Kolom: Makna Laa ilaha Illallah (Bagian Pertama)
Kalimat Laa ilaha illallah membawa manfaat yang mendalam dalam kehidupan spiritual, emosional, dan bahkan sosial seorang Muslim. Dengan memahami dan menghayati maknanya, kalimat ini dapat menjadi sumber kekuatan, ketenangan, dan keberkahan dalam hidup.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesentren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Kalimat Laa ilaha illallah adalah inti dari tauhid dalam Islam. Secara harfiah, kalimat ini berarti “Tiada Tuhan selain Allah.”
Di balik kata-kata ini, terdapat beberapa makna penting yang menjadi fondasi utama keimanan seorang Muslim. Berikut makna yang terkandung di dalamnya:
1.Penolakan terhadap segala bentuk penyembahan selain Allah;
Kalimat ini mengandung makna bahwa seorang Muslim harus meninggalkan segala bentuk penyembahan atau penghambaan kepada selain Allah.
2.Pengesaan Allah dalam semua ibadah ; Semua ibadah, doa, dan penyembahan hanya boleh ditujukan kepada Allah, tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun atau siapapun.
3.Keyakinan bahwa Allah adalah Pencipta ; Allah adalah satu-satunya Pencipta seluruh alam semesta dan segala yang ada di dalamnya. Tidak ada yang dapat mencipta selain-Nya.
4.Pemahaman bahwa Allah adalah Pemilik dan Pengatur segalanya ; Allah adalah satu-satunya Penguasa yang mengatur segala urusan di langit dan di bumi. Segala sesuatu bergantung kepada-Nya.
5.Kesempurnaan dalam Nama dan Sifat Allah; Allah memiliki nama dan sifat yang sempurna, yang tidak bisa disamai oleh makhluk apapun.
6.Keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak untuk diibadahi; Ibadah apapun, baik sholat, puasa, zakat, atau bentuk penghambaan lainnya, hanya boleh ditujukan kepada Allah.
7.Pembebasan dari segala bentuk perbudakan kepada makhluk;
Dengan mengesakan Allah, seorang Muslim membebaskan dirinya dari segala bentuk perbudakan atau ketergantungan kepada makhluk.
8.Penegasan bahwa Allah adalah satu-satunya Zat yang Maha Kuasa; Tidak ada yang lebih kuasa selain Allah. Semua kekuatan dan otoritas berada di tangan-Nya.
9.Pengharapan dan ketergantungan hanya kepada Allah
Muslim yang beriman kepada Laa ilaha illallah menempatkan harapan dan ketergantungan hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk atau benda lainnya.
10.Penolakan terhadap takhayul dan kemusyrikan
Kalimat ini menolak segala bentuk kepercayaan yang tidak sesuai dengan tauhid, seperti sihir, jimat, atau hal-hal mistis yang mengandalkan selain kekuatan Allah.
Kalimat Laa ilaha illallah adalah inti dari ajaran tauhid, yang menegaskan bahwa hanya Allah yang layak disembah, dipuja, dan diandalkan, tanpa sekutu atau perantara.
Kalimat Laa ilaha illallah memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan muncul dalam berbagai bentuk yang mengandung makna keesaan Allah. Berikut adalah beberapa ayat yang menunjukkan konsep ini:
1.Surah Al-Baqarah ayat 163
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
2.Surah Muhammad ayat 19
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah…”
3.Surah Al-Anbiya ayat 25
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku.’”
4.Surah Al-Ikhlas ayat 1-4
“Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.’”
5.Surah Al-A’raf ayat 59
“Sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah, (karena) tidak ada Tuhan bagimu selain Dia.’”
6.Surah Al-Hashr ayat 22-23
“Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Maha Memelihara…”
7.Surah Taha ayat 14
“Sungguh, Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku.”
8.Surah Al-Kahfi ayat 110
“Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah diberi wahyu kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa…’”
9.Surah Az-Zumar ayat 38
“… Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku.’ Tidak ada Tuhan selain Dia…”
10.Surah Al-Mu’minun ayat 116
“Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ’Arsy yang mulia.”
Ayat-ayat ini menegaskan keesaan Allah (tauhid), yang menjadi inti dari kalimat Laa ilaha illallah dalam Islam, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah, ketergantungan, dan penghambaan sepenuhnya hanya kepada-Nya.
Menurut para mufassir atau ahli tafsir, kalimat Laa ilaha illallah memiliki banyak makna mendalam yang dijelaskan melalui berbagai tafsir Al-Qur’an. Berikut adalah beberapa pandangan dari mufassir terkenal tentang makna dan pentingnya kalimat ini:
1.Ibnu Katsir
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Laa ilaha illallah menegaskan keesaan Allah dalam rububiyyah (kepenguasaan) dan uluhiyyah (hak untuk diibadahi). Menurutnya, kalimat ini adalah pernyataan mutlak bahwa hanya Allah yang berhak untuk diibadahi, dan tidak ada satu pun makhluk atau benda yang memiliki kekuasaan atau hak tersebut. Ia juga menekankan bahwa kalimat ini adalah inti dari dakwah para nabi.
2.Al-Qurtubi
Al-Qurtubi menafsirkan Laa ilaha illallah sebagai dasar tauhid yang mengharuskan penafian terhadap segala bentuk penyembahan selain kepada Allah dan menegaskan bahwa hanya Allah yang layak disembah. Dalam tafsirnya, ia juga menyebutkan bahwa kalimat ini adalah inti dari keimanan, dan mengucapkannya harus diiringi dengan pemahaman serta keyakinan akan maknanya.
3.Al-Razi
Fakhruddin Al-Razi dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa Laa ilaha illallah tidak hanya menunjukkan pada keesaan Allah, tetapi juga menunjukkan bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan atau keagungan selain Allah. Menurut Al-Razi, kalimat ini mengajak setiap Muslim untuk menolak segala bentuk kebergantungan pada makhluk atau materi, karena hanya Allah yang berkuasa dan memiliki sifat-sifat sempurna.
4.Ibnu Jarir Ath-Thabari
Dalam tafsir Ath-Thabari, Laa ilaha illallah diuraikan sebagai pengesaan Allah dalam hal rububiyyah dan uluhiyyah. Ia menjelaskan bahwa kalimat ini mengandung makna bahwa hanya Allah yang menciptakan, mengatur, dan berhak disembah, sehingga seorang Muslim tidak boleh meminta pertolongan atau berdoa kepada selain Allah.
5.Al-Baghawi
Al-Baghawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Laa ilaha illallah adalah kalimat yang menolak segala bentuk kesyirikan dan memurnikan ibadah kepada Allah semata. Menurutnya, setiap bentuk perbuatan yang menyekutukan Allah, baik dalam doa, penyembahan, maupun cinta, bertentangan dengan makna kalimat ini.
6.As-Sa’di
Dalam tafsir As-Sa’di, kalimat ini ditafsirkan sebagai penegasan tauhid uluhiyyah. Ia menyatakan bahwa Laa ilaha illallah berarti menafikan segala sesuatu yang dianggap berkuasa atau berhak disembah selain Allah. Ini mencakup seluruh bentuk peribadahan, baik yang terlihat maupun tersembunyi, harus ditujukan hanya kepada Allah.
7.Syekh Al-Alusi
Syekh Al-Alusi dalam tafsirnya “Ruh Al-Ma’ani” menjelaskan bahwa Laa ilaha illallah bukan hanya pernyataan lisan, tetapi harus dihayati dengan hati dan dijalankan dalam amal. Menurutnya, kalimat ini mengharuskan seorang Muslim untuk berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan dan bergantung penuh pada Allah dalam segala hal.
8.Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah menekankan bahwa Laa ilaha illallah mengandung makna ketaatan dan cinta yang sempurna hanya kepada Allah. Menurutnya, pernyataan ini harus menggerakkan hati seseorang untuk benar-benar menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam hidupnya, bebas dari pengaruh syahwat atau godaan dunia.
9.Al-Jalalain (Imam Al-Mahalli dan Imam As-Suyuti)
Tafsir Al-Jalalain menyebutkan bahwa Laa ilaha illallah adalah kalimat yang mengajarkan umat untuk tidak menganggap ada sesuatu pun yang setara dengan Allah dalam hal rububiyyah dan uluhiyyah. Kedua mufassir ini juga menegaskan bahwa kalimat ini adalah dasar dari seluruh ajaran Islam.
10.Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab
Dalam kitabnya “Kitab Tauhid,” Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan bahwa kalimat ini merupakan pemurnian ibadah yang menjadikan Allah satu-satunya tujuan penghambaan. Beliau juga menekankan pentingnya memahami Laa ilaha illallah bukan sekadar ucapan lisan, tetapi melalui keyakinan hati dan praktik nyata dalam kehidupan.
Menurut para mufassir, kalimat Laa ilaha illallah adalah inti dari keimanan dan pintu menuju Islam, yang menuntut seorang Muslim untuk mengesakan Allah dalam segala aspek kehidupannya, serta menghindari segala bentuk syirik dan ketergantungan pada selain-Nya.
Comments (0)
There are no comments yet