Kolom: Makna Azm

Supa Athana - Tekno & Sains
09 November 2024 19:44
Secara umum, “azm” menunjukkan tekad yang kokoh dan keteguhan hati dalam mencapai sesuatu.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
              Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
 
Kata “azm” berasal dari bahasa Arab yang memiliki beberapa makna tergantung pada konteksnya. Berikut makna atau pengertian yang bisa diambil dari kata “azm”:
 
1.Ketekunan - Azm dapat berarti ketekunan atau komitmen dalam mencapai tujuan yang diinginkan, meskipun menghadapi berbagai kesulitan.
2.Kuatnya Niat - Menggambarkan niat atau tekad yang kuat dalam melakukan sesuatu.
3.Kesungguhan - Azm sering kali dikaitkan dengan sikap serius atau bersungguh-sungguh dalam menjalani suatu tujuan.
4.Kemantapan - Azm menunjukkan kemantapan hati, yaitu yakin dan teguh pada keputusan atau tujuan yang ingin dicapai.
5.Keberanian - Bermakna keberanian dalam menghadapi tantangan atau hambatan.
6.Konsistensi - Sikap untuk tetap konsisten dalam menjalani proses mencapai tujuan.
7.Ketabahan - Azm juga berarti ketabahan atau kekuatan hati dalam menghadapi kesulitan.
8.Komitmen - Mencakup komitmen yang terus-menerus terhadap tanggung jawab atau janji.
9.Kekuatan Tekad - Menggambarkan kekuatan tekad yang tak mudah tergoyahkan.
10.Tujuan yang Jelas - Azm juga bermakna memiliki tujuan yang jelas, dan terus berusaha untuk mencapainya.
 
Secara umum, “azm” menunjukkan tekad yang kokoh dan keteguhan hati dalam mencapai sesuatu.
 
Dalam Al-Qur’an, kata “azm” dan bentuk-bentuk turunannya memiliki makna yang dalam, seringkali terkait dengan keteguhan hati, kesabaran, dan keteguhan tekad dalam menghadapi ujian. Berikut adalah beberapa makna “azm” menurut Al-Qur’an:
1.Keteguhan Hati dalam Kesabaran
Dalam Surah Asy-Syura (42:43), kata “azm” dikaitkan dengan “kesabaran” (ṣabr). Ayat ini menyebutkan bahwa kesabaran dalam menghadapi kesulitan adalah salah satu bentuk “azam” yang kuat: “Tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia (azm).”
2.Tekad yang Kuat dalam Ketaatan kepada Allah
Dalam Surah Al-Ahqaf (46:35), “azm” dihubungkan dengan keteguhan hati para nabi dalam menyampaikan risalah Allah, meskipun menghadapi tantangan berat: “Maka bersabarlah kamu (wahai Muhammad) seperti para ulul azmi (nabi yang memiliki keteguhan hati) dari rasul-rasul telah bersabar…”
Ayat ini menunjukkan bahwa para nabi ulul azmi—seperti Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad—memiliki “azam” atau keteguhan hati dalam menjalankan tugas kenabian.
3.Ketetapan Niat dalam Beribadah
Dalam Surah Ali ’Imran (3:159), “azam” disebut sebagai ketetapan niat setelah proses musyawarah. Ini mengajarkan bahwa setelah keputusan diambil, seseorang harus memiliki ketetapan niat dan tidak goyah: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad (azam), maka bertawakallah kepada Allah.”
4.Ketabahan dalam Menghadapi Ujian
Dalam banyak ayat, Al-Qur’an mengingatkan untuk bersabar dan memiliki “azam” dalam menghadapi ujian hidup. Azm di sini berarti ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi cobaan, tanpa mudah menyerah.
5.Ketegasan dalam Tindakan
Al-Qur’an juga menekankan pentingnya ketegasan dan ketetapan hati setelah membuat keputusan. Ini tercermin dalam perintah untuk “berazam” atau bertekad kuat sebelum mengambil tindakan dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.
6.Ketulusan dalam Pengabdian kepada Allah
Dalam menjalankan perintah Allah, “azm” juga menunjukkan ketulusan, yaitu menjalankan ibadah dengan niat yang tulus dan ikhlas. Keteguhan hati (azam) tanpa disertai ketulusan tidak akan membawa keberkahan.
7.Kesediaan untuk Berkorban
Keteguhan hati dalam konteks “azm” mencakup kesiapan untuk berkorban demi mencapai tujuan, termasuk mengorbankan kenyamanan atau keinginan pribadi demi ketaatan kepada Allah.
8.Pantang Menyerah
Al-Qur’an menekankan untuk terus berusaha dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi ujian hidup. “Azm” di sini menunjukkan semangat pantang menyerah yang terus berusaha walaupun ada rintangan.
9.Keberanian dalam Menyampaikan Kebenaran
Para nabi dan rasul memiliki “azam” untuk menyampaikan kebenaran, meskipun menghadapi penentangan atau bahaya. Hal ini menunjukkan keberanian dalam berdakwah atau berjuang di jalan Allah.
10.Ketegasan dalam Menghindari Kemaksiatan
Azm juga bisa berarti ketegasan hati dalam menjauhi larangan-larangan Allah. Sikap ini membutuhkan ketetapan hati untuk tetap berada di jalan yang benar, bahkan ketika menghadapi godaan atau tekanan.
 
Secara keseluruhan, “azm” menurut Al-Qur’an menggambarkan kekuatan batin yang mendorong seseorang untuk tetap teguh di jalan Allah, dengan ketulusan, ketegasan, dan keberanian.
 
Dalam hadis, “azm” juga memiliki beberapa makna yang erat kaitannya dengan tekad, keteguhan, dan ketetapan hati dalam menjalankan ibadah dan menghadapi ujian hidup. Berikut adalah beberapa makna “azm” menurut hadis:
1.Kesungguhan dalam Beribadah
Rasulullah SAW menekankan pentingnya kesungguhan atau “azam” dalam menjalankan ibadah. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai apabila seseorang dari kalian melakukan suatu amal, maka hendaklah ia lakukan dengan sungguh-sungguh.”
Ini mengajarkan bahwa beribadah dengan azm (keteguhan hati dan kesungguhan) adalah amalan yang dicintai Allah.
2.Keteguhan dalam Berdoa dan Memohon dengan Keyakinan
Dalam hadis, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ketika berdoa kepada Allah, seseorang harus memiliki keteguhan hati dan tidak ragu.
“Apabila kalian berdoa kepada Allah, mintalah dengan penuh keyakinan (azam) bahwa doa kalian akan dikabulkan…”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ini menunjukkan pentingnya azm dalam berdoa—memiliki keyakinan penuh bahwa Allah akan mengabulkan doa.
3.Tidak Menyerah pada Bisikan Setan
Hadis juga mengajarkan untuk memiliki azm dalam menolak godaan dan bisikan setan. Misalnya, saat berwudhu atau shalat, seseorang harus tegas terhadap gangguan yang membuat ragu. Rasulullah bersabda bahwa keteguhan dalam menghadapi bisikan setan adalah tanda keimanan yang kuat (HR. Muslim).
4.Ketekunan dalam Menjalani Kesulitan Hidup
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa seorang mukmin harus tegar dan berani menghadapi ujian hidup dengan sikap azm, tidak mudah putus asa atau lemah (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa azm dalam menghadapi kesulitan adalah sikap yang diajarkan dalam Islam.
5.Menyempurnakan Ibadah dengan Keteguhan Niat
Dalam hadis tentang niat, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya…”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Ini menekankan pentingnya azm, yaitu niat yang teguh dan lurus dalam menjalankan ibadah agar diterima Allah.
 
Dalam hadis, “azm” mencerminkan tekad yang kuat, kesungguhan dalam beribadah, keyakinan dalam berdoa, serta keteguhan hati dalam menghadapi ujian hidup. Azm menjadi tanda kedalaman iman yang memengaruhi setiap amalan seorang mukmin.
 
Dalam ajaran Ahlul Bayt (keturunan dan keluarga Nabi Muhammad SAW), “azm” atau tekad yang teguh juga dijelaskan dalam berbagai hadis. Ahlul Bayt sangat menekankan pentingnya keteguhan hati, niat yang kuat, dan keberanian dalam menghadapi ujian. Berikut adalah beberapa makna “azm” menurut hadis Ahlul Bayt:
1.Keteguhan dalam Melawan Hawa Nafsu
Imam Ali bin Abi Thalib AS mengatakan: “Kemenangan tertinggi adalah kemenangan atas hawa nafsu.”
Dalam konteks ini, “azm” berarti keteguhan hati dalam melawan keinginan yang menyesatkan, menunjukkan pentingnya disiplin diri sebagai bentuk keteguhan dalam melawan hawa nafsu.
2.Ketegasan dalam Ketaatan kepada Allah
Imam Ja’far Ash-Shadiq AS berkata:
“Barang siapa yang memiliki tekad untuk taat kepada Allah, maka Allah akan membantunya melawan hawa nafsunya.”
Ini menunjukkan bahwa memiliki “azm” atau tekad dalam ketaatan dapat mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi berbagai godaan dan kesulitan.
3.Kesabaran sebagai Bentuk Tekad yang Kuat
Imam Hasan Al-Mujtaba AS mengatakan:
“Kesabaran adalah kepala dari iman.”
Di sini, “azm” dimaknai sebagai kesabaran yang tak tergoyahkan di tengah-tengah kesulitan, di mana keteguhan hati adalah dasar dari kesabaran itu sendiri.
4.Menghadapi Kesulitan dengan Ketabahan
Imam Ali Zainal Abidin AS (Imam Sajjad) dalam “Shahifah Sajjadiyah” berdoa untuk diberi kekuatan hati dalam menghadapi cobaan. Beliau berdoa agar Allah memberinya “azm” dalam menerima takdir dan kesulitan hidup dengan lapang dada. Ini menunjukkan pentingnya ketabahan dan azm dalam menghadapi ujian duniawi dengan ikhlas dan berserah diri.
5.Keberanian dalam Menyuarakan Kebenaran
Imam Husain AS dalam peristiwa Karbala memberikan teladan “azm” yang luar biasa. Sebelum pertempuran, beliau berkata:
“Aku tidak keluar kecuali untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kebatilan.”
Dalam konteks ini, azm mencakup keberanian untuk berdiri melawan ketidakadilan, meskipun berisiko tinggi. Keteguhan beliau dalam menghadapi kekuatan zalim adalah contoh sempurna dari “azam” yang kukuh dalam menyampaikan kebenaran.
 
Melalui ajaran-ajaran ini, Ahlul Bayt menunjukkan bahwa “azm” adalah kekuatan batin yang dibutuhkan untuk beribadah dengan ketulusan, melawan hawa nafsu, bersabar dalam menghadapi cobaan, dan berani menegakkan kebenaran. Mereka menekankan bahwa tekad yang kuat adalah bagian dari iman yang sempurna.
 
Menurut para mufassir (ahli tafsir), “azm” dalam Al-Qur’an dan dalam konteks Islam memiliki makna yang dalam, sering kali dikaitkan dengan tekad, keteguhan hati, dan komitmen. Berikut adalah beberapa pandangan mufassir terkemuka mengenai “azm”:
1.Azm sebagai Keteguhan Hati dalam Kesabaran
Menurut Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya, ayat tentang “ulul azmi” (orang-orang yang memiliki keteguhan hati) dalam Surah Al-Ahqaf (46:35) merujuk pada kesabaran luar biasa yang dimiliki oleh para nabi besar. Al-Qurtubi menjelaskan bahwa “azam” di sini adalah keteguhan dalam menghadapi tantangan dengan kesabaran dan ketenangan, terutama ketika menyampaikan risalah.
2.Azm sebagai Tekad dalam Menjalankan Tugas Kenabian
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan “ulul azmi” sebagai para nabi yang memiliki tekad kuat untuk menjalankan perintah Allah tanpa pernah merasa takut atau mundur, meskipun menghadapi rintangan. Mereka adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW. Menurut Ibnu Katsir, “azm” di sini berarti komitmen kuat untuk menunaikan tugas-tugas kenabian, bahkan jika harus menghadapi tantangan besar.
3.Azm sebagai Keputusan yang Bulat
Dalam tafsirnya, Fakhruddin Ar-Razi memaknai “azm” sebagai ketetapan hati atau tekad bulat setelah melakukan proses musyawarah dan berpikir matang, seperti yang disebutkan dalam Surah Ali Imran (3:159). Ar-Razi menjelaskan bahwa ayat ini menekankan pentingnya proses berpikir dan pertimbangan sebelum seseorang memiliki “azam” yang kuat, sehingga keputusannya berdasar pada kebijaksanaan dan kehendak Allah.
4.Azm sebagai Komitmen dalam Beramal
Sayyid Qutb dalam tafsir “Fi Zhilalil Qur’an” mengaitkan “azm” dengan komitmen dan keteguhan dalam melaksanakan amalan kebaikan. Menurut Sayyid Qutb, seseorang harus memiliki azm atau tekad kuat untuk berkomitmen dalam berbuat kebaikan, walaupun menghadapi godaan dan kesulitan di jalan tersebut. Bagi Qutb, “azam” adalah kekuatan moral yang mendorong orang untuk terus beramal di jalan Allah.
5.Azm sebagai Kesungguhan dalam Menyampaikan Kebenaran
Menurut Tafsir Al-Mizan karya Allamah Thabathaba’i, “azm” juga mencakup keberanian menyampaikan kebenaran dan menegakkan keadilan, meskipun menghadapi penentangan dari orang-orang di sekitarnya. Dalam pandangan Thabathaba’i, ayat-ayat yang berbicara tentang kesabaran dan keteguhan para nabi menunjukkan bahwa “azam” adalah kesungguhan dalam menjalankan perintah Allah tanpa merasa gentar.
 
Secara keseluruhan, menurut para mufassir, “azm” dalam Al-Qur’an merujuk pada kekuatan batin untuk bertahan dalam kebenaran, komitmen menjalankan perintah Allah, dan keteguhan dalam menyampaikan risalah. Para mufassir sepakat bahwa “azam” adalah elemen penting dalam iman dan merupakan sifat mulia yang patut diteladani.
 
Menurut mufassir Syiah, seperti Allamah Thabathaba’i, Al-Kulayni, dan beberapa ahli tafsir lainnya, kata “azm” memiliki makna yang sangat penting dalam konteks keteguhan hati, komitmen terhadap perintah Allah, dan sikap pantang menyerah. Berikut adalah pandangan beberapa mufassir Syiah mengenai makna “azm”:
1.Azm sebagai Kesabaran dan Keteguhan Hati dalam Menghadapi Ujian
Dalam Tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathaba’i menafsirkan kata “azm” sebagai sifat keteguhan dan kesabaran yang luar biasa, terutama ketika menghadapi kesulitan atau ujian. Allamah Thabathaba’i menyoroti konsep “ulul azmi” dalam Surah Al-Ahqaf (46:35) sebagai nabi-nabi yang memiliki keteguhan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan berat dan menegakkan kebenaran. Menurutnya, “azm” pada para nabi ini menggambarkan kesabaran yang luar biasa dalam menjalankan tugas kenabian.
2.Azm sebagai Komitmen Kuat setelah Musyawarah
Dalam Surah Ali ’Imran (3:159), terdapat ayat tentang musyawarah dan ketegasan hati setelah mengambil keputusan (“azam”). Al-Kulayni dalam kitab Al-Kafi menjelaskan bahwa “azam” di sini mencakup keputusan yang diambil dengan pertimbangan matang dan dengan keyakinan penuh pada kehendak Allah. Menurut tafsiran Syiah ini, azm bukan hanya sekadar tekad, tetapi juga keputusan yang didasari oleh konsultasi, ilmu, dan iman yang mendalam.
3.Azm sebagai Niat yang Ikhlas dan Tulus dalam Beribadah
Dalam tafsir Syiah, “azam” juga merujuk pada ketulusan hati yang sepenuh-penuhnya untuk beribadah kepada Allah. Allamah Thabathaba’i menjelaskan bahwa keteguhan hati dalam niat dan ketulusan merupakan inti dari ibadah, dan “azam” adalah keteguhan hati yang membuat seorang mukmin berpegang teguh pada kebenaran, terlepas dari situasi eksternal.
4.Keteguhan dalam Menyampaikan Risalah dan Menegakkan Keadilan
Banyak mufassir Syiah menekankan bahwa “azam” juga berarti keteguhan hati dalam menyampaikan risalah dan menegakkan keadilan. Para nabi ulul azmi—Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW—diakui memiliki “azm” dalam menyampaikan risalah Allah dan menentang kezaliman. Pandangan ini juga terlihat dalam Tafsir As-Safi karya Mulla Fathullah Al-Kashani, yang menekankan bahwa keteguhan para nabi dalam menegakkan kebenaran adalah bentuk tertinggi dari “azam”.
5.Azm sebagai Ketabahan dalam Menghadapi Cobaan dan Pengorbanan
Menurut Tafsir Al-Burhan karya Al-Bahrani, “azm” adalah ketabahan dalam menghadapi cobaan dan sikap pantang menyerah meski menghadapi bahaya. Banyak mufassir Syiah merujuk pada keteguhan Imam Husain AS di Karbala sebagai contoh nyata dari “azam” dalam menghadapi ketidakadilan dan penindasan, dengan kesediaan untuk berkorban demi menegakkan agama Allah.
 
Secara keseluruhan, mufassir Syiah memandang “azm” sebagai sifat mulia yang mencakup keteguhan hati, kesabaran, dan ketulusan dalam menjalankan perintah Allah. Mereka melihat “azam” sebagai kualitas yang mendasari keimanan dan amal seorang mukmin, mengajarkan bahwa iman yang kokoh harus disertai dengan tekad dan komitmen dalam menegakkan kebenaran, walaupun menghadapi kesulitan atau bahaya.
 
Menurut para ahli makrifat (pengetahuan batin) dan hakikat (realitas spiritual), “azm” atau tekad memiliki makna yang mendalam dan melampaui aspek lahiriah semata. Dalam pandangan mereka, “azm” bukan hanya sekadar tekad biasa, tetapi juga merupakan manifestasi dari keikhlasan, kemurnian hati, dan komitmen yang teguh dalam perjalanan menuju Allah. Berikut adalah beberapa pandangan para ahli makrifat dan hakikat tentang “azm”:
1.Azm sebagai Keteguhan Hati Menuju Allah
Para ahli makrifat, seperti Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, mengartikan “azm” sebagai keteguhan hati yang murni dalam menempuh perjalanan spiritual menuju Allah. Dalam pandangan ini, “azm” adalah tekad untuk meninggalkan segala keinginan duniawi yang dapat mengalihkan seseorang dari Allah. Azm dalam makrifat adalah keteguhan untuk tetap fokus pada tujuan akhir, yaitu Allah, meskipun harus menghadapi banyak ujian dan rintangan batin.
2.Azm sebagai Penyerahan Diri dengan Ikhlas
Ibn Arabi, seorang sufi besar, menafsirkan “azm” sebagai bentuk ketulusan dan ikhlas dalam menyerahkan seluruh kehendak diri kepada kehendak Allah. Menurut Ibn Arabi, azm berarti mengosongkan hati dari keinginan ego, sehingga seseorang benar-benar berada dalam kehendak Ilahi. Azm dalam konteks ini adalah keikhlasan yang dalam, di mana seorang hamba tidak memiliki tujuan lain kecuali mencapai keridhaan Allah.
3.Azm sebagai Kesadaran Hakiki terhadap Kehendak Allah
Dalam pandangan sufi lainnya, “azm” dipandang sebagai kesadaran penuh bahwa setiap yang terjadi adalah kehendak Allah, dan tekad seseorang adalah menyelaraskan kehendaknya dengan kehendak Allah. Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan bahwa “azam” dalam makna ini adalah sebuah keyakinan bahwa apa pun yang dihadapi seseorang di dunia ini adalah bagian dari ujian menuju Allah, sehingga “azam” berarti tetap teguh dan sadar akan Allah dalam setiap keadaan.
4.Azm sebagai Keteguhan untuk Menyucikan Diri
Para ahli hakikat juga melihat “azm” sebagai keteguhan untuk menyucikan hati dari sifat-sifat buruk, seperti egoisme, iri hati, dan cinta dunia. Bagi ahli tasawuf, “azm” adalah tekad yang teguh untuk melewati setiap tahap penyucian diri, hingga hati menjadi jernih dan siap menerima cahaya Ilahi. Menurut Jalaluddin Rumi, “azm” adalah sikap untuk tidak menyerah dalam proses penyucian diri meskipun penuh tantangan.
5.Azm sebagai Keteguhan untuk Menghadapi Ego dan Nafsu
Dalam pandangan para sufi, “azm” juga berarti keteguhan dalam menghadapi ego dan hawa nafsu. Sufi besar seperti Al-Hallaj menyebutkan bahwa seorang yang memiliki “azm” sejati adalah yang mampu menaklukkan nafsunya demi menggapai cinta Allah. Bagi mereka, azm adalah perjuangan batin (mujahadah) yang tiada henti, di mana seseorang terus berusaha menundukkan ego dan nafsunya untuk mencapai kedekatan dengan Allah.
 
Secara keseluruhan, menurut ahli makrifat dan hakikat, “azm” adalah tekad yang melibatkan dimensi batin yang dalam—sebuah perjalanan spiritual yang melibatkan penyucian diri, keikhlasan, dan keberanian dalam menundukkan ego. “Azm” adalah keyakinan yang kokoh untuk tetap berjalan di jalan Allah, meninggalkan keterikatan duniawi, dan mencapai makrifat Ilahi.
 
Menurut ahli hakikat dari kalangan Ahlul Bayt, “azm” atau tekad memiliki makna yang sangat mendalam, yaitu sebagai ekspresi ketulusan, pengorbanan, dan keberanian dalam berhubungan langsung dengan Allah dan menegakkan kebenaran. Mereka melihat “azm” sebagai sifat batin yang penting untuk mencapai hakikat atau realitas spiritual yang sejati. Berikut beberapa pandangan Ahlul Bayt tentang “azm” menurut para ahli hakikat:
1.Azm sebagai Ketaatan Penuh pada Kehendak Allah
Imam Ali bin Abi Thalib AS menggambarkan “azm” sebagai ketundukan sepenuh hati pada kehendak Allah. Dalam salah satu khutbahnya, beliau berkata bahwa tekad seorang mukmin sejati adalah melepaskan ego dan menyerahkan kehendaknya untuk mengikuti kehendak Allah. “Azm” di sini adalah bentuk penyerahan dan keikhlasan total untuk menerima takdir Allah tanpa keraguan atau keluhan.
2.Azm sebagai Keteguhan dalam Menegakkan Kebenaran
Imam Husain AS adalah salah satu contoh paling agung dalam Ahlul Bayt yang menunjukkan makna “azm” sebagai keteguhan hati dalam memperjuangkan kebenaran. Di Karbala, beliau berkata, “Aku tidak bangkit kecuali untuk menegakkan agama kakekku dan melawan kebatilan.” Menurut para ahli hakikat Ahlul Bayt, “azm” adalah keberanian tanpa kompromi dalam menegakkan keadilan dan kebenaran, meskipun menghadapi bahaya besar.
3.Azm sebagai Tekad Menyucikan Jiwa
Imam Ja’far Ash-Shadiq AS menekankan pentingnya “azm” dalam proses penyucian jiwa. Menurutnya, “azm” adalah tekad untuk membersihkan hati dari kotoran duniawi dan sifat-sifat buruk, seperti keserakahan, egoisme, dan cinta dunia. Dalam pandangan ahli hakikat Ahlul Bayt, azm adalah kekuatan batin yang dibutuhkan untuk mencapai maqam (tingkatan) spiritual yang lebih tinggi, di mana seseorang mampu melihat kebenaran Ilahi dengan jelas.
4.Azm sebagai Kesabaran dalam Menjalani Cobaan dan Ujian
Imam Ali Zainal Abidin AS (Imam Sajjad), dalam doa-doanya dalam Shahifah Sajjadiyah, menggambarkan “azm” sebagai keteguhan dalam menerima dan bersabar atas segala cobaan yang diberikan oleh Allah. Beliau mengajarkan bahwa “azm” adalah keyakinan dan ketabahan untuk menerima segala keadaan dengan hati yang lapang, sebagai bentuk kehambaan yang penuh kesadaran akan keagungan Allah. Ini menunjukkan bahwa “azm” adalah kemampuan batin untuk tidak terguncang oleh ujian hidup.
5.Azm sebagai Ketulusan Hati dalam Hubungan dengan Allah
Dalam ajaran Ahlul Bayt, “azm” juga berkaitan dengan niat yang murni dan ketulusan hati. Imam Hasan Al-Mujtaba AS mengajarkan bahwa “azm” berarti memiliki niat yang tulus, tidak terikat pada ambisi duniawi, dan melakukan segalanya demi Allah semata. Ketulusan ini, menurut ahli hakikat dari kalangan Ahlul Bayt, adalah dasar bagi setiap bentuk ibadah yang benar, di mana seseorang beramal hanya karena cinta kepada Allah.
6.Azm sebagai Kesadaran untuk Menyatu dengan Kehendak Ilahi
Ahlul Bayt mengajarkan bahwa azm adalah sebuah kesadaran spiritual di mana seorang hamba berusaha untuk selaras dengan kehendak Ilahi dalam setiap aspek kehidupannya. Dalam pandangan Imam Ja’far Ash-Shadiq AS, “azm” adalah perjalanan menuju fana’ (lenyapnya kehendak pribadi), di mana hanya kehendak Allah yang menjadi pusat hidup seorang mukmin.
 
Secara keseluruhan, menurut ahli hakikat dari kalangan Ahlul Bayt, “azm” adalah sifat batin yang melibatkan ketundukan total kepada Allah, keteguhan dalam menegakkan kebenaran, tekad untuk menyucikan jiwa, dan kesadaran mendalam dalam hubungan dengan Allah. “Azm” adalah keteguhan yang menyelimuti perjalanan spiritual menuju hakikat Ilahi, sebuah tekad yang tak tergoyahkan untuk mendekat kepada Allah dan menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak-Nya.
 
Kisah dan cerita dalam Islam yang menggambarkan “azm” atau keteguhan hati yang luar biasa dalam menghadapi tantangan demi kebenaran dan kesetiaan kepada Allah. Berikut beberapa kisah inspiratif yang menggambarkan azm dalam kehidupan para nabi, sahabat, dan tokoh-tokoh besar Islam:
1.Kisah Nabi Ibrahim AS: Tekad dalam Ketaatan kepada Allah
Nabi Ibrahim AS dikenal sebagai salah satu “ulul azmi” atau nabi yang memiliki tekad dan keteguhan hati yang luar biasa. Ketika diperintahkan oleh Allah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS, Ibrahim menunjukkan azm yang sangat kuat. Dengan penuh kesabaran dan keyakinan pada kehendak Allah, Ibrahim siap melaksanakan perintah tersebut, meskipun sangat berat secara emosional. Namun, di akhir ujian tersebut, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai bentuk penghargaan atas keteguhan hati dan kepatuhan Nabi Ibrahim.
2.Kisah Nabi Musa AS: Keteguhan dalam Menghadapi Firaun
Nabi Musa AS menunjukkan “azm” yang luar biasa ketika diperintahkan oleh Allah untuk menghadapi Firaun, penguasa Mesir yang sangat kejam. Meskipun Musa awalnya merasa berat untuk melawan seorang penguasa yang sangat kuat, dengan bantuan Allah dan keteguhan hatinya, Musa tetap maju dan berdakwah kepada Firaun. Keteguhannya dalam menyampaikan kebenaran dan menghadapi ancaman menjadikannya simbol keberanian dan keteguhan yang besar dalam Islam.
3.Kisah Nabi Muhammad SAW: Kesabaran dan Keteguhan dalam Menyebarkan Islam
Nabi Muhammad SAW juga adalah salah satu nabi “ulul azmi.” Salah satu peristiwa yang menunjukkan keteguhan hatinya adalah ketika beliau menghadapi penolakan keras dan penyiksaan dari kaum Quraisy di Mekkah. Ketika ajaran Islam ditolak, beliau tetap berdakwah dengan sabar dan tekad yang tak tergoyahkan. Nabi terus menyebarkan Islam meskipun harus menghadapi berbagai ancaman, hingga akhirnya Islam diterima dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Azm Rasulullah tercermin dalam ketabahannya menghadapi segala rintangan demi menyampaikan risalah Allah.
4.Kisah Imam Husain AS: Keteguhan dalam Menegakkan Kebenaran di Karbala
Salah satu contoh paling mendalam dari “azm” dalam sejarah Islam adalah kisah Imam Husain AS di Karbala. Ketika menghadapi pasukan Yazid yang sangat besar, Imam Husain dan para sahabatnya tidak gentar. Meskipun tahu bahwa mereka akan gugur, Husain tetap teguh menolak kezaliman dan kebatilan. Dengan keberanian dan ketulusan hati, Imam Husain mengorbankan nyawanya demi menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Peristiwa ini dikenal sebagai simbol keteguhan hati yang paling tinggi dalam menghadapi ketidakadilan.
5.Kisah Bilal bin Rabah: Keteguhan dalam Menahan Penyiksaan
Bilal bin Rabah, seorang sahabat Nabi yang berkulit hitam dan seorang budak, adalah contoh lain dari “azm.” Ketika ia memeluk Islam, majikannya menyiksanya dengan kejam dan menindih tubuhnya dengan batu besar di tengah panasnya gurun. Namun, Bilal tetap bertahan dan hanya mengucapkan “Ahad, Ahad” (Allah itu Satu). Keteguhan hatinya dalam mempertahankan keimanannya di bawah penyiksaan yang berat menunjukkan “azm” yang kuat untuk tetap beriman meskipun harus menghadapi kematian.
6.Kisah Imam Ali Zainal Abidin AS (Imam Sajjad): Keteguhan dalam Kesabaran dan Doa
Setelah peristiwa Karbala, Imam Ali Zainal Abidin AS, putra Imam Husain, menunjukkan keteguhan dalam menghadapi trauma, kesedihan, dan penindasan. Imam Sajjad terus menjalankan tugasnya sebagai imam dengan penuh ketabahan, meskipun banyak anggota keluarganya telah syahid. Beliau mengisi hari-harinya dengan doa dan zikir yang menunjukkan kedekatannya dengan Allah. Dalam Shahifah Sajjadiyah, kumpulan doanya, terlihat bagaimana beliau tetap teguh dalam menghadapi penderitaan dengan berdoa dan memohon kekuatan kepada Allah.
7.Kisah Salman Al-Farisi: Keteguhan dalam Mencari Kebenaran
Salman Al-Farisi adalah contoh azm dalam mencari kebenaran. Lahir di Persia dalam keluarga Majusi (penyembah api), ia tidak merasa puas dengan ajaran agamanya dan mencari jalan menuju kebenaran. Perjalanan panjangnya membawanya bertemu dengan banyak orang, menghadapi perbudakan, dan mengalami penderitaan, hingga akhirnya ia bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dan memeluk Islam. Tekadnya yang kuat untuk menemukan kebenaran adalah contoh luar biasa dari “azm” dalam mencari Allah.
 
Setiap kisah di atas menunjukkan bahwa “azm” bukan hanya sekadar tekad, tetapi juga keteguhan batin yang melibatkan keberanian, kesabaran, ketulusan, dan pengorbanan. Azm adalah salah satu sifat terpuji yang mengokohkan iman dan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah, meskipun harus melewati berbagai rintangan dalam hidup.
 
“Azm” atau keteguhan hati dalam Islam memiliki berbagai manfaat yang luar biasa, baik dalam kehidupan spiritual maupun duniawi. 
 
Manfaat dari memiliki azm (tekad yang kuat):
1.Meningkatkan Kekuatan Spiritual dan Keimanan
Azm membantu seseorang untuk tetap teguh dalam menjalankan ajaran agama meskipun menghadapi ujian dan cobaan. Dengan tekad yang kuat, seseorang dapat mempertahankan imannya bahkan di tengah kesulitan. Ini meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah, karena orang yang memiliki azm berkomitmen untuk terus berada di jalan yang benar, apapun tantangannya.
2.Mengatasi Rintangan dan Kesulitan
Keteguhan hati yang didorong oleh azm membantu seseorang untuk tidak mudah menyerah ketika menghadapi hambatan dan kesulitan hidup. Azm memberikan daya tahan batin yang luar biasa, memungkinkan seseorang untuk bertahan melalui masa-masa sulit dan tetap fokus pada tujuan yang lebih tinggi, yaitu ridha Allah.
3.Menumbuhkan Keberanian dan Kekuatan Mental
Azm mengembangkan sikap mental yang kuat dan keberanian dalam menghadapi ketidakpastian. Keteguhan hati membekali seseorang untuk berani mengambil keputusan yang benar meskipun harus melawan arus atau menghadapi risiko besar. Hal ini sangat penting dalam menegakkan kebenaran, berjuang melawan kezaliman, atau memperjuangkan nilai-nilai Islam.
4.Menjadi Sumber Inspirasi bagi Orang Lain
Orang yang memiliki azm yang kuat bisa menjadi teladan bagi orang lain. Keteguhan dan konsistensinya dalam berpegang pada prinsip-prinsip yang benar bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Azm menciptakan karakter yang bisa memberikan dampak positif dalam masyarakat.
5.Meningkatkan Disiplin Diri
Dengan adanya azm, seseorang dapat menjaga komitmennya dalam beribadah, menjalankan kewajiban, dan menjauhi larangan Allah. Azm membantu seseorang untuk tetap konsisten dalam memperbaiki diri, berdisiplin dalam ibadah, dan berusaha mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi.
6.Mendekatkan Diri pada Kesuksesan
Dalam duniawi, azm sangat penting untuk mencapai kesuksesan. Dengan memiliki tekad yang kuat, seseorang tidak mudah menyerah dalam mencapai tujuannya, baik dalam pekerjaan, pendidikan, maupun kehidupan pribadi. Azm akan membawa seseorang untuk tidak cepat puas dan terus berusaha mencapai tujuan yang lebih tinggi, karena tekad yang kuat memberi daya dorong yang tak terhentikan.
7.Membantu Menghadapi Fitnah dan Godaan Duniawi
Azm memberikan keteguhan untuk menahan godaan duniawi yang bisa mengalihkan perhatian seseorang dari tujuan spiritualnya. Orang yang memiliki azm yang kokoh akan mampu menjaga dirinya dari godaan dunia, seperti keserakahan, kemewahan, atau kehidupan yang tidak sesuai dengan prinsip agama.
8.Membawa pada Pencapaian Keberhasilan yang Sejati
Azm memberi keyakinan dalam pencapaian hasil yang nyata dan bermanfaat, baik dalam hal duniawi maupun ukhrawi. Dengan memiliki tekad untuk berbuat baik dan berjuang untuk kebenaran, seseorang akan mendapatkan keberhasilan yang hakiki, yang tidak hanya dirasakan dalam kehidupan ini, tetapi juga akan membawa manfaat di kehidupan akhirat.
9.Membantu Menjaga Konsistensi dalam Amal
Orang yang memiliki azm akan tetap konsisten dalam beramal saleh, meskipun berbagai rintangan datang. Keteguhan ini juga membantu untuk menjaga niat dan keikhlasan dalam setiap amal perbuatan, sehingga semua tindakan yang dilakukan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala di sisi Allah.
 
Secara keseluruhan, manfaat dari azm adalah memperkuat iman, meningkatkan ketahanan diri, menjaga konsistensi dalam tujuan hidup, dan memberikan dampak positif pada kehidupan spiritual dan sosial. Azm mengarahkan seseorang untuk tetap teguh dalam menghadapi tantangan dan menjalani hidup sesuai dengan kehendak Allah, tanpa merasa putus asa.
 
Doa-doa untuk memohon azm (tekad dan keteguhan hati) dapat membantu seseorang untuk tetap kuat dalam menghadapi cobaan, berpegang pada prinsip kebenaran, dan menjaga konsistensi dalam iman dan amal. Berikut adalah beberapa doa yang dapat dipanjatkan untuk memohon azm dari Allah:
1. Doa Memohon Keteguhan Hati (Azm) dan Kekuatan dalam Iman
‎اللهم ثبت قلبي على دينك
“Allahumma thabbit qalbi ’ala dinik.”
Artinya: “Ya Allah, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Doa ini memohon kepada Allah agar hati kita selalu teguh dan kokoh dalam berpegang pada ajaran agama-Nya, terhindar dari keraguan dan kelemahan dalam iman.
 
2. Doa Memohon Keberanian dan Keteguhan dalam Menghadapi Ujian
‎اللهم إني أسالك العزم على أمرك
“Allahumma inni as’aluka al-azma ’ala amrik.”
Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk memberikan aku tekad yang kuat dalam melaksanakan perintah-Mu.”
Doa ini memohon agar diberikan keberanian dan keteguhan dalam menghadapi setiap ujian hidup dan tetap menjalankan perintah Allah dengan penuh ketekunan.
 
3. Doa Memohon Kekuatan untuk Berpegang pada Kebenaran
‎اللهم اجعلني من الذين يتبعون الحق
“Allahumma ajilni min al-ladhina yattabi’oon al-haqq.”
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mengikuti kebenaran.”
Doa ini memohon agar Allah memberikan keteguhan hati untuk selalu mengikuti kebenaran, meskipun ada tantangan atau godaan yang datang.
 
4. Doa Memohon Kesabaran dan Keteguhan dalam Perjuangan
‎رَبِّ اجْعَلْنِي مِنَ الصَّابِرِينَ
“Rabbi ajilni min as-sabireen.”
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang sabar.”
Doa ini mengandung permohonan agar diberikan keteguhan dan kesabaran dalam menghadapi setiap ujian hidup, sehingga tidak mudah menyerah atau goyah.
 
5. Doa Memohon Keikhlasan dan Keteguhan dalam Ibadah
‎اللهم اجعلني من الذين يعزمون على عبادتك
“Allahumma ajilni min al-ladhina ya’zimoona ’ala ibadatika.”
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memiliki tekad yang kuat dalam beribadah kepada-Mu.”
Doa ini memohon agar Allah memberikan kekuatan untuk beribadah dengan penuh keikhlasan, kesungguhan, dan keteguhan hati tanpa merasa lelah atau bosan.
 
6. Doa Memohon Perlindungan dari Keraguan dan Kelemahan
‎اللهم إني أعوذ بك من الضعف والكسل
“Allahumma inni a’udhu bika min al-da’af wal-kasal.”
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan.”
Doa ini memohon kepada Allah agar dilindungi dari segala bentuk kelemahan yang dapat menghalangi tekad dan keteguhan hati dalam menjalani kehidupan, terutama dalam menjalankan perintah-Nya.
 
7. Doa Memohon Kekuatan untuk Menegakkan Kebenaran
‎اللهم قوِّ عزيمتي على نصرة دينك
“Allahumma qawi ’azimati ’ala nasr dinik.”
Artinya: “Ya Allah, kuatkanlah tekadku untuk menolong agama-Mu.”
Doa ini memohon agar Allah memberikan kekuatan dan keteguhan dalam memperjuangkan dan menegakkan kebenaran agama Islam, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam masyarakat.
 
8. Doa Memohon Keteguhan dan Kemudahan dalam Menghadapi Kesulitan
‎اللهم سهل لي أمرى وحقق لي مرادي
“Allahumma sahil li amri wa haqqiq li muradi.”
Artinya: “Ya Allah, permudahkanlah urusanku dan wujudkanlah harapanku.”
Doa ini memohon kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam setiap urusan dan diberikan keteguhan hati untuk mencapai tujuan yang baik, serta tetap dalam jalan yang benar.
 
9. Doa Memohon Kesungguhan dalam Melakukan Amal Saleh
‎اللهم اجعلني من الذين يعزمون على عمل الصالحات
“Allahumma ajilni min al-ladhina ya’zimoona ’ala ’amal as-salihah.”
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memiliki tekad yang kuat untuk melakukan amal saleh.”
Doa ini memohon agar Allah memberikan kekuatan dan tekad yang kuat untuk selalu beramal baik, menjalankan kebaikan, dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.
 
10. Doa Memohon Kekuatan untuk Berkomitmen pada Jalan Allah
‎اللهم اجعلني من الذين لا يلتفتون عن طريقك
“Allahumma ajilni min al-ladhina la yaltiftuna ’an tareeqik.”
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang tidak berpaling dari jalan-Mu.”
Doa ini memohon agar Allah memberikan keteguhan untuk tetap setia dan istiqamah di jalan yang benar, tidak teralihkan oleh godaan duniawi atau kesulitan apapun.
 
Dengan doa-doa ini, seseorang dapat memohon kepada Allah untuk diberikan kekuatan, keteguhan hati, dan tekad yang kuat dalam menjalani hidup sesuai dengan jalan-Nya. Azm adalah anugerah yang datang dengan usaha, doa, dan tawakkal (berserah diri kepada Allah).
 
Doa-doa dari Ahlul Bayt sering kali mengandung permohonan untuk mendapatkan keteguhan hati, kekuatan, dan tekad yang kokoh dalam menjalani hidup di jalan Allah. Berikut adalah beberapa doa yang berhubungan dengan azm (tekad yang kuat) yang diajarkan oleh Ahlul Bayt, yang bisa dijadikan contoh dan panutan dalam hidup kita:
 
1. Doa Imam Ali bin Abi Thalib AS
Imam Ali AS dikenal sebagai simbol keteguhan hati dan keberanian dalam menghadapi segala ujian. Dalam beberapa khutbah dan doa-doanya, beliau sering meminta kepada Allah untuk memberikan keteguhan dan kekuatan dalam beriman dan berjuang di jalan-Nya.
‎اللهم إني أسالك العزم في الرأي، والصدق في القول، والثبات في العمل
“Allahumma inni as’alu-ka al-‘azma fi ar-ra’yi, wa as-sidqa fi al-qawli, wa at-thabata fi al-‘amali.”
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam pendirian, kejujuran dalam perkataan, dan keteguhan dalam amal.”
 
Doa ini menunjukkan permohonan untuk diberikan azm dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam pikiran, ucapan, dan tindakan.
 
2. Doa Imam Husain AS (Doa Karbala)
Imam Husain AS, dalam peristiwa Karbala, memberikan contoh azm yang luar biasa. Sebelum pertempuran yang mengorbankan dirinya dan para pengikutnya, beliau berdoa memohon keteguhan hati dan keberanian untuk menegakkan kebenaran meskipun harus menghadapai maut.
‎اللهم اجعلنا من الذين يعزمون على صبر في وقت البلاء
“Allahumma ajilna min al-ladhina ya’zimoona ’ala sabrin fi waqt al-bala.”
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki tekad untuk bersabar di saat ujian.”
 
Imam Husain memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk tetap teguh dan sabar dalam menghadapi ujian besar, sebuah bentuk azm yang tinggi.
 
3. Doa Imam Ja’far As-Shadiq AS
Imam Ja’far As-Shadiq AS mengajarkan doa yang mencakup permohonan agar Allah memberikan keteguhan dan tekad dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.
‎اللهم اجعلني من الذين يعزمون على مرضاتك
“Allahumma ajilni min al-ladhina ya’zimoona ’ala mardhatika.”
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memiliki tekad untuk selalu berada dalam keridhaan-Mu.”
 
Doa ini menunjukkan bahwa azm yang sesungguhnya adalah azm untuk selalu mencari ridha Allah dalam setiap langkah kehidupan, tanpa tergoyahkan oleh dunia atau cobaan.
 
4. Doa Imam Zainal Abidin AS (Imam Sajjad)
Imam Ali Zainal Abidin AS, dalam doa-doa yang termaktub dalam Shahifah Sajjadiyah, banyak berdoa untuk diberikan kekuatan dan keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan dan cobaan hidup. Salah satu doa beliau adalah:
‎اللهم ثبتني على دينك وألهمني الصواب
“Allahumma thabbitni ’ala dinika wa alhimni as-sawab.”
“Ya Allah, teguhkanlah aku di atas agama-Mu dan beri aku petunjuk untuk selalu memilih yang benar.”
 
Doa ini memohon kepada Allah untuk diberikan keteguhan hati dalam berpegang teguh pada agama-Nya, serta diberi petunjuk untuk selalu mengambil keputusan yang benar.
 
5. Doa Imam Hasan Al-Mujtaba AS
Imam Hasan AS juga sering berdoa untuk diberi keteguhan hati dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang Allah amanahkan. Beliau mengajarkan doa yang memohon keteguhan dalam memegang prinsip.
‎اللهم إني أسالك الثبات على الحق والمثابرة في العبادة
“Allahumma inni as’alu-ka at-thabata ’ala al-haqqi wal-muthabara fi al-’ibadah.”
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam kebenaran dan ketekunan dalam beribadah.”
 
Doa ini mencerminkan permohonan agar Allah memberikan azm yang kokoh dalam berpegang pada kebenaran dan terus beribadah dengan tekun.
 
Kesimpulan: Doa-doa dari Ahlul Bayt menunjukkan betapa pentingnya azm dalam kehidupan seorang Muslim. Mereka selalu berdoa untuk diberikan keteguhan hati, kekuatan dalam menghadapi ujian hidup, dan kemampuan untuk tetap berada di jalan yang benar tanpa tergoyahkan. Azm, dalam pengertian ini, bukan hanya sekadar tekad, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual untuk selalu konsisten dalam menjalankan perintah Allah dan menegakkan kebenaran.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment