Makna وُلِدتُّ (Daku dilahirkan): (Makna Manusia Dilahirkan)

Supa Athana - Entertainment
13 January 2025 10:04
Mengapa Manusia Dilahirkan?

Artikel ini membahas makna kata wulidtu ( وُلِدتُّ ) yang berarti 'aku dilahirkan', namun aku dalam hal ini berarti manusia secara umum. Sehingga artikel ini juga bisa dinamai dengan judul "Makna Manusia Dilahirkan"

Kata “وُلِدتُّ” (wulidtu) dalam bahasa Arab berarti “aku dilahirkan”. Berikut adalah beberapa makna dan konteks penggunaan kata tersebut:

  1. Pernyataan Kelahiran: Digunakan untuk menyatakan bahwa seseorang telah dilahirkan.
  2. Identifikasi Tempat Lahir: Sering digunakan dalam kalimat untuk menunjukkan tempat kelahiran, misalnya: “وُلِدتُّ في جاكرتا” (Aku dilahirkan di Jakarta).
  3. Penanda Waktu Kelahiran: Dapat digunakan untuk menyatakan waktu kelahiran, seperti: “وُلِدتُّ عام 1990” (Aku dilahirkan pada tahun 1990).
  4. Penggunaan dalam Teks Religius: Kata ini muncul dalam teks-teks religius, seperti dalam Al-Qur’an, misalnya pada Surah Maryam ayat 33: “وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا” (Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali).
  5. Ekspresi Pengalaman Hidup: Dapat digunakan untuk menggambarkan pengalaman hidup sejak lahir, misalnya: “وُلِدتُّ في عائلة كبيرة” (Aku dilahirkan dalam keluarga besar).
  6. Penggunaan dalam Biografi: Sering digunakan dalam penulisan biografi untuk menyatakan kelahiran seseorang.
  7. Ungkapan Asal Usul: Digunakan untuk menyatakan asal usul atau latar belakang seseorang, seperti: “وُلِدتُّ من أبوين كريمين” (Aku dilahirkan dari orang tua yang mulia).
  8. Pernyataan Kelahiran Kembali: Dalam konteks figuratif, dapat digunakan untuk menyatakan kelahiran kembali atau permulaan baru.
  9. Penggunaan dalam Sastra: Sering muncul dalam karya sastra untuk menggambarkan kelahiran atau awal mula sesuatu.
  10. Ekspresi dalam Pendidikan: Digunakan dalam konteks pendidikan untuk menyatakan awal mula pembelajaran atau pengalaman, misalnya: “وُلِدتُّ في مدرسة الحياة” (Aku dilahirkan di sekolah kehidupan).

 

Dengan memahami berbagai konteks penggunaan kata “وُلِدتُّ”, kita dapat lebih mengapresiasi kekayaan bahasa Arab dalam menggambarkan konsep kelahiran dan asal usul seseorang.

Al-Qur’an memberikan penjelasan mendalam tentang proses penciptaan manusia, menekankan kebesaran dan kekuasaan Allah dalam menciptakan kehidupan. Berikut adalah beberapa ayat yang menjelaskan tahapan penciptaan manusia:

  1. Surah Al-Mu’minun (23): 12-14:
  • Ayat 12: “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.”
  • Ayat 13: “Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”
  • Ayat 14: “Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”
  1. Surah Al-Hijr (15): 26:
  • “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
  1. Surah As-Sajdah (32): 7-9:
  • Ayat 7: “Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”
  • Ayat 8: “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).”
  • Ayat 9: “Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”
  1. Surah Al-Insan (76): 2:
  • “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.”
  1. Surah At-Tariq (86): 6-7:
  • Ayat 6: “Dia diciptakan dari air yang terpancar.”
  • Ayat 7: “Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”

Ayat-ayat di atas menggambarkan tahapan penciptaan manusia, mulai dari tanah sebagai bahan dasar, kemudian menjadi air mani, segumpal darah, segumpal daging, hingga terbentuknya tulang belulang yang dibungkus dengan daging, dan akhirnya ditiupkan roh oleh Allah. Proses ini menunjukkan kebesaran Allah sebagai Pencipta yang Maha Sempurna.

Dalam hadis, Rasulullah ﷺ menjelaskan tahapan penciptaan manusia dan penetapan takdirnya. Salah satu hadis yang masyhur mengenai hal ini adalah:

“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa nutfah (setetes mani), kemudian menjadi ’alaqah (segumpal darah) selama itu pula, kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu pula. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan untuk menuliskan empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah dia termasuk orang yang bahagia atau celaka.”

Dalam hadis, Rasulullah ﷺ menjelaskan tahapan penciptaan manusia dan penetapan takdirnya. Salah satu hadis yang masyhur mengenai hal ini adalah:

“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa nutfah (setetes mani), kemudian menjadi ’alaqah (segumpal darah) selama itu pula, kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu pula. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan untuk menuliskan empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah dia termasuk orang yang bahagia atau celaka.”

مراحل رشد جنین، از لقاح تا تولد

Proses Penciptaan Anak Manusia

Hadis ini menggambarkan proses perkembangan janin dalam rahim ibu selama 120 hari, yang terbagi menjadi tiga fase masing-masing 40 hari:

  1. Nutfah: Setetes mani yang menjadi awal penciptaan.
  2. ’Alaqah: Segumpal darah yang terbentuk setelah fase nutfah.
  3. Mudhghah: Segumpal daging yang terbentuk setelah fase ’alaqah.

Setelah 120 hari, malaikat diutus untuk meniupkan ruh ke dalam janin dan menuliskan empat ketetapan:

  • Rezeki: Segala bentuk rezeki yang akan diterima selama hidup.
  • Ajal: Waktu kematian yang telah ditentukan.
  • Amal: Segala perbuatan yang akan dilakukan.
  • Kebahagiaan atau Kecelakaan: Apakah seseorang akan berakhir dalam kebahagiaan (surga) atau kecelakaan (neraka).

Hadis ini menekankan bahwa sejak dalam kandungan, Allah telah menetapkan takdir setiap manusia, termasuk rezeki, umur, amal perbuatan, dan nasib akhirnya. Hal ini mengajarkan kepada kita untuk selalu berusaha dan berdoa, serta tawakal kepada Allah dalam menjalani kehidupan.

Selain itu, dalam hadis lain disebutkan bahwa Allah menciptakan Adam dari tanah yang diambil dari berbagai tempat di bumi, yang menjelaskan keragaman sifat dan karakter manusia.

Dengan memahami hadis-hadis ini, kita dapat lebih menghargai proses penciptaan manusia dan menyadari betapa besar kekuasaan Allah dalam menentukan segala sesuatu.

Berikut adalah beberapa hadis yang menjelaskan proses penciptaan manusia dan penetapan takdirnya:

  1. Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim:
  • Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa nutfah (setetes mani), kemudian menjadi ’alaqah (segumpal darah) selama itu pula, kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu pula. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan untuk menuliskan empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah dia termasuk orang yang bahagia atau celaka.”
  1. Hadis Riwayat Muslim:
  • Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh permukaan bumi. Maka, anak cucu Adam lahir sesuai dengan (sifat) tanah tersebut; ada yang berkulit merah, putih, hitam, dan antara itu; yang mudah, yang sedih, yang buruk, dan yang baik.”
  1. Hadis Riwayat Ahmad:
  • Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketika nutfah telah melewati empat puluh dua malam, Allah mengutus seorang malaikat kepadanya yang membentuknya, menciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya.”
  1. Hadis Riwayat Tirmidzi:
  • Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketika Allah menciptakan Adam, Dia mengusap punggungnya dan menjatuhkan dari punggungnya keturunannya seperti biji-bijian, kemudian Dia menjadikan mereka dua kelompok; satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri. Kemudian Allah berfirman kepada kelompok yang di sebelah kanan: ‘Masuklah ke dalam surga.’ Dan kepada kelompok yang di sebelah kiri: ‘Masuklah ke dalam neraka.’”
  1. Hadis Riwayat Abu Dawud:
  • Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa nutfah, kemudian menjadi ’alaqah selama itu pula, kemudian menjadi mudhghah selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan untuk menuliskan empat kalimat: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah dia termasuk orang yang bahagia atau celaka.”

Hadis-hadis di atas memberikan pemahaman mendalam tentang proses penciptaan manusia, mulai dari tahap awal sebagai nutfah hingga ditiupkannya ruh, serta penetapan takdir yang mencakup rezeki, umur, amal perbuatan, dan nasib akhir di akhirat.

Dalam ajaran Ahlul Bait, terdapat beberapa hadis yang menjelaskan proses penciptaan manusia dan asal-usulnya. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Penciptaan Manusia dari Tanah:
  • Imam Ali bin Abi Thalib a.s. dalam Nahjul Balaghah menyatakan bahwa Allah menciptakan Adam dari tanah liat yang kering dan membentuknya dengan sempurna sebelum meniupkan ruh ke dalamnya. Hal ini sejalan dengan penjelasan Al-Qur’an bahwa manusia pertama, Adam, diciptakan dari tanah.
  1. Tahapan Penciptaan dalam Rahim:
  • Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. menjelaskan bahwa embrio manusia dalam rahim ibu mengalami beberapa tahapan: pertama sebagai nutfah (setetes mani), kemudian menjadi ’alaqah (segumpal darah), lalu mudhghah (segumpal daging), hingga akhirnya Allah meniupkan ruh ke dalamnya. Tahapan ini mirip dengan yang dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad ﷺ.
  1. Asal Usul Manusia dari Adam dan Hawa:
  • Ahlul Bait menegaskan bahwa seluruh umat manusia berasal dari pasangan pertama, Adam dan Hawa. Mereka menolak teori evolusi yang menyatakan bahwa manusia berasal dari spesies lain seperti kera atau ikan. Al-Qur’an dan hadis Ahlul Bait menekankan bahwa manusia diciptakan secara langsung oleh Allah dari tanah.
  1. Kedudukan Manusia sebagai Khalifah di Bumi:
  • Imam Ali a.s. menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai khalifah-Nya di bumi, dengan tujuan untuk mengenal dan menyembah-Nya. Manusia diberi akal dan kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan buruk, serta tanggung jawab untuk memakmurkan bumi sesuai dengan kehendak Allah.
  1. Penciptaan Manusia dalam Bentuk Terbaik:
  • Imam Muhammad Al-Baqir a.s. menafsirkan ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tin: 4). Beliau menjelaskan bahwa ini menunjukkan kemuliaan manusia yang diberikan akal, kemampuan berbicara, dan bentuk fisik yang sempurna dibandingkan makhluk lainnya.

Hadis-hadis dari Ahlul Bait ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang proses penciptaan manusia, asal-usulnya, serta tujuan penciptaannya menurut perspektif Islam.

Berikut adalah tambahan lima hadis dari Ahlul Bait yang menjelaskan proses penciptaan manusia dan aspek terkait:

  1. Penciptaan Manusia dalam Bentuk Terbaik:
  • Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. berkata: “Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan menjadikannya contoh bagi makhluk lainnya.”
  1. Asal Usul Manusia dari Adam dan Hawa:
  • Imam Ali a.s. menyatakan: “Seluruh umat manusia berasal dari Adam dan Hawa. Tidak ada kelebihan satu ras atas yang lain kecuali dalam ketakwaan.”
  1. Kedudukan Manusia sebagai Khalifah di Bumi:
  • Imam Ali a.s. berkata: “Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya di bumi untuk memakmurkannya dan menegakkan keadilan.”
  1. Penciptaan Manusia dari Tanah:
  • Imam Muhammad Al-Baqir a.s. menjelaskan: “Allah menciptakan Adam dari berbagai jenis tanah di bumi, sehingga keturunannya memiliki beragam sifat dan karakter.”
  1. Tujuan Penciptaan Manusia:
  • Imam Ali a.s. berkata: “Allah menciptakan manusia untuk mengenal-Nya, beribadah kepada-Nya, dan mencapai kesempurnaan melalui petunjuk-Nya.”

Hadis-hadis ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pandangan Ahlul Bait mengenai penciptaan manusia, tujuan hidup, dan peran manusia di dunia.

Para mufasir (ahli tafsir) telah memberikan penjelasan mendalam mengenai proses penciptaan manusia sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Berikut adalah beberapa pandangan mereka:

  1. Penciptaan Manusia dari Tanah:
  • Menurut Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, manusia pertama, yaitu Nabi Adam a.s., diciptakan oleh Allah dari tanah liat yang dibentuk dan kemudian ditiupkan ruh ke dalamnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hajj [22]: 5, yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah.
  1. Tahapan Penciptaan dalam Rahim:
  • Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa setelah penciptaan Adam, keturunan manusia melalui proses penciptaan dalam rahim ibu. Proses ini meliputi tahapan nutfah (setetes mani), ‘alaqah (segumpal darah), dan mudhghah (segumpal daging), sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Mu’minun [23]: 12-14.
  1. Manusia sebagai Khalifah di Bumi:
  • Dalam Tafsir Al-Maraghi, Ahmad Musthafa Al-Maraghi menafsirkan QS. Al-Baqarah [2]: 30, yang menyatakan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di bumi. Manusia diberi tanggung jawab untuk memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan.
  1. Hakikat Penciptaan Manusia:
  • Menurut Tafsir Rûh al-Bayân, manusia diciptakan dengan dua unsur, yaitu jasmani dan ruhani. Unsur jasmani berasal dari tanah, sementara ruhani adalah tiupan ruh dari Allah. Kedua unsur ini menjadikan manusia sebagai makhluk yang unik dan sempurna.
  1. Penolakan Teori Evolusi:
  • Beberapa mufasir menolak teori evolusi yang menyatakan bahwa manusia berasal dari spesies lain. Mereka berpendapat bahwa manusia pertama, Adam, diciptakan langsung oleh Allah dari tanah, tanpa melalui proses evolusi dari makhluk lain.

Pandangan para mufasir ini memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai asal-usul dan hakikat penciptaan manusia menurut perspektif Islam.

Berikut adalah lima tambahan penjelasan dari para mufasir mengenai penciptaan manusia menurut Al-Qur’an:

  1. Penciptaan Manusia dari Sari Pati Tanah:
  • Dalam Tafsir Al-Maraghi, dijelaskan bahwa manusia pertama, Nabi Adam a.s., diciptakan dari sari pati tanah liat. Hal ini merujuk pada QS. Al-Mu’minun [23]: 12-14, yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari sari pati tanah, kemudian menjadi setetes mani, segumpal darah, dan seterusnya hingga menjadi makhluk yang sempurna.
  1. Tahapan Penciptaan dalam Rahim:
  • Menurut Tafsir Al-Azhar oleh Buya Hamka, setelah penciptaan Nabi Adam a.s., keturunan manusia melalui proses penciptaan dalam rahim ibu. Proses ini meliputi tahapan nutfah (setetes mani), ‘alaqah (segumpal darah), dan mudhghah (segumpal daging), sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Mu’minun [23]: 12-14.
  1. Manusia sebagai Makhluk yang Dimuliakan:
  • Dalam Tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa Allah memuliakan manusia dengan memberikan akal, pengetahuan, dan kemampuan untuk memilih antara kebaikan dan keburukan. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Isra [17]: 70, yang menyatakan bahwa manusia telah dimuliakan dan dilebihkan atas banyak makhluk lainnya.
  1. Perbedaan Warna Kulit dan Bahasa sebagai Tanda Kebesaran Allah:
  • Menurut Tafsir Ibnu Katsir, perbedaan warna kulit dan bahasa di antara manusia merupakan tanda kebesaran Allah. Hal ini disebutkan dalam QS. Ar-Rum [30]: 22, yang menyatakan bahwa di antara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah penciptaan langit dan bumi, serta perbedaan bahasa dan warna kulit manusia.
  1. Penciptaan Manusia sebagai Ujian:
  • Dalam Tafsir Fi Zilalil Quran, Sayyid Qutb menjelaskan bahwa kehidupan manusia di dunia merupakan ujian untuk mengetahui siapa yang terbaik amalnya. Hal ini sesuai dengan QS. Al-Mulk [67]: 2, yang menyatakan bahwa Allah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji manusia.

Penjelasan-penjelasan ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang konsep penciptaan manusia dalam perspektif Al-Qur’an menurut para mufasir.

Para mufasir Syiah memberikan penjelasan mendalam mengenai konsep penciptaan manusia dalam Al-Qur’an. Berikut adalah beberapa pandangan mereka:

  1. Penciptaan Adam dari Tanah dan Pemberian Ruh:
  • Menurut pandangan Syiah, penciptaan manusia dipahami sebagai tindakan langsung dari Allah, yang menciptakan Adam dari tanah dan memberinya ruh. Konsep ini menekankan bahwa manusia memiliki aspek material (jasmani) dan spiritual (ruhani) yang berasal dari Allah.
  1. Kesetaraan Gender dalam Penciptaan:
  • Allamah Thabathaba’i dalam Tafsir al-Mizan menafsirkan QS. An-Nisa ayat 1 dengan menekankan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan dari jiwa yang satu, menunjukkan kesetaraan dalam hakikat kemanusiaan tanpa perbedaan di antara mereka.
  1. Makna Batin (Esoteris) dalam Tafsir:
  • Mufasir Syiah sering menggunakan metode tafsir batin, yang menekankan makna tersembunyi atau esoteris dari ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka meyakini bahwa selain makna lahiriah, terdapat makna batin yang hanya dapat dipahami oleh para Imam yang maksum.
  1. Peran Ahlul Bait dalam Penafsiran:
  • Dalam tradisi tafsir Syiah, Ahlul Bait (keluarga Nabi) memiliki peran sentral sebagai sumber otoritatif dalam memahami Al-Qur’an. Mereka dianggap sebagai penjaga dan penafsir utama ajaran Islam, termasuk konsep penciptaan manusia.
  1. Penekanan pada Aspek Moral dan Spiritual:
  • Pandangan Syiah menekankan bahwa penciptaan manusia tidak hanya sebagai makhluk biologis, tetapi juga sebagai entitas moral dan spiritual yang bertanggung jawab atas perbuatannya di dunia dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Keterangan foto tidak tersedia.

Manusia adalah makhluk spiritual

Pandangan-pandangan ini menunjukkan bahwa tafsir Syiah memberikan perhatian khusus pada aspek spiritual, moral, dan esoteris dalam memahami konsep penciptaan manusia, dengan penekanan pada peran Ahlul Bait sebagai penafsir utama ajaran Islam.

Berikut adalah lima tambahan pandangan dari mufasir Syiah mengenai penciptaan manusia menurut Al-Qur’an:

  1. Penciptaan Manusia sebagai Khalifah di Bumi:
  • Dalam Tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathaba’i menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, yang memiliki tanggung jawab untuk memakmurkan dan menjaga keseimbangan alam semesta. Hal ini sesuai dengan QS. Al-Baqarah [2]: 30, yang menyatakan bahwa Allah akan menjadikan seorang khalifah di bumi.
  1. Penciptaan Manusia dengan Fitrah Tauhid:
  • Menurut pandangan Syiah, manusia diciptakan dengan fitrah tauhid, yaitu kecenderungan alami untuk mengenal dan menyembah Tuhan. Tafsir Al-Mizan menyebutkan bahwa fitrah ini merupakan dasar bagi manusia untuk menerima wahyu dan petunjuk Ilahi.
  1. Penciptaan Manusia dengan Akal dan Nalar:
  • Allamah Thabathaba’i dalam Tafsir Al-Mizan menekankan bahwa Allah memberikan akal dan nalar kepada manusia sebagai sarana untuk memahami wahyu dan hukum-hukum-Nya. Akal ini menjadi alat bagi manusia untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan.
  1. Penciptaan Manusia dengan Kebebasan Memilih:
  • Dalam pandangan Syiah, manusia diberikan kebebasan memilih (ikhtiar) untuk menentukan jalan hidupnya. Tafsir Al-Mizan menjelaskan bahwa kebebasan ini merupakan ujian bagi manusia untuk memilih antara ketaatan kepada Allah atau pembangkangan.
  1. Penciptaan Manusia dengan Tujuan Akhirat:
  • Allamah Thabathaba’i dalam Tafsir Al-Mizan menyatakan bahwa tujuan akhir dari penciptaan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat. Proses kehidupan di dunia ini merupakan ujian untuk mencapai tujuan tersebut melalui amal saleh dan ketaatan kepada Allah.

 

Pandangan-pandangan ini menunjukkan bahwa tafsir Syiah memberikan perhatian khusus pada aspek spiritual, moral, dan esoteris dalam memahami konsep penciptaan manusia, dengan penekanan pada peran Ahlul Bait sebagai penafsir utama ajaran Islam.

Dalam pandangan ahli makrifat dan hakikat, penciptaan manusia dipahami sebagai proses yang melibatkan dimensi spiritual dan esoteris. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk mencapai pemahaman mendalam tentang Tuhan (makrifatullah) dan realitas sejati (hakikat).

Imam Al-Qusyairi dalam kitabnya “Ar-Risalah Al-Qusyairiyah” menyatakan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk mengenal Tuhan (makrifatullah). Ia mengutip pendapat Ibnu Abbas yang menafsirkan ayat “Wa mā khalaqtul jinna wal insa illā li ya‘budūn” (QS. Adz-Dzariyat: 56) dengan “illā li ya‘rifūn” yang berarti “melainkan supaya mereka mengenal-Ku”. Dengan demikian, makrifatullah menjadi tujuan utama penciptaan manusia.

Selain itu, dalam kajian tasawuf, penciptaan manusia dipahami sebagai proses yang melibatkan unsur-unsur spiritual dan material. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk mencapai pemahaman mendalam tentang Tuhan dan realitas sejati melalui proses pembersihan jiwa dan pengetahuan esoteris.

Dengan demikian, menurut pandangan ahli makrifat dan hakikat, penciptaan manusia bukan hanya sebagai makhluk biologis, tetapi juga sebagai entitas spiritual yang memiliki tujuan untuk mengenal Tuhan dan mencapai pemahaman mendalam tentang hakikat realitas.

Dalam pandangan ahli makrifat dan hakikat, penciptaan manusia dipahami sebagai proses yang melibatkan dimensi spiritual dan esoteris. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk mencapai pemahaman mendalam tentang Tuhan (makrifatullah) dan realitas sejati (hakikat).

Imam Al-Qusyairi dalam kitabnya “Ar-Risalah Al-Qusyairiyah” menyatakan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk mengenal Tuhan (makrifatullah). Ia mengutip pendapat Ibnu Abbas yang menafsirkan ayat “Wa mā khalaqtul jinna wal insa illā li ya‘budūn” (QS. Adz-Dzariyat: 56) dengan “illā li ya‘rifūn” yang berarti “melainkan supaya mereka mengenal-Ku”. Dengan demikian, makrifatullah menjadi tujuan utama penciptaan manusia.

Selain itu, dalam kajian tasawuf, penciptaan manusia dipahami sebagai proses yang melibatkan unsur-unsur spiritual dan material. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk mencapai pemahaman mendalam tentang Tuhan dan realitas sejati melalui proses pembersihan jiwa dan pengetahuan esoteris.

Dengan demikian, menurut pandangan ahli makrifat dan hakikat, penciptaan manusia bukan hanya sebagai makhluk biologis, tetapi juga sebagai entitas spiritual yang memiliki tujuan untuk mengenal Tuhan dan mencapai pemahaman mendalam tentang hakikat realitas.

Berikut adalah lima tambahan pandangan dari ahli makrifat dan hakikat mengenai penciptaan manusia:

  1. Penciptaan Manusia sebagai Makhluk yang Sempurna:
  • Manusia diciptakan dengan kesempurnaan dan keunikan, berbeda dengan makhluk lainnya. Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam karena akal dan pengetahuan yang dianugerahkan kepadanya.
  1. Penciptaan Manusia dengan Fitrah Tauhid:
  • Manusia diciptakan dengan fitrah tauhid, yaitu kecenderungan alami untuk mengenal dan menyembah Tuhan. Fitrah ini menjadi dasar bagi manusia untuk menerima wahyu dan petunjuk Ilahi.
  1. Penciptaan Manusia dengan Akal dan Nalar:
  • Allah memberikan akal dan nalar kepada manusia sebagai sarana untuk memahami wahyu dan hukum-hukum-Nya. Akal ini menjadi alat bagi manusia untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan.
  1. Penciptaan Manusia dengan Kebebasan Memilih:
  • Manusia diberikan kebebasan memilih (ikhtiar) untuk menentukan jalan hidupnya. Kebebasan ini merupakan ujian bagi manusia untuk memilih antara ketaatan kepada Allah atau pembangkangan.
  1. Penciptaan Manusia dengan Tujuan Akhirat:
  • Tujuan akhir dari penciptaan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat. Proses kehidupan di dunia ini merupakan ujian untuk mencapai tujuan tersebut melalui amal saleh dan ketaatan kepada Allah.

Pandangan-pandangan ini menunjukkan bahwa tafsir Syiah memberikan perhatian khusus pada aspek spiritual, moral, dan esoteris dalam memahami konsep penciptaan manusia, dengan penekanan pada peran Ahlul Bait sebagai penafsir utama ajaran Islam.

 

Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, penciptaan manusia dipahami sebagai proses yang melibatkan dimensi spiritual dan esoteris. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk mencapai pemahaman mendalam tentang Tuhan (makrifatullah) dan realitas sejati (hakikat).

Imam Al-Qusyairi dalam kitabnya “Ar-Risalah Al-Qusyairiyah” menyatakan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk mengenal Tuhan (makrifatullah). Ia mengutip pendapat Ibnu Abbas yang menafsirkan ayat “Wa mā khalaqtul jinna wal insa illā li ya‘budūn” (QS. Adz-Dzariyat: 56) dengan “illā li ya‘rifūn” yang berarti “melainkan supaya mereka mengenal-Ku”. Dengan demikian, makrifatullah menjadi tujuan utama penciptaan manusia.

Selain itu, dalam kajian tasawuf, penciptaan manusia dipahami sebagai proses yang melibatkan unsur-unsur spiritual dan material. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk mencapai pemahaman mendalam tentang Tuhan dan realitas sejati melalui proses pembersihan jiwa dan pengetahuan esoteris.

Dengan demikian, menurut pandangan ahli hakikat Syiah, penciptaan manusia bukan hanya sebagai makhluk biologis, tetapi juga sebagai entitas spiritual yang memiliki tujuan untuk mengenal Tuhan dan mencapai pemahaman mendalam tentang hakikat realitas.

Berikut adalah lima tambahan pandangan dari ahli hakikat Syiah mengenai penciptaan manusia:

  1. Penciptaan Manusia sebagai Makhluk yang Sempurna:
  • Manusia diciptakan dengan kesempurnaan dan keunikan, berbeda dengan makhluk lainnya. Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam karena akal dan pengetahuan yang dianugerahkan kepadanya.
  1. Penciptaan Manusia dengan Fitrah Tauhid:
  • Manusia diciptakan dengan fitrah tauhid, yaitu kecenderungan alami untuk mengenal dan menyembah Tuhan. Fitrah ini menjadi dasar bagi manusia untuk menerima wahyu dan petunjuk Ilahi.
  1. Penciptaan Manusia dengan Akal dan Nalar:
  • Allah memberikan akal dan nalar kepada manusia sebagai sarana untuk memahami wahyu dan hukum-hukum-Nya. Akal ini menjadi alat bagi manusia untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan.
  1. Penciptaan Manusia dengan Kebebasan Memilih:
  • Manusia diberikan kebebasan memilih (ikhtiar) untuk menentukan jalan hidupnya. Kebebasan ini merupakan ujian bagi manusia untuk memilih antara ketaatan kepada Allah atau pembangkangan.
  1. Penciptaan Manusia dengan Tujuan Akhirat:
  • Tujuan akhir dari penciptaan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat. Proses kehidupan di dunia ini merupakan ujian untuk mencapai tujuan tersebut melalui amal saleh dan ketaatan kepada Allah.

Pandangan-pandangan ini menunjukkan bahwa tafsir Syiah memberikan perhatian khusus pada aspek spiritual, moral, dan esoteris dalam memahami konsep penciptaan manusia, dengan penekanan pada peran Ahlul Bait sebagai penafsir utama ajaran Islam.

Berikut adalah sepuluh kisah inspiratif dari Ahlul Bait yang dapat menjadi teladan bagi kita:

  1. Pengorbanan Ibu dari Anshar

Seorang ibu dari Anshar datang kepada Rasulullah SAW bersama sepuluh putranya, menawarkan mereka untuk berjihad di jalan Allah. Semua putranya syahid, kecuali yang bungsu. Ketika sang anak yang bungsu sakit parah, ia khawatir akan nasibnya. Namun, dengan berbaik sangka kepada Allah, anaknya pun wafat dan diampuni dosanya.

  1. Kisah Imam Ali dan Pengorbanannya

Imam Ali bin Abi Thalib dikenal dengan keberanian dan pengorbanannya. Ia tidur di tempat tidur Nabi Muhammad SAW saat hijrah untuk mengelabui musuh. Keberaniannya di medan perang dan kesetiaannya kepada Nabi menjadi teladan bagi umat Islam.

  1. Kisah Imam Hasan dan Imam Husain

Imam Hasan dan Imam Husain, putra Imam Ali dan Fatimah, menunjukkan keteladanan dalam kesabaran dan keberanian. Imam Hasan pernah menjadi khalifah dan memilih perdamaian untuk menghindari pertumpahan darah. Imam Husain, di sisi lain, syahid di Karbala untuk membela kebenaran.

  1. Kisah Imam Zainul Abidin dan Doa-doanya

Imam Zainul Abidin, putra Imam Husain, dikenal dengan ibadah dan doa-doanya yang mendalam. Kitab “Al-Sahifah Al-Sajjadiyah” berisi doa-doa beliau yang menjadi panduan spiritual bagi umat Islam.

  1. Kisah Imam Muhammad Baqir dan Ilmunya

Imam Muhammad Baqir, putra Imam Zainul Abidin, dikenal sebagai “Pembuka Ilmu” karena pengetahuannya yang luas. Beliau mengajarkan ilmu fiqih, tafsir, dan ilmu pengetahuan lainnya kepada para sahabat dan pengikutnya.

  1. Kisah Imam Ja’far Shadiq dan Filsafatnya

Imam Ja’far Shadiq, putra Imam Muhammad Baqir, dikenal dengan kecerdasan dan filsafatnya. Beliau mengajarkan ilmu-ilmu seperti kimia, fisika, dan astronomi, serta menjadi guru bagi banyak ilmuwan terkemuka.

  1. Kisah Imam Musa Kazim dan Kesabarannya

Imam Musa Kazim, putra Imam Ja’far Shadiq, dikenal dengan kesabarannya dalam menghadapi ujian hidup. Beliau pernah dipenjara selama bertahun-tahun namun tetap teguh dalam iman dan ibadah.

  1. Kisah Imam Ali Ridha dan Kepemimpinannya

Imam Ali Ridha, putra Imam Musa Kazim, diangkat sebagai wali ‘ahd oleh Khalifah Ma’mun. Beliau menunjukkan kepemimpinan yang adil dan bijaksana, serta memperkenalkan ilmu-ilmu Islam kepada masyarakat.

  1. Kisah Imam Muhammad Taqi dan Kecerdasannya

Imam Muhammad Taqi, putra Imam Ali Ridha, dikenal dengan kecerdasannya sejak usia muda. Beliau menjadi imam pada usia yang sangat muda dan menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang agama.

  1. Kisah Imam Ali Naqi dan Ketabahannya

Imam Ali Naqi, putra Imam Muhammad Taqi, dikenal dengan ketabahannya dalam menghadapi fitnah dan ujian. Beliau tetap teguh dalam mempertahankan ajaran Islam dan melawan penindasan.

Baca juga:
Kalahkan Real Madrid, Liverpool Di Puncak Klasemen Liga Champions

Kisah-kisah ini menunjukkan keteladanan Ahlul Bait dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengorbanan, ilmu pengetahuan, kesabaran, hingga kepemimpinan. Mereka menjadi contoh bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan.

Berikut adalah beberapa kisah kelahiran tokoh-tokoh Ahlul Bait yang penuh makna:

  1. Kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib

Imam Ali, sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW, lahir pada 13 Rajab, 23 tahun sebelum Hijrah. Keistimewaannya, ia dilahirkan di dalam Ka’bah, menjadikannya satu-satunya manusia yang lahir di tempat suci tersebut.

  1. Kelahiran Imam Hasan bin Ali

Imam Hasan, putra pertama Imam Ali dan Fatimah Az-Zahra, lahir pada bulan Ramadhan tahun 3 Hijriah. Nabi Muhammad SAW sendiri yang memberi nama Hasan, yang berarti “baik” atau “indah”.

  1. Kelahiran Imam Husain bin Ali

Imam Husain, adik Imam Hasan, lahir setahun setelahnya. Nama “Husain” juga diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, menunjukkan cinta dan perhatian khusus beliau kepada kedua cucunya.

  1. Kelahiran Imam Ali Zainal Abidin

Imam Ali Zainal Abidin, putra Imam Husain, lahir pada tahun 38 Hijriah. Beliau dikenal dengan julukan “Zainul Abidin” yang berarti “perhiasan para ahli ibadah” karena kesalehan dan ibadahnya yang luar biasa.

  1. Kelahiran Imam Muhammad Baqir

Imam Muhammad Baqir, putra Imam Ali Zainal Abidin, lahir pada tahun 57 Hijriah. Beliau dikenal sebagai “Baqirul Ulum” yang berarti “pembuka ilmu-ilmu” karena pengetahuan dan kebijaksanaannya yang mendalam.

  1. Kelahiran Imam Ja’far Shadiq

Imam Ja’far Shadiq, putra Imam Muhammad Baqir, lahir pada tahun 83 Hijriah. Beliau dikenal dengan kecerdasan dan keilmuannya yang luas, serta menjadi guru bagi banyak ilmuwan terkemuka.

  1. Kelahiran Imam Musa Kazim

Imam Musa Kazim, putra Imam Ja’far Shadiq, lahir pada tahun 128 Hijriah. Beliau dikenal dengan kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi ujian hidup.

  1. Kelahiran Imam Ali Ridha

Imam Ali Ridha, putra Imam Musa Kazim, lahir pada tahun 148 Hijriah. Beliau dikenal dengan kepemimpinan dan kebijaksanaannya, serta menjadi wali ‘ahd (pewaris takhta) bagi Khalifah Ma’mun.

  1. Kelahiran Imam Muhammad Taqi

Imam Muhammad Taqi, putra Imam Ali Ridha, lahir pada tahun 195 Hijriah. Beliau dikenal dengan kecerdasannya yang luar biasa dan menjadi imam pada usia yang sangat muda.

  1. Kelahiran Imam Ali Naqi

Imam Ali Naqi, putra Imam Muhammad Taqi, lahir pada tahun 212 Hijriah. Beliau dikenal dengan ketabahannya dalam menghadapi fitnah dan ujian, serta kepemimpinannya yang adil.

Kisah-kisah kelahiran ini menunjukkan keistimewaan dan kemuliaan Ahlul Bait sebagai keluarga yang dipilih oleh Allah untuk menjadi teladan bagi umat Islam.

Berikut adalah empat kisah tambahan mengenai kelahiran tokoh-tokoh Ahlul Bait yang penuh makna:

  1. Kelahiran Imam Ali Zainal Abidin

Imam Ali Zainal Abidin, putra Imam Husain, lahir pada tanggal 5 Sya’ban tahun 38 Hijriah di Madinah. Beliau dikenal dengan julukan “As-Sajjad” karena kesungguhannya dalam beribadah dan sujud. Setelah peristiwa Karbala, beliau menjadi penerus perjuangan ayahnya dalam menyebarkan ajaran Islam.

  1. Kelahiran Imam Ja’far Shadiq

Imam Ja’far Shadiq, putra Imam Muhammad Baqir, lahir pada tanggal 17 Rabiul Awal tahun 83 Hijriah di Madinah. Beliau dikenal dengan kecerdasan dan keluasan ilmunya, serta menjadi guru bagi banyak ilmuwan terkemuka pada masanya. Imam Ja’far Shadiq juga dikenal dengan gelar “Ash-Shadiq” yang berarti “yang jujur”.

  1. Kelahiran Imam Musa Kazim

Imam Musa Kazim, putra Imam Ja’far Shadiq, lahir pada tahun 128 Hijriah. Beliau dikenal dengan kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi ujian hidup, termasuk masa penahanan yang panjang. Imam Musa Kazim juga dikenal dengan gelar “Al-Kazim” yang berarti “yang menahan amarah”.

  1. Kelahiran Imam Ali Ridha

Imam Ali Ridha, putra Imam Musa Kazim, lahir pada tahun 148 Hijriah. Beliau dikenal dengan kepemimpinan dan kebijaksanaannya, serta menjadi wali ‘ahd (pewaris takhta) bagi Khalifah Ma’mun. Imam Ali Ridha juga dikenal dengan gelar “Al-Ridha” yang berarti “yang diridhai”.

Kisah-kisah kelahiran ini menunjukkan keistimewaan dan kemuliaan Ahlul Bait sebagai keluarga yang dipilih oleh Allah untuk menjadi teladan bagi umat Islam.

 

Dalam Islam, kelahiran seorang bayi dianggap sebagai anugerah besar dari Allah SWT yang patut disyukuri. Momen ini juga menjadi kesempatan bagi orang tua dan keluarga untuk mendoakan kebaikan bagi sang bayi.

Manfaat Membaca Doa untuk Bayi yang Baru Lahir:

  1. Melindungi dari Bahaya: Membaca doa kelahiran diyakini dapat melindungi bayi dari bahaya dan gangguan setan.
  2. Mendoakan Kebaikan Dunia dan Akhirat: Doa yang dibaca saat kelahiran mengandung harapan agar bayi tumbuh menjadi pribadi yang baik, bertakwa, dan cerdas, serta mendapatkan keberkahan dalam hidupnya.
  3. Menunjukkan Rasa Syukur kepada Allah SWT: Dengan membaca doa, orang tua dan keluarga menunjukkan rasa syukur atas anugerah kelahiran bayi yang sehat dan selamat.

Doa untuk Bayi yang Baru Lahir:

Berikut adalah doa yang dapat dibaca untuk bayi yang baru lahir:

‎“اللهم اجعلها (اسم المولود) من مواليد السعادة، واجعلها من أهل الجنة، واجعلها من أهل العلم والعمل الصالح.”

Transliterasi: “Allahumma ajilha (nama bayi) min mawalidi as-sa’adah, wa ajilha min ahlil jannah, wa ajilha min ahlil ’ilmi wal ’amali as-salih.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah (nama bayi) termasuk di antara orang-orang yang berbahagia, jadikanlah ia termasuk penghuni surga, dan jadikanlah ia termasuk orang-orang yang berilmu dan beramal shaleh.”

Selain itu, doa berikut juga dianjurkan:

‎“اللهم اجعلها (اسم المولود) من الصالحين، واجعلها من أهل القرآن، واجعلها من أهل الجنة.”

Transliterasi: “Allahumma ajilha (nama bayi) min ash-shalihin, wa ajilha min ahlil Qur’an, wa ajilha min ahlil jannah.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah (nama bayi) termasuk orang-orang yang shaleh, jadikanlah ia termasuk penghuni Al-Qur’an, dan jadikanlah ia termasuk penghuni surga.”

Membaca doa-doa ini dengan penuh khusyuk dan harapan akan membawa berkah bagi bayi yang baru lahir.

Berikut adalah tujuh doa tambahan yang dapat dibaca untuk bayi yang baru lahir, beserta manfaat dan tata caranya:

  1. Doa Meminta Perlindungan dari Setan

‎“أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ”

Transliterasi: “A’udzu bi kalimatillah at-tammati min kulli syaitanin wa hammah, wa min kulli ’ayni lammah.”

Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala setan dan binatang berbisa, serta dari segala mata yang jahat.”

Manfaat: Doa ini melindungi bayi dari gangguan setan dan pengaruh buruk dari mata yang dengki.

  1. Doa Meminta Kesehatan dan Keselamatan

‎“اللهم اجعلها (اسم المولود) من الصالحين، واجعلها من أهل القرآن، واجعلها من أهل الجنة.”

Transliterasi: “Allahumma ajilha (nama bayi) min ash-shalihin, wa ajilha min ahlil Qur’an, wa ajilha min ahlil jannah.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah (nama bayi) termasuk orang-orang yang shaleh, jadikanlah ia termasuk penghuni Al-Qur’an, dan jadikanlah ia termasuk penghuni surga.”

Manfaat: Doa ini mendoakan agar bayi tumbuh menjadi pribadi yang shaleh, mencintai Al-Qur’an, dan termasuk penghuni surga.

  1. Doa Meminta Kebaikan Dunia dan Akhirat

‎“اللهم اجعلها (اسم المولود) من مواليد السعادة، واجعلها من أهل الجنة، واجعلها من أهل العلم والعمل الصالح.”

Transliterasi: “Allahumma ajilha (nama bayi) min mawalidi as-sa’adah, wa ajilha min ahlil jannah, wa ajilha min ahlil ’ilmi wal ’amali as-salih.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah (nama bayi) termasuk di antara orang-orang yang berbahagia, jadikanlah ia termasuk penghuni surga, dan jadikanlah ia termasuk orang-orang yang berilmu dan beramal shaleh.”

Manfaat: Doa ini mendoakan agar bayi mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta menjadi pribadi yang berilmu dan beramal shaleh.

  1. Doa Meminta Kesehatan dan Keberkahan

‎“اللهم اجعلها (اسم المولود) من أهل البر والتقوى، واجعلها من أهل الجنة.”

Transliterasi: “Allahumma ajilha (nama bayi) min ahlil birri wat-taqwa, wa ajilha min ahlil jannah.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah (nama bayi) termasuk penghuni kebaikan dan ketakwaan, dan jadikanlah ia termasuk penghuni surga.”

Manfaat: Doa ini mendoakan agar bayi tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bertakwa, serta termasuk penghuni surga.

  1. Doa Meminta Perlindungan dari Penyakit

‎“اللهم اجعلها (اسم المولود) من أهل الصلاح، واجعلها من أهل الجنة.”

Transliterasi: “Allahumma ajilha (nama bayi) min ahlil shalah, wa ajilha min ahlil jannah.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah (nama bayi) termasuk orang-orang yang shaleh, dan jadikanlah ia termasuk penghuni surga.”

Manfaat: Doa ini mendoakan agar bayi tumbuh menjadi pribadi yang shaleh dan termasuk penghuni surga.

  1. Doa Meminta Kebaikan dan Keberkahan

‎“اللهم اجعلها (اسم المولود) من أهل الجنة، واجعلها من أهل العلم والعمل الصالح.”

Transliterasi: “Allahumma ajilha (nama bayi) min ahlil jannah, wa ajilha min ahlil ’ilmi wal ’amali as-salih.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah (nama bayi) termasuk penghuni surga, dan jadikanlah ia termasuk orang-orang yang berilmu dan beramal shaleh.”

Manfaat: Doa ini mendoakan agar bayi menjadi penghuni surga dan termasuk orang-orang yang berilmu dan beramal shaleh.

  1. Doa Meminta Kesehatan dan Keselamatan

‎“اللهم اجعلها (اسم المولود) من أهل الجنة، واجعلها من أهل العلم والعمل الصالح.”

Transliterasi: “Allahumma ajilha (nama bayi) min ahlil jannah, wa ajilha min ahlil ’ilmi wal ’amali as-salih.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah (nama bayi) termasuk penghuni surga, dan jadikanlah ia termasuk orang-orang yang berilmu dan beramal shaleh.”

Manfaat: Doa ini mendoakan agar bayi menjadi penghuni surga dan termasuk orang-orang yang berilmu dan beramal shaleh.


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment