Kolom: Makna Sam'ii

Supa Athana - Tekno & Sains
15 November 2024 09:07
“Sam’ii” merujuk pada hal-hal yang kita terima melalui wahyu dan tradisi keagamaan tanpa memerlukan pembuktian rasional atau logis.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
              Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
 
“Sam’ii” berasal dari kata “sama’” dalam bahasa Arab, yang berarti mendengar. Dalam konteks agama Islam, “sam’ii” merujuk pada hal-hal yang kita terima melalui wahyu dan tradisi keagamaan tanpa memerlukan pembuktian rasional atau logis. Makna “sam’ii” sering terkait dengan aspek akidah atau keyakinan yang diterima berdasarkan kepercayaan penuh terhadap wahyu ilahi. Berikut makna atau penerapan “sam’ii”:
1.Keberadaan malaikat: Keyakinan akan keberadaan malaikat adalah contoh konsep sam’ii karena diterima melalui wahyu dan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
2.Surga dan neraka: Gambaran tentang surga dan neraka termasuk dalam hal-hal sam’ii karena diungkapkan dalam Al-Quran dan Hadis.
3.Kisah Isra dan Mi’raj: Peristiwa perjalanan malam Nabi Muhammad SAW yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah adalah bagian dari kepercayaan sam’ii.
4.Hari Kiamat: Keyakinan akan datangnya hari kiamat sepenuhnya didasarkan pada wahyu, sehingga termasuk dalam sam’ii.
5.Adzab kubur: Kepercayaan bahwa ada kehidupan di alam barzakh atau azab kubur adalah contoh dari konsep sam’ii.
6.Keberadaan jin: Keyakinan bahwa jin ada, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, termasuk dalam hal-hal sam’ii.
7.Doa dan keberkahan tertentu: Kepercayaan bahwa doa memiliki keberkahan atau pengaruh tertentu, terutama yang diajarkan Nabi SAW, merupakan bagian dari keimanan sam’ii.
8.Mukjizat para nabi: Keyakinan bahwa para nabi diberikan mukjizat, seperti tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular, termasuk ke dalam sam’ii.
9.Keberadaan syafaat: Keyakinan bahwa Rasulullah SAW dapat memberikan syafaat di akhirat juga masuk dalam ranah sam’ii.
10.Penciptaan Adam AS: Keyakinan tentang penciptaan Nabi Adam dari tanah, yang dijelaskan dalam Al-Quran, adalah contoh hal sam’ii.
Hal-hal sam’ii diterima dengan dasar iman terhadap wahyu Allah dan ajaran yang dibawa oleh para rasul tanpa harus dibuktikan dengan logika atau sains.
 
Dalam Al-Quran, konsep “sam’ii” berkaitan erat dengan hal-hal yang diterima sebagai wahyu dan tidak memerlukan bukti empiris atau rasional. Berikut adalah beberapa contoh yang mencakup aspek sam’ii menurut Al-Quran:
1.Keberadaan Malaikat: Al-Quran menyebutkan keberadaan malaikat sebagai makhluk yang diciptakan Allah untuk berbagai tugas, seperti menyampaikan wahyu, menjaga manusia, dan mencatat perbuatan (QS. Al-Baqarah 2:98, QS. Al-An’am 6:61).
2.Surga dan Neraka: Al-Quran memberikan gambaran yang sangat jelas tentang surga dan neraka sebagai balasan bagi manusia di akhirat (QS. Ali Imran 3:15, QS. Al-Baqarah 2:39).
3.Hari Kiamat: Al-Quran berulang kali menegaskan tentang kepastian datangnya hari kiamat, yang merupakan salah satu rukun iman (QS. Al-Hajj 22:7, QS. Al-Zalzalah 99:1-8).
4.Kisah Penciptaan Adam AS: Al-Quran mengisahkan penciptaan Nabi Adam dari tanah dan dialog antara Allah dan para malaikat (QS. Al-Baqarah 2:30-34, QS. Al-A’raf 7:11-25).
5.Mukjizat Para Nabi: Al-Quran menyebutkan mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi, seperti tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular (QS. Al-A’raf 7:107-108) dan kelahiran Nabi Isa AS dari Maryam tanpa ayah (QS. Maryam 19:20-21).
6.Keberadaan Jin: Al-Quran menegaskan bahwa jin adalah makhluk ciptaan Allah yang diciptakan dari api dan memiliki akal serta kehendak (QS. Al-Hijr 15:27, QS. Al-Jin 72:1-15).
7.Adzab Kubur: Walaupun tidak secara eksplisit menyebutkan “adzab kubur” dalam Al-Quran, beberapa ayat menyinggung siksa yang menimpa orang-orang zalim setelah kematian mereka (QS. Ghafir 40:46).
8.Isra dan Mi’raj: Meskipun peristiwa Isra dan Mi’raj lebih detail diceritakan dalam hadits, Al-Quran menyebutkan bagian dari perjalanan ini dalam QS. Al-Isra 17:1.
9.Syafaat: Al-Quran menyebutkan konsep syafaat, bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan penuh untuk memberikan izin kepada siapa yang bisa memberi syafaat (QS. Az-Zumar 39:44, QS. Al-Baqarah 2:255).
10.Hari Pembalasan: Al-Quran menyatakan bahwa seluruh manusia akan diadili pada hari pembalasan, di mana perbuatan mereka akan diperhitungkan dengan seadil-adilnya (QS. Al-Infitar 82:19, QS. Al-Mutaffifin 83:4-6).
Konsep-konsep ini dalam Al-Quran menunjukkan bahwa ada aspek-aspek iman yang kita terima berdasarkan kepercayaan terhadap wahyu Allah tanpa perlu bukti ilmiah atau rasional.
 
Dalam hadis, konsep “sam’ii” mencakup berbagai aspek yang mendukung dan menjelaskan hal-hal yang tidak bisa dijangkau akal manusia, tetapi diterima sebagai bagian dari keyakinan melalui wahyu dan penjelasan Rasulullah SAW. Berikut beberapa contoh hal-hal “sam’ii” menurut hadis:
1.Keberadaan Malaikat: Hadis menyebutkan peran malaikat seperti Jibril, yang bertugas menyampaikan wahyu kepada para nabi. Misalnya, hadis tentang Jibril yang datang untuk mengajarkan Islam kepada para sahabat (HR. Muslim).
2.Isra dan Mi’raj: Peristiwa Isra dan Mi’raj dijelaskan secara rinci dalam hadis, di mana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha. Ini adalah salah satu contoh penting dari konsep sam’ii yang diterima berdasarkan wahyu (HR. Bukhari dan Muslim).
3.Adzab Kubur: Terdapat banyak hadis yang menyebutkan tentang azab kubur dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir kepada orang yang telah meninggal (HR. Tirmidzi, HR. Bukhari). Hal ini menjadi dasar keyakinan tentang adanya kehidupan di alam barzakh.
4.Mukjizat Nabi: Banyak hadis yang menjelaskan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, seperti memancarkan air dari jari-jarinya (HR. Bukhari) atau peristiwa bulan terbelah (HR. Bukhari dan Muslim).
5.Keberadaan Jin dan Setan: Hadis-hadis menyebutkan interaksi Nabi Muhammad SAW dengan jin dan pengaruh setan. Nabi pernah membacakan ayat-ayat Al-Quran kepada sekelompok jin yang kemudian masuk Islam (HR. Muslim).
6.Doa dan Keberkahan: Rasulullah SAW mengajarkan berbagai doa yang diyakini memiliki keberkahan dan perlindungan khusus, meskipun pengaruhnya tidak selalu terlihat secara langsung (HR. Abu Dawud, HR. Tirmidzi).
7.Syafaat di Hari Kiamat: Hadis-hadis menyebutkan bahwa Rasulullah SAW akan memberikan syafaat kepada umatnya di Hari Kiamat (HR. Bukhari, HR. Muslim).
8.Keberadaan Surga dan Neraka: Hadis menggambarkan detail tentang surga dan neraka, termasuk tentang kenikmatan surga dan siksa neraka yang tak terbayangkan (HR. Bukhari, HR. Muslim).
9.Hari Kiamat dan Tanda-tandanya: Banyak hadis yang menjelaskan tanda-tanda besar dan kecil menjelang hari kiamat, seperti munculnya Dajjal dan turunnya Nabi Isa AS (HR. Bukhari, HR. Muslim).
10.Keberadaan Ruh: Hadis-hadis juga membahas tentang perjalanan ruh setelah kematian dan bagaimana nasib ruh orang-orang beriman dan tidak beriman di alam barzakh (HR. Ahmad, HR. Abu Dawud).
Hadis-hadis ini menguatkan kepercayaan terhadap konsep sam’ii dalam Islam, di mana umat Muslim menerima informasi ini dengan iman penuh karena merupakan penjelasan dari Nabi Muhammad SAW.
 
Hadis-hadis yang berasal dari Ahlul Bayt (keluarga Nabi) memiliki peran penting dalam memahami konsep sam’ii atau hal-hal yang diterima melalui kepercayaan penuh. Berikut beberapa contoh konsep sam’ii menurut hadis-hadis Ahlul Bayt:
1.Keberadaan Malaikat: Hadis-hadis dari Ahlul Bayt menekankan peran malaikat sebagai perantara Allah dalam menjaga alam semesta dan mencatat amal perbuatan manusia. Imam Ali Zainal Abidin dalam salah satu doanya menyebutkan tugas para malaikat yang menjaga langit dan bumi.
2.Kisah Isra dan Mi’raj: Hadis-hadis Ahlul Bayt memberikan detail tentang perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Imam Ja’far Ash-Shadiq menjelaskan bahwa perjalanan ini bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual, dan mencakup pengalaman melihat keajaiban langit dan bertemu dengan para nabi serta malaikat.
3.Adzab Kubur dan Alam Barzakh: Ahlul Bayt banyak menjelaskan tentang keadaan alam barzakh. Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa kubur bisa menjadi taman dari taman-taman surga atau lubang dari lubang-lubang neraka, tergantung pada amal seseorang.
4.Mukjizat dan Karomah: Imam-imam dari Ahlul Bayt sering diceritakan memiliki karomah, yaitu kemampuan luar biasa yang diberikan Allah kepada mereka sebagai tanda keistimewaan. Misalnya, Imam Ali memiliki kekuatan luar biasa dalam perang, dan beberapa riwayat menyebutkan mukjizat yang terjadi atas izin Allah melalui mereka.
5.Syafaat: Hadis-hadis Ahlul Bayt menekankan pentingnya syafaat yang diberikan oleh Rasulullah SAW dan para imam. Imam Ja’far Ash-Shadiq menyebutkan bahwa para pengikut sejati Ahlul Bayt akan mendapatkan syafaat mereka pada Hari Kiamat.
6.Keberadaan Jin: Ahlul Bayt juga mengakui keberadaan jin sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran dan Hadis. Imam Ja’far Ash-Shadiq memiliki riwayat tentang bagaimana jin dapat berinteraksi dengan manusia dan peran mereka dalam kehidupan dunia.
7.Doa dan Keberkahan: Hadis dari Ahlul Bayt menekankan pentingnya doa-doa tertentu yang diyakini memiliki kekuatan perlindungan dan keberkahan. Misalnya, Doa Kumayl, yang diajarkan oleh Imam Ali, diyakini memiliki efek spiritual yang kuat dan sering dibacakan untuk perlindungan dan pengampunan.
8.Surga dan Neraka: Para imam Ahlul Bayt, seperti Imam Hasan dan Imam Husain, sering memberikan penjelasan tentang surga dan neraka dalam ceramah dan nasihat mereka. Mereka menggambarkan surga sebagai balasan atas ketaatan dan neraka sebagai hukuman atas kezaliman.
9.Hari Kiamat dan Tanda-tandanya: Hadis-hadis Ahlul Bayt merinci tanda-tanda Hari Kiamat, seperti munculnya Imam Mahdi sebagai pembawa keadilan di akhir zaman. Imam Muhammad al-Baqir dan Imam Ja’far Ash-Shadiq menjelaskan tanda-tanda kecil dan besar menjelang hari kiamat.
10.Keberadaan Ruh dan Perjalanan Setelah Kematian: Hadis Ahlul Bayt berbicara tentang perjalanan ruh setelah kematian dan keadaan orang beriman serta orang fasik di alam barzakh. Imam Ali dan para imam lainnya sering memberikan pengajaran tentang pentingnya persiapan untuk akhirat.
 
Hadis-hadis dari Ahlul Bayt ini menunjukkan betapa pentingnya kepercayaan terhadap konsep sam’ii dalam kehidupan beragama, di mana aspek-aspek gaib diterima berdasarkan kepercayaan penuh dan bimbingan spiritual dari keluarga Nabi Muhammad SAW.
 
Menurut para mufassir (ahli tafsir), konsep “sam’ii” dalam Al-Quran dan hadis merujuk pada aspek-aspek keyakinan yang diterima melalui wahyu tanpa pembuktian empiris. Para mufassir sering menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan konsep sam’ii untuk memberikan pemahaman lebih mendalam. Berikut beberapa contoh pandangan mufassir tentang konsep sam’ii:
1.Keberadaan Malaikat: Mufassir seperti Imam al-Qurtubi dan Ibnu Katsir menafsirkan ayat-ayat tentang malaikat dengan menekankan peran mereka sebagai makhluk yang diciptakan Allah untuk tugas-tugas tertentu, seperti menyampaikan wahyu dan mencatat amal manusia (QS. Al-Baqarah 2:98). Mereka menjelaskan bahwa keberadaan malaikat adalah perkara sam’ii yang wajib diimani tanpa memerlukan bukti fisik.
2.Isra dan Mi’raj: Para mufassir seperti al-Baghawi dan al-Razi menafsirkan ayat QS. Al-Isra 17:1 tentang perjalanan malam Nabi Muhammad SAW. Mereka menjelaskan bahwa peristiwa ini adalah mukjizat besar yang diterima berdasarkan kepercayaan terhadap wahyu dan hadis, serta termasuk hal-hal sam’ii yang tidak dapat dijelaskan dengan akal biasa.
3.Adzab Kubur: Al-Qurtubi dalam tafsirnya menekankan bahwa adzab kubur termasuk dalam hal-hal gaib yang diimani berdasarkan hadis-hadis Rasulullah SAW. Ayat seperti QS. Ghafir 40:46 sering dikaitkan dengan siksaan yang terjadi setelah kematian.
4.Hari Kiamat dan Tanda-tandanya: Para mufassir seperti Ibnu Katsir menafsirkan ayat-ayat tentang kiamat, seperti QS. Al-Hajj 22:7, dengan menekankan kepastian terjadinya hari kiamat sebagai bagian dari keimanan terhadap hal-hal sam’ii. Mereka menjelaskan bahwa tanda-tanda kiamat, baik besar maupun kecil, dijelaskan secara rinci dalam hadis-hadis dan termasuk perkara yang harus diimani meski belum terlihat.
5.Surga dan Neraka: Mufassir seperti Fakhruddin al-Razi memberikan penafsiran mendetail tentang ayat-ayat yang menggambarkan surga dan neraka. Beliau menekankan bahwa meskipun deskripsi Al-Quran tentang surga dan neraka sangat mendetail, kepercayaan terhadap keberadaan mereka sepenuhnya didasarkan pada iman dan wahyu.
6.Mukjizat Para Nabi: Para mufassir menjelaskan bahwa mukjizat yang disebutkan dalam Al-Quran, seperti tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular (QS. Al-A’raf 7:107-108), adalah contoh nyata dari hal-hal sam’ii. Mereka menekankan bahwa mukjizat tersebut adalah bukti kenabian dan diterima melalui kepercayaan penuh pada wahyu.
7.Syafaat: Al-Razi dan al-Qurtubi menafsirkan ayat-ayat seperti QS. Az-Zumar 39:44 yang menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki hak untuk memberikan izin syafaat. Mereka menjelaskan bahwa konsep syafaat di akhirat diterima sebagai bagian dari iman terhadap perkara gaib.
8.Penciptaan Adam AS: Mufassir seperti Ibnu Katsir menafsirkan ayat-ayat tentang penciptaan Nabi Adam dari tanah (QS. Al-Baqarah 2:30-34) sebagai penegasan bahwa manusia pertama diciptakan langsung oleh Allah, yang merupakan hal sam’ii yang diterima melalui wahyu.
9.Keberadaan Jin: Mufassir al-Qurtubi menafsirkan ayat-ayat seperti QS. Al-Jin 72:1-15, yang menjelaskan bahwa jin adalah makhluk Allah yang memiliki akal dan kebebasan berkehendak. Keberadaan jin termasuk hal sam’ii yang diterima berdasarkan teks Al-Quran dan hadis.
10.Perjalanan Ruh Setelah Kematian: Dalam tafsir mereka, al-Qurtubi dan al-Razi membahas perjalanan ruh setelah kematian dengan merujuk pada ayat-ayat dan hadis-hadis yang berkaitan. Mereka menjelaskan bahwa kondisi ruh di alam barzakh termasuk hal sam’ii yang hanya dapat diketahui melalui wahyu.
Para mufassir menjelaskan bahwa keyakinan terhadap konsep sam’ii memerlukan keimanan penuh karena sumbernya adalah wahyu. Mereka menafsirkan ayat-ayat dan hadis-hadis terkait untuk menekankan bahwa akal manusia memiliki keterbatasan dalam memahami hal-hal gaib yang hanya bisa diketahui melalui firman Allah dan ajaran Rasul-Nya.
 
Para mufassir memiliki pendekatan khusus dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, yang sering kali dipengaruhi oleh ajaran dan hadis-hadis Ahlul Bayt. Mereka menekankan pentingnya menerima konsep sam’ii sebagai bagian integral dari iman yang didasarkan pada wahyu dan bimbingan para imam yang maksum. Berikut ini adalah beberapa konsep sam’ii menurut mufassir Syiah:
1.Keberadaan Malaikat: Mufassir Syiah seperti Allamah Thabathaba’i dalam tafsir Al-Mizan menafsirkan ayat-ayat tentang malaikat dengan menekankan peran mereka sebagai makhluk suci yang bertugas menyampaikan perintah Allah dan mengawasi amal perbuatan manusia. Keberadaan malaikat dianggap sebagai perkara sam’ii yang harus diimani, dengan bimbingan dari Al-Quran dan penjelasan para imam.
2.Isra dan Mi’raj: Tafsir Nur al-Tsaqalain dan Al-Mizan menyebutkan bahwa Isra dan Mi’raj adalah peristiwa besar yang diterima secara sam’ii, dan para imam dari Ahlul Bayt memberikan rincian tentang peristiwa ini. Imam Ja’far Ash-Shadiq menjelaskan aspek spiritual dan fisik dari perjalanan ini, yang menegaskan bahwa perjalanan tersebut adalah bukti kebesaran Allah.
3.Adzab Kubur dan Alam Barzakh: Para mufassir Syiah seperti Syaikh Tusi dan Allamah Thabathaba’i menjelaskan tentang azab kubur dan kehidupan di alam barzakh dengan merujuk pada ayat-ayat seperti QS. Ghafir 40:46 dan hadis-hadis dari para imam. Mereka menekankan bahwa adzab kubur adalah hal sam’ii yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang tetapi diimani karena sumbernya dari wahyu dan ajaran Ahlul Bayt.
4.Hari Kiamat dan Tanda-tandanya: Para mufassir Syiah menekankan pentingnya kepercayaan pada hari kiamat dan tanda-tandanya sebagai bagian dari iman. Allamah Thabathaba’i dalam tafsirnya menafsirkan ayat-ayat tentang kiamat, seperti QS. Al-Zalzalah, dengan penekanan pada bukti-bukti sam’ii dan ajaran para imam tentang tanda-tanda besar dan kecil menjelang kiamat, termasuk kedatangan Imam Mahdi.
5.Surga dan Neraka: Tafsir Syiah menekankan bahwa deskripsi tentang surga dan neraka dalam Al-Quran, seperti dalam QS. Ar-Rahman dan QS. Al-Waqi’ah, diterima sebagai perkara sam’ii. Para mufassir seperti Allamah Thabathaba’i menekankan bahwa penjelasan para imam tentang kenikmatan surga dan siksa neraka memberikan gambaran yang lebih mendalam dan mendukung pemahaman umat.
6.Mukjizat Para Nabi: Para mufassir Syiah menjelaskan mukjizat yang disebutkan dalam Al-Quran, seperti mukjizat Nabi Musa AS dan mukjizat Nabi Isa AS, dengan penekanan bahwa mukjizat tersebut adalah bukti kenabian dan diterima melalui keimanan sam’ii. Penjelasan dari para imam sering kali memberikan konteks tambahan tentang makna spiritual di balik mukjizat-mukjizat tersebut.
7.Syafaat: Konsep syafaat dalam tradisi Syiah ditekankan melalui tafsir ayat-ayat seperti QS. Az-Zumar 39:44. Mufassir Syiah, termasuk Thabathaba’i, menegaskan bahwa syafaat adalah hak prerogatif yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan Ahlul Bayt. Para imam diyakini memiliki peran penting dalam memberikan syafaat kepada pengikut setia mereka di Hari Kiamat.
8.Keberadaan Jin: Mufassir Syiah menjelaskan bahwa keberadaan jin, seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Jin, termasuk dalam hal-hal sam’ii. Penafsiran ini sering didukung dengan riwayat dari para imam yang menjelaskan peran jin dalam kehidupan manusia dan interaksi mereka dengan para nabi.
9.Doa dan Keberkahan: Mufassir Syiah menekankan pentingnya doa-doa yang diajarkan oleh para imam, seperti Doa Kumayl dan Doa Tawassul, sebagai sarana spiritual yang memiliki kekuatan khusus. Keampuhan doa-doa ini diterima secara sam’ii karena dijelaskan oleh para imam yang maksum.
10.Perjalanan Ruh Setelah Kematian: Tafsir Syiah membahas perjalanan ruh setelah kematian dengan merujuk pada penjelasan para imam. Misalnya, Imam Ali Zainal Abidin dalam doanya menjelaskan kondisi ruh di alam barzakh dan bagaimana perbedaan nasib ruh orang beriman dan tidak beriman. Hal ini dianggap sebagai konsep sam’ii yang diterima melalui riwayat Ahlul Bayt.
Penafsiran sam’ii oleh para mufassir Syiah berfokus pada kepercayaan terhadap hal-hal gaib dan penerimaan penuh terhadap wahyu serta ajaran yang berasal dari Ahlul Bayt. Mereka memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan spiritual tentang ayat-ayat dan hadis-hadis, menekankan bahwa akal manusia memiliki keterbatasan dalam memahami realitas yang sepenuhnya diketahui oleh Allah.
 
Menurut ahli makrifat dan hakikat, konsep sam’ii dipahami secara lebih mendalam, melibatkan dimensi batin dan spiritual yang melampaui pengetahuan lahiriah. Para ahli makrifat (tasawuf) menekankan bahwa sam’ii bukan hanya sekadar menerima hal-hal gaib berdasarkan teks, tetapi juga menghayati dan merasakan kebenaran-kebenaran ini dalam perjalanan spiritual mereka. Berikut ini penjelasan tentang makna sam’ii menurut ahli makrifat dan hakikat:
1.Keberadaan Malaikat: Ahli makrifat memandang malaikat bukan hanya sebagai makhluk gaib yang melaksanakan perintah Allah, tetapi juga sebagai simbol dari kekuatan-kekuatan ilahi yang bekerja di alam semesta. Malaikat dianggap mewakili aspek spiritual yang hadir dalam setiap peristiwa, dan mereka yang mencapai tingkatan makrifat bisa merasakan kehadiran energi malaikat dalam ibadah dan dzikir.
2.Isra dan Mi’raj: Perjalanan Isra dan Mi’raj dilihat sebagai perjalanan spiritual yang juga harus dicontoh oleh setiap individu dalam pencarian makrifat. Ahli hakikat mengajarkan bahwa Isra dan Mi’raj mencerminkan perjalanan ruhani seorang hamba menuju penyatuan dengan Sang Pencipta. Perjalanan ini adalah simbol dari peningkatan kesadaran dan pengangkatan jiwa dari alam materi ke alam ruhani yang lebih tinggi.
3.Adzab Kubur dan Alam Barzakh: Dalam pandangan tasawuf, adzab kubur tidak hanya dilihat sebagai siksaan fisik setelah kematian, tetapi lebih sebagai keadaan ruhani yang dialami oleh jiwa yang belum mencapai kedamaian batin. Ahli makrifat menjelaskan bahwa kehidupan dunia adalah kesempatan untuk mempersiapkan diri agar ruh terhindar dari siksaan batin akibat keterikatan duniawi.
4.Hari Kiamat dan Tanda-tandanya: Ahli hakikat menekankan bahwa tanda-tanda kiamat juga mencakup perubahan besar dalam kesadaran kolektif umat manusia. Kiamat bukan hanya peristiwa fisik, tetapi juga proses transendental yang terjadi dalam diri manusia yang menyadari hakikat sejatinya. Mereka memandang kiamat sebagai simbol dari “kematian ego” dan kebangkitan ruhani yang membawa manusia pada realitas ilahi.
5.Surga dan Neraka: Para sufi mengajarkan bahwa surga dan neraka bukan hanya tempat fisik di akhirat, tetapi juga kondisi jiwa. Surga adalah keadaan kedamaian dan kebahagiaan batin bagi mereka yang mencapai makrifat, sementara neraka adalah kondisi penderitaan batin bagi mereka yang terperangkap dalam nafsu duniawi. Surga dan neraka, dalam pandangan ini, dapat dialami sebagian di dunia melalui pengalaman spiritual yang mendalam.
6.Mukjizat Para Nabi: Mukjizat para nabi dilihat oleh ahli hakikat sebagai manifestasi kekuasaan Allah yang menunjukkan bahwa realitas fisik tunduk pada kehendak-Nya. Mukjizat ini menjadi pelajaran bagi orang yang mencari makrifat bahwa dunia material bukanlah satu-satunya realitas. Dengan perjalanan spiritual yang mendalam, seseorang bisa memahami bagaimana kekuatan ilahi bekerja di balik tirai dunia fisik.
7.Syafaat: Ahli makrifat memandang syafaat sebagai pancaran kasih sayang ilahi yang diwujudkan melalui nabi dan wali. Syafaat ini diyakini bukan hanya tindakan di Hari Kiamat, tetapi juga pertolongan batin yang bisa dirasakan oleh para murid dalam perjalanan spiritual mereka. Hubungan dengan guru atau mursyid dianggap sebagai bentuk syafaat di dunia yang membantu murid mendekatkan diri kepada Allah.
8.Keberadaan Jin: Ahli makrifat menjelaskan bahwa keberadaan jin melambangkan kekuatan tersembunyi dalam alam semesta yang dapat mempengaruhi manusia. Jin juga dilihat sebagai simbol dari aspek negatif dari diri manusia yang harus dikendalikan. Dengan dzikir dan latihan spiritual, seorang sufi belajar untuk mengatasi pengaruh-pengaruh negatif ini dan mencapai keseimbangan batin.
9.Doa dan Keberkahan: Doa dalam pandangan ahli hakikat bukan hanya ucapan lahiriah, tetapi dialog batin dengan Allah. Doa menjadi sarana untuk membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada sumber segala keberkahan. Keberkahan yang diperoleh melalui doa adalah manifestasi dari kehadiran dan kasih sayang Allah dalam kehidupan seseorang.
10.Perjalanan Ruh Setelah Kematian: Ahli makrifat menekankan bahwa perjalanan ruh setelah kematian mencerminkan hasil dari perjalanan spiritual di dunia. Bagi mereka yang telah mencapai makrifat, kematian bukanlah akhir, tetapi gerbang menuju persatuan yang lebih dalam dengan Tuhan. Pengalaman ruhani di dunia mempersiapkan jiwa untuk menerima cahaya ilahi di alam berikutnya.
Secara keseluruhan, ahli makrifat dan hakikat mengajarkan bahwa keimanan terhadap konsep sam’ii melibatkan penghayatan mendalam dan perjalanan batin yang membawa seseorang kepada pemahaman langsung tentang realitas ilahi. Pengetahuan ini tidak hanya didasarkan pada teks, tetapi juga pada pengalaman spiritual dan kebersatuan dengan Tuhan.
 
Menurut ahli hakikat Syiah, konsep sam’ii dipahami sebagai bagian dari perjalanan spiritual menuju pengetahuan yang mendalam tentang hakikat dan realitas ilahi. Ajaran para imam Ahlul Bayt menjadi landasan utama dalam pendekatan ini, di mana makna sam’ii melampaui sekadar kepercayaan tekstual menjadi pengalaman batin dan transformasi spiritual. Berikut adalah penjelasan beberapa aspek sam’ii menurut ahli hakikat Syiah:
1.Keberadaan Malaikat: Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, malaikat tidak hanya dipandang sebagai makhluk gaib, tetapi juga sebagai simbol dari berbagai aspek kekuatan ilahi yang bekerja dalam diri manusia dan alam semesta. Para imam menjelaskan bahwa malaikat hadir dalam kehidupan spiritual seseorang sebagai pendamping dalam ibadah dan penjaga yang mendorong manusia menuju kebaikan. Sufi dan arif Syiah, seperti Mulla Sadra, menekankan bahwa malaikat adalah manifestasi dari kesadaran dan pengetahuan ilahi yang membantu manusia dalam perjalanan menuju kesempurnaan.
2.Isra dan Mi’raj: Para ahli hakikat Syiah melihat peristiwa Isra dan Mi’raj sebagai contoh nyata dari perjalanan batin Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan puncak kedekatan dan persatuan dengan Allah. Perjalanan ini dipandang sebagai simbol dari perjalanan seorang sufi menuju Allah, di mana mereka harus melewati tahapan-tahapan ma’rifat (pengetahuan batin) dan kasyf (penyingkapan) hingga mencapai hakikat. Imam Ali dan para imam lainnya mengajarkan bahwa setiap mukmin dapat merasakan perjalanan spiritual ini dalam bentuk penghayatan ibadah dan dzikir yang mendalam.
3.Adzab Kubur dan Alam Barzakh: Menurut ahli hakikat Syiah, adzab kubur lebih dipahami sebagai kondisi ruhani yang dialami jiwa sesuai dengan amal dan kesadaran spiritualnya selama di dunia. Para imam menjelaskan bahwa alam barzakh adalah tempat di mana manusia menghadapi konsekuensi dari perbuatan dan kesadarannya. Ahli hakikat mengajarkan bahwa alam ini bukan hanya siksaan fisik, tetapi juga pengalaman batin yang menyakitkan atau menyenangkan sesuai dengan tingkat ma’rifat seseorang.
4.Hari Kiamat dan Tanda-tandanya: Ahli hakikat Syiah, seperti Mulla Sadra dan arif lainnya, menekankan bahwa hari kiamat bukan hanya peristiwa kosmik yang mengakhiri dunia fisik, tetapi juga mencerminkan kebangkitan spiritual dalam diri manusia. Mereka memandang tanda-tanda kiamat sebagai simbol dari perubahan besar dalam kesadaran kolektif manusia dan kebangkitan kesadaran ilahi. Kiamat dilihat sebagai puncak pengungkapan hakikat yang mengungkap kebenaran sejati dari segala sesuatu.
5.Surga dan Neraka: Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, surga dan neraka adalah lebih dari sekadar tempat fisik di akhirat; mereka adalah keadaan jiwa. Surga adalah kebahagiaan dan kedamaian yang diperoleh jiwa yang telah mencapai makrifat dan penyatuan dengan kehendak ilahi, sementara neraka adalah penderitaan batin yang dialami oleh jiwa yang terperangkap dalam nafsu dan keterikatan duniawi. Para imam Ahlul Bayt menggambarkan bahwa pengalaman surga dan neraka bisa dirasakan di dunia ini melalui keadaan hati dan perbuatan seseorang.
6.Mukjizat Para Nabi: Ahli hakikat Syiah memandang mukjizat sebagai manifestasi dari kekuatan ilahi yang menunjukkan bahwa realitas fisik berada di bawah kendali penuh Tuhan. Mukjizat dipandang sebagai tanda bagi orang-orang beriman bahwa ada kekuatan lebih tinggi yang melampaui hukum-hukum alam. Imam Ali dalam ajarannya menegaskan bahwa mukjizat bukan sekadar fenomena fisik, tetapi memiliki makna batin yang menunjukkan hakikat ilahi di baliknya.
7.Syafaat: Dalam tasawuf Syiah, syafaat dianggap sebagai pancaran kasih sayang Allah yang diwujudkan melalui Nabi Muhammad SAW dan Ahlul Bayt. Syafaat ini tidak hanya dipahami sebagai perantaraan di Hari Kiamat, tetapi juga sebagai dukungan spiritual yang dapat dirasakan oleh para pencari makrifat dalam kehidupan sehari-hari. Para imam mengajarkan bahwa syafaat adalah bentuk bantuan ilahi yang mengangkat seorang hamba dari kegelapan menuju cahaya pengetahuan dan kedekatan dengan Allah.
8.Keberadaan Jin: Ahli hakikat Syiah mengajarkan bahwa jin adalah simbol dari kekuatan-kekuatan tersembunyi dalam alam dan dalam diri manusia. Pengendalian atas aspek-aspek jin ini mencerminkan penguasaan spiritual atas hawa nafsu dan dorongan-dorongan negatif. Dengan latihan spiritual dan dzikir yang dipandu oleh ajaran Ahlul Bayt, seorang sufi dapat mengatasi pengaruh-pengaruh negatif ini dan mencapai kebersihan hati.
9.Doa dan Keberkahan: Doa dalam pandangan ahli hakikat Syiah adalah medium untuk mencapai kedekatan sejati dengan Allah. Doa-doa yang diajarkan oleh para imam, seperti Doa Kumayl, memiliki kekuatan khusus yang menghubungkan hati manusia dengan sumber segala keberkahan. Ahli hakikat Syiah menekankan bahwa doa bukan sekadar ritual, tetapi pengalaman batin yang membersihkan jiwa dan membuka pintu rahmat ilahi.
10.Perjalanan Ruh Setelah Kematian: Ahli hakikat Syiah menekankan bahwa perjalanan ruh setelah kematian sangat bergantung pada keadaan jiwa selama hidup. Para imam menjelaskan bahwa kehidupan di dunia ini adalah kesempatan untuk mempersiapkan jiwa agar siap menghadapi alam barzakh dan akhirat. Bagi mereka yang telah mencapai makrifat dan menyucikan hati, kematian adalah perpindahan menuju keadaan ruhani yang lebih tinggi dan kebersatuan dengan Tuhan.
Secara keseluruhan, ahli hakikat Syiah memandang bahwa konsep sam’ii harus dihayati dan dipahami secara batin melalui perjalanan spiritual yang dipandu oleh bimbingan para imam Ahlul Bayt. Pengetahuan dan pengalaman ini tidak hanya berdasarkan teks, tetapi juga hasil dari pencerahan batin dan kedekatan dengan Allah yang dicapai melalui ibadah, dzikir, dan tafakkur.
 
