
Penulis : Muhammad Adlany
Pengasuh Filsafat Islam, Makassar
Imam Ali As bersabda:
كُنْ فِي الْفِتْنَةِ كَابْنِ اللَّبُونِ، لَا ظَهْرٌ فَيُرْكَبَ وَ لَا ضَرْعٌ فَيُحْلَب
Jadilah dalam fitnah seperti anak unta dua tahun yang belum punya punggung (yang kuat) untuk ditunggangi dan belum punya susu untuk diperah.” (Nahjul Balaghah, Hikmah ke-1)
Ungkapan suci Imam Ali as ini menganjurkan agar seseorang bersikap netral dan tidak terlibat dalam fitnah (situasi kacau atau perselisihan). Imam Ali menyarankan untuk bersikap seperti anak unta berumur dua tahun yang belum cukup dewasa untuk bisa dimanfaatkan, baik dengan ditunggangi punggungnya atau diperah susunya.
Berikut adalah beberapa poin penting dari ungkapan ini:
1. Menjaga Jarak dari Fitnah
Baca juga:
Presiden Terpilih Membisik Mentan Amran di Acara Pelantikan DPR RI, Ada Apa Ya?
Dalam situasi fitnah atau konflik sosial, politik, atau agama, seseorang sebaiknya tidak mengambil sikap yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang terlibat. Anak unta dalam perumpamaan ini melambangkan ketidakberdayaan dan ketidakcukupan, yang menggambarkan seseorang yang tidak menawarkan peluang untuk dieksploitasi.
2. Netralitas dalam Konflik
Imam Ali as mengajak orang untuk tidak memihak dalam konflik yang tidak jelas kebenarannya. Fitnah sering kali melibatkan informasi yang kabur, dan terlibat di dalamnya berisiko terjerumus dalam ketidakadilan atau dosa.
3. Kecerdasan dalam Menghadapi Konflik
Sikap seperti anak unta ini adalah bentuk kecerdasan dalam menghindari eksposur terhadap bahaya atau kerugian. Tidak membiarkan diri dieksploitasi oleh pihak mana pun adalah langkah cerdas untuk menghindari keterlibatan dalam fitnah.
Pesan Imam Ali as menekankan pentingnya sikap hati-hati dan kebijaksanaan dalam menghadapi fitnah, di mana seseorang seharusnya menghindari posisi yang dapat merugikan atau membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
Comments (0)
There are no comments yet