'Tanggul' APBN AS Jebol, Defisit Anggaran Tembus US$1,7 T
JAKARTA - Pemerintah federal mengakhiri tahun fiskalnya pada September dengan defisit sebesar US$1,7 triliun, Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) mengumumkan pada hari Jumat. Sebagai catatan, AS tercatat mengalami surplus anggaran belanja terakhir kali terjadi pada 2001.
Melansir situs resmi data fiskal AS, pendapatan pemerintah tercatat sebesar US$4,44 triliun, sedangkan belanja mencapai US$ 6,13 triliun, sehingga defisit tercatat sebesar US$ 1,7 triliun.
Besarnya defisit tersebut lebih rendah dari perkiraan yang melebihi US$ 2 triliun. Pasalnya, laporan fiskal AS September telah menunjukkan defisit mencapai US$ 1.695 triliun atau meningkat 23,2% yang setara dengan US$ 320 miliar dibanding periode 2022.
Defisit besar ini terjadi karena pendapatan turun US$457 miliar dibandingkan tahun lalu, sedangkan pengeluaran hanya turun US$137 miliar.
Kekurangan anggaran tersebut menyebabkan pemerintah AS harus menambah jumlah utang yang mencapai US$33,6 triliun pada awal pekan ini. Utang AS terus melonjak setelah kebijakan ambang batas utang AS yang telah dinaikkan.
Di sisi lain, defisit ini telah berhasil ditahan masih lebih terkendali akibat Mahkamah Agung membatalkan upaya Presiden Joe Biden untuk menghapus utang pinjaman mahasiswa yang mencapai miliaran dolar.
Tingginya tingkat belanja telah membengkak lebih dari US$10 triliun sejak kuartal pertama 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda dan mendorong pemerintah melakukan belanja besar-besaran untuk menutupi kerusakan yang terjadi pada perekonomian.
Di sisi lain, AS telah tercatat mengalami defisit selama dua dekade lebih atau surplus terakhir kali terjadi pada 2001. Persoalan ini dapat mengancam AS, sebab ini dapat mengancam kenaikan tingkat utang AS yang akan semakin melonjak untuk menutupi defisit.
Sebagai informasi, pengeluaran pemerintah tahun lalu sekitar US$659 miliar digunakan untuk bunga bersih atas akumulasi utang, lebih tinggi US$475 miliar dibanding tahun fiskal 2022.
Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan pada CNBC International, pemerintah "berkomitmen untuk mengatasi tantangan terhadap prospek fiskal jangka panjang" dan menunjukkan beberapa langkah yang menurutnya akan menurunkan defisit selama dekade berikutnya.
"Ekonomi AS tetap tangguh meski ada tantangan global," kata Yellen. "Ekspektasi sebelumnya bahwa AS akan jatuh ke dalam resesi pada tahun 2023 tidak terbukti."
Bahkan, konsensus memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS kuartal-III 2023 akan meningkat menjadi 4,2% jauh lebih tinggi dibanding kuartal-II sebesar 2,1% secara tahunan (year on year/yoy).
Faktor tingginya tingkat belanja juga disebabkan pembiayaan utang yang menjadi jauh lebih mahal selama setahun terakhir karena Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan dalam upaya memerangi inflasi.
Bank sentral telah menaikkan suku bunga pinjaman utamanya menjadi 5-5,25 basis poin, sehingga berdampak pada imbal hasil Treasury yang juga meningkat. Surat utang Treasury 10-tahun memberi imbal hasil yang menggoda sebesar 5%. Padahal, angka tersebut berada kurang dari 1% pada 2020.
Laporan anggaran tersebut muncul pada minggu yang sama ketika Biden meminta Kongres untuk mengalokasikan US$105 miliar untuk "prioritas keamanan nasional," termasuk US$61 miliar untuk Ukraina, bersama dengan bantuan kemanusiaan di Israel dan Gaza. (*)
Comments (0)
There are no comments yet