Kehidupan abadi berarti mencapai kesempurnaan jiwa dan kedekatan dengan Allah, yang merupakan tujuan akhir dari pencarian spiritual setiap individu.
Penulis: Muhammad Taufik Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Makna kehidupan abadi bisa ditafsirkan dalam berbagai perspektif, baik secara filosofis, spiritual, atau berdasarkan agama.
Berikut makna kehidupan abadi dari berbagai sudut pandang:
1.Keberlanjutan Jiwa: Dalam banyak agama, kehidupan abadi mengacu pada keberlanjutan jiwa setelah kematian fisik. Jiwa diyakini tetap ada meskipun tubuh mati.
2.Pencapaian Kebahagiaan Abadi: Kehidupan abadi dapat diartikan sebagai keadaan di mana seseorang mencapai kebahagiaan yang tak terputus, bebas dari penderitaan duniawi.
3.Hubungan dengan Tuhan: Dalam tradisi keagamaan, kehidupan abadi sering dikaitkan dengan kedekatan yang kekal dengan Tuhan, di mana seseorang berada dalam kehadiran ilahi untuk selama-lamanya.
4.Transendensi Waktu: Kehidupan abadi bisa dimaknai sebagai eksistensi di luar batasan waktu dan ruang, di mana seseorang tidak terikat oleh siklus waktu duniawi.
5.Pengulangan Kehidupan (albada): Dalam beberapa tradisi, kehidupan abadi dipahami sebagai proses di mana jiwa dan raga hidup kembali .
6.Warisan Abadi: Bagi sebagian orang, kehidupan abadi dimaknai melalui karya, ide, atau kontribusi mereka yang terus hidup dan memengaruhi generasi mendatang.
7.Kedamaian dan Kesempurnaan: Kehidupan abadi sering kali dikaitkan dengan keadaan kesempurnaan spiritual, di mana seseorang mengalami kedamaian, kebijaksanaan, dan cinta yang sempurna.
8.Pembebasan dari Siklus Kelahiran dan Kematian (Moksha): Dalam ajaran Hindu dan Buddha, kehidupan abadi diartikan sebagai pembebasan dari siklus kelahiran kembali dan pencapaian pencerahan atau moksha.
9.Kesadaran Kosmik: Bagi beberapa tradisi esoteris, kehidupan abadi adalah kesadaran akan kesatuan dengan alam semesta dan segala sesuatu yang ada, di mana individu melampaui batas-batas diri fisik dan ego.
10.Kehidupan Setelah Kematian (Surga atau Neraka): Dalam banyak agama, kehidupan abadi dipahami sebagai keberadaan di surga atau neraka setelah kematian, di mana seseorang menerima balasan atas perbuatan baik atau buruk di dunia.
Setiap makna ini mencerminkan pandangan yang berbeda-beda mengenai apa yang dimaksud dengan “kehidupan abadi,” baik dalam konteks spiritual maupun filosofis.
Dalam konteks religius, kehidupan abadi sering kali dipahami sebagai kehidupan setelah kematian di dunia lain, yaitu surga dimana jiwa tetap ada selamanya.
Dalam filsafat, makna kehidupan abadi juga dapat merujuk pada pencarian makna yang abadi, yang melampaui kekayaan material dan keinginan duniawi.
Secara simbolis, kehidupan abadi bisa berarti usaha manusia untuk mencapai kebijaksanaan, kasih sayang, dan kebaikan yang tak lekang oleh waktu—nilai-nilai yang dianggap abadi dan membawa kebahagiaan sejati.
Jadi, makna kehidupan abadi lebih dari sekadar fisik, tetapi juga menyangkut pencarian jiwa untuk mencapai sesuatu yang lebih besar dan lebih bermakna dalam kehidupan.
Makna kehidupan abadi sering kali dikaitkan dengan pencarian tujuan hidup yang lebih mendalam.
Dalam Islam, konsep kehidupan abadi sering disebut dengan istilah Akhirat, yaitu kehidupan setelah kematian yang kekal dan tidak terbatas oleh waktu.
Pandangan tentang kehidupan abadi ini banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis, di mana kehidupan dunia hanya sementara dan merupakan ujian sebelum kehidupan yang sesungguhnya di akhirat.
Berikut adalah beberapa referensi dari Al-Qur’an dan hadis terkait kehidupan abadi:
1. Al-Qur’an 2:28
------------------
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Ayat ini menggambarkan siklus kehidupan manusia, di mana kehidupan di dunia hanya sementara sebelum kita kembali kepada Allah di kehidupan abadi.
2, Al-Quran 29:64
------------------
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
Ayat ini menekankan bahwa kehidupan di dunia hanyalah permainan sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang hakiki dan abadi.
3, Al-Quran 10:25
------------------
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
4, Al-Quran 10:26
------------------
۞ لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
Ayat ini menjelaskan bahwa kehidupan abadi di surga adalah balasan bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia.
Ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang membahas tentang kehidupan abadi, baik terkait akhirat maupun janji Allah kepada orang-orang beriman:
5, Al-Quran 2:25
------------------
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.
6, Al-Quran 4:57
------------------
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ لَّهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيلًا
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.
7, Al-Quran 57:12
------------------
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَىٰ نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِم بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar".
8, Al-Quran 18:107
------------------
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,
9, Al-Quran 23:11
------------------
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
10, Al-Quran 10:26
------------------
۞ لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
Ayat-ayat ini menggambarkan bagaimana kehidupan abadi di akhirat adalah tujuan akhir yang penuh kebahagiaan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, serta bahwa dunia hanyalah kehidupan sementara.
Kehidupan abadi atau akhirat dari perspektif Sunni dan Syiah:
Hadis dari Perspektif Sunni
1.Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kehidupan dunia hanya sementara, dan kehidupan akhirat adalah abadi.” (HR. Muslim)
2.Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada kehidupan kecuali kehidupan di akhirat.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3.Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perbandingan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat adalah seperti seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut, air yang tersisa di jarinya adalah dunia, sedangkan laut adalah akhirat.”
(HR. Muslim)
4.Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh dengan keimanan, akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat.”
(HR. An-Nahl: 97)
5.Rasulullah ﷺ bersabda:
“Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang diinginkan oleh hawa nafsu.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6.Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dunia adalah tempat menanam, dan akhirat adalah tempat menuai hasilnya.” (HR. Muslim)
7.Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh, di surga terdapat kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis dari Perspektif Syiah
8.Imam Ali bin Abi Thalib (AS) berkata: “Dunia adalah tempat ujian, dan akhirat adalah tempat tinggal yang abadi. Maka, persiapkanlah bekalmu untuk kehidupan yang abadi di akhirat.” (Nahjul Balaghah)
9.Imam Ja’far Ash-Shadiq (AS) berkata: “Surga adalah tempat bagi orang yang mendahulukan akhiratnya atas dunianya, dan neraka adalah tempat bagi orang yang mendahulukan dunianya atas akhiratnya.”(Bihar al-Anwar, Jilid 73)
10.Imam Ali bin Abi Thalib (AS) berkata: “Orang yang bijak adalah orang yang menyiapkan bekalnya untuk perjalanan ke akhirat yang kekal, sedangkan orang yang bodoh hanya mengejar dunia yang fana.”
(Nahjul Balaghah)
11.Imam Ali Zainal Abidin (AS) berkata: “Kehidupan dunia adalah mimpi, dan kehidupan akhirat adalah kenyataan. Maka, pilihlah kenyataan atas mimpi yang fana.” (Bihar al-Anwar)
12.Imam Musa al-Kazim (AS) berkata: “Dunia ini bagaikan sebuah penjara bagi orang-orang beriman, dan surga adalah kebebasannya.”
(Al-Kafi, Jilid 2)
13.Imam Ja’far Ash-Shadiq (AS) berkata: “Barang siapa yang berusaha di dunia dengan niat untuk kebahagiaan akhirat, maka dunia dan akhirat akan datang kepadanya. Tetapi barang siapa yang berusaha hanya untuk dunia, maka akhirat akan menjauh darinya.”
(Bihar al-Anwar, Jilid 74)
14.Imam Ali bin Abi Thalib (AS) berkata: “Sesungguhnya kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat. Oleh karena itu, beramal baiklah untuk kehidupanmu di sana.”
(Nahjul Balaghah)
Hadis-hadis di atas mencerminkan pandangan Islam mengenai dunia sebagai tempat sementara dan kehidupan abadi di akhirat, serta pentingnya beramal baik untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
Surga dan neraka adalah dua tempat yang abadi, di mana orang-orang yang beriman akan menikmati kehidupan abadi di surga, sementara orang yang ingkar akan mengalami siksa abadi di neraka.
Pemahaman ini mengajak setiap Muslim untuk memperhatikan amal dan perbuatan selama hidup di dunia karena itu yang akan menentukan nasibnya di akhirat.
Kesamaan dalam Sunni dan Syiah:
Kedua mazhab ini mengajarkan bahwa kehidupan abadi adalah pencapaian yang terkait erat dengan penyucian jiwa, keikhlasan, dan pengenalan terhadap Tuhan.
Baik dalam ajaran Sunni maupun Syiah, pembersihan hati, ikhlas, tawakal, dan dzikir adalah elemen-elemen kunci dalam perjalanan spiritual menuju kehidupan abadi.
Meskipun Sunni dan Syiah memiliki perbedaan dalam aspek-aspek teologis tertentu, dalam hal ajaran spiritual dan hakikat kehidupan abadi, mereka memiliki banyak kesamaan yang berakar pada upaya mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam ajaran hakikat dan makrifat, konsep “kehidupan abadi” merujuk pada perjalanan spiritual yang mendalam, di mana seseorang mencapai kebersatuan dengan Tuhan dan kebahagiaan abadi yang melampaui batasan dunia fisik.
Berikut adalah 7 tips menuju kehidupan abadi menurut ahli hakikat dan makrifat:
1.Mengenal Diri dan Tuhan (Ma’rifatullah)
“Barang siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya.” Memahami jati diri yang sejati adalah jalan menuju pengenalan terhadap Tuhan. Kesadaran akan hakikat diri membawa manusia menuju pencerahan spiritual.
2.Keikhlasan dalam Niat dan Perbuatan
Setiap tindakan dan ibadah harus dilakukan dengan niat yang tulus dan semata-mata karena Allah. Ikhlas menghilangkan ego dan membersihkan hati, membawa kedamaian yang kekal dalam jiwa.
3.Tazkiyah (Penyucian Jiwa)
Menyucikan hati dan jiwa dari penyakit batin seperti kesombongan, iri hati, dan cinta dunia. Dengan tazkiyah, jiwa menjadi tenang dan lebih dekat kepada Sang Pencipta.
4.Dzikir dan Kontemplasi
Mengingat Allah secara terus-menerus melalui dzikir dan tafakur memperkuat kesadaran spiritual.
Dzikir menjadi jembatan untuk menghubungkan jiwa manusia dengan Tuhan, membawa ketenangan batin dan makrifat.
5.Melepaskan Cinta Dunia
Kehidupan duniawi bersifat sementara dan fana. Para ahli hakikat mengajarkan untuk tidak terikat pada materi dan kesenangan dunia. Dengan melepaskan keterikatan pada dunia, seseorang dapat mencapai kebahagiaan yang abadi.
6.Mendekatkan Diri melalui Amal dan Kebaikan
Amal soleh, kebaikan, dan kebajikan kepada sesama adalah sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. Kehidupan abadi tercapai dengan memberi manfaat bagi orang lain dan menebarkan cinta kasih.
7.Menyerahkan Segala Urusan kepada Tuhan (Tawakal)
Tawakal adalah sikap menyerahkan segala hasil usaha kepada Allah setelah berusaha dengan sungguh-sungguh.
Dengan tawakal, hati menjadi tenang dan bebas dari kecemasan, karena yakin bahwa semua keputusan adalah bagian dari rencana Tuhan yang terbaik.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, para ahli hakikat dan makrifat percaya bahwa seseorang dapat mencapai kesadaran spiritual yang tinggi, yang merupakan jalan menuju kehidupan abadi yang sesungguhnya.
Ajaran mengenai hakikat dan makrifat dalam perspektif kehidupan abadi memiliki dasar yang kuat dalam tradisi Islam, baik dalam Sunni maupun Syiah.
Kedua mazhab ini memiliki pandangan yang sama terkait pembersihan jiwa dan pendekatan spiritual, namun beberapa tokoh dan sumber literatur bisa berbeda.
Dalam tradisi Syiah, pemahaman tentang kehidupan abadi, atau Akhirat, sejalan dengan konsep yang ada dalam Islam secara umum, tetapi juga memiliki nuansa dan penekanan tertentu.
Berikut adalah beberapa poin penting mengenai kehidupan abadi menurut perspektif mufassir (ahli tafsir) Syiah:
1. Kehidupan Setelah Kematian
Mufassir Syiah menjelaskan bahwa kehidupan setelah kematian adalah realitas yang pasti dan menjadi tujuan akhir dari perjalanan manusia.
Setelah mati, setiap individu akan mengalami fase Barzakh, yaitu keadaan antara kematian dan hari kiamat, di mana jiwa akan merasakan balasan sesuai dengan amal perbuatannya.
2. Pentingnya Amal Perbuatan
Konsep balasan di akhirat sangat ditekankan dalam tafsir Syiah. Mereka percaya bahwa amal perbuatan di dunia akan menentukan nasib seseorang di akhirat.
Amal baik akan mendapatkan balasan berupa surga, sementara amal buruk akan mengakibatkan siksa di neraka. Seperti yang dijelaskan dalam Surah Al-Zalzalah (99:7-8):
•“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
3. Surga dan Neraka
Mufassir Syiah menekankan bahwa surga dan neraka adalah tempat yang kekal.
Dalam surga, orang-orang yang beriman akan menikmati kenikmatan abadi, sementara di neraka, mereka yang ingkar akan merasakan siksaan yang tiada henti.
Dalam konteks ini, mereka juga menekankan peran Ahlulbait (keluarga Nabi Muhammad) dan hakikat syafa’at (intercession) dalam memberikan pertolongan kepada umatnya di akhirat.
4. Tafsir dari Mufassir Syiah
•Allamah Tabatabai, seorang mufassir terkemuka Syiah dalam tafsir Nihayat al-Hikmah, menjelaskan bahwa kehidupan abadi adalah bentuk penggenapan janji Allah kepada hamba-Nya.
Ia menggambarkan surga sebagai tempat yang penuh dengan kebahagiaan dan kedamaian, di mana semua keinginan jiwa akan terpenuhi.
•Sayyid Ali Khamenei juga menyatakan dalam beberapa khutbahnya bahwa hidup di dunia ini adalah ujian, dan kehidupan yang abadi di akhirat merupakan hasil dari ujian tersebut. Hanya orang-orang yang mampu lulus ujian ini dengan amal baik yang akan mendapatkan kehidupan abadi yang bahagia.
5. Keberadaan dan Nilai Spiritual
Dalam pandangan mufassir Syiah, kehidupan abadi bukan hanya berfokus pada balasan fisik di surga atau neraka, tetapi juga mencakup keberadaan spiritual.
Kehidupan abadi berarti mencapai kesempurnaan jiwa dan kedekatan dengan Allah, yang merupakan tujuan akhir dari pencarian spiritual setiap individu.
Kesimpulan
Dalam pandangan Syiah, kehidupan abadi adalah suatu kenyataan yang sangat penting dan integral dalam ajaran Islam.
Ini bukan hanya tentang kehidupan setelah kematian, tetapi juga tentang pengembangan spiritual dan moral di dunia ini untuk mempersiapkan diri menuju kehidupan yang kekal di akhirat.
Hal ini menekankan pentingnya amal perbuatan, pemahaman terhadap hakikat diri, dan pengabdian kepada Allah dan Ahlulbait.
Comments (0)
There are no comments yet