Makna rezeki ini mencakup berbagai dimensi dalam kehidupan manusia dan mengajak kita untuk memahami bahwa rezeki datang dalam berbagai bentuk, dan kita perlu bersyukur serta berusaha untuk memperolehnya.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Berikut makna rezeki yang dapat dipahami dalam konteks kehidupan sehari-hari:
1.Pemberian Allah:
Rezeki dianggap sebagai segala bentuk pemberian dari Allah, baik yang bersifat material maupun spiritual. Ini mencakup harta, kesehatan, ilmu, dan kebahagiaan.
2.Keberkahan:
Rezeki seringkali diartikan sebagai keberkahan yang diterima dalam hidup. Ini berarti tidak hanya seberapa banyak yang dimiliki, tetapi juga seberapa bermanfaat dan berkahnya apa yang ada.
3.Usaha dan Ikhtiar:
Rezeki juga berarti hasil dari usaha dan ikhtiar manusia. Dalam konteks ini, rezeki datang sebagai hasil kerja keras, ketekunan, dan usaha yang dilakukan dalam mencari nafkah.
4.Ketentuan dan Takdir:
Rezeki memiliki makna sebagai sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah. Setiap individu memiliki bagian rezeki yang sudah ditentukan, dan ini mengajarkan bahwa kita harus menerima dengan lapang dada apa yang telah ditentukan.
5.Kesejahteraan:
Dalam arti yang lebih luas, rezeki mencakup aspek kesejahteraan fisik, mental, dan emosional. Kesehatan yang baik, hubungan yang harmonis, dan ketenangan jiwa juga dianggap sebagai rezeki.
6.Ilmu Pengetahuan:
Rezeki tidak hanya terbatas pada hal-hal materi, tetapi juga mencakup ilmu dan pengetahuan. Memperoleh ilmu yang bermanfaat dianggap sebagai rezeki yang sangat berharga.
7.Kedermawanan:
Memberikan kepada orang lain dan berbagi rezeki yang dimiliki dianggap sebagai bentuk kedermawanan. Dalam banyak tradisi, berbagi rezeki akan mendatangkan lebih banyak berkah dan rezeki dari Allah.
8.Ujian dan Pelajaran:
Rezeki juga dapat berarti ujian yang dihadapi dalam hidup. Setiap kesulitan dapat menjadi bagian dari proses mendapatkan rezeki dalam bentuk pelajaran berharga dan pertumbuhan spiritual.
9.Hubungan dengan Orang Lain:
Rezeki dapat mencakup hubungan yang baik dengan keluarga, teman, dan masyarakat. Hubungan sosial yang harmonis dan saling mendukung dianggap sebagai rezeki yang tidak ternilai.
10.Rasa Syukur:
Rezeki juga berkaitan dengan sikap syukur. Menyadari dan menghargai apa yang dimiliki, baik yang besar maupun kecil, adalah bagian dari pemahaman rezeki. Sikap syukur dapat membuka pintu rezeki yang lebih besar.
Makna rezeki ini mencakup berbagai dimensi dalam kehidupan manusia dan mengajak kita untuk memahami bahwa rezeki datang dalam berbagai bentuk, dan kita perlu bersyukur serta berusaha untuk memperolehnya.
Dalam Al-Qur’an dan hadis, terdapat beberapa jenis rezeki yang dijelaskan, antara lain:
1.Rezeki yang Bersifat Materi:
Ini termasuk segala bentuk kekayaan, seperti uang, harta, makanan, dan tempat tinggal. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan Dia-lah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit dan bumi…” (QS. Al-Ankabut: 61).
2.Rezeki yang Bersifat Spiritual: Ini mencakup kedamaian hati, kebahagiaan, dan ketenangan jiwa. Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh, di dalam tubuh manusia ada segumpal daging.
Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya; jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3.Rezeki dalam Bentuk Ilmu: Pengetahuan dan kebijaksanaan juga dianggap sebagai rezeki.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.’” (QS. Thaha: 114).
4.Rezeki dari Keluarga dan Teman:
Keluarga yang harmonis dan sahabat yang baik juga dianggap sebagai rezeki.
Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi).
5.Rezeki yang Datang dari Usaha:
Allah mendorong umat-Nya untuk berusaha. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Dan carilah pada apa yang Allah telah karuniakan kepadamu (kebahagiaan) di akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari dunia…” (QS. Al-Qasas: 77).
6.Rezeki yang Datang dari Ketulusan dan Kedermawanan: Memberi sedekah dan membantu sesama juga akan mendatangkan rezeki. Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim).
Dalam keseluruhan, rezeki tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat material, tetapi juga mencakup aspek-aspek spiritual dan sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Rezeki menurut mufassir
(ahli tafsir) biasanya dibahas dalam konteks pemahaman Al-Qur’an, di mana mereka menginterpretasikan ayat-ayat yang berkaitan dengan rezeki dan menekankan berbagai makna yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah beberapa pandangan umum mengenai rezeki menurut mufassir:
1.Sumber Rezeki:
Mufassir menjelaskan bahwa Allah adalah sumber utama segala rezeki. Dalam Al-Qur’an, ada banyak ayat yang menekankan bahwa rezeki berasal dari Allah dan Dia yang menentukan siapa yang akan diberi rezeki dan dalam jumlah berapa. Contohnya, dalam Surah Al-Baqarah (2: 261), Allah menggambarkan bahwa rezeki yang diberikan-Nya memiliki berbagai bentuk dan kadang-kadang bersifat berlipat ganda.
2.Rezeki Material dan Spiritual: Banyak mufassir mengartikan rezeki tidak hanya dalam konteks materi (seperti uang dan harta) tetapi juga dalam konteks spiritual, seperti kesehatan, pengetahuan, dan kebahagiaan. Rezeki spiritual dianggap lebih utama karena mendekatkan seseorang kepada Allah dan memberikan ketenangan jiwa.
3.Ketentuan dan Takdir:
Mufassir juga menekankan bahwa rezeki sudah ditentukan oleh Allah dan merupakan bagian dari takdir. Setiap individu memiliki bagian rezeki yang telah ditentukan, dan hal ini menekankan pentingnya sikap tawakkul (berserah diri) kepada Allah. Dalam Surah Al-Isra (17: 31), Allah mengingatkan bahwa tidak ada satu jiwa pun yang akan mati sebelum menerima rezekinya.
4.Pentingnya Syukur:
Dalam banyak tafsir, mufassir menekankan bahwa syukur atas rezeki yang diberikan Allah adalah kunci untuk mendapatkan lebih banyak rezeki. Dalam Surah Ibrahim (14: 7), Allah berfirman bahwa bersyukur akan mendatangkan penambahan nikmat dari-Nya.
5.Amalan yang Meningkatkan Rezeki:
Mufassir sering kali menjelaskan bahwa ada amalan-amalan tertentu yang dapat mendatangkan rezeki, seperti bersedekah, menjaga silaturahmi, dan berdoa. Mereka mengutip berbagai hadis dan ayat yang mendukung hal ini, menekankan bahwa kebaikan yang dilakukan akan berpengaruh positif terhadap rezeki yang diterima.
6.Rezeki dalam Ujian dan Kesabaran:
Mufassir menggarisbawahi bahwa ujian dan kesulitan dalam hidup juga merupakan bagian dari rezeki. Allah menguji hamba-Nya untuk melihat kesabaran dan keimanannya. Dalam Surah Al-Baqarah (2: 155-157), Allah menjelaskan bahwa Dia akan menguji dengan sesuatu yang menakutkan, kelaparan, dan kehilangan harta, tetapi orang-orang yang bersabar akan mendapatkan rahmat dan rezeki dari Allah.
7.Rezeki Berdasarkan Niat: Beberapa mufassir mengemukakan bahwa niat yang tulus dalam mencari rezeki sangat penting. Niat yang baik dan usaha yang dilakukan dengan ikhlas akan mendatangkan berkah dalam rezeki. Dalam Surah Al-Mulk (67: 15), Allah menyuruh hamba-Nya untuk mencari rezeki di bumi dan memperhatikan ciptaan-Nya.
8.Perbedaan dalam Penerimaan Rezeki:
Mufassir menjelaskan bahwa rezeki bisa berbeda-beda untuk setiap individu, tergantung pada takdir dan usaha masing-masing. Ada yang diberikan rezeki yang melimpah, ada pula yang diberikan dengan cara yang lebih sederhana. Hal ini mengajarkan tentang kerelaan dan penerimaan atas apa yang diberikan.
9.Rezeki sebagai Penguji:
Dalam tafsir, rezeki juga dianggap sebagai ujian dari Allah. Ada rezeki yang berlimpah, yang dapat menguji kesyukuran seseorang, dan ada rezeki yang sedikit, yang dapat menguji kesabaran. Dalam Surah Al-Anfal (8: 28), Allah memperingatkan bahwa harta dan anak-anak bisa menjadi fitnah (ujian) bagi manusia.
10.Keberkahan dalam Rezeki: Mufassir sering menekankan pentingnya keberkahan dalam rezeki. Sebuah rezeki yang sedikit tetapi diberkahi jauh lebih baik daripada rezeki yang banyak tetapi tidak diberkahi. Mereka mengutip banyak hadis yang menggarisbawahi bahwa keberkahan bisa diperoleh melalui ketaatan kepada Allah dan kebaikan terhadap sesama.
Melalui berbagai penafsiran ini, mufassir membantu pembaca untuk memahami bahwa rezeki adalah bagian dari kehidupan yang lebih besar, yang mencakup dimensi fisik, spiritual, dan moral, serta pentingnya bersyukur dan berusaha dengan sebaik-baiknya.
Dalam perspektif mufassir (ahli tafsir) Ahlul Bayt as,
Rezeki dipahami dengan penekanan pada berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan konsep rezeki secara komprehensif.
1.Sumber Rezeki:
Mufassir Syiah menganggap bahwa rezeki berasal dari Allah dan merupakan anugerah-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Dan tidak ada suatu makhluk pun yang melata di bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6). Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini adalah bagian dari rezeki yang telah ditentukan oleh Allah.
2.Takdir dan Usaha:
Mufassir Ahlul Bayt as menekankan bahwa rezeki sudah ditentukan oleh Allah, tetapi usaha dan ikhtiar manusia tetap penting. Dalam hal ini, rezeki dapat diperoleh melalui kerja keras, pendidikan, dan usaha yang sungguh-sungguh. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan manusia untuk berusaha dan tidak hanya bergantung pada takdir.
3.Berbagai Bentuk Rezeki: Menurut mufassir Ahlil Bayt, rezeki tidak terbatas pada aspek material seperti uang atau harta benda. Rezeki juga mencakup kesehatan, kebahagiaan, ilmu pengetahuan, dan kedamaian hati. Konsep ini menunjukkan bahwa rezeki dapat berupa segala bentuk nikmat yang diterima oleh seseorang.
4.Rezeki Spiritual:
Dalam tafsir Ahlul Bayt as , rezeki spiritual sangat ditekankan. Hal ini mencakup pengetahuan, kebijaksanaan, dan kedekatan kepada Allah. Mufassir menyoroti pentingnya mengembangkan diri secara spiritual untuk menerima rezeki yang lebih besar dari Allah.
5.Peran Sedekah:
Mufassir Ahlul Bayt as menekankan pentingnya memberi sedekah dan beramal. Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW dan Ahlulbait mendorong umat untuk berderma, karena sedekah dianggap sebagai cara untuk memperbanyak rezeki dan mendatangkan berkah. Salah satu hadis menyatakan, “Sedekah tidak akan mengurangi harta.”
6.Doa dan Tawakkul:
Doa dan tawakkul (berserah diri kepada Allah) adalah bagian integral dalam usaha untuk mendapatkan rezeki. Mufassir AhlulBayt as mengajarkan pentingnya berdoa kepada Allah untuk memohon rezeki dan bersandar pada-Nya dalam segala hal.
7.Ujian dan Kesulitan:
Mufassir AhlulBayt juga mengajarkan bahwa rezeki bisa datang dalam bentuk ujian atau kesulitan. Setiap ujian yang dihadapi bisa menjadi bagian dari rezeki, karena dapat mengajarkan pelajaran berharga dan meningkatkan ketakwaan seseorang.
8.Keterhubungan dengan Ahlulbait:
Dalam tradisi Ahlulbayt as, berdoa dan meminta syafaat kepada Ahlulbait juga dipandang sebagai cara untuk mendapatkan rezeki. Mereka diyakini sebagai sumber hidayah dan keberkahan yang dapat mendatangkan rezeki yang lebih baik.
Dengan demikian, dalam pandangan mufassir Ahlubait, rezeki memiliki dimensi yang luas dan mendalam, mencakup aspek material dan spiritual, dan mengajak individu untuk terus berusaha, bersyukur, serta mendekatkan diri kepada Allah dalam pencarian rezeki.
Sepuluh referensi mengenai rezeki menurut ulama Ahlulbait, yang mencakup ayat Al-Qur’an, hadis,
1.Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2: 261): Ayat ini menyatakan bahwa “Perumpamaan (infaq) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai.” Ini menggambarkan pentingnya berbagi rezeki dan bagaimana Allah akan melipatgandakan pahala.
2.Al-Qur’an Surah Hud (11: 6): Ayat ini menegaskan bahwa “Dan tidak ada suatu makhluk pun yang melata di bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” Ini menunjukkan bahwa Allah adalah sumber segala rezeki.
3.Al-Qur’an Surah Ibrahim (14: 7): Allah berfirman, “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” Ini menunjukkan bahwa syukur akan mendatangkan lebih banyak rezeki.
4.Hadis Rasulullah SAW: Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim). Hadis ini menekankan pentingnya memberi dan berbagi sebagai cara untuk mendapatkan rezeki yang lebih baik.
5.Nahjul Balaghah: Dalam salah satu khutbahnya, Imam Ali AS menyatakan tentang pentingnya kedermawanan dan bagaimana Allah memberikan rezeki kepada hamba-Nya yang mau berbagi. Ini mencerminkan nilai-nilai moral dalam pencarian rezeki.
6.Kitab Al-Kafi:
Dalam kitab ini, Imam Ja’far Shadiq AS menjelaskan bahwa rezeki akan datang kepada seseorang sesuai dengan takdir dan usaha mereka. Ini menunjukkan hubungan antara usaha dan rezeki yang diterima.
7.Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an oleh Allamah Tabatabai:
Dalam tafsir ini, Allamah Tabatabai mengupas berbagai ayat tentang rezeki, menjelaskan bahwa rezeki tidak selalu berupa materi, tetapi juga mencakup ilmu dan kebahagiaan.
8.Tafsir Al-Mizan oleh Allamah Tabatabai:
Di dalam kitab tafsir ini, Allamah Tabatabai menekankan bahwa rezeki merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dan bahwa hamba harus bersyukur atas segala yang diberikan.
9.Uqud al-Dhahab oleh Sayyid Muhammad Baqir al-Sadr: Dalam karyanya, Sayyid al-Sadr membahas konsep rezeki dan bagaimana pemahaman yang benar tentang rezeki akan membantu seseorang dalam menjalani hidup dengan lebih baik.
10.Bihar al-Anwar oleh Allamah Baqir Majlisi:
Dalam kitab ini, terdapat banyak riwayat yang membahas tentang rezeki, termasuk keutamaan sedekah dan pentingnya bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah.
Referensi-referensi ini mencerminkan pemahaman ulama Ahlulbait tentang rezeki, yang tidak hanya meliputi aspek material, tetapi juga spiritual dan moral, serta pentingnya sikap syukur dan berbagi dalam kehidupan sehari-hari.
Cerita / Kisah yang menggambarkan konsep rezeki dalam Al-Qur’an dan Riwayat Ahlul Bayt as
Menunjukkan bagaimana Allah memberikan rezeki kepada hamba-Nya dalam berbagai bentuk:
1.Kisah Nabi Adam AS: Ketika Nabi Adam dan Siti Hawa diusir dari surga, Allah memberi mereka rezeki di bumi. Mereka diperintahkan untuk bekerja dan mencari nafkah. Kisah ini mengajarkan bahwa rezeki diperoleh melalui usaha dan kerja keras (QS. Al-Baqarah: 36-37).
2.Kisah Nabi Nuh AS: Ketika Nabi Nuh mengajak kaumnya untuk beriman, banyak yang menolak. Namun, Allah memberinya rezeki dengan mengizinkannya membawa orang-orang beriman dan pasangannya ke dalam bahtera. Setelah banjir, Allah memelihara mereka dan memberi rezeki di tempat baru (QS. Hud: 36-48).
3.Kisah Nabi Ibrahim AS: Nabi Ibrahim AS diuji dengan perintah untuk menyembelih putranya, Ismail. Ketika ia bersedia, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai rezeki. Ini menunjukkan bahwa Allah selalu menyediakan rezeki bagi hamba-Nya yang taat (QS. As-Saffat: 102-107).
4.Kisah Nabi Yusuf AS: Setelah mengalami berbagai kesulitan, Nabi Yusuf AS diangkat sebagai pembesar Mesir. Dia menyimpan makanan selama masa subur untuk menghadapi masa paceklik. Kisah ini menunjukkan bagaimana Allah memberi rezeki kepada mereka yang sabar dan memiliki hikmah (QS. Yusuf: 47-49).
5.Kisah Bani Israil dan Manna: Ketika Bani Israil melarikan diri dari Mesir, Allah memberikan mereka makanan dari langit (manna dan salwa) untuk mencukupi kebutuhan mereka di padang pasir. Ini adalah bentuk rezeki langsung dari Allah (QS. Al-Baqarah: 57).
6.Kisah Maryam AS: Ketika Maryam melahirkan Nabi Isa AS, Allah memberikan rezeki kepada Maryam berupa kurma dan air. Dalam keadaan sulit, Allah selalu menyediakan makanan untuk hamba-Nya yang terpilih (QS. Maryam: 25-26).
7.Kisah Nabi Sulaiman AS: Nabi Sulaiman AS diberikan kekuasaan dan rezeki yang melimpah, termasuk kemampuan untuk berbicara dengan binatang dan menguasai jin. Ini menunjukkan bahwa Allah memberikan rezeki sesuai dengan kemampuan dan keimanan seseorang (QS. An-Naml: 30-31).
8.Kisah Karunia Allah kepada orang-orang yang bersyukur: Dalam Al-Qur’an, Allah berjanji untuk memberikan rezeki kepada mereka yang bersyukur. “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Ini menunjukkan bahwa rasa syukur akan membuka pintu rezeki yang lebih besar.
9.Kisah Dzulkarnain: Dalam Al-Qur’an, Allah menceritakan tentang Dzulkarnain yang diberi kemampuan untuk menjelajahi dunia dan memberikan keadilan kepada masyarakat. Rezeki yang diberikan Allah kepadanya tidak hanya berupa harta, tetapi juga hikmah dan kemampuan untuk membantu orang lain (QS. Al-Kahf: 83-98).
10.Kisah Keluarga Zakaria AS: Nabi Zakaria AS yang sudah lanjut usia dan isterinya yang mandul memohon kepada Allah untuk diberikan anak. Allah mengabulkan doa mereka dan memberikan rezeki kepada mereka berupa Nabi Yahya AS. Ini menunjukkan bahwa Allah dapat memberikan rezeki di luar batas akal manusia (QS. Ali Imran: 38-39).
11.Kisah Nabi Musa dan Ikan: Dalam sebuah riwayat, Nabi Musa AS dan seorang temannya sedang dalam perjalanan dan mereka kehabisan makanan. Mereka memohon kepada Allah untuk diberi rezeki. Dalam perjalanan, mereka menemukan ikan yang terjebak di batu. Dengan pertolongan Allah, ikan tersebut menjadi sumber makanan bagi mereka. Kisah ini menggambarkan keyakinan bahwa Allah selalu menyediakan rezeki bagi hamba-Nya yang beriman dan berserah diri.
12.Kisah Sahabat Rasulullah: Terdapat banyak kisah dari sahabat Nabi yang mengalami kesulitan dan kemudian diberi rezeki. Misalnya, Abu Hurairah RA yang hidup dalam kemiskinan tetapi selalu bersyukur dan berharap kepada Allah. Suatu ketika, Allah memberinya rezeki dalam bentuk makanan yang melimpah setelah ia terus berdoa dan berusaha.
13, Kisah Imam Ali as dan Kedermawanan:
Salah satu kisah terkenal dalam tradisi Syiah adalah ketika Imam Ali AS memberikan bagian dari makanan yang ia terima kepada seorang pengemis meskipun ia dan keluarganya sendiri membutuhkan makanan tersebut. Tindakan ini menunjukkan bahwa rezeki akan terus mengalir bagi mereka yang bersedia berbagi dan berderma, bahkan dalam keadaan sulit. Dalam tradisi Syiah, ini sering kali menjadi contoh bagaimana kedermawanan membawa keberkahan dan rezeki dari Allah.
14, Kisah Zainab binti Ali:
Dalam berbagai kisah, Zainab binti Ali AS, setelah peristiwa Karbala, menunjukkan ketabahan dan keberanian. Dia dan keluarganya mengalami kesulitan, tetapi dengan keyakinan dan keteguhan, mereka terus berdoa dan bersabar. Meskipun dalam keadaan tertekan, mereka melihat rezeki dalam bentuk dukungan dari komunitas Muslim yang lain, yang membantu mereka dan memberi mereka kekuatan untuk melanjutkan perjuangan.
15.Kisah Al-Husain bin Ali as dan Keberkahan: Suatu ketika, Al-Husain bin Ali AS mengundang banyak orang untuk berbuka puasa. Ia tidak memiliki banyak makanan, tetapi dia berbagi apa yang ada. Melihat kedermawanannya, para tamu membawakan lebih banyak makanan, dan pada akhirnya, mereka semua dapat menikmati hidangan yang melimpah. Kisah ini menunjukkan bahwa Allah akan memberikan lebih ketika kita memberi dengan tulus.
16.Kisah Ayah Imam Jafar Shadiq as dan Keberkahan dalam Bisnis: Ayah Imam Jafar Shadiq AS, Imam Muhammad al-Baqir AS, adalah seorang pedagang yang sangat jujur dan adil. Dalam bisnisnya, ia selalu memastikan bahwa ia tidak mengambil keuntungan yang tidak adil. Dengan kejujuran dan integritas, rezeki dan berkah datang kepada beliau dalam jumlah yang melimpah, sehingga keluarganya dapat hidup dalam kenyamanan dan memberikan sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
17, Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran, bahwa saat masih kecil, Al-Hasan dan Al-Husain as, kedua putra Imam Ali bin Abi Thalib jatuh sakit. Tatkala penyakit keduanya semakin parah, Imam Ali dan Sayyidah Fathimah bernazar; apabila kedua putranya sembuh, mereka akan berpuasa selama tiga hari
Meskipun memiliki kedudukan istimewa dalam Islam, pasangan suami istri ini, hidup serba kekurangan.
Kemudian Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang memberikan kesembuhan kepada kedua putranya.
Imam Ali dan Sayyidah Fathimah as pun akhirnya menepati nazarnya berpuasa selama tiga hari.
Pada hari pertama, Sayyidah Fathimah menggiling satu sha’ gandum untuk membuat roti. Sembari menunggu saat berbuka, mereka meletakkan beberapa potong roti beserta garam dan cuka di hadapannya.
Saat terdengar suara Bilal bin Rabah mengumandangkan azan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk seseorang.
Imam Ali as membukanya dan menjumpai seorang lelaki renta miskin meminta sedekah.
Lelaki itu berkata, “Aku dan istriku sangat kelaparan dan kesakitan”. Mendengar perkataan lelaki renta miskin itu, Sayyidah Fathimah as merasa iba sehingga tanpa terasa kedua matanya meneteskan air mata. Suami istri itu segera memberikan roti mereka kepada lelaki renta tersebut. Ia berterima kasih dan mendoakan mereka berdua.
Mereka melakukan semua itu bukan untuk mengharap ucapan terima kasih, namun semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Maka, pada hari itu mereka berbuka hanya dengan air putih.
Setelah berbuka, mereka menunaikan shalat Maghrib dan bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya.
Pada hari berikutnya, mereka menggiling satu sha’ gandum dan mengolahnya menjadi roti. Menjelang Maghrib, seorang anak yatim datang ke rumah mereka meminta makanan untuknya dan saudara-saudaranya yang masih kecil.
Imam Ali dan Sayyidah Fathimah pun memberikan makanan yang ada. Pada hari kedua ini, mereka kembali berbuka hanya dengan air putih.
Untuk melengkapi nazarnya, mereka berpuasa pada hari ketiga. Tiba-tiba seorang tawanan mengetuk pintu rumahnya meminta sedekah. Mereka pun melakukan hal yang sama dengan dua hari sebelumnya. Tentu saja, mereka menjadi lemah karena sangat lapar.
Pada hari keempat, mereka berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Melihat kondisi mereka (Ali, Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain) sangat lemah, Nabi SAW menangis. Saat itulah Malaikat Jibril menurunkan surah Al-Insan.
Meskipun diturunkan berkenaan dengan Imam Ali dan Sayyidah Fathimah, ayat-ayat tersebut ditujukan kepada semua kaum beriman supaya meneladani mereka.
Kisah-kisah ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai seperti kedermawanan, ketulusan, dan keyakinan kepada Allah dapat menarik rezeki, baik dalam bentuk materi maupun spiritual.
Tradisi Ahlilbait menekankan bahwa rezeki tidak hanya terkait dengan apa yang dimiliki seseorang, tetapi juga dengan sikap dan tindakan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep Rezeki Ahli Hakikat
Dalam pandangan ahli hakikat, yang sering kali mengacu pada para sufi atau ahli makrifat, konsep rezeki memiliki dimensi yang lebih dalam dan spiritual. Berikut adalah beberapa aspek penting mengenai rezeki menurut ahli hakikat:
1.Rezeki sebagai Anugerah Ilahi: Ahli hakikat memahami bahwa rezeki adalah anugerah dari Allah yang tidak terbatas. Ini mencakup semua bentuk nikmat yang diberikan kepada manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Rezeki tidak hanya berupa harta, tetapi juga berupa kesehatan, kebahagiaan, dan pengetahuan.
2.Dimensi Spiritual:
Rezeki diartikan tidak hanya sebagai kebutuhan fisik, tetapi juga mencakup rezeki spiritual. Ini meliputi pencerahan, kedamaian batin, dan hubungan yang dekat dengan Allah. Ahli hakikat percaya bahwa rezeki yang paling berharga adalah rezeki spiritual yang membawa seseorang lebih dekat kepada Tuhan.
3.Kesadaran dan Syukur:
Ahli hakikat menekankan pentingnya kesadaran akan nikmat yang diberikan oleh Allah. Rasa syukur dianggap sebagai kunci untuk menarik lebih banyak rezeki. Dalam pandangan ini, semakin seseorang bersyukur, semakin banyak rezeki yang akan diterimanya, baik secara fisik maupun spiritual.
4.Rezeki dalam Bentuk Ujian: Dalam ajaran ahli hakikat, rezeki juga bisa datang dalam bentuk ujian atau kesulitan. Setiap ujian yang dihadapi dianggap sebagai bentuk rezeki karena memberikan kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan mendekatkan diri kepada Allah. Ujian ini membantu seseorang untuk memahami makna hidup dan menguatkan imannya.
5.Niat dan Tujuan:
Niat yang tulus dan tujuan hidup yang jelas sangat penting dalam konteks rezeki. Tindakan yang dilakukan dengan niat yang baik dan untuk tujuan yang suci diyakini akan mendatangkan rezeki yang lebih besar. Ahli hakikat mengajarkan bahwa Allah memperhatikan hati dan niat seseorang.
6.Ketergantungan kepada Allah: Ahli hakikat menekankan pentingnya tawakkul (berserah diri) kepada Allah. Mereka percaya bahwa rezeki datang dari Allah, dan ketika seseorang benar-benar berserah kepada-Nya, maka rezeki akan mengalir dengan sendirinya. Keterikatan emosional dan spiritual kepada Allah menjadi sumber kekuatan dan keberkahan.
7.Perbedaan antara Rezeki yang Terlihat dan Tersirat: Ahli hakikat sering membedakan antara rezeki yang terlihat (materi) dan rezeki yang tersirat (spiritual). Mereka meyakini bahwa rezeki yang tersirat, seperti kebijaksanaan, ketenangan, dan kebahagiaan, jauh lebih penting daripada rezeki yang bersifat materi.
8.Rezeki melalui Hubungan Sosial: Dalam pandangan ahli hakikat, hubungan yang baik dengan orang lain juga dianggap sebagai rezeki. Berinteraksi dengan orang-orang baik, berbuat baik kepada sesama, dan menciptakan ikatan sosial yang harmonis akan mendatangkan rezeki yang lebih besar dalam hidup.
9.Keberkahan dalam Rezeki: Ahli hakikat percaya bahwa keberkahan dalam rezeki lebih penting daripada jumlahnya. Mereka sering menekankan bahwa sedikit tetapi berkah jauh lebih baik daripada banyak tetapi tidak diberkahi. Keberkahan dapat membuat apa pun yang dimiliki terasa cukup dan bermanfaat.
10.Pengembangan Diri: Rezeki juga terkait dengan pengembangan diri dan pertumbuhan spiritual. Dalam pandangan ini, usaha untuk meningkatkan diri, baik melalui pendidikan, pengamalan ibadah, maupun pengembangan karakter, merupakan bagian dari pencarian rezeki yang hakiki.
Dalam keseluruhan, pandangan ahli hakikat mengenai rezeki mengajak individu untuk memahami bahwa rezeki adalah manifestasi dari kasih sayang Allah yang lebih dalam dan luas, serta mengajak kita untuk terus meningkatkan diri dan memperdalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.
Amalan yang diyakini dapat mendatangkan rezeki
dalam kehidupan sehari-hari:
1.Bersedekah: Memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim). Sedekah membuka pintu rezeki dan mendatangkan berkah.
2.Bersyukur: Mengucapkan syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah sangat penting.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Sikap syukur dapat membuka jalan untuk lebih banyak rezeki.
3.Berdoa: Memohon kepada Allah dengan penuh keyakinan agar diberikan rezeki yang cukup dan berkah. Doa yang tulus, terutama di waktu-waktu mustajab, sangat dianjurkan. Nabi Muhammad SAW mengajarkan berbagai doa untuk meminta rezeki.
4.Meningkatkan Kualitas Ibadah: Melaksanakan ibadah dengan baik, seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Qur’an, akan mendatangkan keberkahan dalam hidup. Ibadah yang ikhlas dapat menarik rezeki dari Allah, karena mendekatkan diri kepada-Nya adalah sumber segala keberkahan.
5.Mencari Ilmu:
Mengupayakan untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuan, baik di bidang agama maupun dunia, dapat membuka peluang rezeki baru. Dalam Islam, mencari ilmu dianggap sebagai kewajiban, dan ilmu adalah salah satu bentuk rezeki yang sangat berharga.
6.Menjaga Silaturahmi: Mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan kerabat dapat mendatangkan rezeki. Dalam Islam, menjaga silaturahmi dianggap sebagai salah satu cara untuk mendapatkan berkah dan rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari).
7.Berusaha dan Bekerja Keras: Menggunakan waktu dan tenaga untuk bekerja dan berusaha adalah bagian dari usaha mendapatkan rezeki. Allah mencintai hamba-Nya yang berusaha. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu.’” (QS. At-Tawbah: 105).
8.Membaca Al-Qur’an:
Membaca dan memahami Al-Qur’an dapat mendatangkan berkah dalam hidup. Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur’an akan mendatangkan pahala dan, dengan izin Allah, rezeki yang melimpah. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
9.Bersikap Rendah Hati dan Tawadhu: Menjaga sikap rendah hati dan tidak sombong dapat mendatangkan rezeki. Allah menyukai hamba-Nya yang tawadhu. Dalam banyak hadis, Allah menjanjikan peningkatan rezeki bagi mereka yang bersikap rendah hati dan tidak merasa lebih dari orang lain.
10.Bermohon Ampunan: Memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan dapat membuka pintu rezeki. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan memperbanyak harta dan anak-anakmu.’” (QS. Nuh: 10-12).
11.Membaca Doa Rezeki: Mengamalkan doa-doa yang khusus meminta rezeki, seperti doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, dapat menjadi sarana untuk menarik rezeki. Salah satu doa yang terkenal adalah: “Allahumma inni as’aluka rizqan tayyiban wa ‘ilman nafi’an.” (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu rezeki yang baik dan ilmu yang bermanfaat).
12.Berbuat Baik dan Menolong Sesama: Melakukan perbuatan baik dan menolong orang lain, tanpa mengharapkan imbalan, adalah cara untuk mendapatkan rezeki. Allah akan membalas kebaikan hamba-Nya dengan rezeki yang lebih besar. Menolong sesama, terutama yang membutuhkan, akan mendatangkan keberkahan dalam hidup.
Dengan mengamalkan berbagai amalan ini, seseorang tidak hanya akan menarik rezeki yang lebih banyak, tetapi juga mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan dalam hidupnya
Sholat untuk Keluasan Rezki
Diriwayatkan; Rasulullah saw bersabda; Sholat dua rakaat dengan niat untuk diluaskan rezeki.
Di rokaat pertama setelah baca Alfatihah baca Surat Al-Qodar kemudian baca : Astaghfirullah 15 x
Setelah baca doa rukuk baca : Astaghfirullah 10 x
Bangun dari Rukuk baca :
Astaghfirullah 10 x
Setelah baca doa sujud baca :
Astaghfirullah 10 x
Setelah baca doa duduk antara dua sujud baca ; Astaghfirullah 10 x
Sujud kedua setelah baca doa, kemudian baca; Astaghfirullah 10 x
Bangun dari sujud; saat duduk istirahat baca; Astaghfirullah 10 x
Jadi Satu Rakaatnya membaca Istighfar 75 kali. Total baca istighfar di dua rakaat berjumlah 150 x
(Sama seperti sholat Tasbih atau Sholat Ja’far Thoyyar)
Setelah salam baca satu kali
Laa ilaaha illallah wahdah
Kemudian baca Tasbih AzZahra
Allahu akbar 34 kali
Alhamdulillah 33 kali
Subhanallah 33 kali
Kemudian sujud baca;
Yaa Mukhollis Yunus ibnu Mata min bathnil Hut khollisnii
Duhai Yang Meng-ikhlaskan (Amalnya semata-mata karena Allah) dari perut ikan Paus jadikan semua urusanku selesai.
Berkata Allama Dr Sayyid Alawi,
Beliau dapatkan sholat rizki dari Rasulullah saw ini dari ; Dari kitab (Saah Rizki) yg ditulis oleh ; Asy-Syeikh Kirbas Arkabala-i yang ada penjelasan detailnya dari Kitab Nurul Aafaqi fii ma’rifatil Arzaaq.
Banyak yang sudah mengamalkan sholat ini di setiap harinya, dan rezekinya terus bertambah.
Shalawat kemudahan rezeki dalam Mafatih al Jinan
اَللّـهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد وَاجْعَلْ لي مِنْ اَمْري فَرَجاً وَمَخْرَجاً وَارْزُقْنى مِنْ حَيْثُ أَحْتَسِبُ وَمِنْ حَيْثُ لا أحْتَسِبُ
Ya Allah, kirimlah salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad serta jadikan urusanku ringan dan mudah. Berilah aku rezeki dari jalan yang sudah aku sangka dan jalan yang tidak disangka sangka.
Doa Rezeki Dari Sahifah Shodiqiyah
اَللّٰهُمَّ اِنْ کَانَ رِزْقِی فِی السَّمَاءِ فَاَنزِلْهُ وَاِنْ کَانَ فِی الْاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ کَانَ بَعِیداً فَقَرِّبهُ وَاِنْ کَانَ قَرِیباً فَیَسِّـرهُ وَاِنْ کَانَ قَلِیلاً فَکَثِّـرْهُ وَاِنْ کَانَ کَثِیراً فَبَارِكْ لیٖ فِیهِ وَاَرسِلْهُ عَلیٰ اَیْدِی خِیٰارِ خَلْقِكَ وَلاٰ تُحْوِجْنِی اِلیٰ شِـرٰارِ خَلْقِكَ وَاِنْ لَمْ یَکُنْ فَکَوِّنْهُ بِکِیْنُونِیَّتِكَ وَوَحْدَانِیَّتِكَ، اَللّٰهُمَّ انْقُلْهُ اِلَیَّ حَیْثُ اَکُونُ وَلاٰ تَنْقُلْنِی اِلَیْهِ حَیْثُ یَکُونُ، اِنَّكَ عَلیٰ کُلِّ شَیْءٍ قَدِیرٌ.
یٰا حَیُّ یٰا قَیُّومُ، یٰا وٰاحِدُ یٰا مَجِیدُ، یٰا بَرُّ یٰا رَحِیمُ یٰا غَنِیُّ، صَلِّ عَلیٰ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَتَـمِّمْ عَلَیْنَا نِعمَتَكَ، وَهَنِّئْنٰا کَرَامَتَكَ، وَاَلْبِسْنٰا عَافِیَتَكَ.
“Ya Allah, jika rezekiku ada di langit, turunkanlah ia; jika ada di bumi, keluarkanlah ia; jika jauh, dekatkanlah ia; jika dekat, mudahkanlah ia; jika sedikit, perbanyaklah ia; jika banyak, berkahilah aku di dalamnya. Kirimkanlah rezeki itu melalui tangan hamba-hamba-Mu yang baik dan jangan Engkau jadikan aku bergantung kepada hamba-hamba-Mu yang buruk. Jika belum ada, wujudkanlah dengan kekuasaan-Mu dan keesaan-Mu. Ya Allah, pindahkanlah rezeki itu kepadaku di tempatku berada dan jangan pindahkan aku ke tempat rezeki itu berada. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Maha Berdiri Sendiri, wahai Yang Esa, wahai Yang Mulia, wahai Yang Maha Baik, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Maha Kaya, limpahkanlah salawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Sempurnakanlah nikmat-Mu atas kami, anugerahkanlah kemuliaan-Mu kepada kami, dan pakaikanlah kami dengan keselamatan-Mu.”
Comments (0)
There are no comments yet