Kolom: Makna Laa Hawala Walaa Quwwata Illaa Billah

Supa Athana - Tekno & Sains
04 November 2024 07:41
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
             Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
 
Kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah (لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ) memiliki makna mendalam dalam Islam. Terjemahannya secara harfiah adalah “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.” Berikut adalah beberapa makna dari kalimat ini:
 
1.Kesadaran akan Ketergantungan kepada Allah
Mengingatkan kita bahwa segala daya dan upaya yang kita miliki hanyalah berasal dari Allah, dan kita tidak memiliki kekuatan tanpa-Nya.
2.Kekuatan dalam Menghadapi Kesulitan ; Kalimat ini merupakan pengingat untuk tetap tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan, karena hanya Allah yang bisa memberi kekuatan untuk melewatinya.
3.Penyerahan Diri kepada Allah
Kalimat ini mendorong kita untuk berserah diri sepenuhnya kepada Allah, terutama saat menghadapi hal-hal di luar kendali kita.
4.Kerendahan Hati
Mengakui bahwa manusia lemah dan memerlukan pertolongan dari Allah dalam segala aspek kehidupan.
5.Motivasi untuk Tetap Berusaha
Meskipun segala hasil ada di tangan Allah, kalimat ini mendorong kita untuk berikhtiar karena kekuatan untuk berusaha juga berasal dari Allah.
6.Menghilangkan Rasa Takut
Kalimat ini memberikan ketenangan bagi hati dan mengingatkan bahwa tidak perlu takut atau cemas karena semua terjadi atas izin-Nya.
7.Menguatkan Tawakal
Menanamkan rasa percaya penuh kepada Allah atas segala hasil dari upaya yang kita lakukan.
8.Mengurangi Beban Mental
Membantu meredakan stres atau kecemasan dengan bersandar pada kekuasaan Allah.
9.Menghindarkan Diri dari Keputusasaan ; Saat merasa tidak mampu atau kehilangan harapan, kalimat ini mengingatkan kita bahwa pertolongan Allah selalu ada.
10.Mendekatkan Hati kepada Allah ; Menumbuhkan rasa cinta dan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya tempat bersandar dan yang mampu memberikan kekuatan sejati.
 
Kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah sering kali digunakan sebagai doa dan zikir untuk menenangkan hati dan meningkatkan keimanan.
 
Dalam Al-Qur’an, makna dari kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah sangat relevan, meskipun frasa ini secara spesifik tidak muncul dalam bentuk tersebut. Namun, konsepnya, yaitu bahwa segala kekuatan, pertolongan, dan daya upaya berasal dari Allah, banyak dibahas di beberapa ayat. Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang mencerminkan makna tersebut:
 
1.Semua Kekuasaan dan Kekuatan Milik Allah
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah: “Dan Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 284) Ayat ini menunjukkan bahwa segala kekuatan dan kekuasaan berasal dari Allah, dan manusia hanya bisa berusaha namun hasilnya diatur oleh-Nya.
2.Pertolongan Hanya dari Allah
Allah menegaskan dalam Surat Ali Imran: “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”
(QS. Ali Imran: 173)
Ayat ini mengingatkan kita untuk bersandar kepada Allah dalam menghadapi cobaan karena Dialah yang memberi pertolongan dan perlindungan.
3.Hanya Allah yang Mampu Mengubah Keadaan. Dalam Surat Ar-Ra’d: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat ini mengajarkan bahwa kekuatan untuk berubah ada dengan izin Allah, namun manusia juga harus berusaha.
4.Manusia Diberi Kekuatan dari Allah ; Dalam Surat Al-Anfal:
“Dan tidaklah kamu melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.” QS. Al-Anfal: 17
Ini mengingatkan bahwa setiap kekuatan dan hasil tindakan kita, sejatinya terjadi dengan izin dan kekuatan dari Allah.
5.Ketenangan dan Keyakinan di Bawah Pertolongan Allah
Allah berfirman dalam Surat At-Tawbah: “Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu; tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu selain dari Allah sesudah itu?” (QS. At-Tawbah: 40)
Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada yang bisa memberikan kemenangan atau pertolongan sejati kecuali Allah.
6.Allah Sebagai Sumber Segala Kekuatan ; Dalam Surat Fathir: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” (QS. Fathir: 10) . Mengingatkan bahwa kekuatan dan kemuliaan hanyalah milik Allah, dan manusia bergantung pada-Nya untuk memperoleh apa pun.
7.Allah Memberi Rezeki dan Kekuatan. Dalam Surat Hud: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.” (QS. Hud: 6)
Menunjukkan bahwa Allah adalah sumber rezeki dan kekuatan bagi semua makhluk.
 
8.Allah sebagai Pelindung dan Penolong Sejati ; Dalam Surat Al-Ankabut: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-Ankabut: 69)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan pertolongan kepada orang-orang yang berusaha keras untuk mencari rida-Nya dan berbuat kebaikan.
9.Meminta Pertolongan Hanya kepada Allah ; Dalam Surat Al-Fatihah, kita diajarkan untuk meminta pertolongan hanya kepada Allah: “Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”
(QS. Al-Fatihah: 5)
Ayat ini mengajarkan bahwa hanya Allah yang mampu memberikan pertolongan dalam segala urusan dan kebutuhan hidup kita.
10.Kekuatan Allah di Atas Segala Sesuatu ; Dalam Surat Al-Mulk: “Katakanlah, ‘Dialah Yang Maha Pengasih; kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal.’” (QS. Al-Mulk: 29)
Ayat ini menegaskan pentingnya bersandar dan bertawakal hanya kepada Allah dalam setiap keadaan, karena Dia yang memiliki kekuatan sejati.
 
11.Allah Memberi Ketenangan dalam Kesulitan. Dalam Surat Al-Fath: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).”
(QS. Al-Fath: 4)
Ayat ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang dapat menenangkan hati manusia, terutama ketika sedang menghadapi ujian dan kesulitan.
 
12.Tidak Ada Kekuatan selain dari Allah. Dalam Surat Yunus: “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya.” (QS. Yunus: 107)
Ayat ini mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik itu musibah maupun nikmat, datang dari Allah. Hanya Dia yang berkuasa atas segala yang menimpa kita.
 
Ayat-ayat ini menguatkan pemahaman bahwa dalam menghadapi segala situasi kehidupan, kita sebagai hamba harus senantiasa bergantung dan bersandar kepada Allah, karena Dia-lah yang memiliki daya dan kekuatan yang sejati.
 
Dalam hadis, kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah juga memiliki makna dan keutamaan yang besar. Berikut adalah beberapa hadis yang menunjukkan makna, manfaat, dan keutamaan dari kalimat ini:
 
1.Kalimat yang Berasal dari Harta Karun Surga. Rasulullah SAW bersabda: “Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah salah satu dari harta karun surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan bahwa kalimat ini memiliki nilai yang tinggi di sisi Allah, dan mengucapkannya bisa mendatangkan pahala yang besar.
2.Pengakuan atas Kelemahan Manusia dan Kekuatan Allah
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW mengatakan kepada Abu Musa Al-Asy’ari: “Maukah kamu aku tunjukkan salah satu dari harta karun surga? (Yaitu) ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah.’”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa dengan mengucapkan kalimat ini, seorang Muslim mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki kekuatan dan kuasa sejati, dan manusia adalah hamba yang lemah tanpa pertolongan-Nya.
3.Penghapus Dosa dan Pengangkat Derajat. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mengucapkan ‘Subhanallah,’ akan ditulis baginya 10 kebaikan; barang siapa yang mengucapkan ‘Alhamdulillah,’ akan ditulis baginya 10 kebaikan; barang siapa yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah,’ akan ditulis baginya 10 kebaikan; dan barang siapa yang mengucapkan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah,’ akan diangkat baginya 10 derajat.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Kalimat ini tidak hanya bermanfaat untuk ketenangan batin tetapi juga untuk meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah.
4.Perlindungan dari Bahaya dan Kemudahan dalam Kesulitan
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kalimat ini adalah doa untuk meminta perlindungan dari bahaya. Beliau bersabda: “Barang siapa yang mengucapkan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah,’ maka ia telah terbebas dari tujuh puluh pintu kesulitan, yang paling ringan di antaranya adalah kemiskinan.”
(HR. Tirmidzi)
Ini menunjukkan bahwa kalimat ini bisa membantu meringankan beban dan mendatangkan perlindungan dari kesulitan hidup.
5.Zikir yang Dapat Mencegah Kesedihan dan Kegundahan
Dalam sebuah hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: “Kalimat ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah’ adalah penangkal 99 macam penyakit, yang paling ringan di antaranya adalah kesedihan.” (HR. Thabrani)
Kalimat ini dapat membantu seseorang untuk mengatasi kesedihan, kecemasan, dan kegundahan karena mengingatkan bahwa segala urusan ada dalam kekuasaan Allah.
 
Hadis-hadis ini menunjukkan betapa pentingnya Laa hawla wa laa quwwata illa billah sebagai bentuk zikir, doa, dan pengakuan ketergantungan kepada Allah. Kalimat ini tidak hanya bermanfaat untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi juga sebagai perisai dari kesulitan dan sebagai cara untuk menguatkan iman.
 
Ahlul Bayt, yakni keluarga Nabi Muhammad SAW yang terdiri dari keturunan beliau melalui Sayyidah Fatimah Az-Zahra, Imam Ali, dan para imam keturunan mereka, juga menekankan keutamaan dan manfaat kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Berikut adalah beberapa riwayat dari Ahlul Bayt mengenai kalimat ini:
 
1.Pengaruhnya dalam Menghapus Kesedihan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Barang siapa yang mengucapkan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah’ tujuh kali setelah Subuh dan Maghrib, maka Allah akan menghindarkan darinya tujuh puluh jenis kesulitan, yang paling ringan adalah kesedihan.”
(Diriwayatkan dalam kitab Al-Kafi)
Ini menunjukkan bahwa zikir ini memiliki efek yang mendalam dalam menghapus kesedihan dan memberikan ketenangan dalam hati.
2.Kalimat yang Paling Dicintai oleh Allah. Imam Ali Zainal Abidin (as), cucu Rasulullah SAW, menyatakan: “Kalimat yang paling dicintai Allah adalah ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah.’”
(Diriwayatkan dalam Mishkat al-Anwar). Dengan mengucapkan kalimat ini, seorang Muslim mendekatkan diri kepada Allah dan menunjukkan kepasrahan sepenuhnya kepada-Nya.
3.Sarana untuk Memperoleh Kekuatan dalam Kesulitan
Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata:
“Aku menyarankan kalian untuk mengucapkan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah’ karena kalimat ini adalah penolong dalam menghadapi kesulitan yang besar.” (Diriwayatkan dalam Ghurar al-Hikam)
Kalimat ini bisa menjadi pelipur dalam menghadapi masalah hidup dan menunjukkan bahwa kekuatan untuk melewati segala rintangan hanya ada dalam izin Allah.
4.Dapat Menghindarkan dari Kekhawatiran dan Kecemasan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) juga menyampaikan: “Laa hawla wa laa quwwata illa billah merupakan obat dari sembilan puluh sembilan penyakit, yang paling ringan di antaranya adalah kecemasan.”
(Diriwayatkan dalam Bihar al-Anwar)
Mengucapkan kalimat ini memberikan ketenangan dan membantu mengatasi berbagai macam kegundahan dan kecemasan yang mungkin dirasakan oleh seorang hamba.
5.Zikir yang Mendatangkan Perlindungan Ilahi. Imam Musa Al-Kazhim (as), keturunan Nabi Muhammad SAW, berkata:
“Barang siapa yang sering mengucapkan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah,’ maka Allah akan melindunginya dari 70 jenis bencana, yang paling ringan di antaranya adalah kefakiran.” (Diriwayatkan dalam Mishkat al-Anwar)
Ini menunjukkan bahwa kalimat ini memiliki kekuatan untuk melindungi dan menjaga kita dari berbagai kesulitan dan bencana dengan izin Allah.
 
Riwayat-riwayat dari Ahlul Bayt ini menegaskan pentingnya mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah sebagai bentuk zikir, pengakuan atas ketergantungan kepada Allah, dan sarana untuk mendatangkan ketenangan, perlindungan, dan keberkahan. Ahlul Bayt mengajarkan agar kalimat ini menjadi bagian dari rutinitas harian seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh kekuatan dalam kehidupan.
6.Dapat Membantu Menjaga Keteguhan Iman
Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata:
“Barang siapa yang mengucapkan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah’ dengan penuh kesadaran, Allah akan memberikan keteguhan iman dalam hatinya.”
(Diriwayatkan dalam Ghurar al-Hikam) Kalimat ini bisa membantu menjaga dan memperkuat keimanan seseorang, terutama saat menghadapi ujian atau cobaan yang berat.
7.Mendatangkan Pertolongan dari Allah dalam Segala Urusan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Jika seseorang mengucapkan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah’ ketika ia mengalami kesulitan dalam urusannya, maka Allah akan memudahkan urusannya tersebut.”
(Diriwayatkan dalam Al-Kafi)
Zikir ini adalah bentuk permohonan kepada Allah untuk memberikan pertolongan dalam menghadapi berbagai kesulitan atau permasalahan hidup.
8.Kalimat yang Mengundang Pahala Besar. Imam Muhammad Al-Baqir (as) berkata: “Mengucapkan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah’ dapat mendatangkan pahala besar, lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia.”
(Diriwayatkan dalam Bihar al-Anwar)
Kalimat ini memiliki nilai pahala yang besar, sehingga sangat dianjurkan untuk mengamalkannya sebagai bentuk dzikir kepada Allah SWT.
 
Riwayat-riwayat ini semakin memperkuat pemahaman tentang manfaat kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah, baik untuk mendatangkan pertolongan, menjaga iman, maupun memperoleh pahala dari Allah. Ahlul Bayt mendorong umat Islam untuk sering mengucapkan kalimat ini agar lebih dekat dengan Allah dan mendapat kekuatan dalam menjalani hidup.
 
Para mufassir atau ahli tafsir juga menjelaskan makna mendalam dari kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah dan bagaimana kalimat ini berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Berikut adalah beberapa pandangan mufassir mengenai makna dan keutamaan kalimat ini:
1.Ibn Katsir
Ibn Katsir menafsirkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah sebagai pengakuan bahwa manusia tidak memiliki daya atau kekuatan tanpa kehendak Allah. Menurutnya, kalimat ini menunjukkan bahwa manusia hanya bisa berusaha, tetapi Allah-lah yang menentukan hasilnya. Ibn Katsir mengaitkannya dengan ayat dalam Surat Al-Anfal (8:17):
“Dan bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.”
Dengan mengucapkan kalimat ini, manusia mengakui bahwa keberhasilan atau hasil dari setiap upaya sepenuhnya berada di bawah kehendak Allah.
2.Imam Al-Qurthubi
Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi menjelaskan bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah mengandung makna tawakal (berserah diri) kepada Allah. Menurutnya, kalimat ini adalah bentuk pernyataan ketergantungan manusia kepada Allah dalam menghadapi setiap kondisi kehidupan. Ia juga menghubungkan kalimat ini dengan ayat dalam Surat Ali Imran (3:173):
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”
Al-Qurthubi menegaskan bahwa dengan mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah, seseorang memasrahkan dirinya kepada Allah dan menyerahkan semua urusan kepada-Nya.
3.Al-Razi
Al-Razi memandang kalimat ini sebagai pengingat bahwa segala kekuatan sejati berasal dari Allah, dan manusia pada hakikatnya lemah tanpa bantuan-Nya. Dalam tafsirnya, Al-Razi menyatakan bahwa kalimat ini adalah bentuk zikir yang membuat manusia sadar akan posisi dan keterbatasannya di hadapan Allah. Ia mengaitkannya dengan ayat dalam Surat Al-Fath (48:4):
“Dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya bertambah keimanan mereka.”
Menurut Al-Razi, dengan mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah, seseorang bisa memperoleh ketenangan dan keteguhan iman karena mengingat bahwa semua bantuan dan kekuatan hanya dari Allah.
4.Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali menafsirkan kalimat ini sebagai cara untuk menguatkan hati ketika menghadapi cobaan hidup. Menurutnya, Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah bentuk kepasrahan mutlak kepada Allah yang bisa membantu seseorang mengatasi rasa takut, khawatir, atau kesedihan. Dalam karya-karyanya, seperti Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menyarankan umat Islam untuk sering mengucapkan kalimat ini agar memperoleh ketenangan batin dan kekuatan jiwa.
5.Sayyid Qutb
Sayyid Qutb dalam tafsirnya, Fi Zilal al-Qur’an, menjelaskan bahwa kalimat ini adalah bentuk keimanan yang mendalam dan cara untuk membebaskan diri dari rasa lemah. Ia menekankan bahwa dengan mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah, seorang Muslim menyadari bahwa tidak ada yang perlu ditakuti atau dikhawatirkan karena segala sesuatu terjadi dengan izin Allah. Sayyid Qutb mengaitkan ini dengan ayat dalam Surat Yunus (10:107):
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.”
Dengan kata lain, hanya Allah yang bisa memberikan kekuatan sejati, dan dengan kalimat ini, manusia meneguhkan tawakal kepada-Nya.
 
Para mufassir mengajarkan bahwa kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah ungkapan dari hati yang penuh ketawadhuan, tawakal, dan pengakuan akan kekuasaan Allah atas segala sesuatu. Mengucapkan kalimat ini dapat menambah keimanan, ketenangan batin, dan membantu dalam menghadapi ujian hidup dengan kesadaran penuh bahwa semua kekuatan datang dari Allah.
 
Para mufassir dari kalangan Syiah juga memberikan penjelasan yang mendalam mengenai makna Laa hawla wa laa quwwata illa billah, yang berarti “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.” Tafsiran mereka menekankan pentingnya ketergantungan pada Allah, penyerahan diri sepenuhnya, dan pengakuan bahwa manusia lemah tanpa bantuan Allah. Berikut adalah beberapa pandangan mufassir Syiah terkait makna kalimat ini:
 
1.Allamah Thabathabai
Dalam tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah pengakuan bahwa segala daya upaya dan hasil bergantung pada kehendak dan kekuatan Allah. Menurutnya, kalimat ini menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan independen untuk mengubah keadaan dirinya, kecuali dengan izin Allah. Thabathabai menghubungkan kalimat ini dengan konsep tawakkul (berserah diri) dalam Islam, di mana seorang mukmin meyakini bahwa segala sesuatu ada dalam pengawasan Allah dan bahwa segala usaha harus disertai kepercayaan penuh kepada-Nya.
2.Syekh Murtadha Mutahhari
Syekh Mutahhari, dalam berbagai ceramah dan tulisannya, menjelaskan bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah inti dari pengakuan kelemahan manusia dan ketergantungan penuh pada Allah. Menurut Mutahhari, kalimat ini mengandung arti bahwa seorang hamba menyadari bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk menghindari keburukan atau meraih kebaikan kecuali melalui kekuatan yang diberikan oleh Allah. Ia mengaitkannya dengan ayat dalam Surat Yunus (10:107):
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Ini mengajarkan bahwa seorang mukmin harus memiliki keyakinan penuh bahwa Allah-lah yang memutuskan segalanya, dan tidak ada yang terjadi di luar kehendak-Nya.
3.Syekh Muhammad Husain Thabarsi
Dalam tafsirnya Majma’ al-Bayan, Syekh Thabarsi menyatakan bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah memiliki makna sebagai bentuk doa dan zikir yang menguatkan hati. Ia menjelaskan bahwa ketika seseorang menghadapi kesulitan atau merasa lemah, mengucapkan kalimat ini dapat mendatangkan ketenangan dan keyakinan bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Thabarsi menghubungkannya dengan konsep istighatha (memohon pertolongan) kepada Allah, di mana seorang hamba meminta kekuatan dari-Nya untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.
4.Ayatullah Jawadi Amoli
Ayatullah Jawadi Amoli menguraikan dalam tulisan-tulisan tafsir dan filsafatnya bahwa kalimat ini memiliki makna mendalam dalam menyatukan hati dengan Allah. Menurutnya, Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah bentuk zikir yang menghilangkan kesombongan dan ego manusia. Ayatullah Jawadi Amoli menyatakan bahwa mengucapkan kalimat ini dengan penuh kesadaran membantu seseorang mencapai derajat ikhlas (ketulusan) yang tinggi, di mana ia benar-benar bergantung hanya kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Dengan ini, seseorang mengakui bahwa semua keberhasilan, perlindungan, dan kekuatan datang dari Allah semata.
5.Ayatullah Makarim Shirazi
Dalam tafsir Tafsir Al-Amthal, Ayatullah Makarim Shirazi menjelaskan bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah inti dari pengakuan akan kelemahan manusia di hadapan kebesaran Allah. Ia menafsirkan kalimat ini sebagai bentuk ta’alluq (hubungan) yang erat antara manusia dengan Tuhannya. Menurut Makarim Shirazi, kalimat ini mengandung makna bahwa seseorang harus selalu bersandar pada Allah dan tidak boleh merasa sombong atau mengandalkan kekuatan sendiri. Ia mengaitkannya dengan ayat dalam Surat Al-Baqarah (2:286):
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Ini mengajarkan bahwa meskipun manusia diberi beban, Allah juga memberi kekuatan melalui pertolongan-Nya, dan pengucapan Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah cara untuk memohon kekuatan dari Allah dalam menghadapi segala tantangan.
 
Mufassir Syiah secara umum mengajarkan bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah kalimat zikir yang sangat dalam maknanya dan menjadi pengingat bagi seorang mukmin akan kelemahan dirinya serta ketergantungannya yang mutlak kepada Allah. Kalimat ini membantu seseorang untuk menguatkan keimanan, mengatasi kesulitan, dan menumbuhkan sikap tawakal kepada Allah dalam semua keadaan hidup.
 
6.Allamah Sayyid Muhammad Husayn Thabathabai
Dalam tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah pengingat bagi manusia bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini berada di bawah kendali Allah. Ia menekankan bahwa kalimat ini adalah bentuk zikir yang memperkuat tawakal kepada Allah dan mengingatkan bahwa apa pun yang kita lakukan atau hadapi tidak terlepas dari kehendak dan kekuasaan-Nya. Menurut Thabathabai, kalimat ini mendidik hati agar tetap tunduk dan tidak pernah merasa sombong atau meremehkan kuasa Allah dalam semua urusan.
7.Ayatullah Sayyid Kamal Al-Haydari
Ayatullah Kamal Al-Haydari menafsirkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah sebagai inti dari kepasrahan dan kepasrahan total pada Allah, khususnya dalam kondisi sulit. Menurutnya, kalimat ini mengajarkan seorang Muslim untuk menerima keterbatasan manusiawi dan mengandalkan Allah sebagai sumber kekuatan. Ia sering mengaitkan kalimat ini dengan ayat-ayat yang mendorong tawakal kepada Allah, khususnya dalam Surat At-Talaq (65:3):
“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupinya.”
Ayatullah Al-Haydari menekankan bahwa kalimat ini membantu umat Muslim menemukan ketenangan saat menghadapi kesulitan, karena mereka yakin bahwa Allah-lah yang mencukupi segala kebutuhan mereka.
8.Ayatullah Mohammad Taqi Misbah Yazdi
Ayatullah Misbah Yazdi menjelaskan dalam karya-karyanya bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah bentuk dzikir yang dapat membersihkan hati dari ketergantungan pada selain Allah. Menurutnya, kalimat ini membantu seseorang menghilangkan rasa takut dan cemas yang berlebihan karena mengingat bahwa tidak ada daya untuk menghindari keburukan atau kekuatan untuk meraih kebaikan selain dari Allah. Yazdi juga menyatakan bahwa mengucapkan kalimat ini secara terus-menerus dapat menumbuhkan sikap rendah hati dan mendorong seseorang untuk berserah diri hanya kepada Allah dalam setiap keadaan.
 
Para mufassir Syiah ini mengajarkan bahwa kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah bentuk dzikir yang dalam dan dapat menjadi sumber kekuatan spiritual bagi seorang Muslim. Dengan sering mengucapkan kalimat ini, seseorang diingatkan akan kelemahan dirinya dan kebesaran Allah, serta diberikan ketenangan dan kekuatan untuk menghadapi berbagai ujian kehidupan dengan tawakal penuh kepada Allah.
 
Dalam pandangan ahli makrifat dan hakikat, kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah) memiliki makna yang lebih mendalam yang melampaui arti harfiahnya. Para sufi dan ahli hakikat memandang kalimat ini sebagai ekspresi spiritual tertinggi dari kesadaran diri seorang hamba tentang kebesaran Allah dan ketidakberdayaan diri manusia di hadapan-Nya. Berikut adalah beberapa makna mendalam kalimat ini menurut ahli makrifat:
1.Pengakuan Ketergantungan Mutlak pada Allah
Dalam pandangan para ahli makrifat, kalimat ini merupakan bentuk pengakuan bahwa manusia sepenuhnya bergantung pada Allah dalam segala aspek kehidupannya. Ahli sufi seperti Imam Al-Ghazali menafsirkan kalimat ini sebagai bentuk kesadaran yang tertanam di hati bahwa semua yang terjadi dalam hidup tidak lepas dari kehendak Allah. Dalam konteks ini, kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah latihan untuk mencapai fana’ (hilangnya ego atau diri dalam Tuhan), di mana seorang sufi merasakan bahwa segala kekuatan dan kemampuan yang ada hanyalah milik Allah.
2.Memurnikan Keikhlasan dan Membuang Ego
Ahli hakikat seperti Ibn Arabi menekankan bahwa mengucapkan kalimat ini dengan kesadaran penuh dapat membantu seseorang membersihkan niatnya dari ego dan kesombongan. Dalam pandangan beliau, Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah bentuk zikir yang dapat melatih hati untuk merasakan bahwa segala amal, kemampuan, dan pencapaian yang terlihat hanyalah wujud rahmat dan izin dari Allah, bukan karena kekuatan atau kecerdasan diri sendiri. Dengan ini, seorang hamba mampu menghilangkan kesombongan dan menjaga keikhlasan dalam setiap amalnya.
3.Kesadaran Akan Ketidakberdayaan di Hadapan Kekuasaan Ilahi
Para ahli makrifat mengajarkan bahwa kalimat ini adalah pernyataan ketidakberdayaan manusia secara total di hadapan kekuasaan dan kehendak Allah. Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah ekspresi dari tajrid (melepaskan diri dari keterikatan duniawi) dan menyerahkan semua urusan kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah-lah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Zikir ini mengajarkan bahwa semua kekuatan yang tampak di dunia sebenarnya berasal dari kekuasaan Allah, bukan dari kemampuan manusia sendiri.
4.Menggapai Ketenteraman Batin dan Kedekatan dengan Allah
Kalimat ini dalam pandangan para ahli hakikat adalah salah satu cara untuk meraih ketenteraman dan ketenangan batin. Para sufi seperti Rumi melihat bahwa dengan mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah, seorang Muslim menanamkan kesadaran bahwa segala masalah dan ujian hidup berada di bawah kendali Allah. Dengan demikian, ia dapat melepaskan kecemasan dan merasakan kedamaian batin karena mengetahui bahwa Allah yang mengatur segala sesuatu. Ini adalah bentuk ridha (kerelaan) atas ketetapan Allah dan tanda kedekatan seorang hamba dengan-Nya.
5.Menggapai Kehidupan Hakiki di Bawah Naungan Cinta Ilahi
Ahli makrifat juga memandang kalimat ini sebagai cara untuk mewujudkan cinta sejati kepada Allah. Mereka percaya bahwa dengan sepenuh hati mengakui bahwa tidak ada kekuatan selain dari Allah, seorang hamba dapat membuka dirinya untuk menerima cahaya Ilahi dan cinta Allah. Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam menyebutkan bahwa ketergantungan penuh pada Allah adalah jalan menuju cinta Ilahi yang hakiki, di mana seorang sufi merasa terhubung secara batin dengan Allah, melepaskan keterikatan duniawi, dan merasakan kebahagiaan sejati yang bersumber dari kedekatan kepada-Nya.
6.Menjadi Jalan Pembersihan Hati dan Mencapai Maqam Tawakkul
Para ahli makrifat melihat bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah cara untuk menguatkan tawakkul (berserah diri) sepenuhnya kepada Allah. Menurut ahli makrifat, mengucapkan kalimat ini dengan ikhlas dan penuh keyakinan akan memurnikan hati dan membawa seseorang ke maqam tawakkul, di mana ia tidak lagi bergantung pada kekuatan manusiawi atau usaha duniawi, melainkan berserah diri sepenuhnya pada ketetapan dan kebijaksanaan Allah.
 
Secara keseluruhan, dalam pandangan ahli makrifat dan hakikat, kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah bukan hanya sekadar kalimat zikir, tetapi juga jalan spiritual yang dapat membawa seseorang lebih dekat kepada Allah, meraih ketenangan batin, dan memperkuat hubungan hamba dengan Tuhannya.
 
Para ahli hakikat Syiah, terutama yang terlibat dalam tasawuf dan spiritualitas Islam, menafsirkan kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah dengan sudut pandang yang mendalam, melihatnya sebagai kunci untuk memahami hubungan antara hamba dan Allah. Berikut adalah beberapa penjelasan dari perspektif ahli hakikat Syiah mengenai kalimat ini:
 
1.Pengakuan Kelemahan dan Ketergantungan pada Allah
Dalam pandangan ahli hakikat, kalimat ini adalah pengakuan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan atau kemampuan tanpa bantuan Allah. Ahli hakikat Syiah menekankan bahwa semua kekuatan yang terlihat dalam diri manusia sebenarnya adalah manifestasi dari kehendak dan izin Allah. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali (as), bahwa semua pencapaian dan keberhasilan adalah hasil dari pertolongan Allah. Kalimat ini mengajarkan hamba untuk menyadari posisi mereka yang rendah di hadapan Allah dan menyerahkan semua urusan kepada-Nya.
2.Jalan Menuju Kesadaran Spiritual
Ahli hakikat Syiah, seperti Syekh Ahmad Al-Ahsa’i, mengajarkan bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah salah satu bentuk zikir yang dapat mengantarkan seseorang menuju kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Dengan mengucapkan kalimat ini, seorang hamba diingatkan untuk mengosongkan hatinya dari ketergantungan pada makhluk dan berfokus hanya pada Allah. Ini adalah langkah penting dalam perjalanan spiritual menuju ma’rifat (pengetahuan spiritual) dan pengenalan kepada Tuhan.
3.Mencapai Derajat Tawakkul
Dalam pandangan ahli hakikat, kalimat ini adalah simbol dari tingkat tertinggi tawakkul. Ahli hakikat Syiah seperti Sayyid Ibn Tawus menguraikan bahwa mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah dengan sepenuh hati dapat membantu seorang hamba mencapai maqam tawakkul, di mana ia tidak lagi merasa takut atau cemas karena yakin bahwa segala sesuatu terjadi dengan izin Allah. Dengan melepaskan semua bentuk ketergantungan pada usaha pribadi, seseorang dapat menemukan ketenangan dan kepasrahan total kepada kehendak Ilahi.
4.Transformasi Spiritual Melalui Zikir
Ahli hakikat Syiah, seperti Sayyid Muhammad Al-Hakim, menekankan pentingnya zikir dalam transformasi spiritual. Kalimat ini dianggap sebagai salah satu bentuk zikir yang memiliki kekuatan luar biasa untuk membersihkan hati dan jiwa dari segala sifat negatif. Dengan terus-menerus mengingat bahwa semua daya dan kekuatan berasal dari Allah, seorang hamba dapat menghilangkan rasa ego, kesombongan, dan ketergantungan pada makhluk lainnya.
5.Mendapatkan Rahmat dan Pertolongan Allah
Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, kalimat ini juga menjadi pintu bagi rahmat dan pertolongan Allah. Mereka percaya bahwa dengan mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah dengan penuh keyakinan, seorang hamba membuka jalan bagi turunnya rahmat Allah ke dalam hidupnya. Seperti yang dinyatakan dalam ajaran Ahlul Bayt, ketergantungan kepada Allah adalah kunci untuk meraih bantuan dan perlindungan-Nya dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan.
6.Kesadaran akan Keterbatasan Diri
Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, kalimat ini mengajak manusia untuk merenungkan keterbatasan dirinya. Mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah pengingat bahwa semua usaha manusia dapat sia-sia tanpa adanya pertolongan dari Allah. Dalam hal ini, para ahli hakikat sering mengaitkan kalimat ini dengan ayat-ayat yang menekankan sifat Allah sebagai Pemilik segala kekuasaan dan kebijaksanaan. Dengan menyadari keterbatasan ini, seorang hamba diharapkan dapat lebih bersyukur dan tawadhu.
 
Secara keseluruhan, para ahli hakikat Syiah memandang Laa hawla wa laa quwwata illa billah sebagai ungkapan yang tidak hanya mengandung makna zikir biasa, tetapi juga sebagai pengingat yang mendalam tentang posisi manusia di hadapan Allah dan sebagai alat untuk mencapai spiritualitas yang lebih tinggi. Kalimat ini menjadi sarana untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada dunia dan meningkatkan kedekatan dengan Allah, serta meraih ketenangan batin dan kepasrahan total kepada-Nya.
 
Berikut adalah beberapa doa yang berkaitan dengan kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah, yang dapat digunakan untuk memperkuat keyakinan dan ketergantungan kepada Allah serta memohon pertolongan dan perlindungan-Nya:
 
1.Doa Memohon Pertolongan
Ya Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu. Berikanlah aku kekuatan untuk menghadapi setiap ujian dan tantangan dalam hidup ini. Jadikanlah aku termasuk hamba-hamba-Mu yang selalu berserah diri kepada-Mu dan mengandalkan pertolongan-Mu.
2.Doa Ketenteraman Batin
Ya Allah, dalam kesulitan dan ketidakpastian, aku memohon kepada-Mu untuk memberiku ketenangan dan ketenteraman. Aku menyadari bahwa semua kekuatan dan kemampuan berasal dari-Mu. Lindungilah aku dari rasa cemas dan gelisah, dan dekatkanlah hatiku kepada-Mu.
3.Doa Syukur atas Kekuatan Allah
Ya Allah, aku bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Mu. Aku tahu bahwa tanpa pertolongan-Mu, aku tidak dapat melakukan apa-apa. Ajari aku untuk selalu mengingat-Mu dan mengandalkan-Mu dalam setiap langkahku. Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah pengingat bagiku untuk tidak pernah melupakan-Mu dalam setiap urusan.
4.Doa Perlindungan dari Keburukan
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang mengintai diriku. Dengan menyebut nama-Mu dan mengingat bahwa tidak ada kekuatan kecuali dengan-Mu, aku memohon perlindungan-Mu dari segala ancaman dan kesulitan. Lindungilah aku dan keluargaku dengan rahmat-Mu.
5.Doa Memohon Petunjuk dan Kekuatan
Ya Allah, tunjukkanlah aku jalan yang benar dan berikanlah aku kekuatan untuk mengikutinya. Aku menyadari bahwa segala daya dan kekuatan berasal dari-Mu. Dengan penuh rasa hormat, aku memohon agar Engkau menguatkan langkahku dan menjauhkan aku dari segala kesalahan.
6.Doa Kesabaran dan Tawakal
Ya Allah, berikanlah aku kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup ini. Ajari aku untuk berserah diri dan tawakal sepenuhnya kepada-Mu. Dengan keyakinan bahwa Laa hawla wa laa quwwata illa billah, aku siap menghadapi segala sesuatu yang Engkau takdirkan.
7.Doa untuk Kekuatan dalam Beribadah
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar Engkau memberikan aku kekuatan untuk melaksanakan ibadah dan ketaatan kepada-Mu. Bantulah aku agar tidak terjatuh dalam kemaksiatan dan selalu bisa menjaga hubungan baik dengan-Mu.
8.Doa Pagi dan Petang
Salah satu doa yang sering dibaca pada pagi dan petang adalah:
“Laa hawla wa laa quwwata illa billah, a’lamu an la ilaha illa Anta, Subhanaka inni kuntu minazhalimin.”
(Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah. Aku tahu tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.)
 
Doa-doa ini dapat dipanjatkan dalam berbagai situasi kehidupan, baik saat menghadapi kesulitan, menginginkan ketenangan batin, maupun saat bersyukur atas nikmat Allah. Mengingat dan melafalkan kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah secara rutin juga dapat menjadi bagian dari zikir harian untuk menguatkan iman dan mendekatkan diri kepada Allah.
 
Kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah (لا حول ولاقوة إلا بالله) yang berarti “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah” memiliki banyak kisah dan makna yang mendalam dalam tradisi Islam. Berikut adalah beberapa cerita dan kisah yang mencerminkan keutamaan dan penggunaan kalimat ini:
 
1. Kisah Nabi Musa AS dan Firaun
 
Dalam Al-Qur’an, ketika Nabi Musa (AS) dihadapkan pada tantangan besar menghadapi Firaun, ia merasa tertekan oleh kekuatan dan keangkuhan raja Mesir tersebut. Dalam situasi yang menegangkan ini, Nabi Musa mengingat kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah sebagai pengingat bahwa segala kekuatan berasal dari Allah. Dengan keyakinan penuh, ia berdoa kepada Allah untuk meminta pertolongan dan bimbingan-Nya. Allah mendengar doa Musa dan memberinya mukjizat, yang mengubah situasi dan membebaskan Bani Israel dari penindasan Firaun. Kisah ini menunjukkan bagaimana mengandalkan Allah dalam menghadapi tantangan yang tampaknya mustahil.
 
2. Kisah Imam Ali AS dalam Pertempuran
 
Imam Ali bin Abi Thalib (AS), sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai sosok yang memiliki keberanian dan kepemimpinan luar biasa. Dalam banyak pertempuran, termasuk Perang Badar dan Perang Khandaq, Imam Ali sering kali mengucapkan kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah ketika menghadapi musuh yang lebih kuat. Dalam satu pertempuran, ketika musuh mengelilinginya, ia berseru kepada Allah, menyadari bahwa tanpa pertolongan-Nya, ia tidak akan mampu menghadapi tantangan tersebut. Dengan keyakinan bahwa Allah adalah sumber kekuatan, Imam Ali berjuang dengan semangat yang tak tergoyahkan, dan Allah memberikan kemenangan kepadanya.
 
3. Kisah Sufi dan Pengingat akan Kekuatan Allah
 
Seorang sufi terkenal, seperti Jalaluddin Rumi, sering kali menggunakan kalimat ini dalam ajarannya untuk menggambarkan pentingnya mengandalkan Allah dalam perjalanan spiritual. Rumi menceritakan kisah seorang hamba yang tersesat di padang pasir, tidak memiliki kekuatan untuk melanjutkan perjalanan. Dengan penuh penyerahan, ia mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah, meminta pertolongan Allah. Dalam keadaan putus asa, ia menemukan sumber air dan jalan yang tepat. Kisah ini mengajarkan bahwa ketika seseorang merasa tidak berdaya, mengandalkan Allah adalah kunci untuk menemukan jalan keluar dari kesulitan.
 
4. Kisah Ummat Muslim di Zaman Modern
 
Dalam konteks zaman modern, kalimat ini sering digunakan oleh umat Muslim yang menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kesulitan ekonomi, masalah kesehatan, atau ujian hidup lainnya. Banyak orang menceritakan pengalaman mereka ketika mereka merasa tertekan dan tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Mereka kemudian mengingat kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah dan merasakan ketenangan. Dengan menyerahkan urusan mereka kepada Allah, mereka menemukan solusi atau jalan keluar yang tidak terduga, yang sering kali datang setelah mereka memperkuat tawakal kepada Allah.
 
5. Kisah Seorang Ibu yang Berdoa untuk Anaknya
 
Seorang ibu yang khawatir akan kesehatan anaknya yang sakit keras mulai mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah secara terus-menerus. Dalam doanya, ia memohon kepada Allah untuk memberikan kesembuhan dan kekuatan. Meskipun dokter tidak memberikan harapan, keyakinannya pada Allah membuatnya tidak pernah putus asa. Setelah berbulan-bulan berdoa dan berusaha, anaknya akhirnya sembuh dari penyakitnya. Ibu itu menceritakan bagaimana kalimat tersebut memberinya kekuatan dan ketenangan saat melalui masa-masa sulit, dan bagaimana Allah menjawab doanya.
 
Makna dalam Kehidupan Sehari-hari
 
Kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah bukan hanya sebuah ungkapan, tetapi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari umat Muslim. Kalimat ini sering diucapkan dalam keadaan tertekan, menghadapi ujian, atau ketika seseorang merasa tidak mampu melanjutkan. Banyak yang merasakan bahwa dengan mengucapkan kalimat ini, mereka merasa lebih tenang dan dikuatkan, karena mereka menyadari bahwa Allah adalah sumber segala daya dan kekuatan.
 
Dalam setiap kisah ini, kita melihat bahwa kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah berfungsi sebagai pengingat bahwa dalam setiap kesulitan dan tantangan, mengandalkan Allah adalah langkah yang benar dan penting untuk menemukan jalan keluar serta memperoleh ketenangan.
 
Kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah (لا حول ولاقوة إلا بالله) memiliki banyak manfaat, baik dari segi spiritual, emosional, maupun psikologis. Berikut adalah beberapa manfaatnya:
 
1. Penguat Iman dan Keyakinan
 
Mengucapkan kalimat ini secara rutin membantu memperkuat iman seseorang bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan kehendak Allah. Hal ini menumbuhkan keyakinan bahwa Allah adalah sumber segala kekuatan, sehingga seseorang merasa lebih percaya diri dan tenang dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
 
2. Peningkatan Ketenangan dan Ketentraman Batin
 
Kalimat ini sering kali diucapkan dalam keadaan stress atau kesulitan. Dengan mengingat bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah, seseorang dapat merasakan ketenangan dan kedamaian dalam hati. Ini membantu meredakan kecemasan dan ketegangan, memberikan rasa tenang di tengah masalah.
 
3. Membantu Mengatasi Rasa Takut dan Cemas
 
Ketika seseorang menghadapi situasi sulit atau berisiko, mengingat kalimat ini dapat membantu mengurangi rasa takut dan cemas. Mengetahui bahwa Allah adalah pelindung dan pemberi kekuatan membuat seseorang lebih berani menghadapi ketidakpastian.
 
4. Pengingat untuk Berserah Diri kepada Allah
 
Kalimat ini mengajarkan pentingnya tawakkul (berserah diri) kepada Allah. Dalam setiap usaha, seseorang diajarkan untuk berusaha semaksimal mungkin, tetapi tetap mengakui bahwa hasilnya tergantung pada kehendak Allah. Ini membantu mengurangi beban mental dan emosional karena tidak merasa sendirian dalam menghadapi tantangan.
 
5. Meningkatkan Rasa Syukur
 
Dengan menyadari bahwa segala kekuatan berasal dari Allah, seseorang cenderung lebih bersyukur atas nikmat dan kemampuan yang diberikan-Nya. Rasa syukur ini berkontribusi pada kebahagiaan dan kepuasan hidup, serta mendorong perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.
 
6. Meningkatkan Konsentrasi dan Fokus dalam Beribadah
 
Mengucapkan kalimat ini sebelum atau selama beribadah dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan kekhusyukan. Ketika seseorang mengingat bahwa semua kekuatan berasal dari Allah, ia lebih mampu fokus pada ibadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
 
7. Menjaga Hati dari Kesombongan dan Ego
 
Kalimat ini berfungsi sebagai pengingat bahwa semua prestasi dan keberhasilan adalah hasil dari pertolongan Allah, bukan semata-mata usaha pribadi. Ini membantu mencegah timbulnya rasa sombong dan ego, menjaga hati tetap rendah hati dan bersyukur.
 
8. Mendatangkan Pertolongan Allah
 
Mengucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah dengan penuh keyakinan diyakini dapat mendatangkan pertolongan dan rahmat Allah. Banyak orang yang merasakan bahwa ketika mereka berada dalam kesulitan dan berdoa dengan kalimat ini, jalan keluar akan terbuka dan masalah dapat teratasi.
 
9. Meningkatkan Keterhubungan Spiritual
 
Kalimat ini juga dapat meningkatkan hubungan seseorang dengan Allah. Dengan secara konsisten mengingat dan mengucapkannya, seseorang dapat merasakan kedekatan dan cinta Allah dalam hidupnya, menguatkan spiritualitas dan keimanan.
 
10. Menjadi Sarana Zikir yang Mudah
 
Laa hawla wa laa quwwata illa billah merupakan kalimat yang mudah diingat dan diucapkan, sehingga dapat menjadi bagian dari zikir harian. Mengulang kalimat ini bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, membantu menjaga ingatan akan kehadiran Allah dalam hidup sehari-hari.
 
Secara keseluruhan, kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah memiliki banyak manfaat yang mendalam dan luas bagi setiap Muslim. Ia tidak hanya berfungsi sebagai pengingat akan kebesaran Allah, tetapi juga sebagai alat untuk memperkuat iman, ketenangan, dan keikhlasan dalam beribadah.
 
Kalimat; Laa hawlaa walaa quwwata illaa billah; 
adalah bagian dari doa : wa likuli thô-atin wa ma’shiyatin lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm. Doa tersebut adalah doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw yang dibaca setiap hari 10 kali; Kalimat ke-11 dari 11 kalimat) yaitu kalimat terakhir adapun keutamaannya adalah: 
Doa Munjia 
Diriwayatkan oleh Ibrahim Alkafami, dari kitab Albaladul Amin;  Doa dari Nabi Muhammad saw yang membacanya 10 kali setiap hari maka Allah Swt ; 
1, Mengampuni 4000 Dosa Besarnya
2, Dimudahkan Sakaratul mautnya 
3, Kuburnya tidak menghimpitnya 
4, Diselamatkan dari 100 ribu kesusahan hari kiamat  
5, Dijaga dari kejahatan syeithon dan tentaranya  
6, Akan dilunasi hutangnya 
7, Dihilangkan kesedihan dan kesusahannya 
8, Dikabulkan doa-doanya
Doanya adalah :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، 
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ ،
١، أَعْدَدْتُ لِكُلِّ هَوْلٍ لاَإِلَهَ إِلاَّاللَّهُ، 
٢، وَلِكُلِّ هَمٍّ وَغَمٍّ مَاشَاءَ اللَّهُ، 
٣، وَلِكُلِّ نِعْمَةٍ اَلْحَمْدُلِلَّهِ، 
٤، وَلِكُلِّ رَخَاءٍ الشُّكْرُ لِلَّهِ، 
٥، وَلِكُلِّ أُعْجُوبَةِ سُبْحَانَ اللَّهِ، 
٦، وَلِكُلِّ ذَنْبٍ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، 
٧، وَلِكُلِّ مُصِيبَةٍ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، 
٨، وَلِكُلِّ ضِيقٍ حَسْبِيَ اللَّهُ، 
٩، وَلِكُلِّ قَضَاءٍ وَقَدَرٍ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، 
١٠، وَلِكُلِّ عَدُوٍّ اعْتَصَمْتُ بِاللَّهِ، 
١١، وَلِكُلِّ طَاعَةٍ وَ مَعْصِيَةٍ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ
Bismillâhirrohmânirrohîm, 
Allâhumma sholli ‘alâ Muhammadin wa âli muhammadin, 
1, A'dadtu likulli haulin lâ ilâha illallâh 
2, wa likulli hammin wa ghommin mâ syâ-allâh, 
3, wa likulli ni’matin alhamdulillâh, 
4, walikulli roghô-in Asy-syukru lillâh, 
5, walikulli u’jûbati subhânallâh, 
6, wa likuuli dzambin astaghfirullâh, 
7, wa likulli mushîbatin innâ lillâhi wa innâ ilaihi rôji’ûn, 
8, wa likulli dîqin hasbiyallâh 
9, walikulli qodhô-in wa qodarin tawakkaltu ‘alallâh, 
10, walikulli ‘aduwwin I’tashomtu billâh, 
11, wa likuli thô-atin wa ma’shiyatin lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm.
 
Dengan asma Allah Yang Maha Kasih dan Maha Sayang, 
1, Daku persiapkan untuk setiap kegelisahan ;  lâ ilâha illallâh, (tidak ada tuhan kecuali Allah) 
2, untuk setiap kesumpekan dan kesusahan; mâ syâ- allâh, (apapun kehendak-Mu Ya Allah) 
3, untuk setiap nikmat ; alhamdulillâh, (segala puji bagi Allah) 
4, untuk setiap kelapangan : syukru lillâh, (syukur pada-Mu Ya Allah) 
5, untuk setiap yang mengagumkan ; subhânallâh, (Maha Suci Engkau Ya Allah), 
6, untuk setiap dosa ; astaghfirullâh, (daku mohon ampun pada-Mu Ya Allah) 
7, untuk setiap musibah ; innâ lillâhi wa innâ ilaihi rôji’ûn, (segala sesuatu dari- Mu Ya Allah dan akan kembali kepada-Mu) 
8, untuk setiap kesempitan ; hasbiyallâh, (cukuplah bagi-Mu Ya Allah) 
9, untuk semua taqdir dan ketetapan ; tawakkaltu ‘alallâh, (daku percayakan pada-Mu Ya Allah) 
10, untuk setiap musuh ; i’tashomtu billâh, (daku berlindung pada- Mu Ya Allah) 
11, untuk setiap ketaatan dan kemaksiatan ; lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm. (daku tidak memiliki kekuatan kecuali dari- Mu Ya Allah).

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment