Kantor Bank Indonesia
JAKARTA - Nilai tukar rupiah menguat drastis dalam perdagangan Rabu (15/11/2023). Dilansir dari Refinitiv, rupiah sempat menguat 1,46% ke posisi Rp15.460/US$.
Penguatan ini melanjutkan tren positif mata uang Garuda yang juga menguat 0,03% pada perdagangan kemarin, Selasa (14/11/2023).
Lalu apa penyebabnya?
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menjelaskan, penguatan rupiah ditopang oleh kabar baik dari Amerika Serikat (AS). Baru saja diumumkan inflasi AS turun dari 3,7% menjadi 3,2% pada Oktober 2023.
"Paska rilis data inflasi US (CPI yoy) untuk bulan Oktober 2023 sebesar 3,2% yang lebih rendah dari angka bulan sebelumnya sebesar 3,7%, mendorong sentimen bahwa the Fed tidak akan menaikkan FFR," ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Pada Oktober 2023, inflasi AS masih berada di angka 3,7% (yoy) atau jauh di bawah target The Fed di kisaran 2%. The Fed pada akhirnya memilih untuk mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50%.
Baca juga:
Nama Besar Jack Ma Masih Bersinar di Alibaba
Edi mengungkapkan, situasi ini juga akan mendorong aliran modal kembali ke negara berkembang. Kini hampir seluruh mata uang global kini menguat terhadap dolar AS.
"Hal tersebut mendorong optimisme (risk on) di pasar keuangan global, hampir semua mata uang EM Asia menguat terhadap USD," ujarnya.
Senada dengan BI, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro menambahkan, masa suku bunga tinggi atau higher for longer di AS bisa berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan.
"Dengan data inflasi yang baik ini maka market expect bahwa FFR tidak akan dinaikkan dan terminal rate akan berada di 5,5% dan berharap pemangkasan bunga acuan bisa maju dari perkiraan," kata Andry kepada wartawan. (*)
Comments (0)
There are no comments yet