KOMPLEKSITAS CINTA (Bagian Pertama)

Supa Athana - Tekno & Sains
04 August 2024 21:27
Perbedaan antara cinta platonik dengan cinta stoik

Penulis:  Dr.Muhsib Labib
             (Direktur Moderate Institute)


Dalam literatur umum cinta biasanya dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu cinta platonik dan cinta stoik. 

Keduanya adalah dua konsep cinta yang berbeda dalam filosofi dan pemikiran kuno.

Cinta platonik, yang berasal dari filsuf Yunani kuno, Plato, adalah konsep cinta yang tidak tergantung pada keinginan fisik atau sensual. 

Cinta platonik lebih menitikberatkan pada pengembangan hubungan spiritual dan intelektual antara dua individu. 

Dalam cinta platonik, cinta dikatakan lebih murni dan lebih disemangati oleh kecantikan dalam jiwa dan pikiran, bukan sekadar keinginan atau kemahuan jasmani. 

Cinta ini sering dikaitkan dengan hubungan antara guru dan murid, atau persahabatan yang dalam dan saling memahami.

Cinta stoik, di sisi lain, berasal dari filsuf-filsuf Stoik Romawi kuno seperti Seneca dan Epictetus. 

Dalam cinta stoik, hubungan cinta dilihat sebagai sesuatu yang harus dipertimbangkan secara rasional dan berdasarkan hakikat alam dan kebijaksanaan. 

Cinta dalam pandangan stoik tidak boleh dipengaruhi oleh emosi atau keinginan yang mendalam, melainkan harus dipandu oleh prinsip keadilan, kebijaksanaan, dan keseimbangan. 

Cinta stoik menekankan kontrol diri dan pengendalian emosi untuk mencapai kebahagiaan dan kedamaian dalam hubungan.

Baca juga:
Tentara Israel Serbu Hebron Tepi Barat

Dengan demikian, sementara cinta platonik menekankan hubungan spiritual dan intelektual yang murni, cinta stoik menyoroti aspek rasional dan pengendalian diri dalam hubungan cinta. 

Kedua konsep ini menunjukkan bahwa cinta dapat dimaknai secara berbeda dan dipahami melalui berbagai sudut pandang filosofis.

Ada berbagai pandangan tentang esensi cinta yang dikemukakan oleh filsuf pra-era modern selain Plato dan filsuf Stoik.

Berikut adalah beberapa contoh pandangan tentang cinta dan beberapa filsuf terkenal pra era-modern.

Arthur Schopenhauer;
Filsuf Jerman ini menganggap cinta sebagai dorongan dasar manusia untuk memperluas diri melalui hubungan dengan orang lain. Schopenhauer mengemukakan bahwa cinta adalah manifestasi dari keinginan untuk keluar dari batas-batas ego dan bersatu dengan objek cinta.

Friedrich Nietzsche;
Filsuf eksentrik ini melihat cinta sebagai bentuk keinginan untuk mencapai kebebasan dan kekuatan yang sejati. Menurutnya, cinta adalah ekspresi dari keinginan manusia untuk mengungkapkan diri secara penuh dan mencapai keberhasilan pribadi.

Søren Kierkegaard;
Filsuf eksistensialis dari Denmark ini melihat cinta sebagai kerangka moral dan eksistensial yang penting dalam kehidupan manusia. Kierkegaard berpendapat bahwa cinta adalah panggilan moral yang meminta kita untuk mengungkapkan dan memperjuangkan nilai-nilai yang paling dalam dalam diri kita.

Jean-Paul Sartre;
Filsuf dan sastrawan Perancis ini menyatakan bahwa cinta adalah pertemuan dua kesadaran yang membawa konsekuensi moral dan tanggung jawab yang besar. Menurutnya, cinta melibatkan kebebasan individu untuk memilih untuk mencintai dan terlibat sepenuhnya dalam hubungan tersebut.

Dari konsep keinginan untuk melampaui ego hingga pertimbangan etika dan tanggung jawab, dapat diketahui bahwa cinta merupakan tema yang kompleks.

Bagaimana filsafat Islam memaknai cinta? Nantikan tulisan berikutnya.


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment