Di Balik Runtuhnya Kejayaan Kodak

M. Gazali - Bisnis
23 July 2024 15:00
Papan iklan Kodak (Forbes)

JAKARTA -- Sebelum berkembang pesat seperti sekarang, dunia fotografi berutang budi pada George Eastman. Dia merupakan pencipta kamera modern yang jadi tonggak sejarah fotografi modern. Namanya, The Kodak.

 

Setelah penemuannya pada 1888, Kodak lantas menjadi legenda. Sayang, kebesaran nama Kodak harus terhenti pada 2013. Alasannya sepele: para bos takut akan perubahan dan gagal melihat tantangan zaman.

 

Tak praktis seperti sekarang, dahulu kamera berukuran besar. Kira-kira seukuran microwave. Untuk mengambil visual, seseorang perlu membawa tripod besar, plat kaca, dan berbagai zat kimia. Sangat ribet.

 

Namun, bagi pecinta fotografi itu semua bukan halangan. Setidaknya itulah yang ada di pikiran George Eastman saat liburan ke Dominika pada 1878. Dia membawa semua peralatan fotografi dengan biaya menembus ratusan dollar.

 

Sebagaimana dipaparkan Elizabeth Brayer dalam George Eastman: A Biography (2006), saat itu Eastman sadar hobinya sangat mahal, sehingga dia memutuskan putar otak supaya sedikit keluar uang. Kebetulan tak lama terbit jurnal ilmiah terkait formula kimia untuk menghasilkan satu gambar dari kamera.

 

Dia membaca secara saksama dan mempraktikannya agar lebih sempurna. Prosesnya 3 tahun. Selama itu tak terhitung berapa kali dia gagal. Yang pasti setelah ratusan kali mencoba, Eastman berhasil membuat pelat kering dalam fotografi yang membuat orang tak lagi repot-repot membawa bahan kimia.

 

Plat kering itulah yang kemudian dipatenkan dan membuat pegawai bank itu terjun ke bisnis fotografi di bawah bendera Eastman Dry Plate Company pada 1881. Tujuh tahun kemudian, dia bersama William Hall Walker melahirkan kamera analog modern bernama Kodak.

 

Gara-gara Kodak, orang-orang tak lagi susah payah membawa peralatan fotografi yang besar. Hanya perlu memakai kamera segenggaman tangan, orang bisa mudah mengambil gambar. Entah profesional atau amatir.

Baca juga:
Bagi Karyawan yang Berkarir di Perusahaan Pro Israel, Ini Imbauan MUI

 

Tak heran, setelahnya nama Kodak dan Eastman melambung tinggi. Berkat pabrikan ini pula dunia mengenal gambar warna-warni. Sejarah fotografi dunia tak bisa lepas dari Kodak.

 

Sayang, Kodak yang dikenal pandai berinovasi berakhir bangkrut pada 2013. Alasannya seperti yang sudah disebut: takut akan perubahan dan gagal melihat tantangan zaman.

 

Kejadian ini bermula pada 1970-an. Insinyur Kodak, Steve Sasson, menemukan kamera digital, yang kini jadi kelaziman. Mengutip WE Forum, penemuan itu sebenarnya bisa membuat Kodak melangkah lebih jauh. Sayang, para pimpinan punya pikiran kolot. Tak paham kalau dunia fotografi tak pernah usai berinovasi.

 

"Itu bagus, tapi jangan ngasih tau ke siapapun," ucap Sasson menirukan jawaban para bosnya, kepada New York Times.

Pimpinan menganggap temuan Sasson punya banyak kelemahan. Sebut saja seperti pemprosesan yang lama, resolusi rendah hingga bobot kamera yang besar. Bisa saja terwujud di tahun 1970-an, tapi itu sama saja membunuh eksistensi Kodak sebagai penghasil kamera analog. Jika dibiarkan, perusahaan bisa bangkrut. 

 

Alhasil, mimpi lahirnya kamera digital dari Kodak terkubur. Akan tetapi, 2-3 dekade kemudian dunia fotografi berputar cepat. Kamera digital yang diremehkan muncul mengalahkan kamera analog. Pada titik ini, Kodak sudah kehilangan start sebab kamera digital sudah diciptakan pabrikan lagi.

 

Upaya mewujudkan inovasi baru sudah gagal. Akibatnya, semua ini menambah parah kesulitan finansial yang menimpa Kodak. Hingga akhirnya, perusahaan legendaris ini bangkrut pada 2013 silam. (*)


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment