
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Makna “Tuhan” memiliki berbagai pengertian tergantung pada sudut pandang agama, filsafat, dan budaya. Berikut makna Tuhan yang sering dipahami:
- Pencipta Segala Sesuatu
Tuhan dipahami sebagai entitas yang menciptakan alam semesta dan segala isinya, dari yang besar seperti galaksi hingga yang kecil seperti atom.
- Yang Maha Esa
Dalam banyak tradisi, Tuhan dianggap satu dan tak terbagi, tidak ada sekutu atau tandingan-Nya (Tauhid).
- Maha Kuasa (Omnipoten)
Tuhan memiliki kekuasaan yang tak terbatas dan mampu melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya.
- Maha Mengetahui (Omniscient)
Tuhan mengetahui segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, masa lalu, sekarang, dan masa depan.
- Sumber Moral dan Etika
Tuhan dipandang sebagai sumber nilai-nilai moral, etika, dan hukum yang mengatur kehidupan manusia.
- Pemberi Kehidupan dan Rezeki
Tuhan dianggap sebagai yang memberi kehidupan kepada makhluk dan menyediakan kebutuhan mereka.
- Pengasih dan Penyayang
Banyak agama menggambarkan Tuhan sebagai penuh kasih sayang kepada makhluk-Nya, seperti dalam Asmaul Husna “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim.”
- Hakim yang Adil
Tuhan adalah hakim tertinggi yang memberikan keadilan di dunia dan akhirat, membalas perbuatan baik dan buruk.
- Sumber Ketenangan Jiwa
Tuhan sering dianggap sebagai tempat berlindung bagi manusia dari segala kekhawatiran, memberikan ketenangan hati melalui iman dan doa.
- Yang Tak Terjangkau oleh Akal (Transenden)
Tuhan berada di luar batasan manusia, baik secara fisik, konseptual, maupun spiritual. Tidak ada yang setara dengan-Nya, dan Dia tidak dapat sepenuhnya dipahami oleh akal manusia.
Pemahaman tentang Tuhan ini bisa berbeda-beda tergantung pada kepercayaan dan tradisi masing-masing individu atau masyarakat. Apakah Anda ingin mendalami salah satu aspek ini?
Dalam Al-Qur’an, makna Tuhan dijelaskan melalui nama-nama, sifat-sifat, dan peran-Nya yang disebutkan dalam berbagai ayat. Berikut adalah makna Tuhan menurut Al-Qur’an:
- Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa
- “Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.” (QS. Al-Ikhlas: 1)
Tuhan adalah satu, tanpa sekutu, dan tidak memiliki perbandingan.
- Pencipta Segala Sesuatu
- “Allah menciptakan segala sesuatu, dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar: 62)
Tuhan adalah pencipta langit, bumi, dan seluruh makhluk.
- Maha Pengasih dan Penyayang
- “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah: 1)
Sifat kasih sayang-Nya mencakup semua makhluk di dunia.
- Maha Mengetahui (Al-‘Alim)
- “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 231)
Tuhan mengetahui apa yang tampak dan tersembunyi.
- Maha Kuasa (Al-Qadir)
- “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20)
Tidak ada yang dapat menghalangi kehendak-Nya.
- Hakim yang Adil (Al-Hakim)
- “Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS. At-Tin: 8)
Tuhan memutuskan dengan keadilan tanpa kekeliruan.
- Pemberi Kehidupan dan Kematian
- “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberikan rezeki, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu kembali.” (QS. Ar-Rum: 40)
Tuhan adalah sumber kehidupan dan kematian seluruh makhluk.
- Tempat Bergantung Segala Sesuatu
- “Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu.” (QS. Al-Ikhlas: 2)
Segala makhluk membutuhkan Tuhan, sementara Dia tidak membutuhkan apa pun.
- Maha Mendengar dan Melihat
- “Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)
Tuhan mengetahui segala ucapan dan perbuatan makhluk-Nya.
- Yang Tak Terbandingkan
- “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Ash-Shura: 11)
Tuhan melampaui segala bentuk makhluk-Nya, tidak dapat diserupakan atau dibayangkan.
Al-Qur’an mengajarkan bahwa memahami Tuhan berarti mengenal nama-nama dan sifat-Nya (Asmaul Husna) serta mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah dan ketaatan. Apakah Anda ingin mendalami salah satu ayat ini?
Dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, makna Tuhan dijelaskan melalui pengajaran yang menggambarkan sifat-sifat Allah, hubungan-Nya dengan makhluk, dan cara mengenal-Nya. Berikut adalah 10 makna Tuhan menurut hadis:
- Allah sebagai Yang Maha Pengasih dan Penyayang
- “Allah lebih penyayang kepada hamba-Nya daripada seorang ibu kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menggambarkan kasih sayang Allah yang melampaui kasih sayang manusia.
- Allah Dekat dan Mendengar Doa
- “Sesungguhnya Allah itu dekat dan mengabulkan doa.” (HR. Tirmidzi)
Allah dekat dengan hamba-Nya, mendengar doa, dan memenuhi kebutuhan mereka.
- Allah Mencintai Hamba-Nya yang Bertobat
- “Allah lebih bahagia dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan seseorang yang menemukan kembali barang miliknya yang hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah menunjukkan kasih-Nya kepada mereka yang kembali kepada-Nya.
- Allah Tidak Serupa dengan Makhluk
- “Janganlah kalian memikirkan dzat Allah, tetapi pikirkanlah ciptaan-Nya.” (HR. Abu Nu’aim)
Allah tidak dapat dibayangkan atau disamakan dengan makhluk-Nya.
- Allah Maha Pengampun
- “Allah berfirman: Wahai anak Adam, jika dosamu sampai setinggi langit kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu.” (HR. Tirmidzi)
Allah selalu membuka pintu ampunan bagi hamba-Nya.
- Allah Maha Adil
- “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR. Muslim)
Allah menegakkan keadilan mutlak dan melarang kezaliman.
- Allah Maha Mengetahui
- “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Allah mengetahui isi hati dan niat manusia.
- Allah sebagai Pelindung dan Penolong
- “Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu.” (HR. Tirmidzi)
Allah melindungi hamba-Nya yang menjaga ketaatan kepada-Nya.
- Allah sebagai Tempat Bergantung
- “Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Allah adalah satu-satunya tempat meminta dan bergantung.
- Allah Maha Pemurah dan Dermawan
- “Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Dia malu untuk menolak hamba-Nya yang mengangkat tangan berdoa kepada-Nya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Allah memberikan karunia tanpa batas kepada makhluk-Nya.
Hadis-hadis ini membantu memperkuat pemahaman tentang Allah sesuai dengan ajaran Al-Qur’an, dan memperlihatkan bagaimana hamba-Nya seharusnya berhubungan dengan-Nya. Apakah Anda ingin mendalami salah satu poin di atas?
Hadis-hadis dari Ahlul Bayt (keluarga Nabi Muhammad SAW) memberikan banyak wawasan mendalam tentang makna dan sifat-sifat Allah. Berikut adalah 10 makna Tuhan berdasarkan hadis-hadis Ahlul Bayt:
- Allah Tidak Terjangkau Akal Manusia
- Imam Ali bin Abi Thalib AS berkata: “Dia tidak dapat digambarkan oleh pikiran, tidak dapat diukur oleh indera, dan tidak dapat dibandingkan dengan makhluk-Nya.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 1)
Allah melampaui semua batasan dan persepsi manusia.
- Allah sebagai Pencipta Tanpa Contoh Sebelumnya
- Imam Ali AS berkata: “Dia menciptakan segala sesuatu tanpa model yang mendahului dan tanpa bantuan siapa pun.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 1)
Allah adalah pencipta mutlak yang tidak membutuhkan referensi atau bantuan.
- Allah Maha Dekat tetapi Tidak Bersentuhan
- Imam Ali AS berkata:”Dia dekat dengan segala sesuatu, tetapi tidak bersentuhan. Dia jauh dari segala sesuatu, tetapi tidak terpisah.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 1)
Ini menunjukkan kedekatan Allah dengan makhluk-Nya tanpa sifat fisik.
- Allah sebagai Pemilik Segala Kekuasaan
- Imam Ali AS berkata:
“Segala kekuasaan berasal dari Allah, dan Dia tidak membutuhkan sesuatu pun dari makhluk-Nya.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 186)
Allah memiliki kekuasaan mutlak tanpa ketergantungan pada siapa pun.
- Allah sebagai Sumber Cahaya Ilahi
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata:”Allah adalah cahaya langit dan bumi. Dia menerangi hati mereka yang mencari-Nya dengan keimanan.”Tafsir Al-Mizan, merujuk QS. An-Nur: 35)
Allah adalah sumber pencerahan spiritual.
- Allah Maha Pengampun
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata:”Tidak ada dosa yang lebih besar daripada rahmat Allah, maka jangan pernah putus asa dari rahmat-Nya.”(Al-Kafi, Jilid 2)
Rahmat Allah meliputi segala dosa, selama hamba bertobat.
- Allah Tidak Bergantung pada Apa Pun
- Imam Ali AS berkata:”Dia tidak bergantung pada apa pun, tetapi segala sesuatu bergantung kepada-Nya.”(Nahjul Balaghah, Khutbah 1)
Allah adalah tempat bergantung seluruh makhluk.
- Allah sebagai Tempat Kembali
- Imam Zainul Abidin AS dalam Doa Abu Hamzah Ats-Tsumali:
“Ya Allah, kepada-Mu kami kembali, karena Engkau adalah tujuan akhir segala makhluk.”
Allah adalah tujuan akhir dalam kehidupan dunia dan akhirat.
- Allah Mengetahui Segala Sesuatu
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata:
“Allah mengetahui apa yang ada di hati manusia sebelum mereka mengucapkannya.”(Al-Kafi, Jilid 1)
Baca juga:
Tujuh Arahan Presiden Jokowi kepada Para Penjabat Kepala Daerah
Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu, termasuk niat yang tersembunyi.
- Allah sebagai Penolong yang Selalu Ada
- Imam Ali AS berkata:”Jika kamu merasa kecil di hadapan masalahmu, ingatlah kebesaran Tuhanmu.”(Ghurar Al-Hikam)
Allah adalah pelindung dan penolong sejati bagi hamba-hamba-Nya.
Hadis-hadis dari Ahlul Bayt ini menegaskan keagungan Allah, hubungan-Nya dengan makhluk, dan cara manusia mengenal-Nya melalui ibadah dan refleksi mendalam. Apakah Anda ingin penjelasan lebih lanjut tentang salah satu hadis ini?
Menurut para mufassir (ahli tafsir) Al-Qur’an, tajalli atau manifestasi Tuhan diartikan sebagai cara-cara Allah menampakkan diri-Nya dalam bentuk yang dapat diterima oleh akal dan batin manusia. Mufassir Syiah, seperti juga mufassir Sunni, menafsirkan tajalli ini melalui penciptaan, sifat-sifat Tuhan, wahyu, dan pengalaman spiritual para nabi dan wali. Berikut adalah beberapa pandangan dari para mufassir mengenai tajalli:
- Tajalli dalam Tafsir Al-Qur’an
Para mufassir menganggap bahwa tajalli adalah salah satu cara Allah menunjukkan sifat-sifat-Nya kepada ciptaan-Nya, namun dengan cara yang tidak akan menyamai hakikat Allah itu sendiri. Beberapa mufassir menjelaskan tentang konsep ini dalam berbagai ayat.
Tajalli dalam QS. An-Nur: 35
- Ayat ini sering dianggap sebagai salah satu ayat yang berbicara tentang tajalli:
“Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang di dalamnya ada pelita, pelita itu dalam kaca, dan kaca itu seolah-olah bintang yang bercahaya.”
Dalam tafsir Al-Tabarsi (mufassir Syiah), ayat ini menggambarkan cahaya ilahi yang merupakan manifestasi dari sifat-sifat Allah yang menyinari seluruh alam semesta. Cahaya ini adalah petunjuk dan rahmat Allah yang dapat ditemukan dalam setiap ciptaan-Nya, terutama dalam petunjuk wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Tafsir Ibn Kathir (Sunni)
- Dalam tafsir Ibn Kathir, beliau mengartikan ayat ini dengan mengatakan bahwa Allah adalah sumber cahaya yang tak terbatas. Semua yang ada di langit dan bumi, termasuk ciptaan, merupakan manifestasi dari cahaya dan kekuatan-Nya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita tidak dapat melihat Allah secara langsung, tetapi kita dapat melihat tanda-tanda-Nya melalui ciptaan-Nya.
- Tajalli dalam Perspektif Mufassir Syiah
Para mufassir Syiah lebih menekankan pada tajalli Allah melalui para Imam Ahlul Bayt sebagai manifestasi paling nyata dari cahaya Ilahi di bumi. Beberapa mufassir Syiah menafsirkan bahwa Ahlul Bayt adalah mazhar (manifestasi) cahaya Tuhan.
Tafsir Al-Mizan oleh Allamah Tabatabai
- Dalam tafsir Al-Mizan, Allamah Tabatabai menulis bahwa tajalli bukanlah penampakan fisik, tetapi lebih kepada penyataan sifat-sifat Allah yang ada dalam alam semesta, wahyu, dan pribadi-pribadi suci seperti Nabi Muhammad SAW dan para Imam Ahlul Bayt.
- Beliau mengutip ayat QS. Al-A’raf: 143, yang menyebutkan pertemuan Nabi Musa dengan Allah di gunung, untuk menjelaskan bahwa tajalli yang dilihat oleh Nabi Musa bukanlah bentuk fisik Allah, tetapi adalah manifestasi dari cahaya-Nya yang hanya dapat diterima oleh makhluk dalam bentuk yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Tafsir Al-Bahr al-Muḥīt oleh Al-Zamakhshari
- Mufassir Sunni Al-Zamakhshari menjelaskan dalam tafsirnya bahwa tajalli Allah dalam ayat-ayat Al-Qur’an adalah cara Allah mengungkapkan sifat-sifat-Nya, seperti rahmat, keadilan, kebijaksanaan, dan kekuasaan-Nya. Tajalli ini terwujud dalam setiap ciptaan dan fenomena yang ada di alam semesta, yang pada dasarnya adalah tanda-tanda yang mengarahkan manusia untuk mengenali Tuhan.
- Tajalli dalam Tafsir dan Hikmah Ahlul Bayt
Menurut ajaran Ahlul Bayt, tajalli Allah lebih dipahami sebagai penyataan rahmat-Nya yang melalui wahyu dan para imam.
- Imam Ali AS dalam banyak ucapannya menegaskan bahwa Allah tidak tampak dengan mata, tetapi tajalli-Nya bisa disaksikan dalam kehidupan para nabi dan wali-Nya.
Dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali AS berkata:
“Sesungguhnya Allah tidak terlihat oleh mata, namun Dia tampak melalui tanda-tanda-Nya yang terdapat pada makhluk-Nya.”
Di sini, tajalli dipahami sebagai penampakan Allah yang bersifat metafisik dan spiritual, lebih kepada penyataan sifat-sifat-Nya dalam bentuk wahyu dan peran orang-orang yang sangat dekat dengan-Nya, seperti Nabi Muhammad SAW dan Imam Ali AS.
- Tajalli sebagai Rahmat dan Petunjuk dalam Tafsir
Para mufassir Syiah juga menekankan bahwa tajalli Allah bukan hanya terlihat dalam ciptaan, tetapi juga dalam petunjuk wahyu dan peran para imam sebagai penerus wahyu. Sebagai contoh, Imam Ali AS adalah manifestasi dari ilmu dan kebijaksanaan ilahi, di mana dalam banyak tafsir dijelaskan bahwa setiap kata dan perbuatan Imam Ali AS adalah tajalli dari cahaya ilahi yang memperkenalkan hakikat Tuhan kepada umat manusia.
Kesimpulan; Menurut para mufassir, tajalli Allah adalah manifestasi dari sifat-sifat-Nya yang dapat dirasakan dalam ciptaan, wahyu, dan orang-orang suci seperti Nabi Muhammad SAW dan para Imam Ahlul Bayt. Meskipun Allah tidak dapat dilihat secara langsung, tajalli Allah bisa dipahami melalui tanda-tanda-Nya di alam semesta, dalam kehidupan spiritual para nabi dan imam, dan dalam pengalaman batin seorang mukmin yang mencari kebenaran dan makrifatullah.
- Tajalli Allah dalam Alam Semesta (Tafsir Al-Jalalayn)
Dalam Tafsir Al-Jalalayn, yang merupakan tafsir populer di kalangan umat Islam Sunni, tajalli Allah dipahami sebagai manifestasi sifat-sifat-Nya yang bisa ditemukan dalam ciptaan-Nya.
Allah menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-Nya melalui alam semesta yang kita saksikan setiap hari. Langit, bumi, lautan, dan ciptaan lainnya adalah tanda-tanda (ayat) Allah yang menunjukkan keagungan-Nya. Semua yang ada di dunia ini, meskipun tidak bisa dilihat langsung sebagai Allah, adalah perwujudan dari kekuasaan-Nya yang tampak di alam fisik.
- QS. Al-Baqarah: 164
- “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan membawa apa yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, yang hidupkan bumi setelah matinya… terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir.”
- Tajalli dalam Wahyu dan Al-Qur’an (Tafsir At-Tabari)
Mufassir At-Tabari dalam tafsiran tafsirnya menyebutkan bahwa tajalli Allah juga dapat ditemukan dalam wahyu-Nya, terutama dalam Al-Qur’an.
Wahyu yang diterima oleh para nabi adalah bentuk penurunan cahaya ilahi yang menampakkan sifat-sifat Allah yang tidak tampak secara kasat mata. Al-Qur’an sendiri adalah bentuk tajalli yang paling sempurna, mengandung petunjuk hidup, hikmah, dan kebijaksanaan yang menyinari hati umat manusia.
- QS. Al-Isra: 9
- “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus…”
- Tajalli dalam Diri Nabi Muhammad SAW (Tafsir Al-Qurtubi)
Mufassir Al-Qurtubi menafsirkan bahwa tajalli Allah dapat disaksikan dalam diri Nabi Muhammad SAW, sebagai makhluk yang paling sempurna dalam menerima cahaya Ilahi.
Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi, dan dalam dirinya terkumpul seluruh cahaya dan sifat-sifat Ilahi. Semua wahyu yang diterima oleh beliau adalah bentuk tajalli Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad SAW menjadi mazhar atau cermin yang memantulkan sifat-sifat Allah kepada umatnya.
- QS. Al-Ahzab: 40
- “Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang lelaki di antara kalian, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi.”
- Tajalli dalam Hati Seorang Mukmin (Tafsir Al-Baghawi)
Mufassir Al-Baghawi menafsirkan bahwa tajalli Allah dapat terjadi dalam hati seorang mukmin yang bersih dan selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Ketika seorang hamba melakukan ibadah dengan penuh khusyuk dan ikhlas, Allah menyinari hatinya dengan cahaya makrifat yang membimbingnya untuk melihat tanda-tanda Tuhan di setiap aspek kehidupan. Inilah bentuk tajalli yang paling mendalam, karena menyentuh jiwa dan batin seorang mukmin.
- QS. Al-Baqarah: 2
- “Inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
- Tajalli dalam Pengorbanan Para Wali dan Imam (Tafsir Al-Kabir oleh Fakhr al-Din al-Razi)
Mufassir Fakhr al-Din al-Razi dalam Tafsir Al-Kabir menulis bahwa tajalli Allah juga dapat dilihat dalam pengorbanan dan perjuangan para wali dan imam, terutama Imam Ali AS dan para imam Ahlul Bayt.
Pengorbanan para wali dan imam adalah bentuk nyata dari cahaya Ilahi yang terpancar dalam kehidupan mereka. Contoh terbaik adalah pengorbanan Imam Husain AS di Karbala, di mana beliau menampilkan sifat-sifat Allah seperti keadilan, ketabahan, dan kecintaan kepada kebenaran. Pengorbanan ini menjadi tajalli yang menginspirasi umat manusia hingga kini.
- QS. At-Tawbah: 111
- “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan surga.”
Kesimpulan; Tajalli menurut para mufassir, baik Sunni maupun Syiah, adalah cara Allah menampakkan diri-Nya dalam berbagai bentuk yang dapat diterima oleh umat manusia. Ini dapat terjadi melalui wahyu, ciptaan-Nya, kehidupan para nabi dan wali, bahkan dalam hati seorang mukmin yang bersih. Meskipun Allah tidak dapat dilihat secara langsung, kita dapat merasakan manifestasi-Nya melalui segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan dalam pengorbanan para kekasih-Nya.
Para ahli makrifat dan hakikat, yang mendalami aspek spiritual dan esoterik dalam mengenal Tuhan, memberikan penjelasan mendalam tentang makna Tuhan. Berikut adalah 10 makna Tuhan menurut perspektif mereka, yang sering terinspirasi oleh Al-Qur’an, hadis, dan pengalaman spiritual:
- Allah sebagai Wujud Mutlak
- Menurut ahli makrifat, Allah adalah Wujud Mutlak (al-Wujud al-Mutlaq), yang keberadaan-Nya tidak tergantung pada apa pun, sedangkan segala sesuatu bergantung kepada-Nya.
- Ibn Arabi berkata: “Segala sesuatu adalah manifestasi dari Wujud-Nya, dan tidak ada wujud selain Dia.”
- Allah Tidak Dapat Dipahami Sepenuhnya
- Tuhan hanya bisa dikenali sejauh yang diizinkan oleh-Nya. Imam Ghazali mengatakan:
“Makrifat adalah mengetahui bahwa kita tidak bisa mengetahui hakikat-Nya sepenuhnya.”
- Allah sebagai Cahaya Kebenaran
- Berdasarkan QS. An-Nur: 35 (Allah adalah cahaya langit dan bumi), ahli hakikat menyatakan bahwa Allah adalah sumber cahaya batin yang menyingkapkan kebenaran kepada hati yang bersih.
- Imam Al-Haddad berkata: “Makrifat adalah menerima cahaya ilahi yang menunjukkan hakikat segala sesuatu.”
- Allah sebagai Al-Haqq (Kebenaran Mutlak)
- Tuhan adalah kebenaran yang mutlak dan satu-satunya realitas. Segala sesuatu selain Allah adalah bayangan atau manifestasi-Nya.
- Ibn Arabi menyebut: “Tidak ada yang ada kecuali Allah; segala sesuatu adalah pantulan dari Nama-Nya.”
- Allah sebagai Asal dan Tujuan Segala Sesuatu
- Para ahli makrifat percaya bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
- Jalaluddin Rumi berkata:
“Segala sesuatu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya, seperti sungai yang kembali ke lautan.”
- Allah sebagai Kekasih Sejati
- Dalam pandangan ahli tasawuf, Allah adalah al-Mahbub (Kekasih Sejati) yang dicari oleh hati manusia.
- Rumi berkata: “Aku mencari cinta di dunia, tetapi akhirnya aku sadar, cintaku yang sejati hanyalah kepada Tuhan.”
- Allah Dikenal Melalui Nama-Nama dan Sifat-Nya
- Ahli makrifat menekankan pentingnya memahami Asmaul Husna (Nama-Nama Allah) sebagai cara untuk mengenal Tuhan.
- Ibn Ata’illah berkata: “Melalui sifat kasih-Nya, Dia mendekatkan diri kepada hamba-Nya, meskipun Dia tak terjangkau.”
- Allah sebagai Kehadiran yang Selalu Ada
- Allah bukanlah entitas yang jauh, tetapi kehadiran-Nya selalu meliputi segalanya.
- Syeikh Abdul Qadir al-Jailani berkata: “Jika engkau membuka hatimu, engkau akan menemukan Allah hadir di dalamnya.”
- Allah sebagai Rahasia di Balik Kehidupan
- Para ahli makrifat percaya bahwa Allah adalah rahasia di balik segala sesuatu yang terlihat.
- Al-Hallaj berkata: “Aku adalah rahasia-Nya, dan Dia adalah rahasiaku.”
- Allah sebagai Yang Maha Dekat dan Maha Jauh
- Tuhan disebut Qarib (dekat) tetapi juga Ba’id (jauh). Dia dekat dalam sifat-Nya tetapi jauh dalam hakikat-Nya.
- Imam Junaid berkata: *“Allah lebih dekat daripada urat lehermu,
Dalam pandangan ahli hakikat dari tradisi Syiah, Tuhan (Allah) dipahami melalui dimensi esoterik (batiniah) yang menekankan hubungan antara makhluk dan Sang Pencipta. Pendekatan ini sering dipengaruhi oleh ajaran Ahlul Bayt, yang menekankan pada makrifat (pengetahuan mendalam), penyucian jiwa, dan kesadaran terhadap hakikat ilahi. Berikut adalah 10 makna Tuhan menurut ahli hakikat Syiah:
- Allah sebagai Wujud yang Tak Terbatas
- Allah adalah Al-Wujud Al-Mutlaq (Wujud Mutlak), tanpa batas, tanpa awal, dan tanpa akhir.
- Imam Ali AS berkata: “Dia ada sebelum segala sesuatu tanpa permulaan, dan tetap ada setelah segala sesuatu tanpa akhir.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 1)
- Allah Tidak Dapat Dicapai oleh Akal
- Hakikat Allah tidak dapat sepenuhnya dipahami oleh akal manusia, karena Dia melampaui segala sesuatu.
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata: “Apa pun yang dapat engkau bayangkan dalam pikiranmu, itu bukan Tuhan.”
(Usul Al-Kafi, Kitab Tauhid)
- Allah Dikenal melalui Manifestasi-Nya
- Allah dikenal melalui manifestasi sifat-sifat dan nama-nama-Nya (Asmaul Husna) dalam ciptaan.
- Imam Ali AS berkata: “Dia tampak dalam segala sesuatu tanpa bercampur dengannya, dan Dia tersembunyi dari segala sesuatu tanpa berpisah darinya.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 1)
- Allah sebagai Sumber Cahaya Ilahi (Nur)
- Allah adalah cahaya yang menerangi hati para pencari-Nya.
- Imam Muhammad Al-Baqir AS berkata: “Allah menciptakan makhluk dengan cahaya-Nya, dan siapa pun yang mencari cahaya itu akan mengenal-Nya.”
(Bihar Al-Anwar, Jilid 4)
- Allah sebagai Al-Haqq (Kebenaran Mutlak)
- Allah adalah kebenaran tertinggi, dan segala sesuatu yang ada adalah manifestasi dari kebenaran itu.
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata: “Allah adalah kebenaran, dan hanya mereka yang mengenal kebenaran dapat mengenal-Nya.”
(Usul Al-Kafi, Kitab Tauhid)
- Allah Dekat tetapi Tak Terjangkau
- Allah dekat dengan makhluk-Nya tetapi tetap transenden.
- Imam Ali AS berkata: “Dia dekat dengan makhluk-Nya tanpa bersentuhan, dan jauh dari mereka tanpa terpisah.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 1)
- Allah sebagai Kekasih Sejati (Al-Mahbub)
- Allah adalah tujuan akhir cinta manusia.
- Imam Zainul Abidin AS berkata dalam Munajat Al-Muhibbin:
“Engkaulah kekasih yang dicari oleh hati para pencinta, dan Engkau adalah kebahagiaan sejati mereka.”
- Allah sebagai Tempat Bergantung Segala Sesuatu
- Allah adalah tempat bergantung seluruh makhluk, sementara Dia tidak membutuhkan siapa pun.
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata: “Segala sesuatu bergantung pada-Nya, tetapi Dia mandiri dari semua itu.”
(Tafsir Al-Mizan, merujuk QS. Al-Ikhlas: 2)
- Allah sebagai Rahasia di Balik Kehidupan
- Allah adalah hakikat terdalam di balik segala ciptaan.
- Imam Ali AS berkata: “Dia adalah rahasia dalam segala sesuatu dan terang bagi segala kegelapan.”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 186)
- Allah sebagai Tujuan Akhir (Al-Ghayah)
- Allah adalah asal dan tujuan dari seluruh keberadaan.
- Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata: “Segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Dia adalah tujuan akhir pencarian setiap makhluk.”
(Usul Al-Kafi, Kitab Tauhid)
Kesimpulan; Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, mengenal Allah adalah perjalanan spiritual yang melibatkan penyucian jiwa, introspeksi, dan cinta mendalam kepada-Nya. Tuhan dikenal melalui manifestasi sifat-sifat-Nya dalam alam semesta, tetapi hakikat-Nya tetap tak terjangkau. Makrifatullah (mengenal Allah) adalah inti dari kehidupan spiritual, yang dipandu oleh ajaran para imam suci dari Ahlul Bayt.
Comments (0)
There are no comments yet