
Penulis: Karama Abubakar Bahmid
Pemerhati Masalah Agama, Sosial dan Muballig
Allah dalam hadis qudsi berfirman kepada nabi Musa as ;
“Ya Musa julurkan kedua tanganmu kepada-Ku dengan perasaan terhina seperti keadaan seorang hamba sahaya yang memohon kepada tuannya, sebab ketika engkau melakukan seperti itu maka aku sangat mencintaimu dan Aku adalah zat yang maha kasih lagi maha perkasa”.
Tiada kondisi dan keadaan yang paling disenangi oleh Allah kecuali pada saat seorang hamba berdoa kepadanya, sebab pada saat berdoa hamba benar-benar memperlihatkan kekurangan dan kebutuhannya kepada Allah.
Allah maha segala-galanya dan Allah ingin memperlihatkan keperkasaan dan kelembutannya kepada makhlukNya.
Oleh karena itu Allah paling benci kepada seorang hamba yang menyombongkan diri, merasa tidak butuh kepada orang lain lagi, sedangkan manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang lemah, yang mustahil mampu memenuhi semua kebutuhannya dengan kekuatan dan tangannya sendiri.
Doa sebagai sarana untuk dekat dengan tuhan maka harus dilakukan dengan penuh kesungguhan, keikhlasan, kepasrahan, keterputus-asaan dari segala sesuatu selain Allah, kelembutan dengan perasaan rendah diri dan ketakutan.
Allah berfirman dalam surah al-Araf ayat 55;
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَ خُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan secara sembunyi-sembunyi(pelan-pelan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.
Rasulullah bersabda ;
Baca juga:
Orang Tua Wajib Tahu, Ini 3 Tanda-Tanda Kekerasan Seksual pada Anak
“Putuskan dirimu dari segala sesuatu selain Allah dan katakan ‘Ya Allah’ niscaya Allah akan mengabulkan permohonanmu".
Kita terkadang mendapatkan masalah dalam kehidupan ini lalu berdoa memohon kelapangan kepada Allah akan tetapi masalah kita belum selesai, maka pada saat itu kita tidak berhak mengatakan bahwa Allah tidak mengabulkan doa kita atau Allah melupakan kita, akan tetapi yang harus kita lakukan adalah melihat hati dan diri kita, apakah pada saat itu hati kita benar-benar tertuju hanya kepada Allah dan telah memutuskan harapan kepada sebab-sebab selain Allah?
Seorang yang berhutang menyeru,
“Ya Allah bantulah aku untuk menutupi hutang-hutangku”, akan tetapi hatinya masih terus terpaut dan mengharap kepada orang lain.
Seorang yang sakit memohon untuk disembuhkan sakitnya akan tetapi hati dan pikirannya masih terus terikat kepada dokter dan obat.
Lalu sebenarnya siapa yang kita inginkan dalam doa kita?
Hal ini bukan berarti kita tidak memerlukan orang lain dalam kehidupan ini, bukan berarti pada saat sakit kita tidak memerlukan dokter, tidak minum obat dsbnya, akan tetapi yang diinginkan adalah hati dan pikiran kita wajib hanya tertuju dan terpaut kepada Allah, harapan kita hanya kepada Ia semata sedangkan usaha kita dan segala sesuatu yang ada di alam ini bukan sebuah sebab yang memberikan efek dan pengaruh secara sendirinya karena mereka tidak memiliki kuasa dan kekuatan apapun juga kecuali dengan kuasa dan izinNya.
Usaha dan proses kerja kita adalah sebuah bentuk ibadah kepada Allah bukan karena sesuatu itu sendiri.
Memang sangat sulit memahami hal ini sebab bagaimana mungkin manusia dapat memutuskan dirinya dari sebab-sebab lain yang ada di alam ini akan tetapi hal ini akan dapat kita pahami pada saat kita berada pada posisi terdesak dan tidak ada lagi yang dapat menolong dan menyelesaikan masalah kita.
Allah berfirman dalam surah al-Ankabut : 65 ;
فَإِذا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللهَ مُخْلِصينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذا هُمْ يُشْرِكُونَ
"Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh keikhlasan, tetapi tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)".
Bersambung...
Comments (0)
There are no comments yet