Serangan "Kentut" Israel ke Iran
Penulis: Khusnul Yaqin
Guru Besar Universitas Hasanuddin
Badai Al-Aqsa memang tidak bisa disebut sekadar sebagai badai biasa, tetapi serangan terhadap jantung peradaban Barat di kawasan pendudukan penjajah Israel menguak berbagai hal yang sebelumnya tersembunyi rapi. Salah satunya adalah menguak jenis-jenis serangan Israel.
Selama ini masyarakat dunia dininabobokkan dengan jargon bahwa serangan Israel terhadap lawannya dianggap sebagai aksi pembalasan atas kejahatan yang menimpa Israel. Setelah badai Al-Aqsa yang dirancang oleh seorang yang bermental baja, Yahya Sinwar, masyarakat dunia sadar bahwa Israel hanya bisa menyerang masyarakat sipil, sarana publik, pendidikan dan tempat peribadatan. Dalam setiap serangannya, Israel tidak sedang membalas suatu kejahatan, tetapi Israel meneruskan kejahatan yang telah dilakukannya sejak 1948 terhadap rakyat tertindas Palestina.
Apapun jenis pesawat dan bom yang digunakan oleh Israel atas bantuan tuannya Amerika si setan besar untuk memuaskan nafsu jahatnya, setelah badai Al-Aqsa masyarakat dunia mengenal mereknya cuma satu yaitu pesawat genosida dan bom genosida.
Bom-bom itu bisa jadi menyasar sebagian kecil pasukan muqawamah, bom-bom itu juga boleh jadi mewafatkan pimpinan-pimpinan muqawamah, tetapi 90 persen bom-bom itu membantai puluhan ribu masyarakat sipil yang tidak bersenjata dari anak-anak, perempuan hingga mereka yang tua renta. Badai Al-Aqsa itu telah menunjukkan kepada masyarakat dunia, bahwa tentara Israel bukanlah kesatria dengan teknologi canggih, tapi justru mereka adalah zombi-zombi yang bergentayangan yang tidak punya nafsu makan selain menyesap darah peradaban manusia.
Mitos kekuatan Israel itu sebenarnya telah ditumbangkan oleh pasukan Hezbollah sejak tahun 2000 dan berulang di tahun 2006. Sayyid Hassan Nasrallah berulangkali mengingatkan masyarakat dunia bahwa Israel bukanlah bangsa yang tangguh dengan tentaranya yang kuat, tetapi Israel adalah masyarakat yang lemah bahkan lebih lemah dari sarang laba-laba. Peringatan atau unjuk bukti Sayyid Hassan Nasrallah tidak dipercayai oleh masyarakat Barat dan yang pro terhadap mereka. Hanya masyarakat muqawamah yang meyakini seruan Sayyid Hassan Nasrallah. Sampai ketika serangan badai Al-Aqsa dilancarkan oleh Yahya Sinwar dan teman seperjuangan, masyarakat dunia mulai melek dengan apa yang telah diserukan oleh Sayyid Hassan Nasrallah bahwa Israel lebih lemah dari sarang laba-laba.
Keyakinan masyarakat dunia tentang kelemahan Israel semakin menebal ketika Iran untuk pertama kalinya menyerang basis-basis militer Israel sebagai balasan atas serangan terhadap konsulat Iran di Suriah. Rudal-rudal Iran hanya sedikit yang bisa digagalkan oleh kubah besi yang sangat dibanggakan Israel.
Anak kandung setan besar ini tidak kapok dengan serangan pertama. Ia berulah lagi. Ismail Haniyeh petinggi Hamas saat menghadiri acara pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, dirudal oleh Israel di Tehran. Dunia terhentak dengan peristiwa licik seperti itu. Iblis zionis tidak membunuh Ismail Haniyeh di medan perang, tetapi membunuhnya di zona sipil. Tetapi itulah salah satu kebrutalan dari jutaan kebrutalan Israel.
Disamping membunuh Ismail Haniyeh, Israel berusaha memancing emosi Iran dengan serangan itu. Sayang, Iran bukanlah bangsa yang baru lahir kemarin sore seperti Amerika dan sekutunya. Iran adalah bangsa yang kuno yang sarat denga berbagai pengalaman perang.
Baca juga:
PSS Sleman Bantai Bhayangkara FC
Iran tidak langsung merespon, tapi pemimpin terintinggi Iran Sayyid Ali Khamenei menginstruksikan balasan yang lebih keras. Sebelum terjadi serangan balasan itu, instruksi itu saja sudah lebih dari serangan yang sesusunguhnya, karena membuat setiap jiwa penjajah Israel dari rakyat sipil hingga pimpinannya mengalami kepanikan yang luar biasa.
Sampai akhirnya kepanikan Israel itu mewujud dengan serangan terhadap rakyat lebanon dengan bom 80 ton. Serangan itu mewafatkan pemimpin muqawamah Lebanon, Sayyid Hassan Nasrallah. Setelah itu tepat tanggal 1 Oktober 2024 Iran menlancarkan serangan true promise II ke basis-basis militer Israel dengan rudal hipersonik dengan tingkat keberhasilan lebih dari 90℅. Dengan serangan itu, basis-basis militer Israel menjadi seperti rempeyek yang diinjak sepatu laras tentara.
Netanyahu panik, namun masih sempat sesumbar akan menyerang Iran dengan serangan yang dahsyat pada instalasi nuklir dan ladang minyak Iran. Amerika juga tidak kalah seruhnya akan mengirimkan berbagai peralatan perang untuk membantu Israel. Iran tetap menanggapi dengan santai bahwa setiap serangan Israel dan proxinya akan dibalas dengan balasan yang tidak terduga kedahsyatannya.
Selama perang mulut antara Iran dan Israel, rudal-rudal Hizbollah dan Hautsi tetap rajin menyasar pangkalan-pangkalan militer Israel, bahkan menyambangi tempat persembunyian Netanyahu di Caesarea. Sampai akhirnya Israel melancarkan serangan balasan yang seupil di beberapa wilayah, Tehran, Kuzhestan dan Ilam, 26 Oktober 2024. Tidak seperti serangan Iran pertama apalagi kedua terhadap Israel yang membuat kerusakan pangkalan-pangkalan militer Israel dan menggalaukan ribuan warga Israel. Serangan Israel ini bahkan seperti "kentut" yang berhasil diabadikan salah satu vlogger perjalanan; Behnood. Dari rekaman vlogger itu kita bisa tahu bahwa rudal-rudal Israel dicincang habis oleh sistem pertahanan udara Iran.
Lagi-lagi Iran mendapat momentum pameran senjata gratis, menguji sistem pertahanan udaranya dengan rudal-rudal Israel.
Dengan demikina kita bisa berkesimpulan bahwa Badai Al-Aqsa telah menguak kelemahan dan kebengisan Israel dan proxinya serta menunjukkan kekuatan, ketangguhan kekesatriaan Iran dan mitra muqawamahnya dalam menghadapi kejahatan Israel dan proxinya. Mampus Israel dan seluruh prokxi-nya!
Tamalanrea mas, 27 Oktober 2024
Comments (0)
There are no comments yet