Kolom: Makna “Ya Allah, kembalikanlah setiap yang hilang atau yang jauh.” (Bagian Pertama)

Supa Athana - Tekno & Sains
24 December 2024 13:52
Kalimat اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ berarti “Ya Allah, kembalikanlah setiap yang hilang atau yang jauh.”
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
              Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran

Kalimat اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ berarti “Ya Allah, kembalikanlah setiap yang hilang atau yang jauh.” Berikut makna dan konteks doa ini:
1.Kembalinya Orang yang Hilang
Memohon kepada Allah untuk mengembalikan orang yang tersesat, hilang, atau terpisah dari keluarganya.
2.Kembalinya Keimanan
Memohon agar seseorang yang jauh dari jalan kebenaran dan iman dapat kembali kepada Allah.
3.Kembalinya Rasa Cinta
Permohonan untuk memperbaiki hubungan yang renggang, seperti hubungan keluarga, persahabatan, atau pernikahan.
4.Kembalinya Nikmat yang Hilang
Doa agar Allah mengembalikan nikmat atau rezeki yang telah hilang.
5.Kembalinya Jiwa yang Tenang
Meminta ketenangan hati bagi seseorang yang sedang resah atau kehilangan kedamaian batin.
6.Kembalinya Orang Tersesat
Doa agar orang yang tersesat dalam pemikiran, perbuatan, atau jalan hidup kembali ke arah yang benar.
7.Kembalinya Harta yang Hilang
Permohonan agar Allah mengembalikan barang atau harta benda yang hilang.
8.Kembalinya Kesempatan yang Terlewatkan
Harapan agar Allah memberikan kesempatan baru setelah kehilangan peluang penting.
9.Kembalinya Kesehatan
Doa untuk kesembuhan bagi yang sedang sakit, sehingga ia dapat kembali sehat seperti sediakala.
10.Kembalinya Waktu untuk Kebaikan
Memohon agar waktu yang terbuang sia-sia dapat dimanfaatkan lebih baik untuk amal dan kebaikan.
 
Doa ini memiliki makna luas, sehingga dapat diterapkan pada berbagai situasi kehidupan, baik fisik, emosional, maupun spiritual.
 
Makna اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ berdasarkan Al-Qur’an dapat dihubungkan dengan beberapa ayat yang berbicara tentang permohonan kepada Allah untuk mengembalikan sesuatu yang hilang, seseorang yang tersesat, atau keadaan yang lebih baik. Berikut adalah beberapa ayat yang relevan:
1.Kembalinya Orang yang Hilang atau Terpisah
Dalam kisah Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf, Nabi Ya’qub berdoa kepada Allah agar anaknya yang hilang dapat kembali:
“Dan aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya.”
(QS. Yusuf: 86)
Kisah ini menunjukkan keyakinan Nabi Ya’qub bahwa Allah dapat mengembalikan orang yang hilang.
2.Kembalinya yang Tersesat ke Jalan yang Benar
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Doa ini bisa menjadi bagian dari usaha agar seseorang yang tersesat diberi hidayah untuk kembali ke jalan Allah.
3.Kembalinya Nikmat yang Hilang
Al-Qur’an mengingatkan untuk bersyukur kepada Allah agar nikmat tetap terjaga:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’”
(QS. Ibrahim: 7)
Doa ini dapat dimaknai sebagai permohonan untuk mengembalikan nikmat yang hilang.
4.Kembalinya Hidayah
Allah berfirman tentang orang-orang yang meminta petunjuk:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
(QS. Al-Fatihah: 6)
Ayat ini mencerminkan doa memohon Allah agar diri atau orang lain kembali ke jalan yang lurus.
5.Kembalinya Kesehatan dan Keselamatan
Dalam kisah Nabi Ayyub, ia berdoa untuk kesembuhan dan kebaikan setelah kehilangan kesehatan:
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia menyeru Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sungguh aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.’”
(QS. Al-Anbiya: 83)
6.Kembalinya Barang atau Harta yang Hilang
Doa Nabi Musa saat mencari petunjuk menunjukkan permohonan kepada Allah dalam kesulitan:
“Ya Tuhanku, sungguh aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.”
(QS. Al-Qasas: 24)
 
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an, konsep pengembalian sesuatu yang hilang, baik secara fisik maupun spiritual, selalu melibatkan permohonan kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan keyakinan.
 
Berikut tambahan 4 makna doa اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an:
7.Kembalinya Orang yang Bertobat
Allah berfirman bahwa Dia menerima tobat hamba-Nya yang kembali kepada-Nya:
“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’”
(QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini mencerminkan makna kembalinya jiwa yang jauh dari Allah melalui tobat.
8.Kembalinya Kedamaian Hati
Allah mengingatkan bahwa hanya dengan mengingat-Nya hati manusia akan tenang:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Doa ini bisa dimaknai sebagai permohonan agar Allah mengembalikan ketenangan dan kedamaian hati yang hilang.
9.Kembalinya Keadaan yang Baik Setelah Kesulitan
Allah menjanjikan bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan:
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5–6)
Doa ini dapat dimaknai sebagai harapan agar Allah mengembalikan keadaan sulit menjadi mudah dan penuh keberkahan.
10.Kembalinya Orang yang Terpisah karena Perjalanan atau Perang
Dalam kisah Nabi Musa, Allah mengingatkan bagaimana Dia mengembalikan ibunya setelah perpisahan:
“Maka Kami kembalikan dia kepada ibunya agar senang hatinya dan tidak bersedih hati.”
(QS. Al-Qasas: 13)
Ayat ini dapat dikaitkan dengan doa agar orang yang jauh, seperti musafir atau mereka yang terpisah karena perang, dapat kembali kepada keluarga dengan selamat.
 
Makna-makna ini menunjukkan bahwa permohonan اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ sangat luas, mencakup aspek spiritual, emosional, dan material yang relevan dalam kehidupan manusia.
 
Makna اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ dalam hadis dapat dikaitkan dengan berbagai riwayat Nabi Muhammad ﷺ yang menggambarkan doa, kasih sayang, dan upaya untuk mengembalikan sesuatu atau seseorang yang hilang atau jauh. Berikut adalah penjelasan berdasarkan hadis:
 
1. Kembalinya Orang yang Hilang
Rasulullah ﷺ mengajarkan umatnya untuk meminta perlindungan dan memohon kepada Allah dalam keadaan kehilangan sesuatu. Salah satu doa yang relevan adalah:
“Ya Allah, Zat yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya, kumpulkanlah sesuatu yang hilang kepadaku, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
 
Hadis ini mengajarkan bahwa memohon kepada Allah dapat membantu mengembalikan sesuatu atau seseorang yang hilang.
 
2. Kembalinya Hidayah kepada yang Tersesat
Rasulullah ﷺ sering berdoa untuk umatnya yang tersesat agar kembali kepada Allah. Salah satu doa beliau:
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
 
Doa ini menunjukkan kasih sayang Nabi ﷺ terhadap umatnya, bahkan kepada mereka yang memusuhinya, dengan harapan mereka kembali kepada kebenaran.
 
3. Kembalinya Hubungan yang Baik
Rasulullah ﷺ menganjurkan untuk memperbaiki hubungan yang renggang, sebagaimana beliau bersabda: “Bukanlah termasuk orang yang memutuskan (silaturahim) seseorang yang membalas kebaikan orang lain, tetapi orang yang menyambung silaturahim adalah orang yang tetap melakukannya meskipun hubungannya diputus.”
(HR. Bukhari)
 
Hal ini mencerminkan pentingnya doa dan usaha agar hubungan yang jauh atau renggang dapat kembali baik.
 
4. Kembalinya Kedamaian Setelah Musibah
Rasulullah ﷺ mengajarkan umatnya untuk bersabar dan berdoa kepada Allah saat kehilangan sesuatu, seperti dalam hadis:”Tidaklah seorang Muslim tertimpa musibah lalu ia mengucapkan: ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, Allahumma ajirnii fii mushiibatii wa akhlif lii khairan minhaa’ (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Ya Allah, berikanlah aku pahala dalam musibahku ini dan gantikanlah untukku yang lebih baik darinya), kecuali Allah akan menggantikan untuknya sesuatu yang lebih baik.”
(HR. Muslim)
 
Doa ini menunjukkan bahwa Allah dapat mengembalikan kedamaian dan kebaikan setelah kehilangan.
 
5. Kembalinya Barang yang Hilang
Rasulullah ﷺ bersabda tentang doa untuk menemukan barang yang hilang:”Barang siapa yang kehilangan sesuatu, maka hendaklah ia membaca: ‘Ya Allah, wahai Zat yang mengembalikan sesuatu yang hilang, wahai Zat yang memberi petunjuk dari kesesatan, kembalikanlah kepadaku barangku yang hilang dengan kekuasaan-Mu dan kebesaran-Mu, sesungguhnya barang itu adalah karunia dari-Mu dan pemberian-Mu.’”
(HR. Thabrani)
 
6. Kembalinya Keselamatan bagi yang Bepergian
Rasulullah ﷺ mengajarkan doa bagi musafir agar kembali dengan selamat:”Aku menitipkan agama, amanah, dan akhir amalmu kepada Allah.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
 
Doa ini sering dibaca untuk mendoakan orang yang pergi jauh agar dapat kembali dengan selamat kepada keluarga mereka.
 
7. Kembalinya Umat Islam kepada Persatuan
Rasulullah ﷺ menganjurkan umat Islam untuk saling mendoakan dan menjaga persatuan:”Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam kasih sayang dan persaudaraan adalah seperti satu tubuh, apabila satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dan demam.”(HR. Bukhari dan Muslim)
 
Doa ini mengandung harapan agar umat Islam yang jauh atau terpecah belah dapat kembali bersatu dalam kebaikan.
 
Hadis-hadis ini memperkuat pemahaman bahwa doa اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ mencakup makna luas, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual, dengan landasan akidah bahwa Allah Maha Kuasa untuk mengembalikan yang hilang dan menyatukan yang terpisah.
 
Makna اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ menurut hadis dari Ahlul Bayt dapat dihubungkan dengan riwayat-riwayat mereka yang menunjukkan perhatian terhadap orang yang hilang, terpisah, atau jauh—baik secara fisik maupun spiritual. Berikut adalah beberapa hadis dan penjelasan dari Ahlul Bayt yang relevan:
 
1. Kembalinya Orang yang Terpisah atau Hilang
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:”Jika salah seorang dari kalian kehilangan sesuatu, maka hendaklah ia berkata: ‘Ya Allah, Zat yang mengembalikan sesuatu yang hilang, kembalikanlah kepadaku apa yang hilang dariku dengan rahmat-Mu.’”(Kitab Al-Kafi, jilid 2, bab Doa)
 
Hadis ini menunjukkan bahwa Ahlul Bayt mengajarkan untuk memohon langsung kepada Allah ketika kehilangan sesuatu, baik barang maupun orang tercinta.
 
2. Kembalinya Hidayah kepada yang Tersesat
Imam Ali Zainal Abidin (as) dalam Sahifah Sajjadiyah sering berdoa agar orang yang jauh dari kebenaran diberi petunjuk. Salah satu doanya adalah:”Ya Allah, bimbinglah aku dan keluargaku agar selalu berada di jalan-Mu yang lurus, dan kembalikanlah kami kepada-Mu dalam keadaan selamat dan taat.”
(Sahifah Sajjadiyah, Doa 20)
 
Doa ini mencerminkan harapan agar Allah mengembalikan orang-orang yang tersesat kepada jalan-Nya yang benar.
 
3. Kembalinya Orang yang Berpergian
Dalam riwayat, Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) mengajarkan doa untuk orang yang sedang bepergian agar selamat dan kembali dengan kebaikan:”Ketika kamu melepas seseorang untuk bepergian, ucapkanlah: ‘Aku menitipkan dirimu kepada Allah yang menjaga setiap yang hilang dan mengembalikan setiap yang jauh.’”
(Kitab Man La Yahdhuruhul Faqih)
 
Doa ini mengajarkan pentingnya tawakal kepada Allah agar orang yang pergi jauh dapat kembali dengan selamat.
 
4. Kembalinya Orang yang Hilang secara Spiritual
Imam Ali (as) pernah berkata dalam Nahjul Balaghah:”Janganlah kamu memusuhi orang yang telah meninggalkan jalan kebenaran, tetapi doakanlah agar ia kembali kepada jalan tersebut dengan hidayah Allah.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 76)
 
Ucapan ini menunjukkan kasih sayang Imam Ali (as) terhadap mereka yang jauh dari kebenaran, dengan harapan agar mereka diberi hidayah dan kembali ke jalan yang benar.
 
5. Kembalinya Kedamaian Setelah Kehilangan
Sayyidah Zainab (as) dalam doanya pasca tragedi Karbala berkata:
“Ya Allah, kembalikanlah kepada kami kebaikan yang telah hilang, kuatkan hati kami untuk menghadapi musibah, dan gantikanlah kehilangan kami dengan keridhaan-Mu.”
(Riwayat dari Maqtal Al-Husayn)
 
Doa ini menunjukkan keikhlasan dan tawakal Ahlul Bayt kepada Allah untuk memulihkan kedamaian setelah musibah atau kehilangan.
 
6. Kembalinya Umat kepada Imam yang Hak
Imam Muhammad Al-Baqir (as) berkata:”Akan datang suatu masa di mana umat ini akan tersesat dari pemimpinnya yang hak, namun Allah akan mengembalikan mereka kepada kebenaran melalui petunjuk-Nya.”(Kitab Bihar Al-Anwar, jilid 52)
 
Hadis ini menyinggung peran Ahlul Bayt sebagai jalan kebenaran dan doa mereka agar umat yang tersesat kembali kepada kepemimpinan yang benar.
 
7. Kembalinya Nikmat yang Hilang
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:”Jika engkau kehilangan nikmat yang besar, maka ucapkanlah: ‘Ya Allah, Engkau yang memberi nikmat, maka kembalikanlah nikmat itu kepadaku dengan rahmat-Mu, dan janganlah Engkau memutuskan karunia-Mu dariku.’” (Kitab Al-Kafi)
 
Doa ini mengajarkan agar tetap bergantung kepada Allah untuk memulihkan nikmat yang hilang.
 
8. Kembalinya Imam Mahdi (as)
Doa dari Imam Hasan Al-Askari (as) untuk Imam Mahdi (as):”Ya Allah, perbaikilah umat ini dengan kembalinya pemimpin yang telah Engkau janjikan, dan jadikanlah kehadirannya membawa kebenaran dan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.”
(Kitab Mafatih Al-Jinan)
 
Doa ini mencerminkan harapan agar umat Islam yang jauh dari keadilan dapat kembali dipimpin oleh pemimpin yang hak (Imam Mahdi as).
 
Hadis-hadis Ahlul Bayt ini menunjukkan bahwa makna اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ mencakup pengembalian yang bersifat fisik, spiritual, maupun emosional, baik bagi individu maupun umat secara keseluruhan. Doa ini melibatkan keyakinan kepada Allah sebagai Zat yang Maha Mengembalikan segala sesuatu.
 
Makna اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ menurut para mufasir dapat dipahami melalui interpretasi ayat-ayat Al-Qur’an dan penjelasan mereka tentang konsep pengembalian (الرَّدُّ) dalam konteks yang luas, baik fisik maupun spiritual. Berikut ini adalah beberapa penafsiran yang mendukung makna doa ini:
 
1. Pengembalian Orang yang Hilang atau Terpisah
Para mufasir, seperti Imam Al-Qurthubi dan Ibnu Katsir, menjelaskan kisah Nabi Yusuf dan Nabi Ya’qub dalam QS. Yusuf: 86:
“Dan aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah…”
Ayat ini mengajarkan keyakinan bahwa Allah mampu mengembalikan sesuatu yang hilang, termasuk kembalinya Nabi Yusuf kepada ayahnya.
Tafsir Al-Qurthubi:
“Doa Nabi Ya’qub mencerminkan kepercayaan penuh kepada Allah sebagai satu-satunya tempat mengadu dan sumber kekuatan untuk mengembalikan apa yang telah hilang.”
 
Doa ini menjadi dasar untuk meminta Allah mengembalikan yang hilang dengan rahmat dan kebesaran-Nya.
 
2. Kembalinya Hidayah kepada yang Tersesat
Dalam QS. Al-An’am: 125:
“Barang siapa yang Allah kehendaki untuk diberi petunjuk, Dia akan melapangkan dadanya untuk menerima Islam…”
Tafsir Al-Mawardi:
“Allah memiliki kekuasaan mutlak untuk mengembalikan orang yang tersesat kepada hidayah. Doa ini mencerminkan harapan akan rahmat Allah bagi siapa saja yang jauh dari jalan-Nya.”
 
Mufasir menekankan bahwa doa ini mengandung permohonan agar hati yang jauh dari iman dapat kembali kepada Allah.
 
3. Pengembalian Kedamaian Setelah Musibah
QS. Al-Insyirah: 5–6:
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
 
Tafsir Ibnu Katsir:
“Allah menjanjikan bahwa setiap kesulitan pasti akan diiringi dengan kemudahan, termasuk pengembalian keadaan dari kesulitan kepada kelapangan.”
 
Doa ini dapat dimaknai sebagai harapan kepada Allah agar musibah atau keadaan sulit dapat dikembalikan menjadi kemudahan dan kedamaian.
 
4. Pengembalian Barang atau Nikmat yang Hilang
Dalam QS. Ibrahim: 7:”Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
 
Tafsir Al-Baghawi:
“Syukur adalah kunci bagi pengembalian nikmat yang telah hilang. Dengan doa dan kesyukuran, Allah akan memperbaiki keadaan seseorang dan mengembalikan apa yang hilang darinya.”
Doa ini menjadi bentuk pengakuan atas ketergantungan manusia kepada Allah dalam mendapatkan kembali nikmat yang hilang.
 
5. Kembalinya Orang yang Berpergian dengan Selamat
QS. Al-Qashash: 85:”Sungguh, (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.”
 
Tafsir At-Thabari:
“Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menjamin kembalinya Nabi Muhammad ﷺ ke Makkah setelah hijrah, dengan keamanan dan kemenangan. Ini menjadi pelajaran bahwa setiap perjalanan dapat berakhir dengan keselamatan atas izin Allah.”
 
Mufasir menggunakan ayat ini untuk menjelaskan pentingnya doa agar orang yang jauh dapat kembali dengan selamat kepada keluarganya.
 
6. Kembalinya Umat kepada Jalan yang Lurus
QS. Al-Fatihah: 6:”Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
 
Tafsir Fakhruddin Ar-Razi:
“Doa ini adalah bentuk pengakuan bahwa manusia senantiasa membutuhkan bimbingan Allah untuk kembali kepada jalan yang lurus. Ia juga mencakup doa bagi orang lain agar mereka yang tersesat dapat kembali ke jalan kebenaran.”
 
7. Kembalinya Kehidupan yang Hilang
QS. Yasin: 82:”Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.”
 
Tafsir Jalalain:
“Ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali sesuatu yang telah hilang, baik dalam konteks kehidupan duniawi maupun akhirat. Ini mencakup doa untuk mengembalikan keadaan yang telah hilang dengan kuasa-Nya.”
 
8. Kembalinya Imam Mahdi dan Keadilan
Dalam konteks syiah, doa ini sering dikaitkan dengan kembalinya Imam Mahdi (as) sebagai penyelamat umat. QS. Al-Anbiya: 105 menyebutkan:”Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di Lauhul Mahfuz, bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”
 
Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai):
“Ayat ini merujuk pada kembalinya keadilan di bumi melalui kepemimpinan Imam Mahdi (as). Doa untuk kembalinya sesuatu yang hilang juga mencakup permohonan agar umat manusia kembali kepada keadilan dan kebenaran melalui Imam yang dijanjikan.”
 
Makna اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ dalam pandangan mufasir mencakup pengembalian dalam berbagai bentuk: orang yang hilang, hidayah, nikmat, keselamatan, dan bahkan keadilan di akhir zaman. Semua ini didasarkan pada keyakinan bahwa Allah adalah Zat yang Maha Mengembalikan (الرَّادُّ).
 
Makna اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ menurut mufasir Syiah dapat ditelaah melalui tafsir mereka yang berfokus pada konsep pengembalian dalam Al-Qur’an, yang sering dikaitkan dengan hidayah, nikmat, dan kepemimpinan (wilayah) Ahlul Bayt. Berikut beberapa pandangan mufasir Syiah:
 
1. Pengembalian Orang yang Hilang atau Terpisah
Dalam kisah Nabi Yusuf, Allah berfirman:”Maka Kami kembalikan Yusuf kepada ibunya agar hatinya menjadi tenteram.”
(QS. Al-Qashash: 13)
 
Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai): Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa pengembalian ini mencerminkan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang beriman. Kisah ini menekankan bahwa tidak ada jarak atau keterpisahan yang mustahil bagi Allah untuk menyatukan kembali, baik dalam hubungan keluarga maupun dalam konteks spiritual.
 
Doa اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ mencakup harapan agar Allah mengembalikan semua yang hilang atau terpisah, baik fisik maupun nonfisik.
 
2. Kembalinya Hidayah kepada yang Tersesat
Dalam QS. An-Nur: 35, Allah berfirman:”Allah (memberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang yang di dalamnya ada pelita…”
 
Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Al-Huwaizi):
Ayat ini sering ditafsirkan sebagai simbol hidayah Allah yang tidak akan padam. Dalam tradisi Syiah, “pelita” tersebut diidentifikasi dengan Ahlul Bayt, yang merupakan jalan petunjuk bagi umat. Doa agar Allah “mengembalikan yang jauh” juga mencakup permohonan agar Allah membawa mereka yang tersesat kembali kepada cahaya kebenaran yang dilambangkan oleh para Imam Ahlul Bayt.
 
3. Kembalinya Nikmat yang Hilang
QS. Ibrahim: 7:”Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu.”
 
Tafsir Al-Mizan:
Allamah Thabathabai menafsirkan bahwa “nikmat” ini mencakup nikmat kepemimpinan dan panduan Ahlul Bayt. Ketika umat Islam menjauh dari Ahlul Bayt, mereka kehilangan nikmat terbesar, yaitu hidayah. Doa اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ dapat dimaknai sebagai harapan agar umat kembali kepada nikmat kepemimpinan Ahlul Bayt.
 
4. Kembalinya Keadilan di Akhir Zaman
QS. Al-Anbiya: 105:”Bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”
 
Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn:
Ayat ini sering dikaitkan dengan kembalinya Imam Mahdi (aj), yang dalam tradisi Syiah dianggap sebagai pemimpin akhir zaman yang akan membawa keadilan ke bumi. Doa اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ mencakup harapan agar Imam Mahdi, yang saat ini berada dalam keghaiban, kembali untuk menyelamatkan umat manusia dan mengisi bumi dengan keadilan.
 
5. Kembalinya Orang yang Berpergian atau Musafir
QS. Al-Qashash: 85:”Sungguh, (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.”
 
Tafsir As-Safi (Faid Al-Kasyani):
Mufasir ini menafsirkan ayat ini sebagai jaminan Allah untuk mengembalikan Rasulullah ﷺ ke Makkah setelah hijrah. Dalam konteks ini, doa agar Allah mengembalikan yang jauh juga mencakup pengharapan agar orang yang berpergian atau hilang dapat kembali dengan selamat kepada keluarga mereka.
 
6. Kembalinya Umat kepada Jalan yang Lurus
QS. Al-Fatihah: 6:”Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
 
Tafsir Al-Mizan:
Allamah Thabathabai menafsirkan “jalan yang lurus” sebagai jalan yang dipimpin oleh Ahlul Bayt. Ketika umat menjauh dari kepemimpinan mereka, doa ini menjadi permohonan agar mereka kembali kepada jalan kebenaran, yang dalam Syiah disebut sebagai wilayah (kepemimpinan) Ahlul Bayt.
 
7. Pengembalian Hati kepada Kedamaian
QS. Ar-Ra’d: 28:”Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
 
Tafsir Al-Kasyaf:
Ketenteraman hati adalah bagian penting dari hubungan dengan Allah. Para mufasir Syiah menekankan bahwa doa ini mencakup pengembalian hati yang gelisah kepada kedamaian, terutama melalui keterhubungan dengan Allah dan cinta kepada Ahlul Bayt.
 
8. Kembalinya Pemimpin yang Hak
QS. An-Nisa: 59:”Taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian.”
 
Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn:
Dalam tafsir ini, “ulil amri” diidentifikasi sebagai para Imam dari Ahlul Bayt. Doa اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ juga bisa dihubungkan dengan harapan kembalinya kepemimpinan Ahlul Bayt yang benar kepada umat Islam.
 
Kesimpulan; Menurut mufasir Syiah, makna اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ meliputi:
1.Pengembalian orang yang hilang atau terpisah.
2.Kembalinya hidayah kepada yang tersesat.
3.Kembalinya nikmat, terutama nikmat kepemimpinan Ahlul Bayt.
4.Kembalinya keadilan melalui Imam Mahdi (aj).
5.Kembalinya keselamatan bagi yang bepergian atau jauh.
6.Kembalinya umat kepada jalan yang lurus (Ahlul Bayt).
 
Doa ini mencerminkan kepercayaan bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Mengembalikan (الرَّادُّ) dan memiliki kekuasaan untuk mengembalikan segala sesuatu kepada tempat dan keadaan yang terbaik.
 
Makna اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ menurut ahli makrifat dan hakikat memiliki dimensi yang lebih mendalam dan spiritual. Dalam pendekatan ini, doa ini tidak hanya dilihat secara zahir, seperti pengembalian sesuatu yang hilang secara fisik, tetapi juga mencakup pengembalian keintiman dan hubungan manusia dengan Allah, yang menjadi tujuan tertinggi dalam perjalanan spiritual. Berikut adalah penjelasan makna ini berdasarkan perspektif makrifat dan hakikat:
 
1. Pengembalian Hamba kepada Allah sebagai Sumber Segala Sesuatu
 
Ahli makrifat seperti Ibn Arabi melihat bahwa keterasingan (الغربة) utama manusia adalah keterasingannya dari Allah. Doa اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ adalah permohonan agar setiap jiwa yang terasing dari Allah dikembalikan kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156)
 
Dari sudut pandang hakikat, pengembalian yang dimaksud adalah perjalanan kembali menuju Allah dalam keadaan yang lebih dekat, lebih murni, dan penuh kesadaran akan hakikat keberadaan manusia sebagai hamba.
 
2. Kembalinya Kesadaran Diri
Menurut ahli hakikat, banyak manusia yang “hilang” dalam dunia material dan lupa akan tujuan penciptaannya. Doa ini bermakna permohonan agar manusia kembali kepada kesadaran akan tugas utamanya sebagai makhluk yang menyembah Allah, sebagaimana firman-Nya:”Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
 
Doa ini mengandung harapan agar manusia yang tenggelam dalam urusan duniawi dapat kembali kepada fitrah ilahiyahnya.
 
3. Kembalinya Hati yang Jauh dari Cahaya Ilahi
Dalam tasawuf, hati yang jauh dari Allah digambarkan sebagai hati yang gelap dan tertutup oleh hijab duniawi. Doa اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ bermakna permohonan agar hati yang terhijab oleh dosa dan kelalaian dapat kembali kepada cahaya Ilahi, sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nur: 35:”Allah adalah cahaya langit dan bumi…”
 
Ahli makrifat seperti Jalaluddin Rumi sering menyebut bahwa manusia adalah “burung jiwa” yang terpenjara di sangkar dunia dan berusaha untuk kembali terbang menuju asalnya, yaitu Allah.
 
4. Kembalinya Rasa Rindu kepada Allah
Keterasingan (الغربة) menurut ahli hakikat juga bermakna hilangnya rasa rindu kepada Allah. Doa ini mengandung permohonan agar Allah menumbuhkan kembali cinta dan rindu dalam hati hamba-Nya sehingga mereka tidak merasa asing dari-Nya. Dalam Al-Qur’an disebutkan:”Orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.”
(QS. Al-Baqarah: 165)
 
Cinta kepada Allah dianggap sebagai tanda utama bahwa seseorang telah kembali kepada-Nya dalam hakikat cinta dan keintiman spiritual.
 
5. Kembalinya Jiwa kepada Keharmonian
Ahli hakikat seperti Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa jiwa manusia sering kali terpecah antara dorongan duniawi dan ilahiah. Doa ini bermakna permohonan agar jiwa yang terpecah dapat kembali kepada keharmonian dengan Allah, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Fajr: 27–30:”Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
 
6. Kembalinya Pemahaman Hakikat Kehidupan
Dalam perspektif makrifat, orang yang jauh atau asing juga mencakup mereka yang tidak memahami hakikat kehidupan dan tujuan penciptaannya. Doa ini bermakna harapan agar manusia dikembalikan kepada pemahaman hakikat ini, seperti disebutkan dalam QS. Al-Ankabut: 64:”Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah permainan dan senda gurau. Dan sungguh, negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”
 
7. Kembalinya Keselamatan Hakiki
Menurut ahli makrifat, keterasingan juga bisa bermakna terasing dari keselamatan hakiki, yaitu berada dalam rahmat Allah. Doa ini mencakup permohonan agar semua yang jauh dari keselamatan dapat kembali kepada perlindungan-Nya. Dalam QS. Al-An’am: 82 disebutkan:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
 
8. Kembalinya Kebenaran Universal
Doa ini juga sering dimaknai dalam konteks kembalinya kebenaran yang sejati ke dalam kehidupan manusia, terutama melalui kehadiran Imam Mahdi (aj). Dalam tradisi makrifat Syiah, doa ini menjadi simbol harapan agar umat manusia yang terasing dari keadilan dan kebenaran kembali kepada kepemimpinan Ilahi.
 
Kesimpulan; Bagi ahli makrifat dan hakikat, اَللّٰهُمَّ رُدَّ كُلَّ غَريبٍ memiliki makna-makna mendalam:
1.Mengembalikan manusia kepada Allah sebagai tujuan utama keberadaannya.
2.Mengembalikan hati kepada cahaya dan cinta Ilahi.
3.Mengembalikan jiwa yang gelisah kepada keharmonian dan ketenangan.
4.Mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai hamba Allah.
5.Mengembalikan kebenaran universal dan keadilan kepada umat manusia.
 
Doa ini mencerminkan perjalanan spiritual manusia menuju Allah, di mana setiap keterasingan harus disudahi dengan kembalinya manusia kepada cinta dan kedekatan dengan-Nya.

 

Baca juga:
85,4% Masyarakat Sulsel Puas Kinerja Andi Sudirman, KIC Nilai Pantas Jadi Gubernur Sulsel Periode 2024-2029


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment