
Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*
Dalam perspektif ahli hakikat, qadha (قضاء) dan qadar (قدر) memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar takdir dalam arti umum. Berikut makna yang dapat dijelaskan:
- Qadha sebagai Ketetapan Ilahi yang Pasti
Qadha adalah hukum atau ketetapan pasti yang telah ditentukan oleh Allah berdasarkan ilmu-Nya yang azali. Ini mencerminkan kepastian dalam sistem keberadaan.
- Qadar sebagai Ukuran atau Takaran
Qadar adalah bagaimana ketetapan Allah diwujudkan dalam realitas dengan ukuran dan batas tertentu. Segala sesuatu memiliki kadar atau batasan yang ditetapkan sesuai dengan hikmah Ilahi.
- Hubungan antara Ilmu Allah dan Kejadian
Qadha dan qadar berkaitan erat dengan ilmu Allah yang mencakup segala sesuatu. Ilmu Allah bukan sekadar mengetahui apa yang terjadi, tetapi merupakan penyebab adanya sesuatu.
- Qadha Mubram dan Qadha Mu’allaq
- Qadha Mubram: Ketetapan yang tidak bisa berubah, seperti ajal yang sudah pasti.
- Qadha Mu’allaq: Ketetapan yang bisa berubah berdasarkan doa, amal, dan kondisi tertentu.
- Interaksi Antara Qadha dan Ikhtiar
Dalam hakikat, qadha dan qadar tidak meniadakan kehendak bebas manusia. Manusia tetap memiliki peran dalam menentukan nasibnya melalui pilihan dan amalnya.
- Qadha dan Qadar dalam Maqam Hakikat
Dalam maqam hakikat, qadha dan qadar bukan sekadar aturan kausalitas, tetapi manifestasi dari kehendak dan tajalli Allah. Orang yang mencapai makrifat memahami bagaimana qadha dan qadar bekerja dalam dirinya.
- Qadha dan Qadar dalam Perspektif Ahlulbait
Menurut riwayat Ahlulbait, qadha dan qadar harus dipahami dengan keseimbangan antara usaha dan tawakal.
Imam Ja’far Shadiq berkata:
“Bukan paksaan total, bukan kebebasan total, tetapi sesuatu di antara keduanya.”
- Qadar sebagai Manifestasi Asma Allah
Setiap takdir yang terjadi merupakan manifestasi dari salah satu Asma Allah. Misalnya, kasih sayang Allah dapat terlihat dalam qadar seseorang yang mendapat kemudahan, sementara keadilan Allah terlihat dalam ujian yang diberikan.
- Qadha dan Qadar dalam Alam Malakut
Ahli hakikat memahami bahwa sebelum qadha dan qadar turun ke alam fisik (mulk), ia terlebih dahulu melewati alam malakut (spiritual). Segala sesuatu di alam ini memiliki akar di alam yang lebih tinggi.
- Rahasia Qadha dan Qadar bagi Ahlul Ma’rifat
Orang yang telah mencapai makrifat tidak lagi melihat qadha dan qadar sebagai keterpaksaan, tetapi sebagai perjalanan menuju kesempurnaan. Mereka menerima segala ketetapan Allah dengan ridha dan memahami bahwa di balik setiap kejadian ada hikmah yang dalam.
Makna qadha dan qadar ini mengajarkan kita untuk selalu berserah diri kepada Allah tanpa kehilangan peran aktif dalam kehidupan.
Dalam Al-Qur’an, konsep qadha (قضاء) dan qadar (قدر) memiliki beberapa makna yang berkaitan dengan ketetapan dan ukuran yang ditentukan oleh Allah.
Berikut makna qadha dan qadar berdasarkan Al-Qur’an:
- Qadha sebagai Ketetapan Ilahi yang Pasti
Allah telah menetapkan segala sesuatu dengan hukum yang pasti. Ini adalah ketentuan yang tidak bisa diubah.
📖 “Dan Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya (qadar) dengan tepat.”(QS. Al-Furqan: 2)
- Qadar sebagai Ukuran dan Takaran
Qadar dalam Al-Qur’an berarti segala sesuatu memiliki ukuran dan batas tertentu sesuai dengan kehendak Allah.
📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (qadar).”
(QS. Al-Qamar: 49)
- Qadha sebagai Penyelesaian atau Keputusan Allah
Qadha juga berarti keputusan yang sudah ditetapkan oleh Allah bagi makhluk-Nya.
📖 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan (qadha) supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.”QS. Al-Isra: 23)
- Qadha sebagai Ketetapan tentang Ajal dan Kematian
Setiap makhluk hidup memiliki ajal yang telah ditentukan oleh Allah.
📖 “Kemudian Kami menentukan (qadha) kematianmu dan Kami tidak dapat dikalahkan.”
(QS. Al-Waqi’ah: 60)
- Qadar dalam Rezeki dan Kehidupan
Allah menetapkan kadar rezeki bagi setiap manusia, ada yang dilapangkan dan ada yang disempitkan.
📖 “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.”(QS. Al-Isra: 30)
- Qadha dan Qadar dalam Ujian Hidup
Allah telah menetapkan ujian bagi manusia sebagai bagian dari ketentuan-Nya.
📖 “Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Baqarah: 155)
- Qadar sebagai Ketetapan Hukum Alam
Segala yang terjadi di alam semesta telah diatur oleh Allah dengan sistem tertentu.
📖 “Dan segala sesuatu di sisi-Nya ada ukurannya (qadar).”
(QS. Ar-Ra’d: 8)
- Qadha sebagai Perintah yang Harus Dipatuhi
Qadha juga berarti hukum atau perintah Allah yang wajib ditaati oleh manusia.
📖 “Dan Allah telah memutuskan (qadha) bahwa aku tidak akan menyembah selain Dia.”
(QS. Maryam: 36)
- Qadar sebagai Ketetapan yang Bisa Berubah dengan Doa
Sebagian qadar dapat berubah dengan usaha dan doa manusia.
📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh).”
(QS. Ar-Ra’d: 39)
- Qadha dan Qadar dalam Konteks Kehendak Allah
Manusia tidak dapat melampaui qadar Allah, tetapi tetap memiliki kehendak untuk memilih jalannya.
📖 “Dan kamu tidak dapat menghendaki (sesuatu) kecuali jika dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. At-Takwir: 29)
Dari ayat-ayat ini, qadha dan qadar dalam Al-Qur’an mencakup ketetapan yang pasti, ukuran dalam penciptaan, hukum alam, rezeki, ujian hidup, hingga kehendak manusia dalam takdirnya. Hal ini menunjukkan keseimbangan antara ketentuan Allah dan peran manusia dalam hidupnya.
Dalam hadis-hadis Nabi Muhammad ﷺ dan riwayat Ahlulbait, qadha (قضاء) dan qadar (قدر) memiliki makna yang luas dan mendalam.
Berikut makna qadha dan qadar berdasarkan hadis:
- Qadha sebagai Ketetapan yang Sudah Ditulis di Lauh Mahfuzh
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena. Lalu Allah berfirman kepadanya: ‘Tulislah!’ Pena bertanya: ‘Apa yang harus aku tulis?’ Allah berfirman: ‘Tulislah qadar segala sesuatu hingga Hari Kiamat.’”(HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)
Makna: Segala ketetapan Allah telah ditulis dalam Lauh Mahfuzh sejak awal penciptaan.
- Qadar sebagai Ukuran dan Batas Rezeki
Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata:
“Rezeki itu ada dua: yang engkau kejar dan yang mengejarmu. Jika engkau tidak mendatanginya, ia akan datang kepadamu.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 379)
Makna: Setiap manusia memiliki rezeki yang telah ditentukan qadar-nya, tetapi usaha tetap diperlukan.
- Qadha sebagai Perintah Ilahi yang Tak Bisa Dihindari
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Jika Allah menetapkan (qadha) sesuatu untuk seorang hamba, maka tak ada yang bisa menghalanginya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Makna: Ada qadha yang pasti terjadi tanpa bisa diubah, seperti ajal dan hukum alam.
- Qadha dan Qadar dalam Kehidupan Manusia
Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Allah menciptakan makhluk dan menentukan qadar-nya. Lalu Dia meletakkan qadha-Nya atas mereka.”(Al-Kafi, jilid 1, hal. 151)
Makna: Allah menciptakan segala sesuatu dengan ukuran tertentu dan menetapkan ketentuannya dalam kehidupan.
- Qadar yang Bisa Berubah dengan Doa
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Doa dapat mengubah qadar yang telah ditetapkan, dan amal baik dapat memperpanjang umur.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Makna: Tidak semua qadar bersifat tetap. Doa dan amal bisa mengubahnya.
- Qadha sebagai Ketetapan yang Mengikuti Keadilan Ilahi
Imam Ali (as) berkata:
“Jika engkau memahami keadilan Allah, maka engkau akan memahami bahwa qadha dan qadar-Nya selalu dalam kebaikan.”(Nahjul Balaghah)
Makna: Qadha Allah selalu sesuai dengan keadilan-Nya, meskipun manusia tidak selalu memahaminya.
- Qadha dan Qadar dalam Keseimbangan Ikhtiar dan Takdir
Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Bukan paksaan total (jabr), bukan kebebasan total (tafwidh), tetapi sesuatu di antara keduanya.”
(Al-Kafi, jilid 1, hal. 156)
Makna: Manusia memiliki kehendak dalam hidupnya, tetapi tetap dalam batasan qadha dan qadar Allah.
- Qadar dalam Penciptaan Makhluk
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Allah telah menetapkan kadar setiap ciptaan-Nya sebelum menciptakannya.”(HR. Muslim)
Makna: Segala sesuatu telah diukur dengan kebijaksanaan Allah sebelum diciptakan.
- Qadha dan Qadar dalam Ujian Kehidupan
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan mengujinya.”
(HR. Tirmidzi)
Makna: Ujian yang diberikan kepada manusia adalah bagian dari qadha dan qadar Allah untuk menguji kesabaran dan ketakwaan.
- Qadar sebagai Manifestasi Ilmu dan Hikmah Allah
Imam Ali (as) berkata:
“Qadar Allah adalah ilmu-Nya tentang sesuatu sebelum terjadi. Qadha-Nya adalah perintah-Nya atas sesuatu ketika terjadi.”
(Nahjul Balaghah)
Makna: Qadar berkaitan dengan ilmu Allah tentang segala sesuatu sebelum terjadi, sedangkan qadha adalah eksekusi dari ketetapan tersebut.
Kesimpulan
Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa qadha adalah ketetapan yang pasti dari Allah, sedangkan qadar adalah ukuran dan takaran yang Allah tetapkan dalam penciptaan. Namun, dalam beberapa aspek kehidupan, doa dan amal baik dapat mempengaruhi qadar seseorang.
Pemahaman ini menyeimbangkan antara ketetapan Ilahi dan usaha manusia, sehingga kita tetap berserah diri kepada Allah tanpa kehilangan peran aktif dalam kehidupan.
Dalam ajaran Ahlulbait, qadha (قضاء) dan qadar (قدر) memiliki pemaknaan yang mendalam terkait dengan kehendak Allah dan peran manusia dalam kehidupan.
Berikut makna qadha dan qadar berdasarkan hadis Ahlulbait:
- Qadha dan Qadar adalah Sistem Ilahi dalam Penciptaan
Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Allah menciptakan segala sesuatu berdasarkan qadar sebelum mewujudkannya dalam qadha.”
(Al-Kafi, jilid 1, hal. 151)
Makna: Allah telah menentukan ukuran (qadar) bagi segala sesuatu sebelum menciptakannya, dan setelah itu Dia menetapkan keberadaannya dalam qadha.
- Qadha sebagai Ketetapan yang Pasti, Qadar sebagai Ukuran yang Bisa Berubah
Imam Ali (as) berkata:
“Qadar Allah adalah ilmu-Nya tentang sesuatu sebelum terjadi. Qadha-Nya adalah perintah-Nya atas sesuatu ketika terjadi.”
(Nahjul Balaghah)
Makna: Qadar adalah ketentuan sebelum peristiwa terjadi, sedangkan qadha adalah ketetapan saat peristiwa tersebut terjadi.
- Qadha Mubram dan Qadha Mu’allaq
Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Ada dua macam qadha: yang bisa berubah dan yang tidak bisa berubah. Apa yang Allah kehendaki untuk dihapus, Dia hapus. Dan apa yang Dia kehendaki untuk tetap, Dia tetapkan.”(Al-Kafi, jilid 1, hal. 156)
Makna:
- Qadha Mubram: Ketetapan yang tidak dapat diubah, seperti kematian yang telah ditentukan.
- Qadha Mu’allaq: Ketetapan yang bisa berubah berdasarkan doa dan amal manusia.
- Doa dan Amal Baik Dapat Mengubah Qadar
Imam Musa Al-Kazhim (as) berkata:
“Berbuat baik dan menyambung silaturahmi akan menghapus qadar yang buruk dan memperpanjang umur.”(Al-Kafi, jilid 2, hal. 471)
Makna: Qadar bukanlah sesuatu yang sepenuhnya tetap; manusia bisa mengubah sebagian takdirnya dengan amal dan doa.
- Qadha dan Qadar dalam Keseimbangan antara Ikhtiar dan Takdir
Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Bukan jabr (paksaan total) dan bukan tafwidh (kebebasan total), tetapi sesuatu di antara keduanya.”
(Al-Kafi, jilid 1, hal. 158)
Makna: Manusia memiliki kehendak bebas, tetapi dalam batasan qadha dan qadar Allah.
- Ujian sebagai Bagian dari Qadha dan Qadar
Imam Ali (as) berkata:
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan mengujinya sesuai dengan qadar yang telah Dia tetapkan.”(Nahjul Balaghah)
Makna: Ujian hidup bukanlah tanda kemurkaan Allah, tetapi bagian dari sistem qadha dan qadar untuk mengangkat derajat seseorang.
- Qadar dalam Rezeki dan Kehidupan
Imam Ali Ridha (as) berkata:
“Rezeki itu ada dua macam: satu yang telah ditetapkan dan satu yang diperoleh melalui usaha.”
(Bihar al-Anwar, jilid 71, hal. 136)
Makna: Sebagian rezeki sudah ditentukan dalam qadar, tetapi manusia tetap harus berusaha untuk mendapatkannya.
- Qadar sebagai Manifestasi Hikmah Allah
Imam Ali (as) berkata:
“Segala sesuatu memiliki qadar, bahkan ketidakmampuan pun memiliki batasnya sendiri.”
(Ghurar al-Hikam)
Makna: Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang terjadi tanpa hikmah dan perhitungan Allah.
- Qadar dalam Penciptaan Makhluk
Imam Muhammad Al-Baqir (as) berkata:”Allah telah menetapkan qadar bagi segala ciptaan-Nya sebelum menciptakannya, lalu Dia melaksanakan qadha-Nya terhadap mereka.”
(Tafsir al-Mizan, jilid 11, hal. 140)
Makna: Segala sesuatu telah ditetapkan ukurannya sebelum diciptakan.
- Rahasia Qadha dan Qadar hanya Diketahui oleh Ahlul Ma’rifat
Imam Ja’far Shadiq (as) berkata:
“Qadha dan qadar adalah rahasia Allah. Barang siapa yang berusaha menyelaminya tanpa ilmu, maka ia akan binasa.”
(Al-Kafi, jilid 1, hal. 160)
Baca juga:
Makna Kemenangan Persib Di Mata Mateo Kocijan
Makna: Pemahaman mendalam tentang qadha dan qadar hanya bisa diperoleh melalui ilmu dan makrifat yang benar.
Kesimpulan
Hadis-hadis Ahlulbait menunjukkan bahwa qadha adalah ketetapan Allah yang telah terjadi, sedangkan qadar adalah ukuran yang Allah tetapkan sebelum sesuatu terjadi. Beberapa ketentuan bisa berubah dengan doa dan amal, tetapi ada juga yang pasti terjadi. Konsep ini menyeimbangkan antara kehendak Allah dan usaha manusia, sehingga manusia tetap memiliki peran dalam menentukan nasibnya di dunia.
Para mufasir (ahli tafsir) memberikan berbagai pemahaman mengenai qadha (قضاء) dan qadar (قدر) berdasarkan Al-Qur’an dan hadis.
Berikut makna qadha dan qadar menurut para mufasir terkemuka:
- Qadha sebagai Ketetapan Allah yang Pasti
🔹 Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)
Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa qadha adalah keputusan Allah yang pasti terjadi tanpa perubahan. Ia menafsirkan ayat:
📖 “Apabila Dia menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.” (QS. Yasin: 82)
Makna: Qadha adalah keputusan Allah yang telah mencapai kepastian dan tidak bisa dihindari.
- Qadar sebagai Ukuran dan Takaran dalam Penciptaan
🔹 Tafsir Al-Mizan
Allamah Thabathabai juga menafsirkan ayat:
📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (qadar).” (QS. Al-Qamar: 49)
Makna: Qadar adalah bagaimana sesuatu ditetapkan berdasarkan sistem ketetapan Allah, termasuk panjang umur, rezeki, dan segala sesuatu yang ada di alam semesta.
- Qadha dan Qadar sebagai Sebab-Akibat dalam Kehidupan
🔹 Tafsir Majma’ Al-Bayan (Syaikh Thabarsi)
Syaikh Thabarsi menyebutkan bahwa qadha dan qadar adalah bagian dari hukum kausalitas yang diciptakan Allah. Misalnya, hujan turun karena adanya awan, tetapi Allah-lah yang menetapkan kapan dan di mana hujan turun.
📖 “Dan segala sesuatu di sisi-Nya ada ukurannya (qadar).” (QS. Ar-Ra’d: 8)
Makna: Segala sesuatu terjadi sesuai dengan sebab-akibat yang ditetapkan Allah dalam sistem-Nya.
- Qadha Mubram dan Qadha Mu’allaq
🔹 Tafsir Al-Kasyaf (Zamakhsyari)
Zamakhsyari membagi qadha menjadi dua:
- Qadha Mubram (ketetapan pasti): Tidak bisa berubah, seperti kematian yang sudah ditentukan.
- Qadha Mu’allaq (ketetapan yang bisa berubah): Bergantung pada doa, amal, dan usaha manusia.
📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)
Makna: Qadar dalam beberapa aspek bisa berubah, misalnya umur bisa diperpanjang dengan sedekah.
- Qadar sebagai Manifestasi Ilmu dan Kehendak Allah
🔹 Tafsir Mafatih Al-Ghaib (Fakhruddin Al-Razi)
Fakhruddin Al-Razi menafsirkan qadar sebagai manifestasi dari ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu sebelum terjadi.
📖 “Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di langit dan di bumi, kecuali tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. An-Naml: 75)
Makna: Qadar adalah ilmu Allah tentang segala sesuatu sebelum terjadi, sedangkan qadha adalah pelaksanaannya dalam realitas.
- Hubungan Qadha dan Qadar dengan Kehendak Bebas Manusia
🔹 Tafsir Al-Mizan
Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa manusia tetap memiliki kehendak bebas dalam batasan qadha dan qadar Allah. Ia mengutip hadis Imam Ja’far Shadiq (as):
“Bukan paksaan total (jabr), bukan kebebasan total (tafwidh), tetapi sesuatu di antara keduanya.”
📖 “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” QS. Ar-Ra’d: 11)
Makna: Qadha dan qadar tidak meniadakan usaha manusia. Manusia tetap bertanggung jawab atas perbuatannya.
- Qadar dalam Rezeki dan Kehidupan
🔹 Tafsir Ruh Al-Ma’ani (Al-Alusi)
Al-Alusi menafsirkan bahwa qadar mencakup rezeki, kesehatan, dan kehidupan sosial seseorang.
📖 “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al-Isra: 30)
Makna: Rezeki sudah ditentukan kadarnya, tetapi manusia harus berusaha untuk mendapatkannya.
- Qadha dan Qadar dalam Ujian Hidup
🔹 Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Syaikh Huweizi)
Syaikh Huweizi menjelaskan bahwa ujian hidup adalah bagian dari qadha dan qadar Allah untuk menguji keimanan manusia.
📖 “Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Makna: Ujian adalah bagian dari qadha dan qadar yang harus dihadapi dengan kesabaran dan tawakal.
- Qadha dan Qadar dalam Alam Malakut
🔹 Tafsir As-Safi (Mullah Fathullah Al-Kashani)
Al-Kashani menjelaskan bahwa sebelum qadha dan qadar turun ke alam dunia, ia terlebih dahulu melewati alam malakut (alam gaib).
📖 “Dan di sisi-Nya Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh).” (QS. Ar-Ra’d: 39)
Makna: Semua qadha dan qadar memiliki asal di alam yang lebih tinggi sebelum muncul dalam dunia fisik.
- Rahasia Qadha dan Qadar Tidak Bisa Dipahami Sepenuhnya oleh Manusia
🔹 Tafsir Al-Mizan
Allamah Thabathabai mengutip hadis Imam Ja’far Shadiq (as):
“Qadha dan qadar adalah rahasia Allah. Barang siapa yang berusaha menyelaminya tanpa ilmu, maka ia akan binasa.”
📖 “Mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Makna: Qadha dan qadar adalah ilmu Allah yang luas, dan manusia hanya dapat memahami sebagian kecil darinya.
Kesimpulan
Dari berbagai tafsir ini, qadha adalah keputusan final Allah, sedangkan qadar adalah ukuran dan sistem yang menentukan bagaimana sesuatu terjadi. Sebagian ketetapan Allah bisa berubah (qadha mu’allaq), sementara sebagian lainnya pasti terjadi (qadha mubram). Meskipun qadha dan qadar sudah ditetapkan, manusia tetap memiliki kehendak bebas dan bisa mengubah sebagian takdirnya melalui doa, amal, dan usaha.
- Qadha dan Qadar dalam Kehidupan dan Kematian
🔹 Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)
Dalam menafsirkan ayat:
📖 “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal (qadha), dan ada ajal tertentu yang ada di sisi-Nya (qadar).” (QS. Al-An’am: 2)
Makna:
- Qadar adalah ketetapan umur seseorang secara umum, misalnya rentang usia manusia sekitar 60-70 tahun.
- Qadha adalah waktu pasti kematian seseorang yang telah ditentukan oleh Allah.
- Qadar sebagai Perwujudan Keadilan Allah
🔹 Tafsir Al-Kasyaf (Zamakhsyari)
Zamakhsyari menafsirkan bahwa qadar bukanlah takdir yang zalim, tetapi manifestasi keadilan Allah.
📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran (qadar).” (QS. Al-Qamar: 49)
Makna: Allah menciptakan segala sesuatu dengan aturan dan keseimbangan yang sempurna, sehingga tidak ada ketetapan yang sewenang-wenang atau tidak adil.
- Qadha sebagai Ketetapan yang Mengatur Alam Semesta
🔹 Tafsir Fathul Qadir (Asy-Syaukani)
Dalam menafsirkan ayat:
📖 “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (qadha) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 38)
Makna: Qadha Allah tidak hanya mencakup manusia, tetapi juga hukum-hukum alam yang mengatur pergerakan benda langit, cuaca, dan fenomena alam lainnya.
- Qadar dalam Takdir Baik dan Buruk
🔹 Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Syaikh Huweizi)
Menafsirkan hadis Nabi ﷺ:
“Segala sesuatu terjadi dengan qadar, bahkan kelemahan dan kecerdasan seseorang.” (HR. Muslim)
📖 “Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.” (QS. As-Saffat: 96)
Makna: Qadar mencakup segala aspek kehidupan, termasuk keberhasilan, kegagalan, kekuatan, dan kelemahan manusia. Namun, manusia tetap memiliki tanggung jawab atas pilihannya.
- Qadha dan Qadar sebagai Ilmu yang Tidak Bisa Diketahui Sepenuhnya oleh Manusia
🔹 Tafsir Al-Burhan (Sayyid Hashim Al-Bahrani)
📖 “Dan tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” QS. Al-Hadid: 22)
Makna:
- Sebagian qadha dan qadar bisa dipahami manusia, seperti hukum sebab-akibat.
- Sebagian lainnya adalah rahasia Allah yang tidak bisa diungkap manusia, seperti mengapa seseorang lahir dalam kondisi tertentu.
Kita memahami bahwa qadha dan qadar tidak hanya terbatas pada kehidupan manusia, tetapi juga mengatur seluruh alam semesta. Allah menetapkan segala sesuatu dengan ukuran yang tepat, tetapi manusia tetap memiliki ruang untuk usaha dan doa. Ada ketetapan yang bisa berubah, ada pula yang tidak bisa dihindari.
Dalam perspektif ahli makrifat dan hakikat, qadha dan qadar bukan sekadar hukum ketetapan Tuhan yang bersifat zahir, tetapi juga merupakan manifes dari hakikat Ilahi dalam penciptaan dan perjalanan ruh manusia menuju kesempurnaan.
Berikut makna qadha dan qadar menurut para ahli makrifat dan hakikat, khususnya dalam tradisi Irfan (tasawuf falsafi):
- Qadha adalah Tajalli Kehendak Mutlak Allah
🔹 Ibnu Arabi dalam “Fusus al-Hikam”
“Qadha adalah tajalli pertama dari kehendak Allah yang bersifat mutlak, di mana setiap takdir (qadar) adalah wujud dari qadha tersebut.”
📖 “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah ia.” (QS. Yasin: 82)
Makna: Qadha adalah kehendak Allah yang tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia adalah ketetapan Ilahi yang mengalir dalam seluruh keberadaan.
- Qadar sebagai Manifestasi Asma dan Sifat Allah
🔹 Mulla Sadra dalam “Asfar al-Arba’ah”
“Qadar adalah pengukuran takdir berdasarkan tajalli asma dan sifat Allah pada setiap makhluk.”
📖 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran (qadar).” QS. Al-Qamar: 49)
Makna: Qadar adalah bagaimana setiap makhluk mendapatkan bagian dari manifestasi sifat Allah (seperti rahmat, keadilan, atau kebijaksanaan) dalam eksistensinya.
- Qadha dan Qadar dalam Martabat Wujud
🔹 Sadr al-Din Qunawi
“Qadha berada pada martabat wujud mutlak, sedangkan qadar adalah batasan eksistensial yang membentuk keberadaan makhluk.”
📖 “Dan di sisi-Nya Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)
Makna: Qadha berada dalam ilmu hakiki Allah, sedangkan qadar adalah bentuk nyata dari ilmu tersebut dalam alam penciptaan.
- Qadha adalah Ilmu Azali, Qadar adalah Wujud dalam Ruang dan Waktu
🔹 Syekh Mahmud Syabistari dalam “Gulshan-e-Raz”
“Apa yang tertulis di Lauh Mahfuzh adalah qadha, sedangkan apa yang tampak dalam kehidupan adalah qadar.”
📖 “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 39)
Makna: Qadha adalah ilmu azali Allah tentang segala sesuatu, sedangkan qadar adalah perwujudan ilmu tersebut dalam realitas.
- Qadar sebagai Hasil dari Makrifat dan Kesadaran Ruh
🔹 Allamah Thabathabai dalam “Tafsir al-Mizan”
“Manusia yang mencapai makrifat akan memahami bahwa qadar bukan sekadar ketentuan tetap, tetapi hasil dari interaksi ruh dengan hakikat wujud.”
📖 “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” QS. Ar-Ra’d: 11)
Makna: Qadar seseorang dapat berubah dengan peningkatan makrifat dan kesadaran spiritual.
- Qadha adalah Hakikat Ilahiyah, Qadar adalah Jalannya Hamba
🔹 Imam Khomeini dalam “Misbah al-Hidayah”
“Segala sesuatu dalam wujud adalah qadha Allah, sedangkan perjalanan manusia menuju kesempurnaan adalah qadar yang telah ditentukan baginya.”
Makna: Manusia bergerak dalam qadar, tetapi tujuan akhirnya tetap dalam ketetapan qadha Ilahi.
- Qadar dalam Hubungan antara Ruh dan Jasad
🔹 Mulla Hadi Sabzawari dalam “Sharh al-Manzumah”
“Qadar adalah hubungan antara jiwa dan tubuh, di mana ruh mengikuti ketentuan Ilahi yang telah ditentukan untuknya.”
Makna: Qadar menentukan kondisi jasmani dan ruhani manusia sesuai dengan maqamnya.
- Qadar dan Ilusi Kebebasan dalam Alam Mulk
🔹 Ibnu Arabi dalam “Futuhat al-Makkiyyah”
“Manusia mengira ia memiliki kebebasan penuh, padahal ia hanya bergerak dalam batas qadar yang telah ditetapkan dalam alam mulk (alam fisik).”
Makna: Kebebasan manusia hanya ada dalam batas qadar yang sudah digariskan Allah.
- Qadha dan Qadar dalam Mizan Amal
🔹 Sayyid Haidar Amuli
“Setiap amal manusia telah memiliki qadar tertentu yang akan menuntunnya kepada qadha akhiratnya.”
📖 “Barang siapa berbuat baik sebesar zarrah, niscaya ia akan melihatnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan sebesar zarrah, niscaya ia akan melihatnya pula.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Makna: Setiap amal sudah ditakar dalam qadar, dan hasilnya adalah qadha di akhirat.
- Qadar dalam Perjalanan Ruh menuju Allah
🔹 Mulla Sadra dalam “Asfar al-Arba’ah”
“Setiap ruh memiliki qadar perjalanan menuju Allah sesuai dengan tingkat makrifatnya.”
Makna: Makrifat menentukan jalan ruh dalam menempuh qadar spiritualnya.
- Qadha sebagai Hakikat Keesaan Allah
Qadha adalah manifestasi tauhid mutlak, di mana tidak ada yang terjadi tanpa kehendak-Nya.
- Qadar sebagai Ujian Kesabaran Hamba
Segala ujian sudah ditakar dalam qadar yang sesuai dengan maqam ruh seseorang.
- Qadha dan Qadar dalam Rahasia Nama-nama Allah
Setiap makhluk menerima takdir berdasarkan tajalli asma Allah dalam dirinya.
- Qadha dalam Martabat Haqiqah Muhammadiyah
Dalam makrifat hakiki, qadha sudah tertulis dalam cahaya hakikat Muhammad (saw).
- Qadar sebagai Penyesuaian Ruh dengan Wujud
Manusia harus menyelaraskan diri dengan qadar agar mencapai kesempurnaan spiritual.
Kesimpulan
Bagi ahli makrifat dan hakikat, qadha adalah ketetapan mutlak Ilahi dalam ilmu-Nya, sedangkan qadar adalah perwujudan takdir dalam eksistensi makhluk. Namun, manusia tetap memiliki peran dalam mengubah qadar spiritualnya melalui makrifat, ibadah, dan penyelarasan diri dengan kehendak Ilahi.
*Penulis adalah Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Comments (0)
There are no comments yet