Kolom: Makna Kenyangkanlah Setiap Orang yang Lapar (Bagian Pertama)

Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Baca juga:
SELAMAT DATANG DI SULSEL, PROF. ZUDAN
Doa اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) memiliki makna mendalam baik dari sisi spiritual, sosial, maupun kemanusiaan. Berikut maknanya:
1. Pemenuhan Hak Asasi Manusia
Doa ini mengingatkan kita bahwa makan adalah hak asasi setiap manusia. Dengan berdoa agar Allah mengenyangkan orang yang lapar, kita menunjukkan kepedulian terhadap hak dasar manusia untuk mendapatkan makanan.
2. Pengingat Akan Rezeki yang Adil
Makna doa ini adalah memohon kepada Allah agar rezeki dunia yang telah Dia ciptakan mencukupi setiap makhluk-Nya dibagikan secara adil, sehingga tidak ada yang menderita kelaparan.
3. Ajakan untuk Bersikap Dermawan
Doa ini mendorong kita untuk menjadi saluran rezeki bagi orang lain. Allah mengenyangkan orang lapar melalui orang-orang yang peduli. Doa ini mengajarkan bahwa membantu yang lapar adalah amal utama dalam Islam.
4. Lambang Kasih Sayang Allah
Dengan berdoa agar Allah mengenyangkan orang yang lapar, kita mengakui bahwa Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang tidak membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kesulitan.
5. Penghapusan Kemiskinan
Doa ini tidak hanya meminta pemenuhan kebutuhan makan secara temporer tetapi juga mencakup doa untuk menghilangkan kemiskinan, sehingga orang yang lapar dapat hidup dalam kesejahteraan.
6. Penekanan pada Solidaritas Sosial
Doa ini mengajarkan pentingnya solidaritas di antara manusia. Ketika seseorang lapar, itu adalah tanggung jawab masyarakat untuk membantu mereka.
7. Simbol Kepekaan terhadap Penderitaan Orang Lain
Dengan berdoa agar Allah mengenyangkan setiap orang yang lapar, kita menunjukkan bahwa kita tidak hanya peduli pada kebutuhan kita sendiri, tetapi juga kepada penderitaan orang lain.
8. Mengingatkan Kita akan Nikmat Allah
Doa ini mengingatkan kita untuk bersyukur atas nikmat makanan yang Allah berikan, sekaligus menjadikan kita sadar bahwa ada orang-orang yang tidak seberuntung kita.
9. Bentuk Rahmat dalam Hubungan Manusia
Doa ini mencerminkan kasih sayang antarmanusia. Islam mendorong umatnya untuk menjadi penyebab terjadinya kebaikan, termasuk membantu memenuhi kebutuhan pokok orang lain.
10. Penyelesaian Krisis Global Kelaparan
Doa ini juga merupakan harapan bagi terciptanya dunia yang bebas dari kelaparan. Doa ini mengandung semangat perbaikan sosial dan upaya mencari solusi untuk mengatasi krisis kelaparan yang masih ada di berbagai belahan dunia.
Kesimpulan: Doa اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ tidak hanya berupa permohonan kepada Allah tetapi juga menjadi pengingat bagi kita untuk bertindak nyata dalam membantu mereka yang membutuhkan. Makna dari doa ini meliputi aspek kemanusiaan, keadilan sosial, dan spiritual, mengajarkan umat Islam untuk hidup dengan penuh kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama.
Dalam Al-Qur’an, konsep yang mendasari doa اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) dapat ditemukan dalam banyak ayat yang menekankan pentingnya berbagi rezeki, membantu orang yang membutuhkan, dan memenuhi kebutuhan dasar manusia. Berikut adalah beberapa poin yang relevan menurut Al-Qur’an:
1. Allah adalah Pemberi Rezeki untuk Semua Makhluk
Al-Qur’an menyebutkan bahwa Allah telah menciptakan dunia dengan rezeki yang cukup untuk setiap makhluk-Nya:
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا
“Dan tidak ada suatu makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin rezekinya oleh Allah.”(Surah Hud: 6)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk, termasuk makanan bagi mereka yang lapar. Doa ini sejalan dengan konsep bahwa manusia harus berperan sebagai sarana untuk mewujudkan jaminan Allah tersebut.
2. Anjuran Memberi Makan kepada yang Membutuhkan
Al-Qur’an memuji orang-orang yang memberi makan kepada yang membutuhkan, baik fakir miskin, yatim piatu, maupun para tawanan:
وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.”(Surah Al-Insan: 8)
Memberi makan kepada orang yang lapar adalah salah satu amal terbaik dalam Islam dan menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
3. Teguran kepada yang Mengabaikan Orang Lapar
Al-Qur’an mencela orang-orang yang tidak peduli terhadap fakir miskin dan orang lapar:
أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ فَذَٰلِكَ ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”(Surah Al-Ma’un: 1-3)
Ayat ini mengajarkan bahwa mendustakan agama tidak hanya soal keimanan, tetapi juga terkait dengan sikap sosial. Mengabaikan orang lapar adalah tindakan yang dicela oleh Allah.
4. Memberi Makan sebagai Bukti Keimanan
Al-Qur’an menjadikan memberi makan kepada orang lapar sebagai tanda keimanan sejati:
وَفِيٓ أَمۡوَٰلِهِمۡ حَقّٞ مَّعۡلُومٞ لِّلسَّآئِلِ وَٱلۡمَحۡرُومِ
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”
(Surah Adz-Dzariyat: 19)
Ayat ini menunjukkan bahwa harta yang dimiliki seseorang mengandung hak orang lain, khususnya yang lapar dan kekurangan. Maka, doa اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ sejalan dengan perintah untuk berbagi.
5. Perintah Menghapus Kelaparan dan Kemiskinan
Allah memerintahkan manusia untuk menghapus kelaparan sebagai bagian dari tanggung jawab mereka terhadap sesama:
كَلَّا بَل لَّا تُكۡرِمُونَ ٱلۡيَتِيمَ وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ
“Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.”
(Surah Al-Fajr: 17-18)
Ayat ini menjadi peringatan keras agar manusia tidak mengabaikan tanggung jawab sosialnya terhadap mereka yang lapar.
6. Janji Pahala bagi yang Memberi Makan
Allah menjanjikan pahala besar bagi mereka yang membantu orang lapar:
فَكُّ رَقَبَةٍ أَوۡ إِطۡعَٰمٞ فِي يَوۡمٖ ذِي مَسۡغَبَةٍ يَتِيمٗا ذَا مَقۡرَبَةٍ أَوۡ مِسۡكِينٗا ذَا مَتۡرَبَةٍ
“Yaitu membebaskan perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.”
(Surah Al-Balad: 13-16)
Ayat ini menegaskan bahwa memberi makan kepada orang lapar adalah salah satu amal yang paling utama dan dijanjikan pahala besar oleh Allah.
Kesimpulan; Menurut Al-Qur’an, doa اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ mencerminkan ajaran Islam yang menekankan pentingnya memberi makan kepada orang lapar, membagi rezeki, dan menunjukkan kasih sayang kepada sesama. Doa ini selaras dengan perintah Allah untuk peduli terhadap orang miskin dan sebagai bentuk nyata dari keimanan serta tanggung jawab sosial.
7. Memenuhi Amanah sebagai Khalifah di Bumi
Sebagai khalifah di bumi, manusia diberikan tugas oleh Allah untuk menjaga keseimbangan dan memastikan hak-hak setiap makhluk terpenuhi, termasuk kebutuhan makanan.
وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ مُّبَٰرَكٗا فَأَنبَتۡنَا بِهِۦ جَنَّٰتٗ وَحَبَّ ٱلۡحَصِيدِ وَٱلنَّخۡلَ بَٰسِقَٰتٖ لَّهَا طَلۡعٞ نَّضِيدٞ رِّزۡقٗا لِّلۡعِبَادِ
“Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun dan biji-bijian yang dapat dituai, serta pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, sebagai rezeki bagi hamba-hamba Kami.”(Surah Qaf: 9-11)
Allah telah menciptakan sumber makanan yang cukup untuk seluruh makhluk-Nya, dan manusia bertanggung jawab untuk mendistribusikannya secara adil.
8. Mengingat Akhirat dengan Amal Kebaikan
Al-Qur’an mengingatkan bahwa memberi makan kepada orang lapar merupakan salah satu tanda kesiapan seseorang menghadapi kehidupan akhirat:
وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (Mereka berkata), ‘Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.’”(Surah Al-Insan: 8-9)
Ayat ini menunjukkan bahwa amal memberi makan kepada orang lapar adalah salah satu cara untuk mempersiapkan bekal di akhirat.
9. Larangan Menimbun Kekayaan dan Mengabaikan yang Lapar
Al-Qur’an mencela orang-orang yang menumpuk kekayaan namun enggan berbagi kepada mereka yang membutuhkan:
وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ لُّمَزَةٍ ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.”
(Surah Al-Humazah: 1-3)
Doa اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ sejalan dengan ajaran ini, yaitu melawan keserakahan dan berbagi kepada yang lapar.
10. Tugas Manusia untuk Menyantuni Fakir dan Miskin
Allah menjelaskan bahwa salah satu ujian manusia di dunia adalah bagaimana mereka memperlakukan fakir miskin:
فَلَا ٱقۡتَحَمَ ٱلۡعَقَبَةَ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡعَقَبَةُ فَكُّ رَقَبَةٍ أَوۡ إِطۡعَٰمٞ فِي يَوۡمٖ ذِي مَسۡغَبَةٍ
“Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan perbudakan atau memberi makan pada hari kelaparan.”(Surah Al-Balad: 11-14)
Ayat ini menunjukkan bahwa memberi makan kepada orang lapar adalah jalan kesuksesan yang penuh keberkahan di sisi Allah.
Menurut Al-Qur’an, doa اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ mencakup pesan mendalam tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah di bumi, pentingnya berbagi rezeki, persiapan menghadapi akhirat, dan kewajiban moral untuk memperhatikan fakir miskin. Kelaparan tidak hanya masalah duniawi, tetapi juga menjadi ujian keimanan dan kepedulian sosial manusia.
Berikut adalah makna اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) berdasarkan hadis-hadis Nabi Muhammad ﷺ dan Ahlul Bait:
1. Memberi Makan sebagai Amal yang Dicintai Allah
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُؤْمِنٍ، تَشْبَعُ جَوْعَتَهُ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً
“Amal yang paling dicintai Allah adalah kegembiraan yang engkau masukkan ke dalam hati seorang mukmin: mengenyangkan rasa laparnya atau menghilangkan kesulitannya.”
(HR. Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir)
Hadis ini menegaskan bahwa memberi makan kepada orang yang lapar adalah amal yang sangat dicintai Allah karena membawa kebahagiaan dan kemudahan bagi sesama.
2. Memberi Makan Sebagai Kunci Surga
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ فِي ٱلْجَنَّةِ غُرَفٗا يُرَىٰ ظَاهِرُهَا مِن بَاطِنِهَا وَبَاطِنُهَا مِن ظَاهِرِهَا… قِيلَ: لِمَنۡ يَا رَسُولَ ٱللَّهِ؟ قَالَ: لِمَنۡ أَطۡعَمَ ٱلطَّعَامَ وَأَلَانَ ٱلۡكَلَامَ وَتَابَعَ ٱلصِّيَامَ وَصَلَّىٰ بِٱللَّيۡلِ وَٱلنَّاسُ نِيَامٌ
“Di surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya dapat terlihat dari dalam, dan bagian dalamnya terlihat dari luar.” Kemudian Rasulullah ditanya: “Untuk siapa kamar-kamar itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Bagi orang yang memberikan makanan, berbicara dengan lembut, berpuasa secara rutin, dan salat di malam hari ketika orang-orang sedang tidur.”
(HR. Tirmidzi, no. 1984)
Hadis ini menunjukkan bahwa memberi makan kepada yang lapar adalah amal yang membuka jalan ke surga.
3. Ciri Ahli Surga: Memberi Makan kepada Orang yang Lapar
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
“Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah silaturahmi, dan salatlah di malam hari ketika orang-orang sedang tidur. Niscaya kalian akan masuk surga dengan damai.”
(HR. Ibnu Majah, no. 1334)
Hadis ini menempatkan memberi makan kepada orang lapar sebagai ciri utama ahli surga, menunjukkan nilai besar amal ini di sisi Allah.
4. Kecaman terhadap yang Mengabaikan Orang Lapar
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
“Bukanlah seorang mukmin jika dia kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya.”
(HR. Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir)
Hadis ini mengajarkan tanggung jawab sosial, di mana seorang mukmin tidak boleh membiarkan tetangganya lapar, bahkan ketika dia sendiri memiliki kecukupan.
5. Memberi Makan Menghapus Dosa
Imam Ali Zainal Abidin (as) berkata:
مَنْ سَقَى مُؤْمِنًا مِنْ ظَمَإٍ سَقَاهُ اللَّهُ مِنْ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ، وَمَنْ أَشْبَعَ جَائِعًا أَشْبَعَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ
“Barang siapa memberi minum kepada seorang mukmin yang kehausan, Allah akan memberinya minum dari minuman surga yang tersegel. Barang siapa mengenyangkan orang yang lapar, Allah akan memberinya makan dari buah-buahan surga.”
(HR. Al-Kafi, jilid 2)
Hadis ini menjelaskan pahala besar bagi orang yang memberi makan kepada yang lapar, yang menjadi jaminan keberuntungan di akhirat.
6. Pahala Setara dengan Pembebasan Budak
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِطْعَامُ الْجَائِعِ كَفَكِّ الرِّقَابِ، وَفِيهِ دَرَجَاتٌ عَالِيَةٌ
“Memberi makan kepada orang yang lapar setara dengan membebaskan budak, dan di dalamnya terdapat derajat yang tinggi.”
(HR. Ahmad, Musnad Ahmad)
Memberi makan kepada orang yang membutuhkan memiliki nilai yang sangat tinggi, bahkan setara dengan amal besar seperti membebaskan budak.
7. Wasiat Imam Ali bin Abi Thalib (as): Menjaga Orang yang Lapar
Dalam wasiat terakhirnya, Imam Ali (as) berkata:
اللَّهَ اللَّهَ فِي الْأَيْتَامِ، فَلَا تُغِبُّوا أَفْوَاهَهُمْ، وَلَا يَضِيعُوا بِحَضْرَتِكُمْ
“Bertakwalah kepada Allah dalam urusan anak-anak yatim. Jangan biarkan mereka kelaparan dan kehilangan hak mereka di hadapan kalian.”
(Nahjul Balaghah, Surat Wasiat kepada Hasan dan Husain)
Hadis ini mencerminkan tanggung jawab kolektif terhadap kelompok yang paling rentan, termasuk orang lapar.
8. Doa Nabi Ibrahim (as): Memastikan Orang Kenyang
Dalam Al-Qur’an, Nabi Ibrahim (as) berdoa:
وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنۡ ءَامَنَ مِنۡهُم بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ
“Ya Allah, berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.”
(Surah Al-Baqarah: 126)
Doa Nabi Ibrahim ini menjadi teladan untuk mendoakan kecukupan makanan bagi semua orang.
Kesimpulan; Menurut hadis, memberi makan kepada orang lapar adalah salah satu amal terbaik yang sangat dicintai Allah dan menjadi bukti nyata keimanan. Doa اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ mencerminkan ajaran untuk peduli kepada sesama, menunaikan hak-hak mereka, dan memastikan tidak ada yang menderita kelaparan. Pahala amal ini sangat besar, baik di dunia maupun di akhirat.
Berikut adalah makna اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) berdasarkan hadis-hadis dari Ahlul Bait (as), yang menekankan pentingnya memberi makan kepada orang yang membutuhkan sebagai salah satu amal terbaik dan jalan menuju kedekatan kepada Allah:
1. Pahala Memberi Makan Orang Lapar
Imam Ali Zainal Abidin (as) berkata:
مَنْ أَشْبَعَ جَائِعًا أَشْبَعَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang mengenyangkan orang yang lapar, Allah akan memberinya makan dari buah-buahan surga.”(Bihar al-Anwar, jilid 72, halaman 282)
Hadis ini menunjukkan bahwa memberi makan kepada orang lapar tidak hanya membawa manfaat di dunia, tetapi juga mendapat ganjaran besar di akhirat berupa kenikmatan surga.
2. Kedekatan kepada Allah Melalui Amal Memberi Makan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ يُدْخِلُ الْجَنَّةَ
“Memberi makan kepada orang yang lapar dan menyebarkan salam akan memasukkan seseorang ke dalam surga.”(Al-Kafi, jilid 2, halaman 108)
Amal memberi makan dipandang sebagai sarana utama mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi tanda seorang mukmin sejati.
3. Tanggung Jawab terhadap Fakir dan Orang Lapar
Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata:
اللَّهَ اللَّهَ فِي الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ فَاشْرَكُوهُمْ فِي مَعَايِشِكُمْ
“Bertakwalah kepada Allah dalam urusan fakir miskin. Libatkan mereka dalam kehidupan kalian.”(Nahjul Balaghah, Wasiat Imam Ali as)
Imam Ali (as) mengingatkan bahwa membantu fakir miskin, termasuk mengenyangkan orang lapar, adalah kewajiban kolektif seorang mukmin untuk menjalankan keadilan sosial.
4. Memberi Makan Sebagai Penebus Dosa
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
إِطْعَامُ الْمُؤْمِنِ يَغْفِرُ اللَّهُ بِهِ سَبْعِينَ خَطِيئَةً
“Memberi makan kepada seorang mukmin akan menghapus tujuh puluh dosa.”(Bihar al-Anwar, jilid 66, halaman 281)
Hadis ini menegaskan bahwa amal memberi makan tidak hanya membawa manfaat kepada yang diberi, tetapi juga berfungsi sebagai penebus dosa bagi pemberi.
5. Kesempurnaan Iman melalui Peduli kepada yang Lapar
Imam Muhammad Al-Baqir (as) berkata:
إِنَّ أَكْمَلَ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَأَسْخَاهُمْ بِطَعَامِهِ
“Sesungguhnya mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan yang paling dermawan dalam memberi makan.”(Al-Kafi, jilid 2, halaman 99)
Memberi makan kepada yang membutuhkan dipandang sebagai wujud nyata dari kesempurnaan iman dan akhlak seorang mukmin.
6. Menyambut Hari Akhir dengan Amal Memberi Makan
Imam Ali Zainal Abidin (as) berkata:
مَا مِنْ قَطْرَةٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ قَطْرَةِ دَمْعٍ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ، وَقَطْرَةِ طَعَامٍ يُوضَعُ فِي فَمِ جَائِعٍ
“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah selain tetesan air mata di malam hari karena takut kepada-Nya, dan makanan yang diberikan kepada mulut orang yang lapar.”
(Bihar al-Anwar, jilid 78, halaman 149)
Hadis ini menunjukkan bahwa memberi makan kepada orang lapar adalah amal yang sangat disukai oleh Allah, setara dengan ibadah spiritual yang mendalam.
7. Memberi Makan Menghindarkan Azab Allah
Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata:
لَوْ أَنَّ النَّاسَ أَدَّوْا حُقُوقَ الْفُقَرَاءِ لَمْ يَبْقَ فَقِيرٌ فِي الدُّنْيَا، وَلَا جَائِعٌ، وَلَا مَعْرِيٌّ، وَلَكِنْ مَنَعُوا حُقُوقَهُمْ، فَصَارُوا إِلَى مَا صَارُوا إِلَيْهِ، وَاللَّهُ سَائِلُهُمْ عَنْ ذَلِكَ
“Seandainya manusia memenuhi hak fakir miskin, tidak akan ada orang miskin, lapar, atau telanjang di dunia. Namun mereka menahan hak-hak tersebut, maka terjadilah apa yang terjadi, dan Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas hal itu.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 328)
Hadis ini menegaskan bahwa memberi makan kepada orang lapar bukan hanya anjuran, tetapi kewajiban yang harus dipenuhi untuk menghindari azab Allah.
8. Memuliakan Tamu dengan Memberi Makan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:
إِطْعَامُ الطَّعَامِ لِلضَّيْفِ وَالْمُحْتَاجِ مِنْ خِيَارِ الْأَعْمَالِ
“Memberi makan kepada tamu dan orang yang membutuhkan adalah salah satu amal terbaik.”
(Bihar al-Anwar, jilid 74, halaman 351)
Memberi makan kepada tamu atau orang lapar dipandang sebagai amal utama yang menunjukkan ketinggian akhlak seorang mukmin.
Kesimpulan; Menurut hadis-hadis Ahlul Bait (as), makna اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ mencerminkan nilai utama dalam Islam: kasih sayang kepada sesama, memenuhi hak fakir miskin, dan tanggung jawab sosial untuk menghapus kelaparan. Amal ini tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada yang menerima, tetapi juga memberikan pahala besar kepada yang memberi, menjadi penebus dosa, dan tanda kesempurnaan iman.
Berikut adalah makna اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) menurut pandangan para mufassir:
1. Tafsir tentang Kewajiban Sosial: Keadilan dan Pemenuhan Hak
Menurut Allama Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan, kewajiban memberi makan kepada orang lapar adalah bagian dari tanggung jawab sosial yang digariskan dalam Al-Qur’an. Ayat seperti:
وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan.”
(QS. Al-Insan: 8)
Allama Thabathabai menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan pentingnya memberi makan, bukan hanya karena kasihan, tetapi sebagai bentuk kesadaran akan hak sosial yang harus ditunaikan. Ini adalah ciri khas orang-orang yang bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah.
2. Mengenyangkan Lapar sebagai Wujud Syukur kepada Allah
Fakhruddin al-Razi, dalam Mafâtih al-Ghayb (Tafsir al-Kabir), menekankan bahwa memberi makan kepada orang lapar adalah salah satu bentuk syukur kepada Allah atas nikmat rezeki. Beliau menafsirkan ayat:
لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)
Memberi makan kepada orang yang lapar adalah perwujudan syukur yang nyata atas nikmat Allah. Dengan berbagi, rezeki seseorang akan bertambah dan diberkahi.
3. Tanggung Jawab Kolektif atas Kelaparan
Sayyid Qutb, dalam Fi Zilal al-Qur’an, menyebutkan bahwa kelaparan adalah tanggung jawab kolektif masyarakat. Dalam menafsirkan ayat:
وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡعَقَبَةُ… فَكُّ رَقَبَةٍ أَوۡ إِطۡعَٰمٞ فِي يَوۡمٖ ذِي مَسۡغَبَةٍ
“Dan tahukah kamu apakah jalan mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan.”(QS. Al-Balad: 12-14)
Beliau menafsirkan bahwa memberi makan kepada orang lapar adalah simbol perjuangan melawan ketidakadilan ekonomi dan sosial. Ini adalah langkah untuk melawan “kelaparan sistemik” yang terjadi akibat kelalaian manusia dalam menunaikan hak-hak sesama.
4. Nilai Spiritual Memberi Makan Orang Lapar
Menurut Raghib al-Isfahani, dalam Mufradat al-Qur’an, kata جائع (lapar) tidak hanya merujuk pada kebutuhan fisik, tetapi juga kebutuhan spiritual. Beliau menjelaskan bahwa memberi makan orang lapar adalah perintah yang memiliki dua makna:
1.Mengenyangkan tubuh melalui makanan fisik.
2.Memberi pencerahan melalui makanan spiritual, seperti ilmu dan hikmah.
Ayat seperti:
فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَٰنُ إِلَىٰ طَعَامِهِۦ
“Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya.”
(QS. Abasa: 24)
Diartikan bahwa makanan fisik dan makanan rohani sama-sama penting untuk kehidupan manusia.
5. Tafsir Ayat tentang Peduli terhadap Fakir dan Miskin
Menurut Allama Thabathabai, dalam menafsirkan ayat:
كَلَّا بَل لَّا تُكۡرِمُونَ ٱلۡيَتِيمَ وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ
“Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.”
(QS. Al-Fajr: 17-18)
Beliau menekankan bahwa kelalaian untuk memberi makan kepada yang lapar adalah tanda lemahnya iman seseorang. Ayat ini mengajarkan bahwa kewajiban memberi makan bukan hanya individu, tetapi masyarakat harus saling mengingatkan pentingnya menunaikan hak-hak sosial ini.
6. Amal yang Paling Dicintai Allah
Ibnu Katsir, dalam Tafsir al-Qur’an al-Azim, menafsirkan ayat:
إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ ٱلۡعَظِيمِ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ
“Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar, dan dia juga tidak mendorong memberi makan orang miskin.”(QS. Al-Haqqah: 33-34)
Ibnu Katsir menyatakan bahwa amal memberi makan adalah bentuk nyata dari iman kepada Allah. Mengabaikan amal ini adalah salah satu tanda lemahnya keimanan dan dapat mendatangkan murka Allah.
7. Menghilangkan Kelaparan sebagai Bagian dari Tugas Khalifah di Bumi
Menurut Al-Shaykh al-Tusi, dalam Tafsir al-Tibyan, manusia sebagai khalifah di bumi bertugas untuk memastikan keadilan sosial, termasuk menghapus kelaparan. Ayat seperti:
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dipahami bahwa ibadah tidak hanya dalam bentuk ritual, tetapi juga dalam wujud amal sosial seperti memberi makan kepada orang lapar. Dengan memberi makan, manusia memenuhi tugasnya sebagai khalifah yang menjaga keseimbangan di bumi.
8. Menjaga Martabat Penerima
Menurut Allama Thabathabai, dalam Tafsir al-Mizan, penting untuk menjaga martabat orang yang diberi makan. Dalam menafsirkan ayat:
لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا
“Kami memberi makan kalian hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kalian, tidak pula (ucapan) terima kasih.”
(QS. Al-Insan: 9)
Beliau menekankan bahwa memberi makan harus dilakukan dengan ikhlas, tanpa mengharapkan balasan atau merendahkan martabat penerima.
Kesimpulan; Menurut para mufassir, اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ mencerminkan perintah agama untuk memperhatikan hak-hak sosial, khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Amal memberi makan tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga masyarakat, dan memiliki dimensi spiritual, sosial, dan etika. Ini adalah amal
Makna اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ (“Kenyangkanlah setiap orang yang lapar”) menurut mufasir Syiah memiliki dimensi yang mendalam, baik dalam konteks sosial, spiritual, maupun tanggung jawab kolektif manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Berikut ini adalah penjelasan dari para mufasir Syiah:
1. Allama Thabathabai (Tafsir al-Mizan): Amal Sosial Sebagai Pilar Iman
Dalam Tafsir al-Mizan, Allama Thabathabai menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan memberi makan kepada orang lapar sebagai wujud nyata dari amal sosial yang mencerminkan keimanan sejati. Beliau menafsirkan ayat:
وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan.”
(QS. Al-Insan: 8)
Menurut beliau, memberi makan kepada orang lapar bukan sekadar amal baik, tetapi sebuah kewajiban yang bertumpu pada prinsip keadilan sosial. Orang beriman memberikan makanan meskipun mereka sendiri membutuhkannya, sebagai tanda ketaatan mutlak kepada Allah dan penghormatan terhadap hak-hak manusia lainnya.
2. Al-Shaykh Al-Tusi (Tafsir Al-Tibyan): Manifestasi Ibadah dan Tanggung Jawab Khalifah
Dalam Tafsir al-Tibyan, Al-Shaykh Al-Tusi menjelaskan bahwa memberi makan orang lapar adalah manifestasi nyata dari ibadah kepada Allah dan bagian dari tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. Ayat:
فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَٰنُ إِلَىٰ طَعَامِهِۦ
“Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya.”
(QS. Abasa: 24)
Ditafsirkan sebagai perintah untuk memperhatikan asal-usul rezeki seseorang serta memastikan bahwa orang lain tidak kelaparan. Al-Tusi juga menyebutkan bahwa menjaga kesejahteraan masyarakat, termasuk memberi makan yang lapar, adalah kewajiban kolektif yang tidak boleh diabaikan oleh individu maupun pemerintah.
3. Ayatullah Naser Makarem Shirazi (Tafsir Nemuneh): Pemberdayaan dan Solidaritas Sosial
Dalam Tafsir Nemuneh, Ayatullah Makarem Shirazi menekankan bahwa memberi makan orang lapar adalah wujud solidaritas sosial yang mendalam. Saat menafsirkan ayat:
كَلَّا بَل لَّا تُكۡرِمُونَ ٱلۡيَتِيمَ وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ
“Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.”
(QS. Al-Fajr: 17-18)
Ayat ini dipahami sebagai teguran kepada masyarakat yang abai terhadap tanggung jawab sosial mereka. Beliau menekankan bahwa memberi makan tidak hanya sebatas memberikan makanan secara fisik, tetapi juga membantu mereka keluar dari kemiskinan melalui pemberdayaan, sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi secara berkelanjutan.
4. Allama Sayyid Muhammad Husayn Fadlullah: Simbol Akhlak Islam
Dalam tafsirnya, Allama Fadlullah menafsirkan ayat:
وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡعَقَبَةُ… فَكُّ رَقَبَةٍ أَوۡ إِطۡعَٰمٞ فِي يَوۡمٖ ذِي مَسۡغَبَةٍ
“Dan tahukah kamu apakah jalan mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan.”(QS. Al-Balad: 12-14)
Beliau menekankan bahwa memberi makan kepada orang yang lapar adalah simbol akhlak Islam yang tinggi. Islam bukan hanya agama ritual, tetapi juga agama yang memprioritaskan kesejahteraan sosial. Memberi makan kepada yang lapar, terutama di saat krisis, adalah amal yang membawa pelakunya menuju kesuksesan spiritual dan kedekatan dengan Allah.
5. Raghib al-Isfahani (Mufradat al-Qur’an): Memenuhi Kelaparan Fisik dan Spiritual
Raghib al-Isfahani, meskipun tidak eksklusif mufasir Syiah, banyak digunakan oleh mufasir Syiah dalam memahami makna Al-Qur’an. Dalam konteks اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ, beliau mengaitkan kata جائع (lapar) dengan kebutuhan fisik dan spiritual. Ayat seperti:
لِيُنفِقۡ ذُو سَعَةٖ مِّن سَعَتِهِۦ
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.”(QS. Ath-Thalaq: 7)
Menunjukkan bahwa setiap individu yang diberi kelapangan rezeki berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan orang lain, baik kebutuhan makan maupun kebutuhan rohaninya.
6. Tafsir Imam Khomeini: Memberi Makan Sebagai Amal Tertinggi
Imam Khomeini, dalam karya-karyanya tentang etika Al-Qur’an, menjelaskan bahwa amal sosial seperti memberi makan kepada orang lapar adalah cara untuk menundukkan ego dan memurnikan niat hanya untuk Allah. Ayat:
وَآخَرُونَ يُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞ
“Dan mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka sendiri memerlukan.”(QS. Al-Hasyr: 9)
Menurut Imam Khomeini, memberi makan kepada orang lapar adalah bentuk pengorbanan yang tinggi yang membawa manusia lebih dekat kepada Allah.
7. Tafsir Ayatullah Jawadi Amuli: Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat
Dalam Tafsir Tasnim, Ayatullah Jawadi Amuli menafsirkan bahwa memberi makan kepada orang lapar adalah amal yang menciptakan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Beliau mengaitkan dengan ayat:
وَٱلۡمِسۡكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ
“Dan berikanlah kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.”(QS. Al-Isra: 26)
Beliau menekankan bahwa memberi makan bukan hanya kewajiban individu, tetapi juga bagian dari sistem ekonomi Islam yang bertujuan untuk menghapus ketidakadilan sosial.
Kesimpulan; Menurut mufasir Syiah, اَشْبِعْ كُلَّ جائِعٍ adalah manifestasi dari prinsip keadilan sosial dalam Islam. Memberi makan kepada orang lapar dipandang sebagai tanggung jawab spiritual, sosial, dan moral yang membawa pelakunya lebih dekat kepada Allah. Amal ini tidak hanya menyejahterakan orang yang dibantu, tetapi juga membersihkan hati pemberi dan menjadi jalan menuju kesempurnaan iman.
Comments (0)
There are no comments yet