Kolom: Itrah Dalam Kesadaran Bahasa Manusia Nusantara
Kata ‘itrah’ diserap ke bahasa Indonesia melalui bahasa Jawa
Penulis: Khusnul Yaqin
Guru Besar Universitas Hasanuddin
Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang banyak menyerap kosa kata bahasa Arab. Salah satu contohnya adalah kata ‘itrah’. Kata ‘itrah’ berarti keturunan lngsung atau keluarga seseorang.
Kata ‘itrah’ diserap ke bahasa Indonesia melalui bahasa Jawa. Manusia Jawa yang muslim menyerap kata ‘itrah’ ke dalam bahasa Jawa menjadi trah yang berarti keluarga atau keturunan. Misalnya, Eson iki trah Majopahit (Saya ini keturunan Majapahit).
Lalu kata ini diserap dalam bahasa Indonesia dengan makna yang tidak berbeda dengan bahasa Jawa dan Arabnya.
Kalau kita telusuri kata itrah dalam ajaran Islam kita akan menemukan kata itu pada Hadist Tsaqalain.
Teks Hadis Tsaqalain (Dua peninggalan Nabi Muhammad SAW).
> إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمُ الثَّقَلَيْنِ، كِتَابَ اللهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي، وَإِنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ، فَانْظُرُوا كَيْفَ تَخْلُفُونِي فِيهِمَا
Terjemahan bahasa Indonesia
"Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang berat: Kitab Allah (Al-Qur'an) dan keluargaku (itrah), Ahlul Baitku. Sesungguhnya keduanya tidak akan pernah berpisah hingga kembali kepadaku di telaga (Kautsar). Maka perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya setelahku."
Hadist ini salah satunya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Hadist yang diriwayatkan Imam Muslim dalam tradisi madrasah sahabat (Ahlus Sunnah) diakui sebagai hadist shahih.
Hadist Tsaqalain sudah gamblang pada dirinya sendiri berkaitan dengan kata ‘itrah’. Di Hadist Tsaqalain kata ‘itrah’ dipertegas oleh Nabi Muhammad dengan kata ‘Ahlul Baitku’.
Baca juga:
Mahfud MD Resmi Dampingi Ganjar di Pilpres 2024
Penegasan itu juga bermakna membatasi atau memperjelas batasan dari kata ‘itrah’. Dengan kata lain, kata ‘itrah’ yang berarti keluarga langsung dari seseorang dijelaskan oleh Nabi SAW. bahwa ‘itrah’ itu berkaitan dengan Ahlul Baitku (13 orang). Kata ini nanti akan semakin jelas di ayat Al Quran tentang peristiwa Mubahala (QS: ali Imran 61) dan surat Al Ahzab ayat 33 serta hadist-hadist lainnya.
Dari sini dapat kita pahami bahwa manusia nusantara menyimpan perintah Nabi Muhammad SAW agar mengikuti Al Quran dan Itrah Ahlul Baitnya dalam kesadaran berbahasanya. Ancaman Nabi Muhhammad dalam hadist itu "Maka perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya setelahku", dihujamkan dalam kesadaran yang paling dalam dari manusia yaitu kesadaran berbahasa. Tanpa bahasa manusia bukanlah suatu mahluk.
Sumber Rujukan Hadis Tsaqalain
- Shahih Muslim
Kitab Fadha'il al-Shahabah, Bab Fadha'il 'Ali ibn Abi Thalib, no. 2408.
- Sunan Tirmidzi
Kitab Manaqib, Bab Manaqib Ahlul Bait, no. 3786.
- Musnad Ahmad bin Hanbal
Jilid 3, Halaman 17, 26, 59.
- Mustadrak al-Hakim
Jilid 3, Halaman 109-110 (dinyatakan shahih oleh al-Hakim dan disepakati oleh al-Dzahabi).
Tamalanrea mas, 23 November 2024
Comments (0)
There are no comments yet