Kolom: Makna Dosa (lanjutan)

Supa Athana - Tekno & Sains
06 December 2024 12:07
Dosa adalah hijab

Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
              Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran

Baca juga:
Sara Wijayanto Sempat Merasa Kemampuan Indigo Sebagai Kutukan

Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, kata ذنب (dhanb, dosa) memiliki makna yang lebih mendalam dari sekadar pelanggaran syariat. Mereka menafsirkannya dalam konteks perjalanan batin, penyucian jiwa, dan upaya mendekati Allah. Fokus utama mereka adalah pada hubungan manusia dengan Allah dan proses menghilangkan hijab-hijab batin yang menghalangi penyaksian keagungan-Nya. Berikut adalah penjelasan tentang dhanb menurut ahli hakikat Syiah:
 
1. Dosa sebagai Hijab antara Hamba dan Allah
Ahli hakikat Syiah, seperti para ’arif, memandang dhanb sebagai segala sesuatu yang menjadi hijab (penghalang) antara manusia dan Allah.
•Allamah Thabathabai (Tafsir al-Mizan): Dalam pandangan hakikat, dosa bukan hanya pelanggaran hukum syariat, tetapi juga ketergantungan kepada dunia atau kelalaian dalam mengingat Allah. Bahkan perbuatan yang secara lahiriah halal bisa menjadi dosa jika menghalangi hubungan hati dengan Allah.
QS. Al-Mutaffifin: 14 (“Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan telah menutupi hati mereka.”): Dosa dalam ayat ini adalah hijab yang membuat manusia tidak mampu menyaksikan kebenaran.
 
2. Dosa sebagai Ketidaksempurnaan dalam Kedekatan kepada Allah
Menurut ahli hakikat Syiah, dosa juga dapat dipahami sebagai kekurangan dalam perjalanan spiritual menuju Allah (suluk ilallah).
•Mulla Sadra (Tafsir Asrar al-Ayat): Dosa tidak hanya berupa perbuatan buruk, tetapi juga kegagalan mencapai derajat spiritual yang lebih tinggi. Beliau menjelaskan bahwa bahkan para nabi, meskipun ma’shum, merasa diri mereka belum sempurna dalam penyembahan kepada Allah. Perasaan ini mendorong mereka untuk terus mendekat kepada-Nya.
Contoh: Doa Nabi Adam dalam QS. Al-A’raf: 23 (“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri.”). Dalam tafsir hakikat, ini adalah pengakuan akan keterbatasan manusia di hadapan kesempurnaan Allah.
 
3. Dosa dalam Konteks Kesempurnaan Para Nabi
Ahli hakikat Syiah menafsirkan dhanb yang dinisbatkan kepada para nabi sebagai sesuatu yang tidak terkait dengan pelanggaran hukum, melainkan sebagai tingkat kesempurnaan relatif.
•Allamah Thabathabai:
Dalam QS. Al-Fath: 2 (”…agar Allah memberi ampunan atas dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.”), dhanb di sini bukan dosa dalam arti syariat, tetapi penghalang relatif pada maqam para nabi. Allah menyucikan mereka dari hijab yang mungkin mengurangi kedekatan mereka kepada-Nya.
 
•Imam Khomeini (Adab As-Salat): Imam Khomeini menjelaskan bahwa bagi para nabi, bahkan perhatian sesaat kepada dunia dibanding Allah dianggap sebagai bentuk “dosa” dalam maqam tinggi mereka.
 
4. Dosa sebagai Ketergantungan pada Dunia
Dalam perspektif ahli hakikat Syiah, dosa sering kali dikaitkan dengan keterikatan pada duniawi (hubb al-dunya), yang menjadi sumber utama hijab.
•Imam Khomeini (40 Hadis):
Beliau menyebutkan bahwa cinta dunia adalah akar dari segala dosa. Bahkan ibadah yang dilakukan dengan tujuan selain Allah, seperti mengharap surga atau takut neraka, bisa dianggap sebagai bentuk dosa batin karena itu mencerminkan keterikatan pada manfaat pribadi.
 
5. Dosa sebagai Alat Penyadaran Ilahi
Ahli hakikat Syiah melihat dosa sebagai bagian dari rencana ilahi untuk menyadarkan manusia akan kelemahannya dan mengembalikannya kepada Allah.
•Sayyid Haydar Amuli (Jami’ al-Asrar): Dosa dipahami sebagai mekanisme Allah untuk menanamkan kerendahan hati dalam jiwa manusia. Dengan menyadari dosa, manusia kembali kepada Allah dengan penyesalan yang tulus (taubat nasuha).
QS. Az-Zumar: 53 (“Janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa.”): Dalam tafsir hakikat, dosa menjadi alat untuk menyadarkan manusia agar kembali kepada fitrah sucinya.
 
6. Dosa sebagai Cacat dalam Ibadah Batin
Ahli hakikat Syiah menekankan bahwa dosa bukan hanya terkait dengan tindakan lahiriah, tetapi juga dengan niat dan keikhlasan dalam ibadah.
•Allamah Thabathabai: Beliau menjelaskan bahwa kekurangan dalam menghadirkan hati selama ibadah atau ketidakmurnian niat juga bisa dianggap sebagai dosa dalam konteks batiniah. Bahkan ibadah yang tidak dilakukan dengan rasa cinta yang penuh kepada Allah dianggap tidak sempurna.
 
7. Dosa Kolektif Umat
Ahli hakikat Syiah juga memahami dhanb dalam konteks sosial, sebagai pelanggaran kolektif umat yang mendatangkan hijab besar bagi masyarakat.
•Shahristani: Dalam tafsirnya, beliau menyebutkan bahwa dosa kolektif suatu umat, seperti kesombongan dan kezaliman, menciptakan penghalang besar bagi turunnya rahmat Allah. Contohnya adalah kaum Nabi Nuh yang dihancurkan karena dosa kolektif mereka (QS. Nuh: 25).
 
8. Penyucian dari Dosa melalui Ma’rifatullah
Menurut ahli hakikat Syiah, pengampunan dosa bukan hanya melalui taubat formal, tetapi juga melalui peningkatan ma’rifatullah (pengetahuan tentang Allah).
•Imam Khomeini:
Dalam perjalanan spiritual, dosa hanya dapat dihapus dengan menyucikan hati dan meningkatkannya ke maqam makrifat yang lebih tinggi. Ibadah yang dilakukan tanpa makrifat hanya menghapus dosa lahiriah, tetapi dosa batin tetap ada.
 
Kesimpulan; Menurut ahli hakikat Syiah, ذنب (dhanb) memiliki dimensi yang lebih mendalam:
1.Hijab antara manusia dan Allah.
2.Kekurangan dalam perjalanan menuju kesempurnaan spiritual.
3.Penghalang yang lahir dari keterikatan duniawi.
4.Kesadaran akan kelemahan sebagai jalan kembali kepada Allah.
5.Cacat dalam keikhlasan atau kekhusyukan ibadah.
Dosa, dalam perspektif ini, lebih dari sekadar pelanggaran hukum; ia adalah bagian dari proses manusia untuk menyadari kelemahan dirinya dan mendekat kepada Allah dengan cinta dan kerendahan hati. Penyucian dari dosa memerlukan taubat yang mendalam, peningkatan makrifat, dan pembebasan dari segala keterikatan selain Allah.
 
Cerita dan kisah terkait dosa (dhanb) 
 
Berikut adalah beberapa kisah penting yang menggambarkan konsep dosa:
 
1. Kisah Nabi Adam: Penurunan sebagai Bagian dari Kesempurnaan
Nabi Adam dan Hawa memakan buah terlarang setelah diperdaya oleh iblis (QS. Thaha: 121). Dalam pandangan ahli hakikat, ini bukan dosa dalam arti pelanggaran syariat, tetapi “penurunan” maqam spiritual untuk memulai perjalanan manusia di dunia.
•Imam Ja’far Ash-Shadiq menjelaskan bahwa Nabi Adam sadar akan keterbatasan manusiawi setelah kejadian ini. Ketika beliau berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri” (QS. Al-A’raf: 23), itu adalah pengakuan atas kebutuhan mutlaknya kepada rahmat Allah.
Kisah ini menunjukkan bahwa dosa menjadi sarana untuk menyadarkan manusia akan hakikat dirinya yang lemah dan mengantarkannya kembali kepada Allah melalui taubat.
 
2. Nabi Yunus: Keluar dari Hijab Kegelapan
Nabi Yunus meninggalkan kaumnya tanpa izin Allah karena frustrasi atas penolakan mereka terhadap dakwahnya (QS. Al-Anbiya: 87). Akibatnya, beliau ditelan oleh ikan besar di dalam kegelapan lautan.
•Dalam tafsir hakikat, ahli Syiah seperti Mulla Sadra menafsirkan bahwa “dosa” Nabi Yunus adalah bentuk kekurangan dalam kesabaran spiritual, bukan pelanggaran syariat. Keadaan di dalam perut ikan merupakan simbol hijab-hijab batin yang harus beliau hilangkan.
•Ketika Nabi Yunus berdoa, “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim” (QS. Al-Anbiya: 87), doa ini menggambarkan kesadaran penuh atas kebesaran Allah dan ketiadaan diri manusia. Dalam hakikat, ini adalah maqam taubat yang mendalam.
 
3. Nabi Musa dan Permintaan untuk Melihat Allah
Nabi Musa meminta kepada Allah, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu” (QS. Al-A’raf: 143). Allah menjawab bahwa Musa tidak akan mampu melihat-Nya, lalu menunjukkan keagungan-Nya melalui gunung yang hancur. Nabi Musa pun jatuh pingsan.
•Dalam tafsir ahli hakikat Syiah, permintaan Nabi Musa dianggap sebagai bentuk “dhanb” dalam maqam kedekatan kepada Allah. Permintaan untuk melihat Allah secara langsung adalah keterbatasan dalam pemahaman batin Musa akan keagungan-Nya.
•Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa pengalaman ini adalah proses penyucian jiwa Musa, yang kemudian menyadari bahwa Allah hanya dapat disaksikan dengan hati yang suci, bukan dengan mata fisik.
 
4. Kisah Nabi Muhammad SAW dalam Taubat Para Nabi
Dalam pandangan Syiah, Rasulullah SAW meskipun ma’shum, sering memohon ampunan kepada Allah. Beliau bersabda:
“Aku memohon ampunan kepada Allah lebih dari 70 kali sehari.”
•Imam Khomeini dalam kitabnya Adab As-Salat menafsirkan bahwa permohonan ampun Rasulullah adalah bentuk kesadaran akan kebesaran Allah dan kerendahan diri, meskipun beliau tidak memiliki dosa. Dalam hakikat, Rasulullah memohon ampun untuk umatnya, serta sebagai pengakuan bahwa setiap tingkatan maqam memiliki kewajiban lebih besar untuk taat kepada Allah.
 
5. Kisah Haritsah bin Malik: Menghadapi Hijab Dunia
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ja’far Ash-Shadiq, seorang pemuda bernama Haritsah datang kepada Rasulullah dan berkata:
“Wahai Rasulullah, aku telah merasa seakan-akan melihat surga dan neraka.” Rasulullah bertanya: “Apa yang membuatmu demikian?”
Haritsah menjawab: “Aku telah membersihkan hatiku dari cinta dunia.”
•Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, Haritsah mencapai maqam di mana hijab-hijab dunia telah terangkat. Ia mampu menyaksikan hakikat dosa sebagai sesuatu yang memisahkan manusia dari Allah. Cinta dunia, dalam hal ini, adalah bentuk dhanb yang halus.
 
6. Kisah Abu Dzar: Kejujuran dalam Menghadapi Dosa
Abu Dzar al-Ghifari, seorang sahabat setia Ahlul Bayt, dikenal dengan kejujurannya yang ekstrem. Suatu ketika, ia berkata kepada Rasulullah:
“Wahai Rasulullah, aku merasa bahwa aku adalah pendosa yang paling besar.”
Rasulullah menjawab: “Kejujuranmu adalah bentuk penghapusan dosa-dosamu.”
•Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, kejujuran terhadap diri sendiri adalah langkah pertama untuk menghapus dosa batin. Abu Dzar menyadari bahwa dosa bukan hanya tindakan lahiriah, tetapi juga sikap hati yang kurang ikhlas kepada Allah.
 
7. Kisah Imam Ali: Taubat di Puncak Kesempurnaan
Imam Ali bin Abi Thalib sering kali menangis di malam hari dalam munajatnya, memohon ampunan kepada Allah. Dalam Munajat Syakirin, beliau berkata:
“Tuhanku, aku tidak berani meminta surga-Mu karena dosa-dosaku, tetapi aku tidak mampu bertahan dari siksa-Mu karena kasih sayang-Mu.”
•Sayyid Haydar Amuli menjelaskan bahwa permohonan ampunan Imam Ali adalah wujud dari kesadaran yang mendalam akan ketidakmampuan manusia untuk menyembah Allah sebagaimana mestinya. Dalam maqam hakikat, dosa adalah segala kekurangan dalam penyembahan kepada Allah.
 
8. Kisah Karbala: Dosa Umat dan Pengorbanan Imam Husain
Tragedi Karbala adalah kisah monumental dalam Syiah yang menggambarkan bagaimana dosa kolektif umat membawa kehancuran besar. Imam Husain as berkata:
“Aku tidak bangkit kecuali untuk memperbaiki umat kakekku.”
•Dalam pandangan hakikat, dosa umat pada saat itu adalah kecintaan pada dunia dan kezaliman, yang menjadi hijab besar bagi rahmat Allah. Imam Husain dengan pengorbanannya menghapus hijab tersebut dan membuka jalan bagi umat untuk kembali kepada Allah.
 
Kesimpulan; Kisah-kisah ini menggambarkan bahwa dalam pandangan ahli hakikat Syiah:
1.Dosa adalah sarana penyadaran akan kelemahan manusia.
2.Hijab batin yang disebabkan oleh cinta dunia adalah bentuk dosa yang halus.
3.Para nabi dan imam, meskipun ma’shum, tetap memohon ampunan sebagai wujud kerendahan hati di hadapan Allah.
4.Perjalanan menuju Allah adalah proses penyucian dosa-dosa lahiriah dan batiniah.
 
Kisah-kisah ini mengajarkan bahwa dosa bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi ujian yang membuka jalan menuju ma’rifatullah, cinta Allah, dan penyucian jiwa.
 
Manfaat menyadari dosa dan memohon ampunan kepada Allah (taubat) menurut pandangan Islam, khususnya dari perspektif spiritual (hakikat), sangat besar dan mendalam. Berikut penjelasan manfaat serta doa-doa yang dapat membantu dalam perjalanan penyucian jiwa:
 
Manfaat Menyadari Dosa dan Memohon Ampunan
1.Mendapatkan Pengampunan dan Rahmat Allah
Dalam QS. Az-Zumar: 53, Allah berfirman:”Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”
➤ Dengan taubat, seseorang mendapatkan pengampunan dan kembali dalam rahmat-Nya.
2.Penyucian Jiwa (Tazkiyah)
Menyadari dosa adalah langkah pertama menuju penyucian hati. Dalam pandangan hakikat, dosa mengotori jiwa, sedangkan taubat dan doa membersihkan hati agar lebih dekat kepada Allah.
3.Menghilangkan Hijab Batin
Taubat membantu mengangkat hijab yang menghalangi hubungan dengan Allah. Hijab ini sering berupa cinta dunia, keangkuhan, atau kelalaian.
4.Kedamaian dan Kejernihan Hati
Memohon ampun membawa ketenangan batin dan menghilangkan rasa bersalah. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa.” (HR. Ibn Majah).
5.Meningkatkan Derajat Spiritual
Dalam hakikat, taubat tidak hanya membersihkan dosa, tetapi juga meningkatkan maqam seseorang di hadapan Allah.
Imam Ali as:
“Taubat adalah jalan menuju kesempurnaan.”
6.Memperkuat Hubungan dengan Allah
Dengan memohon ampunan, hamba menunjukkan ketergantungan total kepada Allah, yang memperkuat ikatan cinta dan ibadah.
7.Terhindar dari Azab dan Kesulitan
Taubat menjauhkan seseorang dari hukuman dunia dan akhirat. Allah menjanjikan perlindungan kepada mereka yang bertaubat dengan sungguh-sungguh (QS. An-Nisa: 31).
 
Doa-Doa Memohon Ampunan dan Taubat
 
1. Doa Nabi Adam
Doa ini sangat efektif untuk memohon ampunan:
‎ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
 
2. Doa Nabi Yunus (Dzikir dalam Kesulitan)
Doa ini dikenal sebagai doa penghapus dosa yang sangat dianjurkan:
‎ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 87)
 
3. Doa Istighfar Rasulullah SAW
Rasulullah mengajarkan istighfar yang singkat namun sangat kuat:
‎ اَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبِّيْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
“Aku memohon ampunan kepada Allah, Tuhanku, dari segala dosa, dan aku bertaubat kepada-Nya.”
 
4, Doa Taubat Nasuha (Imam Ali as)
Doa untuk memohon taubat yang mendalam:
‎ اَللَّهُمَّ اجْعَلْ تَوْبَتِي تَوْبَةً نَصُوحًا، تَمْحُو بِهَا الذُّنُوبَ وَتُزِيلُ بِهَا الْعُيُوبَ
“Ya Allah, jadikanlah taubatku taubat nasuha, yang dengannya Engkau hapuskan dosa-dosaku dan Engkau hilangkan semua aibku.”
 
1.Istighfar 70 Kali Setelah Shalat
Rasulullah menganjurkan untuk membaca Astaghfirullah sebanyak 70 kali setiap hari.
2.Shalat Taubat
Melaksanakan shalat sunnah dua rakaat dengan niat memohon ampunan, kemudian membaca istighfar dengan khusyuk.
3.Bersedekah
Sedekah adalah cara membersihkan dosa-dosa dan membuka pintu rezeki serta rahmat Allah.
4.Membaca Surat-Surat Alquran
•Surat Al-Fatihah untuk memohon rahmat.
•Surat Al-Baqarah ayat 285-286 (akhir surat) sebagai doa penutup malam.
•Surat Al-Mulk untuk perlindungan dari siksa kubur.
 
Kesimpulan: Menyadari dosa dan memohon ampunan memiliki manfaat besar, baik secara spiritual maupun psikologis. Doa-doa dari para nabi dan imam adalah jalan terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Yang terpenting adalah melibatkan hati yang tulus dalam setiap istighfar dan taubat, dengan niat memperbaiki diri dan menjauhi segala bentuk dosa.
 
Cara Penebusan Dosa
Dikatakan bahwa meskipun sebuah dosa itu besar dan banyak, menurut pandangan Al-Qur'an kita dapat menggantinya. Karena, di dalam Islam tidak ada jalan yang buntu. Ayat Al-Qur'an al-Karim menjelaskan, : 
"Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima oleh Allah tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima oleh Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan [yang] hingga apabila telah datang ajal kepada salah seorang di antara mereka, [barulah] ia mengatakan, 'Sesungguhnya saya bertobat sekarang.' Dan tidak [pula diterima tobat] orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran."(Q.S. an-Nisa': 17-18)
Kedua ayat ini merupakan kasih sayang dan alarm peringatan dari sisi Allah Swt bagi orang-orang yang berdosa. Allah Swt tidak mengatakan Aku tidak akan menerima tobat mereka, melainkan yang dikatakan oleh Allah Swt ialah, bahwa jika sebuah dosa itu dilakukan dengan dasar pembangkangan, maka dalam keadaan ini tobat tidak akan bisa digapai. 
Sebuah dosa, jika timbul dari pembangkangan, dan bukan dilakukan lantaran kebodohan, maka seseorang tidak akan berhasil di dalam tobatnya. Artinya, dia tidak menganggap dirinya sakit sehingga mau menggunakan obat dan mau mengunjungi dokter. 
Ayat Al-Qur'an ini memberikan peringatan kepada kita supaya sebuah dosa jangan sampai menjadi suatu kebiasaan, atau jangan sampai sebuah dosa timbul dari pembangkangan dan sikap keras kepala. Jika rasa takut akan dosa telah hilang dari hati seseorang, maka orang itu tidak akan berhasil di dalam tobat, "Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan." (Q.S. an-Nisa': 17) 
1) Sesungguhnya terdapat dosa yang tidak dapat ditebus oleh sholat juga oleh sodaqoh. Lalu ditanyakan : apa tebusannya ya rasulullah? Beliau menjawab : “tekad dalam mencari kehidupan (yang benar dan halal). (Al-bihar, 73:157)
2) “Masa-masa lapar akan menghapus masa-masa yang digunakan berbuat dosa”. (Al-bihar, 67:244) 
3) “Termasuk di antara cara menebus dosa adalah dengan cara menolong orang kesulitan dan melapangkan orang tercinta petaka”. (Al-bihar, 75:21)
4) Jika Allah menguji seorang hamba, maka jatuhlah dosa-dosanya sesuai dengan sakitnya.
5) “Jika seorang berbuat dosa akan tumbuh titik hitam pada hatinya, dan jika ia bertobat titik itu akan hilang, dan jika dosanya bertambah, titik tersebut juga bertambah, sehingga ia tidak akan bahagia selamanya”. (Al-bihar, 73:327)
6) “Allah tidak memberikan suatu ni’mat pada seorang hamba sedikitpun, lalu ia menahannya, kecuali karena dosa yang ia perbuat sehingga ia berhak ditahan rezqinya”. (Al-bihar, 73:339) 
7) “Sungguh seorang hamba yang melakukan suatu dosa yang lantaran itu rezekinya terhalang darinya”. (Al-bihar, 73:318)
8) Penebusan dosa dapat dilakukan dengan tobat yang sempurna (tobat nasuha). Tobat pada dasarnya cukup dengan menyesali dan mengakui dosa-dosa yang telah dilakukan dan tentu saja bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Dengan tobat yang sungguh-sungguh segala dosa dan kesalahan yang berhubungan dengan diri dan Tuhan akan diampuni, kecuali syirik dan segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia. Dosa kepada sesama tidak akan diampuni  selama yang bersangkutan tidak meminta maaf dan meminta keridhaan dan mengem-balikan hak-haknya yang dilanggar atau dirampas. 
 
Taubat yang Sempurna atau Istighfar
 
Diriwayatkan oleh Al-Sayyid Al-Radhi r.a. dalam Nahj Al-Balaghah bahwa seseorang berkata “astaghfirullah” (Aku memohon ampun kepada Allah) di depan Sayyidina Ali k.w., Imam Ali berkata kepadanya, “Semoga ibumu berduka atasmu! Tahukah kamu apa istighfar? Sesungguhnya istighfar adalah derajat ‘illiyyin (yang agung), dan adalah sebuah kata yang berarti enam hal. 
Pertama, adalah menyesali apa(dosa) yang telah lalu. 
 
Kedua, bertekad untuk tidak akan mengulanginya lagi. 
 
Ketiga, mengembalikan kepada makhluk hak-haknya (yang pernah dirampas di masa lalu)  sehingga engkau bertemu Allah SWT dalam keadaan suci sedemikian, sehingga tak ada yang dapat menuntutmu. 
 
Keempat, memenuhi setiap kewajiban yang pernah dilalaikan. 
 
Kelima, membereskan daging tubuhmu yang tumbuh dengan rezki yang haram, sehingga daging itu meleleh akibat kesedihan dan kedukaan, dan sehingga yang tinggal hanyalah kulit yang melekat di tulang, yang setelah itu tumbuhlah daging baru di antara kulit dan tulang itu. 
 
Keenam, buatlah tubuhmu merasakan sakitnya taat seperti ia pernah merasakan sebelumnya senangnya dosa. Kalau engkau sudah melakukan hal ini, barulah katakan, Astaghfirullah.” 
 
Doa Memohon Maaf atas Perbuatan Jelek pada Manusia dan Kekurangan dalam Memenuhi Hak-hak mereka
 
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 
Ya Allah curahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarganya. 
Ya Allah aku mohon ampun kepada-Mu dihadapanku ada orang yang dizalimi aku tidak menolongnya. 
Kepadaku ada orang berbuat baik aku tidak berterima kasih kepadanya. 
Orang bersalah meminta maaf kepadaku aku tidak memaafkannya. Orang susah memohon bantuan kepadaku aku tidak menghiraukannya. 
Ada hak orang mukmin dalam diriku aku tidak memenuhinya. 
Tampak didepanku aib Mukmin, aku tidak menyembunyikannya. Dihadapkan kepadaku dosa, aku tidak menghindarinya. 
Ilahi aku mohon ampun dari semua kejelekan itu dan yang sejenis dengan itu aku sungguh menyesal. Biarlah itu menjadi peringatan agar aku tidak berbuat yang sama sesudahnya. Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Penyesalanku atas segala kemaksiatan. Tekadku untuk meninggalkan kedurhakaan. Jadikan itu semua taubat yang menarik kecintaan-Mu. Wahai Dzat yang mencintai orang-orang yang bertaubat.
 
Doa Pengampunan Hingga Kiamat
 
Nabi Bersabda: “Barangsiapa yang membaca doa (dibawah ini) setiap selesai sholatnya yang lima waktu di Romadhon maka Allah akan mengampuni dosanya hingga Hari Kiamat”. (Kitab Mafatihul Jinan, hal. 238) 
 
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 
Ya Allah curahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarganya.
Ya Allah masukkan kebahagiaan kepada para penghuni kubur. 
Ya Allah, kayakanlah semua yang fakir. 
Ya Allah kenyangkanlah semua yang lapar. 
Ya Allah berikanlah pakaian pada semua yang telanjang, 
Ya Allah tunaikanlah hutang semua yang berhutang. 
Ya Allah lapangkanlah setiap orang yang menderita kesulitan. 
Ya Allah bebaskanlah semua yang tertawan. 
Ya Allah kembalikan orang-orang yang hilang. 
Ya Allah perbaikilah semua yang rusak dari urusan kaum Muslimin. 
Ya Allah sembuh-kanlah semua yang sakit. 
Ya Allah tutupilah kemiskinan kami dengan kekayaan-Mu. 
Ya Allah ubahlah keburukan keadaan kami dengan sebaik-baik keadaan-Mu. 
Ya Allah tunaikanlah hutang-hutang kami 
dan bebaskanlah kami dari kemiskinan. 
Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
 
Doa Berlindung dari hal yang dibenci, Akhlaq yang buruk dan Perilaku yang tercela
 
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. 
Ya Allah, limpahkanlah sholawat atas Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad. 
Tuhanku, kesalahan telah menutupku dengan pakaian kehinaan, 
perpisahan dari-Mu telah mem-bungkusku dengan jubah kerendahan. 
Besarnya dosaku telah mematikan hatiku. 
hidupkan daku dengan ampunan-Mu, 
wahai Cita dan dambaku. 
Wahai ingin dan harapku. 
 
Demi Keagungan-Mu, tidak kudapatkan pengampunan dosaku selain-Mu. 
Tidak kulihat penyembuh lukaku selain-Mu. 
Daku pasrah berserah pada-Mu, 
daku tunduk bersimpuh pada-Mu. 
Jika Kau usir daku dari pintu-Mu, 
kepada siapa lagi daku bernaung. 
Jika Kau tolak daku dari sisi-Mu, 
kepada siapa lagi daku berlindung.
 Celaka sudah diriku, lantaran aib dan celaku, 
malang benar daku karena kejelekan dan kejahatanku. 
 
Daku bermohon pada-Mu, 
wahai pengampun dosa yang besar, 
wahai Penyembuh Tulang yang patah. 
Anugerahkan padaku penghancur dosa, 
tutuplah untukku pembongkar cela 
Jangan lewatkan aku - di hari kiamat dari sejuknya ampunan dan magh-firah-Mu, 
jangan tinggalkan daku dari indahnya maaf dan penghapusan-Mu. 
 
Ilahi, naungi dosa-dosaku dengan awan rahmat-Mu. 
curahi cela-celaku dengan hujan kasih-Mu. 
 
Ilahi, kepada siapa lagi hamba yang lari kecuali pada mawla-Nya, 
adakah selain Dia yang melindunginya dari murka-Nya. 
 
Ilahi, sekiranya sesal atas dosa itu taubat, sungguh, demi keagungan-Mu, daku ini orang yang menyesal. 
Sekiranya istighfar itu penghapus dosa, sungguh, kepada-Mu daku ini beristighfar, 
terserah pada-Mu jua (Kecamlah daku sampai Kau ridho). 
 
Ilahi, dengan kodrat-Mu ampuni daku. 
Dengan kasih-Mu maafkan daku. 
Dengan ilmu-Mu sayangi daku. 
 
Ilahi, Engkaulah yang membuka pintu menuju maaf-Mu, - 
kepada hamba-hamba-Mu, 
Kau namai itu taubat Engkau berfirman: "Bertaubatlah taubat nashuha!", 
Apa alangan orang yang lalai memasuki pintu itu  - setelah terbuka.
 
Ilahi, jika jelek dosa dari hamba-Mu, baikkanlah maaf dari sisi-Mu. 
Ilahi, daku bukan yang pertama membantah-Mu dan Kaumaafkan dan menolak nikmat-Mu tetap Kaukasihi. 
 
Wahai yang menjawab pengaduan orang yang berduka. 
Wahai pelepas derita. Wahai penabur karunia. 
Wahai Yang Maha Mengetahui rahasia. 
Wahai Yang Paling Indah dalam menutup cela. 
 
Daku memohon pertolongan, dengan karunia dan kebaikan-Mu. 
Daku bertawassul, dengan kemuliaan dan kasih-Mu. 
Perkenankan doaku 
jangan kecewakan harapanku, 
terimalah taubatku, 
hapuskan kesalahanku 
dengan karunia dan rahmat-Mu. 
Wahai Yang Terkasih dari segala yang mengasihi.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment