُلَّ فَقِيْرٍ، 
اَللَّهُمَّ اشْبِعْ كُلَّ جَائِعٍ، 
اَللَّهُمَّ اكْسُ كُلَّ عُرْيَانٍ، 
اَللَّهُمَّ اقْضِ دَيْنَ كُلَّ مَدِيْنٍ، 
اَللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ كُلِّ مَكْرُوْبٍ، 
اَللَّهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَرِيْبٍ، 
اَللَّهُمَّ فُكَّ كُلَّ أَسِيْرٍ، 
اَللَّهُمَّ اصْلِحْ كُلَّ فَاسِدٍ مِنْ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ،
 اَللَّهُمَّ اشْفِ كُلَّ مَرِيْضٍ، 
اَللَّهُمَّ سُدَّ فَقْرَنَا بِغِنَاكَ، 
اَللَّهُمَّ غَيِّرْ سُوْءَ حَالِنَا بِحُسْنِ حَالِكَ، 
اَللَّهُمَّ اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ 
وَاغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ، 
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرُ.
 
Bismillâhirrohmânir-rohîmi, Allâhumma sholli ‘alâ Muhammadin wa âli muhammadin, Allâhumma ad-hil ‘alâ ahlil qubûris surûr, Allâhumma aghnî kulla faqîr, Allâhummas bi’ kulla jâi’, Allâhummaksu kulla ‘uryân, Allâhummaq-dhi daina kulla madîn, Allâhumma farrij ‘an kulli makrûb, Allâhumma rudda kulla ghorîb,  Allâhumma fukka kulla asîr, Allâhummash-lih kulla fâsidin min umûril muslimîn, Allâhummasyfi kulla marîd, Allâhumma sudda faqrona bi ghinâk, Allâhumma ghoyyir sû â hâ-linâ bihusni hâ-lika, Allâhummaq-dhî ‘annâd dainna Wa aghninâ minal faqri innaka ‘alâ kulli syai in qodîr
 
 
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 
Ya Allah curahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarganya.
Ya Allah masukkan kebahagiaan kepada para penghuni kubur. 
Ya Allah, kayakanlah semua yang fakir. 
Ya Allah kenyangkanlah semua yang lapar. 
Ya Allah berikanlah pakaian pada semua yang telanjang, 
Ya Allah tunaikanlah hutang semua yang berhutang. 
Ya Allah lapangkanlah setiap orang yang menderita kesulitan. 
Ya Allah bebaskanlah semua yang tertawan. 
Ya Allah kembalikan orang-orang yang hilang. 
Ya Allah perbaikilah semua yang rusak dari urusan kaum Muslimin. 
Ya Allah sembuh-kanlah semua yang sakit. 
Ya Allah tutupilah kemiskinan kami dengan kekayaan-Mu. 
Ya Allah ubahlah keburukan keadaan kami dengan sebaik-baik keadaan-Mu. 
Ya Allah tunaikanlah hutang-hutang kami 
dan bebaskanlah kami dari kemiskinan. 
Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment