Dengan demikian, اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ adalah doa yang melibatkan pengakuan spiritual sekaligus dorongan untuk tindakan nyata dalam memenuhi kebutuhan fakir miskin sesuai ajaran Ahlul Bayt.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Baca juga:
Investasi Hulu Migas RI Sangat Rendah, Luhut Salahkan Sri Mulyani
Kalimat اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ berarti “Kayakanlah) setiap orang miskin.” Berikut makna atau penafsiran yang dapat diambil dari kalimat ini:
1.Doa untuk kecukupan rezeki: Memohon kepada Allah agar memberikan kekayaan atau kecukupan kepada setiap orang miskin.
2.Kemakmuran spiritual: Tidak hanya dalam bentuk harta, tetapi juga kebahagiaan dan kepuasan hati.
3.Penghapusan kemiskinan: Sebuah harapan agar kemiskinan dapat dihilangkan sepenuhnya dari masyarakat.
4.Keadilan ekonomi: Memohon terciptanya distribusi kekayaan yang merata.
5.Pertolongan Allah: Mengingatkan bahwa kekayaan hakiki berasal dari Allah, bukan semata usaha manusia.
6.Kewajiban berbagi: Mengisyaratkan agar orang yang mampu membantu mereka yang membutuhkan.
7.Rezeki halal dan berkah: Berdoa agar setiap orang miskin mendapatkan rezeki yang halal dan berkah.
8.Kesejahteraan dunia akhirat: Menginginkan kecukupan tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.
9.Kasih sayang antar manusia: Mengingatkan pentingnya solidaritas sosial dalam mengatasi kemiskinan.
10.Peringatan untuk bersyukur: Bagi yang memiliki kecukupan, kalimat ini mengajarkan pentingnya bersyukur dan berbagi.
Kalimat ini dapat dipahami baik sebagai doa maupun refleksi sosial dalam Islam yang menekankan pentingnya membantu sesama.
Makna اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ (kaya(kanlah) setiap orang miskin) sesuai dengan pesan Al-Qur’an dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang menggarisbawahi pentingnya memberikan kecukupan kepada fakir miskin dan menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang relevan:
1.Kekayaan dan Rezeki adalah dari Allah
•“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”
(QS. Al-Isra: 30)
Ayat ini menegaskan bahwa kekayaan dan kecukupan rezeki datang dari Allah. Doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ mencerminkan harapan kepada Allah untuk memberi kelapangan rezeki kepada yang membutuhkan.
2.Kewajiban Menafkahi Fakir Miskin
•”…dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
(QS. Al-Isra: 26)
Allah memerintahkan manusia untuk berbagi dengan fakir miskin sebagai salah satu cara untuk menghilangkan kemiskinan.
3.Kebaikan dalam Memberi Makan Orang Miskin
•“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.”(QS. Al-Insan: 8)
Ayat ini mengajarkan pentingnya membantu fakir miskin, sebagai bentuk ibadah dan amal saleh yang mendatangkan keberkahan.
4.Tidak Ada Jiwa yang Dibiarkan dalam Kesulitan
•“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya…”
(QS. Hud: 6)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menjamin rezeki setiap makhluk, termasuk manusia, sehingga doa untuk kekayaan bagi orang miskin merupakan harapan agar janji Allah tercurah dalam kehidupan mereka.
5.Harta sebagai Ujian dan Amanah
•“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka…”(QS. At-Taubah: 103)
Islam mengajarkan pembagian harta melalui zakat dan sedekah agar tidak ada orang miskin yang terlantar.
6.Jangan Biarkan Orang Miskin Terabaikan
•“Dan orang-orang yang di dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak meminta).”(QS. Al-Ma’arij: 24-25)
Ayat ini mengingatkan bahwa harta harus digunakan untuk membantu orang miskin agar mereka tidak terus-menerus berada dalam kekurangan.
Makna اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dalam konteks Al-Qur’an adalah doa dan upaya agar semua orang miskin mendapatkan rezeki dan kecukupan, sesuai dengan nilai-nilai keadilan sosial yang diperintahkan oleh Allah. Islam menekankan bahwa mengentaskan kemiskinan adalah tanggung jawab bersama, baik melalui doa, zakat, sedekah, maupun kebijakan sosial.
7.Perintah untuk Tidak Menyia-nyiakan Orang Miskin
•“Adapun terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya.”
(QS. Ad-Dhuha: 10)
Ayat ini mengajarkan agar fakir miskin dihormati dan dipenuhi kebutuhannya dengan baik, tanpa menyakiti hati mereka.
8.Rezeki sebagai Ujian bagi Orang Kaya dan Miskin
•“Kami telah membagi-bagi penghidupan di antara mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.”(QS. Az-Zukhruf: 32)
Allah mengatur rezeki untuk menguji manusia, baik yang diberi kelapangan maupun yang diberi kekurangan, agar terjalin hubungan saling membantu dan keadilan.
9.Janji Allah untuk Mengganti Sedekah
•“Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.”(QS. Saba’: 39)
Doa ini juga mencerminkan keyakinan bahwa membantu fakir miskin dengan harta adalah bagian dari ibadah yang akan Allah balas dengan kebaikan.
10.Pahala Besar bagi Orang yang Membantu Fakir Miskin
•“Sesungguhnya mereka yang memakan harta anak yatim secara zalim, mereka sebenarnya memasukkan api ke dalam perut mereka…”(QS. An-Nisa: 10)
Sebaliknya, Islam menjanjikan pahala besar bagi mereka yang membantu orang-orang miskin dan lemah, karena hal ini menghilangkan kezaliman dan meringankan penderitaan mereka.
Ayat-ayat ini memperkuat bahwa doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ adalah manifestasi dari nilai-nilai kasih sayang, tanggung jawab sosial, dan harapan akan keadilan rezeki yang diatur oleh Allah.
Makna اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ (kaya(kanlah) setiap orang miskin) juga tercermin dalam berbagai hadis Nabi Muhammad ﷺ yang menekankan perhatian kepada fakir miskin, pentingnya berbagi, dan keutamaan membantu sesama. Berikut adalah beberapa hadis yang relevan:
1.Pahala bagi yang Menolong Fakir Miskin
Rasulullah ﷺ bersabda:
•“Orang yang membantu kebutuhan seorang janda dan orang miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang shalat malam tanpa henti dan berpuasa tanpa berbuka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan betapa besar pahala orang yang membantu fakir miskin, disandingkan dengan amalan jihad, shalat malam, dan puasa.
2.Kewajiban Memperhatikan Orang Miskin
Rasulullah ﷺ bersabda:
•“Bukanlah seorang mukmin yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya.”(HR. Bukhari)
Doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ sejalan dengan pesan hadis ini, yaitu tanggung jawab untuk tidak membiarkan orang miskin hidup dalam kelaparan.
3.Keutamaan Memberi Makan Orang Miskin
Nabi ﷺ bersabda:
•“Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makan, sambungkanlah silaturahmi, dan shalatlah pada waktu malam ketika manusia tidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat.”
(HR. Tirmidzi)
Memberi makan fakir miskin adalah bagian dari amalan yang mendekatkan seseorang kepada surga.
4.Jaminan Kemuliaan bagi yang Memperhatikan Fakir Miskin
Rasulullah ﷺ bersabda:
•“Orang yang menanggung kehidupan seorang yatim, baik dari keluarganya maupun bukan, aku dan dia seperti ini di surga.” (Beliau mengisyaratkan dengan merapatkan jari telunjuk dan jari tengah.)*
(HR. Bukhari)
Meskipun disebutkan yatim, prinsip membantu orang miskin secara umum juga berlaku di sini, karena Islam sangat menekankan kepedulian kepada kaum lemah.
5.Doa Rasulullah untuk Fakir Miskin
Rasulullah ﷺ pernah berdoa:
•“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, wafatkanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin.”(HR. Tirmidzi)
Doa ini mencerminkan cinta Rasulullah ﷺ kepada fakir miskin dan keinginannya untuk selalu bersama mereka dalam kehidupan dan akhirat.
6.Larangan Mengabaikan Fakir Miskin
Rasulullah ﷺ bersabda:
•“Barang siapa tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka dia bukan dari golongan mereka.”(HR. Thabrani)
Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ menjadi bentuk kepedulian terhadap kaum fakir miskin sebagai bagian dari umat Muslim.
7.Rezeki yang Bertambah karena Sedekah
Nabi ﷺ bersabda:
•“Harta tidak akan berkurang karena sedekah.”(HR. Muslim)
Membantu fakir miskin tidak akan membuat seseorang miskin, melainkan menjadi sebab bertambahnya keberkahan.
8.Tanda Orang Beriman
Rasulullah ﷺ bersabda:
•“Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Thabrani)
Doa agar setiap fakir miskin dikayakan selaras dengan semangat hadis ini, di mana seorang mukmin harus selalu berusaha memberi manfaat kepada orang lain.
Hadis-hadis ini menegaskan pentingnya doa dan upaya nyata untuk mengentaskan kemiskinan, baik melalui doa, amal, maupun perhatian sosial. Islam mengajarkan bahwa keberkahan hidup terletak pada kepedulian kepada mereka yang membutuhkan.
Dalam pandangan Ahlul Bayt (keluarga Nabi Muhammad ﷺ), perhatian kepada fakir miskin dan doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ sangat ditekankan. Berikut adalah beberapa hadis dari para imam Ahlul Bayt yang relevan dengan makna tersebut:
1. Memberi kepada Orang Miskin sebagai Bukti Keimanan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:”Sesungguhnya Allah mewajibkan dalam harta orang kaya hak yang mencukupi kebutuhan orang miskin. Jika mereka tidak memenuhi kebutuhan orang miskin, maka mereka telah menzalimi mereka.”
(Bihar al-Anwar, jilid 96, hal. 13)
Doa agar fakir miskin menjadi kaya mencerminkan kewajiban manusia untuk memperhatikan hak-hak mereka, sebagaimana ditekankan oleh Imam Ash-Shadiq (as).
2. Keutamaan Membantu Fakir Miskin
Imam Ali (as) berkata:”Allah menguji orang kaya dengan harta mereka untuk membantu orang fakir, dan Allah menguji orang fakir dengan kesabaran mereka terhadap kemiskinan.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 312)
Ini menunjukkan bahwa doa dan bantuan kepada orang miskin adalah cara untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan Allah kepada orang kaya.
3. Kasih Sayang terhadap Orang Miskin sebagai Tanda Kesempurnaan Iman
Imam Ali Zainul Abidin (as) berkata:
•“Hak orang miskin atasmu adalah memberinya apa yang ia butuhkan, tanpa membuatnya merasa rendah atau terhina.”
(Risalah al-Huquq)
Ini menunjukkan pentingnya memberikan bantuan dengan sikap hormat, bukan hanya materi, tetapi juga doa agar mereka mendapatkan kelapangan rezeki.
4. Memberi kepada Orang Miskin adalah Simpanan untuk Akhirat
Imam Muhammad Al-Baqir (as) berkata:”Sedekah kepada fakir miskin adalah perhiasan di dunia dan simpanan untuk akhirat.”
(Bihar al-Anwar, jilid 93, hal. 31)
Doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dapat menjadi penyempurna amal sedekah, karena menunjukkan harapan agar Allah mempermudah kehidupan fakir miskin di dunia dan akhirat.
5. Bersama Orang Miskin di Surga
Imam Ali (as) berkata:”Rasulullah ﷺ bersabda: Aku mencintai orang miskin dan aku akan bersama mereka di surga.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 328)
Ahlul Bayt selalu menekankan bahwa mendukung fakir miskin akan mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah.
6. Kekayaan Hakiki adalah Kepuasan Hati
Imam Ali (as) berkata:”Kekayaan terbesar adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 228)
Doa agar fakir miskin menjadi kaya tidak hanya mencakup kekayaan materi, tetapi juga rasa cukup dan kebahagiaan dalam hati.
7. Imam sebagai Penolong Kaum Lemah
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:”Kami, para imam, diutus untuk menegakkan keadilan di antara manusia, dan salah satu bentuk keadilan itu adalah memperhatikan hak-hak kaum lemah dan miskin.”
(Bihar al-Anwar, jilid 47, hal. 195)
Ahlul Bayt menunjukkan contoh konkret dalam mendukung fakir miskin, baik dengan bantuan langsung maupun doa-doa mereka.
8. Doa untuk Kesejahteraan Umat Islam
Imam Ali Zainul Abidin (as) dalam Sahifah Sajjadiyah berdoa:”Ya Allah, cukupkanlah kebutuhan orang-orang fakir di antara kami, perbaikilah keadaan mereka yang lemah, dan sembuhkanlah mereka yang sakit…”
(Sahifah Sajjadiyah, Doa 39)
Doa ini sejalan dengan makna اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ, sebagai bentuk harapan agar Allah memberikan kecukupan kepada setiap fakir miskin.
9. Sedekah Sebagai Penolak Bala
Imam Musa Al-Kazim (as) berkata:
•“Sedekah kepada fakir miskin tidak hanya mengurangi kemiskinan, tetapi juga menjauhkan bencana dan mendatangkan keberkahan.”
(Bihar al-Anwar, jilid 71, hal. 280)
Membantu orang miskin baik dengan doa maupun sedekah adalah bagian dari tanggung jawab spiritual.
Hadis-hadis Ahlul Bayt ini menegaskan pentingnya perhatian kepada fakir miskin, baik melalui doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ maupun dengan tindakan nyata yang mencerminkan kasih sayang dan keadilan sosial dalam Islam.
Kalimat اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ (“Kaya(kanlah) setiap orang miskin”) juga dapat dipahami dari pandangan para mufasir yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis terkait konsep rezeki, kemiskinan, dan keadilan sosial. Berikut adalah beberapa pandangan mufasir tentang konsep ini:
1. Tafsir Al-Qurthubi (Ahkam al-Qur’an)
Al-Qurthubi, dalam tafsirnya, mengaitkan konsep pengentasan kemiskinan dengan perintah zakat dan infak. Ia menafsirkan QS. Al-Baqarah: 177:”Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin…”
Menurut Al-Qurthubi, memberikan kekayaan kepada fakir miskin adalah salah satu bentuk pengabdian kepada Allah dan cara untuk menjaga harmoni sosial. Kalimat اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dapat dipahami sebagai doa untuk merealisasikan perintah ini melalui bantuan manusia dan kehendak Allah.
2. Tafsir Ibnu Katsir
Dalam tafsir QS. Adh-Dhuha: 9-10:
•“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah engkau menghardiknya.”
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menekankan pentingnya menghormati hak-hak orang miskin, termasuk memberikan kecukupan kepada mereka. Ia menekankan bahwa doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ adalah bentuk kepedulian seorang mukmin agar tidak ada yang terabaikan dalam kebutuhan hidupnya.
3. Tafsir Al-Mawardi (An-Nukat wa Al-‘Uyun)
Al-Mawardi menyoroti QS. Al-Isra: 26-27:”Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan…”
Ia menafsirkan bahwa memberikan kekayaan kepada fakir miskin bukan hanya kewajiban finansial, tetapi juga doa agar Allah melimpahkan keberkahan kepada mereka. Ia menyebut bahwa kemiskinan adalah ujian, sementara kekayaan adalah amanah. Kalimat ini mencerminkan keinginan untuk menghilangkan ketimpangan ekonomi dalam masyarakat.
4. Tafsir Al-Razi (Mafatih al-Ghaib)
Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsir QS. Hud: 6 (“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”) menafsirkan bahwa Allah menjamin rezeki setiap makhluk. Namun, manusia diberi peran sebagai penyampai rezeki melalui infak dan sedekah. Doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ adalah pengakuan atas kekuasaan Allah untuk mencukupi kebutuhan setiap hamba-Nya.
5. Tafsir Al-Thabari (Jami’ al-Bayan)
Dalam QS. Al-Ma’arij: 24-25:
•”…Dan orang-orang yang di dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak meminta.”
Imam Al-Thabari menjelaskan bahwa orang kaya wajib menyisihkan sebagian hartanya untuk orang miskin. Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ adalah bentuk permohonan agar Allah mempermudah pelaksanaan kewajiban sosial ini dan mencukupi kebutuhan orang-orang miskin melalui sarana yang diatur-Nya.
6. Tafsir Sayyid Qutb (Fi Zilal al-Qur’an)
Dalam tafsir QS. Al-Baqarah: 215:
•“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Katakanlah: ‘Apa saja harta yang kalian infakkan hendaklah diberikan kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan.’”
Sayyid Qutb menggarisbawahi bahwa Islam membangun sistem solidaritas sosial melalui infak dan sedekah untuk memberantas kemiskinan. Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ adalah manifestasi dari visi Islam tentang keseimbangan sosial dan ekonomi.
7. Tafsir Allamah Thabathabai (Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an)
Allamah Thabathabai menyoroti QS. Al-Balad: 14-16: “…atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir.”
Beliau menjelaskan bahwa memberikan kekayaan kepada fakir miskin adalah salah satu bentuk “jalan yang sulit” (aqabah) yang mengantarkan seseorang menuju derajat tinggi di sisi Allah. Doa ini adalah bagian dari usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan mengharapkan keadilan dan kasih sayang-Nya tercurah kepada kaum fakir.
8. Tafsir Syekh Muhammad Abduh
Dalam tafsir QS. Al-Insan: 8-9:
•“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makan kepada kalian hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah.”
Syekh Muhammad Abduh menafsirkan bahwa doa dan tindakan nyata untuk membantu fakir miskin, seperti memberi makan atau mencukupi kebutuhan mereka, adalah bagian dari akhlak seorang mukmin yang ikhlas. Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ merepresentasikan keinginan agar rahmat Allah menyentuh hati setiap orang yang membutuhkan.
Melalui berbagai tafsir ini, kalimat اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dapat dipahami sebagai doa dan harapan untuk terciptanya keadilan sosial yang ditekankan oleh Al-Qur’an dan diimplementasikan melalui tindakan nyata sesuai petunjuk para mufasir.
Berikut adalah penjelasan makna اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ (kaya(kanlah) setiap orang miskin) berdasarkan pandangan para mufasir Syiah yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadis-hadis Ahlul Bayt:
1. Allamah Thabathabai (Tafsir Al-Mizan)
Dalam QS. Al-Balad: 14-16 (”…atau memberi makan pada hari kelaparan, kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir.”), Allamah Thabathabai menekankan:
•Doa untuk fakir miskin, seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ, adalah salah satu bentuk kasih sayang manusia kepada sesama yang sejalan dengan akhlak ilahi.
•Menurutnya, Allah menghendaki agar manusia saling membantu dan menjadi sebab kecukupan rezeki. Dalam tafsir ini, fakir miskin bukan hanya membutuhkan harta, tetapi juga perhatian dan penghormatan.
•Beliau juga menegaskan bahwa aqabah (jalan yang sulit) adalah ujian bagi orang kaya untuk membantu fakir miskin sehingga doa ini dapat mendorong manusia memenuhi tanggung jawab tersebut.
2. Sayyid Muhammad Husayn Thabathabai
Dalam QS. Al-Insan: 8-9 (“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan…”), Allamah menjelaskan:
•Ahlul Bayt adalah teladan dalam memperhatikan fakir miskin. Kisah ini merujuk pada Imam Ali (as), Sayyidah Fatimah (as), dan keluarga mereka yang memberikan makanan kepada fakir meskipun mereka sendiri dalam keadaan lapar.
•Doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ mencerminkan sikap manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan orang miskin secara fisik (dengan sedekah) dan spiritual (dengan doa).
•Thabathabai juga menegaskan bahwa doa ini menunjukkan kepercayaan kepada Allah sebagai Pemberi Rezeki dan Penyelenggara Kehidupan.
3. Imam Khomeini (Tafsir Surah Al-Fatihah)
Imam Khomeini dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kalimat seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ adalah bentuk pengakuan atas kekuasaan Allah sebagai pemberi rezeki. Dalam tafsir QS. Al-Fatihah: 5 (“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”), beliau menjelaskan:
•Doa ini adalah manifestasi dari sikap ketergantungan manusia kepada Allah dalam segala aspek kehidupan, termasuk urusan rezeki bagi fakir miskin.
•Allah menciptakan rezeki melalui usaha manusia dan sistem keadilan yang diatur dalam syariat, seperti zakat dan sedekah. Dengan demikian, doa ini mengingatkan kita akan tanggung jawab sosial.
4. Syaikh Makarim Shirazi (Tafsir Al-Amthal)
Dalam QS. Adh-Dhuha: 9-10 (“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah engkau menghardiknya.”), Syaikh Makarim Shirazi menjelaskan:
•Fakir miskin adalah salah satu kelompok masyarakat yang menjadi perhatian utama dalam Islam. Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ sejalan dengan perintah untuk memperhatikan hak-hak mereka.
•Beliau menekankan bahwa doa ini tidak cukup tanpa tindakan nyata, seperti infak, sedekah, dan zakat. Namun, doa tetap diperlukan untuk memohon kepada Allah agar memberikan keberkahan dan kecukupan bagi mereka.
5. Al-Marhum Ayatullah Misbah Yazdi
Dalam tafsirnya mengenai QS. Al-Baqarah: 177 (”…memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin…”), Ayatullah Yazdi menyatakan:
•Doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ mencerminkan kesadaran spiritual bahwa kekayaan sejati berasal dari Allah. Orang yang berdoa untuk fakir miskin pada dasarnya sedang memohon agar Allah mengatur rezeki dengan cara yang terbaik.
•Ia juga menegaskan bahwa keadilan sosial dalam Islam adalah pilar utama untuk mengentaskan kemiskinan, dan doa ini menjadi bagian dari usaha itu.
6. Allamah Sayyid Muhammad Husayn Fadlullah
Dalam tafsir QS. Az-Zariyat: 19 (“Dan pada harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta.”), Allamah Fadlullah menjelaskan:
•Doa untuk fakir miskin, seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ, adalah bentuk kesadaran manusia bahwa rezeki adalah hak setiap individu yang dijamin oleh Allah.
•Fakir miskin memiliki hak atas harta orang kaya. Doa ini juga menjadi pengingat bagi orang kaya untuk menunaikan kewajiban sosial mereka.
7. Syaikh Shaduq (Amali Syaikh Shaduq)
Syaikh Shaduq menafsirkan ayat QS. Al-Ma’arij: 24-25 (“Dan orang-orang yang di dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang yang meminta dan yang tidak meminta.”) dengan mengaitkannya pada peran Ahlul Bayt:
•Doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ mencerminkan akhlak Ahlul Bayt yang selalu memperhatikan kebutuhan kaum lemah.
•Fakir miskin bukan hanya membutuhkan bantuan materi, tetapi juga perlakuan yang baik dan penghormatan.
Kesimpulan; Menurut para mufasir Syiah, doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ:
1.Manifestasi Akhlak Islami: Mengingatkan manusia agar peduli kepada sesama melalui doa, sedekah, dan perbuatan baik.
2.Pengakuan atas Kekuasaan Allah: Doa ini mencerminkan kepercayaan bahwa Allah-lah yang mengatur rezeki dan memberi kecukupan kepada setiap makhluk-Nya.
3.Dorongan untuk Keadilan Sosial: Selain doa, tanggung jawab manusia adalah menciptakan sistem sosial yang adil untuk mengentaskan kemiskinan.
4.Teladan Ahlul Bayt: Sebagaimana Ahlul Bayt selalu mendahulukan kebutuhan fakir miskin, doa ini adalah salah satu cara meniru akhlak mereka.
Dengan demikian, اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ adalah doa yang melibatkan pengakuan spiritual sekaligus dorongan untuk tindakan nyata dalam memenuhi kebutuhan fakir miskin sesuai ajaran Ahlul Bayt.
Dalam pandangan ahli makrifat dan hakikat, doa seperti اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ memiliki makna yang mendalam, melampaui pengertian literal tentang kekayaan material. Para ahli makrifat mengaitkannya dengan hakikat keberadaan, hubungan antara manusia dengan Allah, dan makna sejati “kekayaan.” Berikut adalah beberapa penjelasan dari sudut pandang ini:
1. Kekayaan Hakiki adalah Kekayaan Hati
Ahli makrifat sering merujuk pada hadis Nabi Muhammad ﷺ:
•“Bukanlah kekayaan itu banyaknya harta benda, tetapi kekayaan sejati adalah kekayaan jiwa (hati).” (HR. Muslim)
Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dalam konteks ini diartikan sebagai permohonan agar setiap orang yang merasa miskin—baik secara material maupun spiritual—diberikan “kekayaan hati,” yaitu rasa cukup (qana’ah), kepuasan, dan kedekatan dengan Allah.
Menurut mereka, seseorang yang memiliki kekayaan hati tidak lagi merasa kekurangan karena ia menyadari bahwa semua yang dimilikinya berasal dari Allah dan cukup untuknya.
2. Kemiskinan Sebagai Rahmat dan Jalan Menuju Allah
Dalam tradisi tasawuf, terdapat konsep bahwa kemiskinan (faqr) memiliki dua makna:
•Kemiskinan material: Tidak memiliki harta dunia.
•Kemiskinan spiritual: Menyadari ketergantungan total kepada Allah.
Ahli makrifat seperti Jalaluddin Rumi menyebut:
•“Fakir sejati adalah orang yang merasa miskin di hadapan Allah, meskipun ia kaya secara duniawi.”
Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dalam hal ini adalah permohonan agar setiap manusia yang mengalami kemiskinan material diberi kecukupan, tetapi juga agar mereka yang miskin secara spiritual diberikan “kekayaan” berupa kesadaran akan rahmat Allah.
3. Kekayaan adalah Ma’rifatullah (Pengenalan Allah)
Dalam pandangan ahli hakikat, kekayaan sejati bukanlah harta, tetapi ma’rifatullah (pengenalan kepada Allah). Imam Ali (as) berkata:
•“Orang yang paling kaya adalah orang yang mengenal Tuhannya.”
Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ diartikan sebagai permohonan agar Allah memberikan ma’rifat kepada mereka yang miskin dalam pengetahuan tentang-Nya. Ketika seseorang mengenal Allah, ia tidak lagi merasa kekurangan karena ia menyadari bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu.
4. Dunia sebagai Ujian, Kemiskinan sebagai Jalan Penghambaan
Ahli makrifat seperti Ibn ‘Arabi menjelaskan bahwa dunia adalah tempat ujian, dan kemiskinan sering kali menjadi sarana untuk menguji keikhlasan dan ketundukan seorang hamba kepada Allah. Dalam konteks ini, doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dapat dimaknai sebagai:
1.Permohonan agar orang miskin diberi kemudahan dalam ujian mereka.
2.Doa agar mereka tetap sabar, ridha, dan tidak tergelincir dalam keluhan atau keputusasaan.
5. Allah sebagai Al-Ghani (Yang Maha Kaya)
Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ juga merupakan pengakuan atas sifat Allah sebagai Al-Ghaniyy (Yang Maha Kaya) dan Al-Mughni (Yang Memberi Kekayaan). Ahli hakikat memahami bahwa hanya Allah yang dapat memberikan kecukupan sejati.
Ibnu Atha’illah dalam Hikam menyatakan:”Tidak akan menjadi kaya seseorang yang bergantung kepada selain Allah, dan tidak akan menjadi miskin seseorang yang bergantung sepenuhnya kepada Allah.”
Dalam konteks ini, doa tersebut adalah permohonan agar setiap orang miskin diberikan kekayaan yang berasal dari rahmat dan kedermawanan Allah.
6. Penghapusan Kefakiran Spiritual
Kemiskinan (faqr) dalam hakikat sering diartikan sebagai ketiadaan cahaya dalam hati. Ahli makrifat memaknai doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ sebagai permohonan agar Allah menghapus kefakiran spiritual dari setiap individu dengan melimpahkan cahaya hidayah dan pengenalan kepada-Nya.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Fakir yang sejati adalah mereka yang miskin dari hidayah Allah, meskipun mereka memiliki seluruh harta dunia.”
7. Doa untuk Kesempurnaan Ruhani
Menurut ahli tasawuf, اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ juga dapat dimaknai sebagai permohonan agar Allah mencukupi kekurangan ruhani setiap individu. Setiap manusia adalah “fakir” di hadapan Allah karena sifatnya yang serba kurang dan membutuhkan karunia Allah untuk mencapai kesempurnaan.
Kesimpulan; Dari sudut pandang ahli makrifat dan hakikat, doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ mengandung makna yang lebih luas dan mendalam:
1.Kekayaan material: Permohonan agar fakir miskin diberikan rezeki yang mencukupi kebutuhan duniawi mereka.
2.Kekayaan spiritual: Harapan agar setiap jiwa diberi kecukupan hati, ma’rifat kepada Allah, dan kesadaran akan ketergantungan total kepada-Nya.
3.Kekayaan hakiki: Doa ini adalah pengakuan bahwa Allah adalah sumber segala kecukupan, baik di dunia maupun di akhirat, dan hanya melalui-Nya kefakiran dapat dihapuskan.
Doa ini, dengan demikian, mencerminkan keinginan untuk menyempurnakan kemanusiaan, baik secara lahir maupun batin, melalui limpahan rahmat Allah.
Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ (kaya(kanlah) setiap orang miskin) memiliki makna yang sangat mendalam, berkaitan dengan konsep spiritualitas, ketergantungan manusia kepada Allah, dan kesempurnaan jiwa. Berikut adalah penjelasan makna doa ini berdasarkan pemikiran hakikat dalam Syiah:
1. Kekayaan Hakiki adalah Kesadaran akan Ketergantungan kepada Allah
Ahli hakikat Syiah, seperti yang dirumuskan oleh Imam Ali (as) dan para ulama makrifat, mengajarkan bahwa kemiskinan (faqr) sejati adalah kebutuhan total kepada Allah. Dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali (as) berkata: “Fakhriku adalah faqrku (kemiskinanku kepada Allah).”
Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ diartikan sebagai permohonan agar setiap jiwa miskin—baik secara material maupun spiritual—diberikan kesadaran tentang hakikat ketergantungannya kepada Allah, sehingga ia mencapai “kekayaan hakiki” berupa hubungan yang mendalam dengan-Nya.
2. Kekayaan adalah Ma’rifatullah (Pengenalan kepada Allah)
Dalam pandangan hakikat Syiah, seperti yang diajarkan oleh Imam Ja’far Ash-Shadiq (as):”Orang yang paling kaya adalah orang yang mengenal Tuhannya.”
Doa ini mencerminkan keinginan agar setiap individu yang miskin, baik dalam harta maupun dalam pengetahuan spiritual, diberikan “kekayaan” berupa ma’rifatullah. Kekayaan sejati adalah pengetahuan tentang Allah yang membawa kepada kepuasan jiwa, kebahagiaan abadi, dan rasa cukup (qana’ah).
3. Pengentasan Kemiskinan Batin melalui Cahaya Hidayah
Ahli hakikat Syiah, seperti Sayyid Haydar Amuli, menyatakan bahwa kemiskinan bukan hanya kekurangan materi, tetapi juga ketiadaan cahaya dalam hati. Dalam doa ini, اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dipahami sebagai permohonan agar Allah melimpahkan hidayah-Nya kepada setiap jiwa yang miskin dalam ruhani, sehingga mereka disinari dengan cahaya iman dan ma’rifat.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:”Fakir yang sejati adalah mereka yang miskin dari hidayah Allah, meskipun mereka memiliki seluruh harta dunia.”
4. Kekayaan Sebagai Penyempurnaan Jiwa
Dalam ajaran hakikat Syiah, manusia diciptakan dengan potensi untuk menyempurnakan dirinya. Doa ini diartikan sebagai permohonan agar Allah memberikan kekayaan yang membawa manusia kepada kesempurnaan jiwa. Kekayaan ini meliputi:
1.Material: Agar orang miskin dapat memenuhi kebutuhan dasarnya untuk mencapai kehidupan yang layak.
2.Spiritual: Agar mereka diberikan kemampuan untuk mendekat kepada Allah, menjalani kehidupan yang suci, dan memahami tujuan sejati keberadaan.
5. Allah sebagai Al-Mughni (Yang Memberi Kekayaan)
Dalam tradisi Syiah, doa ini juga dipahami sebagai pengakuan atas sifat Allah sebagai Al-Mughni (Yang Memberi Kekayaan). Allah adalah sumber segala kekayaan, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang mampu menghapus kefakiran, baik material maupun spiritual, melalui kasih sayang dan kehendak-Nya.
6. Doa sebagai Wasilah untuk Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Ahli hakikat Syiah memahami bahwa dunia adalah tempat ujian, dan kemiskinan sering kali menjadi bagian dari ujian itu. Doa ini adalah permohonan agar Allah memberikan keseimbangan dalam kehidupan dunia dan akhirat:
•Kekayaan dunia diberikan agar manusia dapat menjalankan tanggung jawab sosial dan ibadah kepada Allah.
•Kekayaan akhirat berupa kedekatan dengan Allah dan kebahagiaan abadi.
Imam Ali Zainul Abidin (as) dalam Shahifah Sajjadiyah berdoa:Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki-Mu, sehingga aku tidak meminta kepada selain Engkau.”
Ini menunjukkan bahwa kekayaan yang dimohon dalam doa adalah kekayaan yang menjaga manusia tetap bergantung kepada Allah, bukan dunia.
7. Doa ini Mengacu pada Kemiskinan Kolektif Umat
Ahli hakikat seperti Mulla Sadra mengajarkan bahwa kemiskinan tidak hanya bersifat individu, tetapi juga kolektif. Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ mencakup permohonan untuk menghilangkan kemiskinan umat, baik dalam bentuk material (ketidakadilan ekonomi) maupun spiritual (kekosongan moral dan akhlak). Kekayaan yang dimohon adalah kemakmuran bersama yang harmonis dengan nilai-nilai ilahi.
8. Hubungan dengan Akhlak Ahlul Bayt
Ahlul Bayt adalah teladan tertinggi dalam memahami hakikat kekayaan. Kisah keluarga Imam Ali (as) yang memberikan makanan mereka kepada fakir, yatim, dan tawanan (QS. Al-Insan: 8) menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukanlah memiliki, tetapi berbagi. Doa ini mencerminkan sikap empati dan cinta kasih yang diajarkan oleh Ahlul Bayt untuk membantu mereka yang membutuhkan, baik secara lahir maupun batin.
Kesimpulan; Menurut ahli hakikat Syiah, doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ memiliki beberapa dimensi:
1.Material: Memohon kepada Allah untuk mencukupi kebutuhan orang miskin secara duniawi agar mereka dapat hidup layak.
2.Spiritual: Memohon kepada Allah agar memberikan kekayaan hati berupa ma’rifat, keimanan, dan rasa cukup (qana’ah).
3.Kesempurnaan Jiwa: Doa ini adalah harapan agar setiap individu mencapai kesempurnaan jiwa dan mendekat kepada Allah.
4.Pengakuan atas Kekuasaan Allah: Doa ini menegaskan sifat Allah sebagai Al-Mughni, satu-satunya pemberi kecukupan yang hakiki.
5.Keseimbangan Dunia-Akhirat: Kekayaan yang dimohon bukan hanya bersifat material, tetapi juga kebahagiaan abadi di akhirat.
Dengan demikian, اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ bukan hanya doa untuk menghapus kemiskinan lahiriah, tetapi juga untuk menciptakan kesejahteraan spiritual yang membawa manusia kepada hakikat hidup bersama Allah.
Dalam tradisi Syiah, terdapat banyak kisah dan cerita yang mengilustrasikan makna doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ (kaya(kanlah) setiap orang miskin), baik dalam konteks materi maupun spiritual. Kisah-kisah ini banyak terkait dengan Ahlul Bayt, yang dikenal dengan kedermawanan dan perhatian mereka terhadap fakir miskin. Berikut adalah beberapa kisah yang dapat menggambarkan makna doa tersebut:
1. Kisah Imam Ali (as) dan Sayyidah Fatimah (as) Memberikan Makanan kepada Fakir
Salah satu kisah paling terkenal dalam sejarah Ahlul Bayt yang menggambarkan makna kekayaan hakiki adalah cerita tentang Imam Ali (as), Sayyidah Fatimah (as), dan kedua putra mereka, Imam Hasan (as) dan Imam Husain (as).
Suatu hari, keluarga Imam Ali (as) mengalami kelaparan, dan mereka hanya memiliki sedikit makanan untuk bertahan hidup. Pada saat itu, seorang miskin datang meminta bantuan. Tanpa ragu, mereka memberikan makanan yang sangat mereka butuhkan. Mereka tidak hanya memberi sebagian dari makanan mereka, tetapi semuanya. Mereka lalu berdoa kepada Allah dengan penuh keikhlasan.
Ayat Al-Qur’an terkait:
Dalam Surah Al-Insan, ayat 8-9 disebutkan:Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan, seraya berkata: ‘Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya untuk mencari keridhaan Allah, kami tidak menginginkan balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih.’” (QS. Al-Insan: 8-9)
Kisah ini menunjukkan makna sejati dari kekayaan dalam Islam: bukan terletak pada kepemilikan materi, tetapi pada memberi dengan tulus untuk Allah. Imam Ali dan Sayyidah Fatimah (as) memberi kepada yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan duniawi.
2. Imam Ali (as) dan Kekayaan Spiritual
Imam Ali (as) memiliki banyak pengajaran yang mengajarkan bahwa kekayaan sejati adalah ma’rifatullah (pengetahuan tentang Allah) dan kedekatan dengan-Nya. Salah satu kutipan terkenal dari Imam Ali adalah:”Kekayaan sejati adalah kekayaan hati, bukan harta benda.”
Dalam suatu kesempatan, seorang sahabat bertanya kepada Imam Ali (as) mengenai orang kaya. Imam Ali (as) menjelaskan bahwa kekayaan material tidak selalu menjamin kebahagiaan, karena seseorang yang kaya materi tetapi tidak mengenal Allah sesungguhnya adalah miskin. Sebaliknya, orang yang merasa kaya dengan ilmu dan keimanan, meskipun secara materi tidak memiliki banyak, adalah orang yang sesungguhnya kaya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ tidak hanya bermakna meminta Allah memberikan kekayaan materi, tetapi juga meminta agar setiap orang yang miskin dalam pengetahuan dan ma’rifat diberikan kekayaan spiritual.
3. Imam Hasan (as) dan Imam Husain (as) Membantu Orang Miskin
Imam Hasan (as) dan Imam Husain (as), kedua putra Imam Ali (as) dan Sayyidah Fatimah (as), dikenal dengan kedermawanan mereka. Suatu kali, mereka sedang dalam perjalanan, dan ketika tiba di sebuah tempat, mereka menemukan seorang fakir yang sangat kelaparan. Fakir tersebut memohon sedikit bantuan.
Imam Hasan (as) dan Imam Husain (as) segera memberikan makanan yang mereka bawa, meskipun mereka juga merasa lapar. Mereka tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga berbagi dengan penuh kasih sayang, dengan niat hanya untuk Allah.
Kisah ini juga mengingatkan kita pada pentingnya berbagi dalam kehidupan sehari-hari. Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ bukan hanya tentang memohon kekayaan untuk diri sendiri, tetapi juga berusaha agar Allah membuka hati kita untuk memberi kepada orang lain yang membutuhkan.
4. Doa dan Kedermawanan Imam Zainul Abidin (as)
Imam Zainul Abidin (as), yang dikenal dengan gelar Sajjad (penuh doa), memiliki kedekatan yang luar biasa dengan Allah. Dalam Shahifah Sajjadiyah, beliau berdoa untuk orang-orang yang miskin dan membutuhkan. Salah satu doa beliau adalah doa untuk memberikan kecukupan bagi setiap orang yang dalam keadaan miskin, baik miskin dalam materi maupun dalam spiritualitas.
Salah satu doa beliau dalam Shahifah Sajjadiyah menyebutkan:
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki-Mu, sehingga aku tidak meminta kepada selain Engkau.”
Doa ini bukan hanya berkaitan dengan rezeki materi, tetapi juga dengan kecukupan batin, yang membuat seseorang merasa kaya meskipun secara lahiriah mungkin tidak memiliki banyak.
5. Kisah Baitul Mal (Perbendaharaan Negara Islam) pada Masa Imam Ali (as)
Imam Ali (as) memimpin pemerintahan dengan prinsip keadilan sosial yang sangat tinggi. Salah satu kebijakan beliau adalah pembagian kekayaan negara kepada orang miskin secara adil dan merata. Baitul Mal adalah tempat perbendaharaan yang dikelola untuk memastikan setiap orang, terutama yang fakir dan miskin, mendapatkan hak-haknya.
Imam Ali (as) pernah berkata:Mereka yang tidak memperhatikan fakir miskin adalah yang paling miskin.”
Dalam hal ini, doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ bisa dipahami sebagai permohonan agar Allah menumbuhkan rasa empati dalam hati setiap individu, khususnya para pemimpin dan orang kaya, untuk memperhatikan dan mencukupi kebutuhan mereka yang kurang beruntung.
Kesimpulan; Kisah-kisah yang berkaitan dengan doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dalam tradisi Syiah menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukan hanya terletak pada harta benda, tetapi pada pemberian yang ikhlas, pengetahuan spiritual, dan kedekatan dengan Allah. Doa ini mengingatkan kita untuk menjadi dermawan, berbagi dengan tulus, dan menyadari bahwa segala kecukupan, baik duniawi maupun ukhrawi, berasal dari Allah semata. Dalam ajaran Ahlul Bayt, doa ini juga mengajarkan kita untuk memperhatikan fakir miskin secara material dan spiritual, serta berusaha menghilangkan segala bentuk kemiskinan, baik dalam harta maupun dalam hati.
Berikut adalah tambahan lima kisah yang mengilustrasikan makna doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ dalam tradisi Syiah, yang menggambarkan baik pemberian material maupun kekayaan spiritual:
6. Kisah Imam Ali (as) dan Para Fakir di Masjid Kufa
Salah satu kisah paling terkenal yang menggambarkan pengorbanan Imam Ali (as) terhadap orang miskin terjadi di Masjid Kufa. Suatu hari, ketika Imam Ali (as) sedang melaksanakan salat, seorang fakir datang meminta sedekah. Imam Ali (as) yang tengah ruku’, menunjuk ke jarinya, yang mengisyaratkan kepada fakir tersebut untuk mengambil cincin yang ada di jarinya. Fakir itu langsung mengambil cincin tersebut, dan kejadian ini dilaporkan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Turun ayat Al-Qur’an sebagai penghormatan terhadap Imam Ali (as), yang tercatat dalam Surah Al-Ma’idah ayat 55:”Sesungguhnya wali kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan memberikan zakat, ketika ruku’.”
Kisah ini menunjukkan bahwa doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ juga mencakup memberi bukan hanya dalam keadaan mudah, tetapi bahkan dalam kondisi sulit, seperti saat sedang melaksanakan ibadah.
7. Imam Hasan (as) Memberikan Hadiah kepada Seorang Fakir
Suatu hari, Imam Hasan (as) yang dikenal dengan kedermawanannya sedang berkeliling di pasar. Ketika ia melihat seorang fakir yang sedang duduk dan tidak memiliki makanan, Imam Hasan (as) mendekatinya dan memberi uang. Fakir tersebut merasa terharu dan bertanya, “Apakah kamu adalah Hasan bin Ali?” Imam Hasan (as) menjawab, “Ya, aku adalah Hasan, dan aku memberikan uang ini kepada kamu sebagai bentuk amal jariyah.”
Fakir tersebut, setelah menerima bantuan, berdoa untuk Imam Hasan (as), memohon agar Allah memberkahi beliau dengan kekayaan yang lebih banyak dan diberikan kebahagiaan dunia akhirat. Dalam kisah ini, doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ menggambarkan bahwa kekayaan sejati adalah dalam memberi dengan hati yang ikhlas, tanpa mengharapkan balasan.
8. Imam Ali (as) dan Pembebasan Tawanan yang Miskin
Imam Ali (as) sangat peduli terhadap nasib fakir miskin dan bahkan tawanan perang. Dalam salah satu pertempuran, setelah perang selesai dan tawanan diperbolehkan pulang, Imam Ali (as) melihat seorang tawanan yang sangat miskin. Tawanan tersebut ternyata berasal dari kelompok yang berperang melawan pasukan Islam. Imam Ali (as) memberikan uang dan bantuan kepada tawanan tersebut, meskipun mereka tidak berasal dari kalangan Muslim.
Imam Ali (as) berkata:”Hari ini, kamu bukan lagi tawanan, tetapi tamu Allah.”
Kisah ini menunjukkan bahwa doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ memiliki dimensi kemanusiaan yang tinggi, bahwa bahkan mereka yang dianggap musuh pada awalnya pun mendapatkan hak dan pertolongan, serta dibebaskan dari kemiskinan. Imam Ali (as) mengajarkan kita untuk tidak melihat siapa yang membutuhkan, tetapi untuk selalu memberikan kepada mereka yang membutuhkan.
9. Doa Imam Zainul Abidin (as) untuk Orang Miskin dalam Shahifah Sajjadiyah
Imam Zainul Abidin (as) dikenal dengan kepeduliannya terhadap mereka yang membutuhkan. Dalam salah satu doa beliau yang tercatat dalam Shahifah Sajjadiyah, beliau memohon kepada Allah untuk mencukupkan orang-orang miskin. Beliau berdoa agar setiap orang miskin diberikan kecukupan dan tidak tergantung pada orang lain, tetapi hanya kepada Allah.
Salah satu doa beliau berbunyi:
“Ya Allah, berikanlah kecukupan kepada orang miskin dengan pemberian-Mu, sehingga mereka tidak memohon kepada selain-Mu.”
Imam Zainul Abidin (as) mengajarkan bahwa doa ini bukan hanya untuk mengurangi kemiskinan materi, tetapi juga untuk memberikan kekayaan spiritual berupa kepuasan jiwa yang membuat seseorang tidak bergantung pada selain Allah.
10. Imam Husain (as) dan Kedermawanannya di Karbala
Imam Husain (as) dikenal dengan semangat pengorbanannya, baik dalam bentuk fisik maupun materi. Sebelum peristiwa Karbala, Imam Husain (as) sering kali memberi bantuan kepada orang miskin dan mereka yang membutuhkan, bahkan ketika beliau berada dalam keadaan yang serba terbatas. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika Imam Husain (as) memberikan bantuan kepada seorang wanita miskin yang datang kepada beliau meminta bantuan untuk anak-anaknya.
Imam Husain (as) tidak hanya memberikan uang, tetapi juga makanan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Ketika ditanya tentang keputusan tersebut, Imam Husain (as) menjawab bahwa membantu orang yang membutuhkan adalah bagian dari ajaran Islam yang paling utama, dan bahwa memberi adalah kunci dari kebahagiaan sejati.
Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ tercermin dalam tindakan Imam Husain (as) ini, yang mengajarkan bahwa kekayaan hakiki adalah memberi kepada orang yang membutuhkan, baik secara fisik maupun spiritual. Dalam peristiwa Karbala, Imam Husain (as) menunjukkan bahwa bahkan di tengah penderitaan, seseorang dapat mencapai kekayaan melalui pengorbanan untuk Allah dan umat-Nya.
Kesimpulan; Kisah-kisah ini mengilustrasikan bagaimana doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ berperan dalam kehidupan para anggota Ahlul Bayt. Mereka tidak hanya memberi dalam bentuk materi, tetapi juga membantu orang miskin dalam hal spiritual, pengetahuan, dan pemahaman tentang Allah. Dengan memberi tanpa mengharapkan balasan duniawi, mereka mengajarkan bahwa kekayaan hakiki adalah kedekatan dengan Allah dan rasa puas dalam jiwa. Maka doa ini adalah permohonan agar Allah memberi kecukupan dan kekayaan sejati kepada setiap orang, baik dalam hal materi maupun spiritual.
Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ (kaya(kanlah) setiap orang miskin) memiliki banyak manfaat, baik untuk diri sendiri, orang lain, maupun untuk kehidupan spiritual secara keseluruhan. Berikut adalah 10 manfaat dari doa ini serta doa yang bisa dibaca:
10 Manfaat dari Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ
1.Meningkatkan Keikhlasan dalam Beramal
Doa ini mendorong seseorang untuk memberikan bantuan dengan hati yang tulus dan ikhlas kepada orang miskin. Keikhlasan ini adalah salah satu ciri utama dari amal yang diterima oleh Allah.
2.Membuka Pintu Rezeki
Doa ini mengajarkan bahwa dengan memberi kepada orang yang membutuhkan, Allah akan membuka pintu rezeki bagi pemberi, baik itu rezeki materi maupun spiritual. Sedekah yang diberikan untuk orang miskin menjadi jalan untuk memperoleh keberkahan.
3.Memperbaiki Kondisi Sosial
Dengan berdoa dan berusaha memberikan bantuan kepada orang miskin, doa ini juga membantu memperbaiki kondisi sosial masyarakat. Hal ini membawa kesetaraan dan keadilan sosial, sehingga setiap orang mendapat hak-haknya.
4.Menghilangkan Rasa Tamak
Doa ini membantu seseorang untuk mengurangi kecintaan pada harta duniawi dan mendorong untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Ini memperkuat rasa empati dan menghindari sifat tamak atau kikir.
5.Mendekatkan Diri kepada Allah
Memberi kepada orang miskin adalah salah satu amal yang paling dicintai oleh Allah. Doa ini mengingatkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan memberikan apa yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan.
6.Meningkatkan Kualitas Akhlak
Doa ini mengajarkan nilai-nilai kasih sayang, empati, dan kemurahan hati. Membantu orang miskin adalah cara yang efektif untuk memperbaiki akhlak dan menciptakan hubungan yang baik dengan sesama.
7.Mendapatkan Pahala yang Tak Terhitung
Doa ini juga berfungsi sebagai cara untuk memperoleh pahala yang besar dari Allah. Setiap kali kita membantu orang miskin, Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda.
8.Meringankan Beban Orang Lain
Doa ini membantu meringankan penderitaan orang miskin, baik itu berupa kebutuhan fisik (makanan, pakaian, tempat tinggal) maupun spiritual (kedamaian batin). Dengan berdoa dan memberi, kita menjadi sebab orang lain merasakan kebahagiaan dan kenyamanan.
9.Menghindarkan Diri dari Kemiskinan Spiritual
Kemiskinan bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk kekosongan spiritual. Dengan berdoa agar orang miskin diberi kekayaan spiritual, kita juga berdoa agar diri kita tidak menjadi miskin dalam pengetahuan dan hubungan dengan Allah.
10.Menguatkan Ikatan Sosial
Doa ini membantu memperkuat ikatan sosial dan solidaritas antar sesama. Dengan memberi kepada orang miskin, kita membangun rasa kebersamaan dan persaudaraan yang kuat, yang membawa kedamaian dalam masyarakat.
Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ
Doa ini bisa dibaca secara umum sebagai permohonan kepada Allah untuk memberikan kekayaan kepada orang yang miskin, baik dalam hal materi maupun spiritual. Berikut adalah bentuk doa yang sering diamalkan:
اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ
“Ya Allah, kayakanlah setiap orang miskin.”
Doa Lebih Lengkap
Ada juga doa yang lebih panjang yang dapat dibaca untuk meminta Allah mencukupkan kebutuhan orang miskin dan memberkati mereka dengan segala kebaikan:”Ya Allah, kayakanlah setiap orang miskin, peliharalah setiap anak yatim, rahmatilah setiap orang yang telah meninggal, bebaskanlah setiap tawanan, sembuhkanlah setiap orang yang terluka, dan sembuhkanlah setiap orang yang sakit.”
Doa ini memperluas permohonan kepada Allah untuk memberi kecukupan kepada mereka yang membutuhkan dalam segala bentuk, baik fisik maupun spiritual.
Kesimpulan; Doa اَغْنِ كُلَّ فَقيرٍ memberikan manfaat yang luar biasa bagi diri kita dan orang lain. Dengan berdoa dan memberi kepada orang miskin, kita tidak hanya meringankan beban mereka, tetapi juga memperoleh banyak berkah dan pahala dari Allah. Doa ini mengajarkan kita pentingnya keikhlasan, empati, dan kepedulian terhadap sesama, serta mendekatkan kita pada kekayaan hakiki berupa kedekatan dengan Allah.
Berikut adalah tambahan lima doa yang berkaitan dengan pemberian, kekayaan, dan bantuan kepada orang miskin, serta permohonan agar Allah memberkahi setiap orang yang membutuhkan:
1. Doa Memohon Kekayaan dan Kecukupan
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal-Mu, sehingga aku tidak perlu yang haram, dan kayakanlah aku dengan karunia-Mu agar aku tidak tergantung pada selain-Mu.”
Doa ini memohon kepada Allah agar kita diberikan kecukupan dalam hidup, baik dalam hal materi maupun spiritual, sehingga tidak perlu bergantung pada orang lain.
2. Doa untuk Meminta Rezeki yang Halal
اللهم ارزقني رزقاً حلالاً طيباً
“Ya Allah, berikanlah aku rezeki yang halal dan baik.”
Doa ini meminta kepada Allah agar diberikan rezeki yang berkah, baik berupa harta maupun keberkahan dalam segala aspek kehidupan.
3. Doa untuk Membantu Orang Miskin
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang berusaha membantu orang miskin dan mereka yang membutuhkan.”
Doa ini mengingatkan kita untuk berusaha aktif dalam membantu orang miskin dan memberi kepada yang membutuhkan dengan penuh keikhlasan.
4. Doa Memohon Kebahagiaan dan Kecukupan untuk Orang Miskin
“Ya Allah, jadikanlah setiap orang miskin menjadi bahagia dan setiap orang yang kekurangan menjadi kaya dengan karunia dan rahmat-Mu.”
Doa ini memohon kepada Allah agar Dia memberikan kebahagiaan, kecukupan, dan keberkahan bagi setiap orang yang membutuhkan.
5. Doa untuk Memohon Pembebasan dari Kemiskinan
“Ya Allah, angkatlah dari diriku kemiskinan dunia dan siksaan akhirat.”
Doa ini memohon kepada Allah agar membebaskan kita dari kemiskinan duniawi dan dari azab di akhirat, serta memberi kecukupan dalam hidup ini dan kehidupan yang akan datang.
Kesimpulan; Kelima doa tambahan ini mengajarkan kita untuk memohon kepada Allah untuk diberikan rezeki yang halal, kebahagiaan, dan kecukupan, baik untuk diri kita maupun untuk orang-orang miskin yang membutuhkan. Doa-doa ini memperlihatkan bagaimana kita dapat meminta kepada Allah dengan tulus agar diberikan karunia, baik dalam hal materi maupun spiritual, untuk membebaskan diri dan orang lain dari segala bentuk kemiskinan.
Comments (0)
There are no comments yet