Kisah dan cerita yang menggambarkan pengalaman spiritual para imam dan tokoh sufi yang menunjukkan kedalaman pemahaman mereka tentang hakikat dan realitas ilahi. Beberapa cerita yang menggambarkan pemahaman sam’ii dan pengalaman para ahli hakikat Syiah:
 
1. Peristiwa Gua Hira dan Kesadaran Spiritual Nabi Muhammad SAW
Salah satu kisah yang kerap dirujuk adalah pengalaman Nabi Muhammad SAW di Gua Hira sebelum menerima wahyu pertama. Bagi ahli hakikat, momen ini mencerminkan titik awal perjalanan spiritual Nabi yang menandai peralihan dari pencarian kepada penemuan. Kisah ini diinterpretasikan sebagai simbol bagi mereka yang mencari makrifat, di mana seseorang harus melalui perenungan mendalam dan mengatasi kegelapan batin sebelum menerima pencerahan.
 
2. Imam Ali dan Penghayatan Tentang Hakikat Malaikat
Diriwayatkan bahwa Imam Ali AS pernah berbicara tentang keberadaan malaikat dan kekuatan spiritual mereka. Dalam salah satu khutbah di Nahjul Balaghah, Imam Ali menjelaskan tentang sifat-sifat malaikat yang suci dan peran mereka sebagai perantara dalam penciptaan dan pelaksanaan kehendak ilahi. Bagi para ahli hakikat, penjelasan Imam Ali ini bukan hanya deskripsi malaikat, tetapi juga pelajaran tentang pentingnya membersihkan hati agar manusia dapat “merasakan” kehadiran energi ilahi seperti malaikat.
 
3. Kisah Imam Husain di Karbala
Kisah peristiwa Karbala sering diinterpretasikan oleh para ahli hakikat Syiah sebagai puncak pengorbanan dan ketaatan mutlak kepada Allah. Imam Husain AS tidak hanya melawan kezaliman secara fisik, tetapi juga menunjukkan makna spiritual yang mendalam dalam menerima takdir ilahi dengan penuh kerelaan. Para arif menafsirkan bahwa peristiwa Karbala adalah simbol dari “mi’raj” pribadi Imam Husain, di mana ia dan para sahabatnya mencapai tingkat pengorbanan dan penyerahan diri yang sempurna, sehingga membuka pintu-pintu syafaat dan rahmat bagi umat manusia.
 
4. Syafaat Imam Ali Zainal Abidin dalam Doa-doanya
Imam Ali Zainal Abidin AS, yang dikenal dengan julukan As-Sajjad, memiliki koleksi doa yang sangat mendalam dalam kitab Sahifah Sajjadiyah. Dalam salah satu doanya, ia berbicara tentang rahmat Allah, adzab, dan keagungan-Nya. Ahli hakikat menilai bahwa doa-doa Imam Sajjad bukan hanya permohonan, tetapi juga pengalaman spiritual yang membawa pembacanya lebih dekat kepada Allah. Setiap kalimat dalam doa-doanya mengandung pelajaran tentang pengakuan atas kelemahan diri dan keagungan Sang Pencipta, yang pada akhirnya membuka jalan bagi jiwa untuk merasakan kedekatan dan syafaat ilahi.
 
5. Cerita Syekh Mufid dan Pengajaran dari Imam Mahdi
Syekh Mufid, seorang ulama besar dalam Syiah, dikenal memiliki hubungan spiritual yang mendalam dengan Imam Mahdi AJF. Terdapat kisah yang diriwayatkan bahwa Syekh Mufid pernah mengalami kebingungan dalam menyelesaikan masalah fikih, dan dalam mimpinya, Imam Mahdi memberikan petunjuk yang membimbingnya ke jawaban yang benar. Para ahli hakikat melihat cerita ini sebagai contoh nyata dari bagaimana bimbingan ilahi dapat diberikan kepada para pencari kebenaran yang tulus, meskipun tidak secara fisik, tetapi dalam bentuk inspirasi dan petunjuk batin.
 
6. Kisah Salman al-Farisi dan Pencarian Kebenaran
Salman al-Farisi, seorang sahabat Nabi yang sangat dihormati dalam tradisi Syiah, adalah contoh nyata dari perjalanan spiritual menuju kebenaran. Salman melakukan perjalanan jauh dari Persia ke berbagai negeri untuk mencari kebenaran yang sejati, hingga akhirnya ia menemukan Nabi Muhammad SAW dan menjadi salah satu sahabat setia beliau. Kisah pencarian Salman ini sering diceritakan oleh para arif sebagai simbol bahwa perjalanan menuju makrifat memerlukan usaha yang besar, ketulusan, dan kesabaran. Dalam pencarian ini, seseorang harus melewati berbagai rintangan hingga akhirnya mendapatkan pencerahan yang sejati.
 
7. Imam Ja’far Shadiq dan Pelajaran tentang Jin
Imam Ja’far Shadiq AS, imam keenam dalam tradisi Syiah, memiliki banyak kisah tentang interaksinya dengan makhluk gaib, termasuk jin. Dalam salah satu kisah, Imam Ja’far mengajarkan bahwa jin adalah makhluk yang memiliki kekuatan dan kemampuan, tetapi manusia memiliki kelebihan dalam bentuk akal dan hubungan dengan Allah. Pelajaran ini menunjukkan bahwa walaupun jin adalah bagian dari alam gaib, mereka bukanlah penghalang bagi mereka yang berjalan di jalan makrifat, selama manusia memperkuat hubungannya dengan Allah dan menjaga kesucian hati.
 
8. Pengalaman Ruhani para Sufi Syiah
Beberapa sufi Syiah, seperti Ibnu Arabi, meskipun lebih sering dikaitkan dengan tasawuf secara umum, memiliki interpretasi yang sering kali dipengaruhi oleh ajaran Ahlul Bayt. Pengalaman ruhaninya tentang perjalanan jiwa menuju Allah mengandung elemen-elemen pemahaman Syiah tentang hakikat keesaan, cinta ilahi, dan penghayatan batin. Pengalaman-pengalaman ruhani ini mencakup perenungan mendalam, dzikir, dan penyatuan dengan kehendak ilahi yang diiringi dengan bimbingan para imam.
 
Kisah-kisah dan cerita ini menggambarkan betapa para ahli hakikat Syiah mengajarkan bahwa kepercayaan kepada hal-hal sam’ii harus disertai dengan penghayatan batin dan pengalaman spiritual yang dalam, sehingga makna sejati dari sam’ii dapat diinternalisasi dalam kehidupan seorang pencari makrifat.
 
Manfaat dari pemahaman dan penghayatan sam’ii dalam perspektif ahli hakikat Syiah dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan spiritual dan keseharian seseorang. Berikut adalah beberapa manfaatnya:
1. Mendekatkan Diri kepada Allah
Penghayatan terhadap makna sam’ii memungkinkan seseorang untuk merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupannya. Hal ini mendorong peningkatan kesadaran akan hubungan yang mendalam dengan Sang Pencipta, sehingga seseorang dapat menjalani kehidupan dengan lebih khusyuk dan penuh keimanan.
 
2. Memperkuat Keyakinan dan Keimanan
Memahami aspek-aspek gaib, seperti malaikat, jin, dan kehidupan setelah mati, membantu seseorang untuk memperkuat keimanannya terhadap hal-hal yang tidak terlihat. Hal ini membantu seseorang mengatasi keraguan dan memelihara keyakinan yang kokoh terhadap ajaran agama.
 
3. Meningkatkan Kesabaran dan Ketabahan
Mengetahui kisah-kisah spiritual para imam dan tokoh-tokoh sufi yang menghadapi berbagai ujian dengan sabar dan penuh ketabahan dapat memberikan inspirasi bagi seseorang untuk bersabar dalam menghadapi tantangan hidup. Pemahaman ini mengajarkan bahwa ujian duniawi hanyalah sementara dan merupakan bagian dari perjalanan menuju kesempurnaan ruhani.
 
4. Membuka Jalan Menuju Makrifat
Pemahaman yang mendalam tentang hal-hal sam’ii dapat membuka pintu makrifat, yaitu pengetahuan batin yang mendalam tentang hakikat Allah dan realitas alam semesta. Dengan demikian, seseorang dapat mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi, di mana ia dapat memahami tujuan penciptaan dan perannya sebagai hamba Allah.
 
5. Mendapatkan Ketenangan Batin
Pengetahuan tentang alam barzakh, hari kiamat, dan surga serta neraka membantu seseorang untuk menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara. Kesadaran ini membawa ketenangan batin, karena seseorang memahami bahwa akhirat adalah tempat yang abadi dan menjadi tujuan utama. Hal ini juga mendorong seseorang untuk lebih fokus pada amal kebaikan dan membersihkan hatinya.
 
6. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Penghayatan sam’ii membuat seseorang lebih memahami makna ibadah dan doa. Ketika seseorang sadar akan keberadaan malaikat yang menyertai dan memuliakan ibadahnya, ibadah tersebut menjadi lebih bermakna dan mendalam. Doa yang dipanjatkan dengan pemahaman ini juga lebih penuh penghayatan, sehingga meningkatkan kedekatan dengan Allah.
 
7. Menguatkan Hubungan dengan Ahlul Bayt
Melalui penghayatan sam’ii, seorang Syiah dapat memperkuat hubungannya dengan Ahlul Bayt. Kepercayaan pada syafaat mereka dan pengetahuan tentang peran mereka dalam kehidupan spiritual membuat seseorang lebih terhubung secara emosional dan spiritual dengan para imam, yang menjadi panutan dalam menjalani kehidupan beragama.
 
8. Mendapatkan Perlindungan Spiritual
Pemahaman tentang kehadiran makhluk gaib seperti malaikat dan jin, serta kekuatan doa dan dzikir, memberikan perlindungan spiritual. Dzikir dan amalan-amalan yang diajarkan para imam diyakini dapat melindungi seseorang dari gangguan makhluk gaib yang negatif dan membawa ketenangan serta keberkahan dalam hidupnya.
 
9. Memahami Hikmah di Balik Ujian Hidup
Ajaran tentang sam’ii mengajarkan bahwa setiap ujian memiliki makna dan tujuan, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini membuat seseorang lebih mampu menerima cobaan dengan lapang dada dan berusaha mencari hikmah di baliknya. Pemahaman ini membantu individu untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang lebih luas dan menghindari sikap putus asa.
 
10. Mengembangkan Kesadaran Kolektif
Penghayatan sam’ii dapat membantu memperkuat ikatan di antara komunitas Syiah yang memiliki keyakinan yang sama tentang hal-hal gaib. Ini mendorong munculnya kesadaran kolektif yang menciptakan solidaritas dan persatuan dalam menjalankan ajaran agama serta menghadapi tantangan bersama sebagai satu umat.
Secara keseluruhan, manfaat penghayatan terhadap sam’ii menurut ahli hakikat Syiah meliputi peningkatan keimanan, kedekatan dengan Allah, ketenangan batin, perlindungan spiritual, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang tujuan hidup dan realitas ilahi. Semua ini membantu seseorang untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan penuh berkah.
 
Doa-doa memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon rahmat, dan memperkuat ikatan spiritual dengan-Nya. Berikut adalah beberapa doa penting yang sering dibaca yang juga mencerminkan makna sam’ii dan penghayatan spiritual mendalam:
 
1. Doa Kumayl
Doa ini diajarkan oleh Imam Ali AS kepada Kumayl bin Ziyad dan dianggap sebagai salah satu doa yang paling mulia dalam tradisi Syiah. Doa ini memohon ampunan, rahmat, dan perlindungan dari Allah, serta mengakui kelemahan diri manusia di hadapan kekuasaan Tuhan. Doa Kumayl sangat populer dibaca pada malam Jumat atau pada saat-saat tertentu yang memerlukan penguatan spiritual.
Petikan dari Doa Kumayl:
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan nama-nama-Mu yang Agung, dengan sifat-sifat-Mu yang sempurna, dan dengan kedekatan-Mu, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku…”
 
2. Doa Al-Tawbah
Doa ini merupakan permohonan ampunan dari Allah, dengan pengakuan atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukan. Ia menekankan pentingnya penyesalan dan tekad untuk kembali ke jalan yang benar. Doa ini mencerminkan kesadaran batin tentang kelemahan diri dan memohon rahmat Allah yang tidak terbatas.
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah berbuat dosa besar, dan aku mengakui segala kesalahanku. Tidak ada yang dapat mengampuni selain Engkau…”
 
3. Doa Sajjadiah (Sahifah Sajjadiyah)
Doa-doa dalam Sahifah Sajjadiyah adalah kumpulan doa yang diajarkan oleh Imam Ali Zainal Abidin AS. Doa-doa ini sangat dalam dan kaya akan makna, dengan fokus pada pengakuan akan kebesaran Allah, serta permohonan rahmat dan petunjuk-Nya. Doa-doa ini sering kali mencakup permintaan untuk menjaga hati tetap bersih dari noda duniawi dan meningkatkan kedekatan dengan Allah.
“Ya Allah, jadikanlah kami sebagai orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Mu dengan ibadah dan taat, serta memberkahi kami dengan pengertian yang benar tentang agama-Mu.”
 
4. Doa Arafah
 
Doa ini dibaca pada hari Arafah, salah satu hari yang sangat mulia dalam kalender Islam. Doa ini mencerminkan perasaan hamba yang penuh kerendahan hati di hadapan Allah, memohon ampunan dan rahmat-Nya, serta mengakui ketidakberdayaan diri di hadapan kebesaran-Nya.
“Ya Tuhanku, siapa yang akan aku serahkan diriku selain Engkau, dan siapa yang akan aku harapkan selain-Mu? Aku tidak memiliki yang lain selain Engkau.”
 
5. Doa Penguatan
Doa ini adalah permohonan untuk diberikan kekuatan dalam menghadapi kesulitan hidup dan menjaga hati tetap teguh dalam iman. Ini adalah doa yang sangat dihargai dalam tradisi Syiah sebagai sarana untuk memohon pertolongan Allah dalam setiap situasi sulit.
“Ya Allah, kuatkanlah aku dengan pertolongan-Mu dan berikanlah aku kekuatan untuk menghadapi cobaan hidup. Engkau adalah sumber segala kekuatan dan pertolongan.”
 
6. Doa Al-Jawshan al-Kabir
Doa ini adalah salah satu doa yang paling besar dan banyak dibaca oleh umat Syiah, terutama di bulan Ramadhan. Doa ini berisi pujian-pujian untuk Allah dengan berbagai nama-nama-Nya yang mulia, memohon perlindungan, dan mengakui keagungan-Nya. Doa ini sangat panjang dan berisi serangkaian permohonan yang mendalam kepada Allah untuk kebaikan dunia dan akhirat.
Petikan dari Doa Al-Jawshan al-Kabir: “Ya Allah, ya yang Maha Pemurah, ya yang Maha Penyayang, ya yang Maha Pemberi Rahmat, ya yang Maha Agung, aku memohon perlindungan dan rahmat-Mu…”
 
7. Doa Istikharah
Doa ini dibaca ketika seseorang membutuhkan petunjuk Allah dalam mengambil keputusan. Istikharah, secara harfiah, berarti memohon pilihan terbaik dari Allah dalam suatu perkara. Doa ini juga menunjukkan ketergantungan total kepada kehendak Ilahi dalam setiap langkah hidup. “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu, dan aku menyerahkan urusanku kepada-Mu. Jika ini baik bagiku, maka mudahkanlah aku untuk melakukannya…”
 
8. Doa Nabiyyu al-Rahman
Doa ini merupakan doa pendek yang dipanjatkan untuk mendapatkan rahmat dan kasih sayang dari Allah. Ini adalah doa yang penuh harapan akan belas kasih-Nya yang tak terbatas dan memohon agar diberikan ketenangan hati serta perlindungan.
“Ya Rahman, Ya Rahim, limpahkanlah rahmat-Mu kepada hamba-Mu ini dan berikanlah kedamaian di hatiku…”
 
9. Doa Dua Belas Imam (Doa Hajat)
Doa ini memohon kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam menghadapi setiap kesulitan dan kebutuhan hidup, sambil mengingat para imam Ahlul Bayt sebagai perantara untuk memohon keberkahan dan pertolongan dari Allah.
“Ya Allah, dengan nama-nama para Imam Ahlul Bayt, aku memohon kepada-Mu untuk memberikan pertolongan dan kemudahan dalam segala urusanku.”
 
10. Doa Qunut
Doa ini biasa dibaca pada akhir salat, terutama di bulan Ramadhan atau pada malam-malam khusus. Doa ini penuh dengan permohonan ampunan dan kedamaian, serta menyerahkan segala urusan hidup kepada Allah dengan penuh tawakal.
“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dengan segala kebesaran-Mu, ampunilah kami, dan jadikanlah kami dari hamba-hamba-Mu yang selalu taat dan bersyukur.”
 
Kesimpulan ; Doa-doa ini, serta doa-doa lainnya dalam tradisi Syiah, tidak hanya berfungsi sebagai permohonan kepada Allah, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya, memperkuat hubungan batin dengan Allah, dan memohon petunjuk serta perlindungan-Nya. Penghayatan dalam membaca doa-doa ini membawa manfaat spiritual yang mendalam, meningkatkan keimanan, dan memberi kedamaian batin dalam menghadapi tantangan hidup.

 

Baca juga:
Timur Tengah Makin Panas, Rudal AS Bombardir Yaman


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment