Merasa Terus Jegal oleh UE, China Makin Meradang
JAKARTA -- Pesaingan dagang China dengan Uni Eropa (UE) makin menyala. Baru-baru ini, UE mengumumkan penurunan pajak tambahan (extra tarrif) bagi perusahaan mobil listrik (EV) yang unitnya diproduksi di China, termasuk Tesla.
Pajak tambahan itu diberlakukan Uni Eropa sebagai upaya melindungi produsen lokal. Kawasan tersebut menilai pemerintah China memberikan subsidi yang merusak harga pasar.
Meski pajak tambahan sudah diturunkan bagi Tesla, BYD, Geely, dan SAIC, namun pemerintahan Xi Jinping tetap mengecam pemberlakuan pajak tambahan di luar pajak standar impor EV sebesar 10%.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan penyelidikan Uni Eropa terhadap kebijakan subsidi China untuk industri EV tak berdasar.
Blok Eropa dinilai mempromosikan kompetisi pasar yang tak adil, dikutip dari CNBC International, Kamis (22/8/2024).
"China akan mengambil berbagai langkah untuk melawan hak-hak kami dan kepentingan perusahaan-perusahaan China," kata juru bicara Kementerian Perdagangan.
Baca juga:
Survei CSIS: Ini Peta Elektabilitas Paslon Disetiap Wilayah
Pekan ini, Komisi Eropa yang merupakan lembaga eksekutif Uni Eropa mengumumkan penurunan pajak tambahan bagi beberapa manufaktur EV yang mengimpor produknya ke Eropa dari China.
Pajak tambahan bagi Tesla ditetapkan menjadi 9% dari yang sebelumnya 20,8%.
Kebijakan pajak tambahan ini pertama kali diumumkan Uni Eropa pada Juni lalu. Menanggapi hal tersebut, pemerintah China dan industri EV China mengatakan pihaknya memiliki dokumen hukum dan bukti-bukti material untuk menentang keputusan Uni Eropa.
"Dokumen-dokumen ini memiliki bukti bahwa praktik Uni Eropa tak beralasan," kata Kementerian Perdagangan.
"Pajak tambahan akan mengganggu stabilitas pasokan industri EV termasuk di Eropa," lembaga tersebut melanjutkan.
Pemerintahan Xi Jinping lantang mengatakan akan menentang kebijakan Uni Eropa sekuat tenaga. (*)
Comments (0)
There are no comments yet