I’tashomtu billah adalah ungkapan pengakuan akan kebergantungan kita kepada Allah dalam berbagai aspek kehidupan.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
Makna dari i’tashomtu billah dalam bahasa Arab adalah “Aku berlindung kepada Allah.”
Frase ini digunakan untuk menyatakan bahwa seseorang memohon perlindungan dari Allah dalam menghadapi berbagai situasi atau kesulitan. Dengan mengatakan i’tashomtu billah, seseorang menegaskan keyakinan dan kepercayaannya kepada Allah sebagai tempat berlindung dan sumber kekuatan.
Berikut makna dari i’tashomtu billah dalam konteks yang berbeda:
1.Perlindungan: Memohon agar Allah melindungi dari segala bahaya dan musibah.
2.Keteguhan Hati: Berusaha tetap tegar dan kuat dalam menghadapi ujian hidup.
3.Keikhlasan: Menyerahkan diri kepada Allah dalam setiap keadaan.
4.Ketenangan Jiwa: Memperoleh ketenangan batin dari keyakinan kepada Allah.
5.Ketundukan: Menunjukkan ketundukan penuh kepada kehendak Allah.
6.Keyakinan: Memperkuat kepercayaan bahwa Allah adalah sebaik-baik pelindung.
7.Kekuatan: Meminta kekuatan dari Allah untuk menghadapi tantangan.
8.Perisai Diri: Menjadikan Allah sebagai perisai terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
9.Kedamaian: Memohon kedamaian dalam hati dan pikiran.
10.Pengampunan: Menyadari bahwa hanya Allah yang dapat memberikan pengampunan dan keselamatan.
Setiap makna tersebut memperkaya pemahaman bahwa i’tashomtu billah adalah ungkapan pengakuan akan kebergantungan kita kepada Allah dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam Al-Quran, konsep berlindung kepada Allah (i’tashomtu billah) dijelaskan melalui berbagai ayat yang menguatkan iman, ketundukan, dan perlindungan. Berikut adalah beberapa ayat yang berkaitan dengan makna i’tashomtu billah dan perlindungan kepada Allah:
1.Surah An-Nahl, Ayat 98
“Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”
Ayat ini mengajarkan agar kita selalu meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan saat membaca Al-Quran atau dalam setiap aktivitas sehari-hari.
2.Surah Al-Falaq, Ayat 1-5
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya…’” Surah ini berisi permohonan perlindungan dari segala bentuk kejahatan dan musibah yang mungkin terjadi di dunia.
3.Surah Al-Ikhlas, Ayat 1-4
“Katakanlah, ’Dialah Allah, Yang Maha Esa…’” Dengan memahami keesaan Allah, kita diminta untuk menggantungkan perlindungan hanya kepada-Nya.
4.Surah Al-An’am, Ayat 17
“Dan jika Allah menimpakan sesuatu yang membahayakan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Ayat ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang bisa melindungi dari bahaya dan memberikan kebaikan.
5.Surah Al-Baqarah, Ayat 286
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
Ini adalah bentuk perlindungan Allah, di mana Allah tidak akan memberikan beban di luar kemampuan manusia.
6.Surah At-Tawbah, Ayat 51
“Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami; Dialah pelindung kami…’”
Ayat ini mempertegas bahwa Allah adalah pelindung terbaik dan segala sesuatu terjadi atas izin-Nya.
7.Surah Az-Zumar, Ayat 36
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya?”
Di sini Allah menunjukkan bahwa Dia-lah yang paling mencukupi untuk melindungi kita dari segala keburukan.
8.Surah Al-Mu’minun, Ayat 97-98
“Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan, dan aku berlindung (pula) kepada-Mu ya Tuhanku, agar mereka tidak mendekati aku.’”
Meminta perlindungan dari godaan setan adalah salah satu bentuk i’tashomtu billah.
9.Surah Al-Imran, Ayat 173
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”
Ini adalah seruan agar kita senantiasa meyakini bahwa Allah-lah yang cukup sebagai penolong dan pelindung.
10.Surah Al-Hashr, Ayat 23
“Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan…”
Menyadari sifat-sifat Allah yang menjaga keamanan dan kedamaian meneguhkan hati untuk berlindung hanya kepada-Nya.
Ayat-ayat ini mengajarkan kita untuk selalu menggantungkan perlindungan dan ketenangan kepada Allah, karena Dia adalah sebaik-baik pelindung dan pemberi rasa aman bagi umat-Nya.
Dalam hadis, konsep i’tashomtu billah atau berlindung kepada Allah sering kali diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui doa dan pernyataan-pernyataan yang menunjukkan pentingnya ketergantungan kita hanya kepada Allah dalam segala keadaan. Berikut adalah beberapa hadis yang berkaitan dengan konsep berlindung kepada Allah:
1.Doa Berlindung dari Keburukan ; Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, ketakutan, dan kekikiran, dan aku berlindung kepada-Mu dari beban utang dan penguasaan manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah mengajarkan kita untuk meminta perlindungan Allah dari sifat buruk yang bisa melemahkan hati dan jiwa.
2.Doa Saat Kecemasan atau Kesulitan ; Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan Engkau jadikan yang sulit menjadi mudah jika Engkau kehendaki.” (HR. Ibn Hibban) Dalam doa ini, Rasulullah mengajarkan agar kita memohon kepada Allah untuk kemudahan, bahkan dalam kesulitan, menunjukkan ketergantungan sepenuhnya kepada Allah.
3.Berlindung dari Gangguan Setan ; Rasulullah SAW bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian merasa terganggu dengan sesuatu dalam shalatnya, hendaklah ia berlindung kepada Allah dari godaan setan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa kita harus selalu berlindung kepada Allah dari gangguan setan, terutama dalam ibadah, agar tetap khusyuk.
4.Doa Perlindungan dari Bahaya ; Rasulullah SAW mengajarkan doa: “Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang telah Dia ciptakan.” (HR. Muslim)
Doa ini diajarkan untuk memohon perlindungan dari segala bentuk bahaya dan keburukan.
5.Berlindung dari Penyakit dan Musibah ; Rasulullah SAW bersabda:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit lepra, gila, kusta, dan dari penyakit-penyakit yang buruk.” (HR. Abu Dawud)
Hadis ini mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah dari penyakit yang berat, sebagai bentuk penjagaan diri dari berbagai musibah.
6.Berlindung dari Fitnah dan Kesulitan Dunia-Akhirat ; Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati, serta dari azab kubur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah bentuk doa Rasulullah agar umatnya selalu berlindung dari cobaan dunia dan akhirat.
7.Doa Mohon Perlindungan dari Hati yang Tak Tenteram
Rasulullah SAW berdoa:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyuk, dari doa yang tidak didengar, dari jiwa yang tidak puas, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi)
Dalam doa ini, Rasulullah menunjukkan pentingnya meminta perlindungan dari kondisi batin yang tidak mendukung ketenangan.
8.Berlindung dari Kematian yang Buruk (Su’ul Khatimah)
Rasulullah SAW bersabda:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk).” (HR. Ahmad)
Ini menunjukkan pentingnya memohon agar Allah menjaga kita dari akhir hidup yang tidak baik.
9.Doa Perlindungan dari Kekhawatiran Masa Depan ; Rasulullah SAW bersabda:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, serta dari tekanan utang dan kekuasaan manusia atas diri ini.” (HR. Bukhari)
Hadis ini mengajarkan agar kita meminta perlindungan Allah dari kekhawatiran yang membebani, seperti utang dan dominasi manusia lain.
10.Berlindung dari Perbuatan Syirik ; Rasulullah SAW bersabda:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu atas perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad)
Ini adalah doa agar terhindar dari kesyirikan, baik yang disadari maupun tidak, menunjukkan pentingnya perlindungan dari hal-hal yang bisa merusak iman.
Hadis-hadis ini mengajarkan bahwa Rasulullah selalu meminta perlindungan Allah dalam berbagai aspek hidupnya dan menganjurkan umatnya untuk berlindung hanya kepada Allah dari segala bentuk keburukan, kesulitan, dan cobaan.
Dalam tradisi Syiah, konsep berlindung kepada Allah (i’tashomtu billah) juga sering muncul dalam doa, zikir, dan hadis yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW serta para Imam Ahlul Bait. Berikut adalah beberapa hadis dan doa yang berkaitan dengan makna i’tashomtu billah dalam tradisi Syiah:
1.Doa Kumail
Doa Kumail, yang diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib, berisi banyak permohonan perlindungan kepada Allah. Salah satu bagian dari doa ini menyatakan: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu… dan aku berlindung kepada-Mu agar Engkau tidak murka kepadaku atau tidak mengusirku.”
Doa ini menjadi refleksi mendalam tentang ketergantungan kepada Allah dan harapan akan rahmat serta perlindungan-Nya.
2.Hadis dari Imam Ja’far Ash-Shadiq tentang Perlindungan dalam Kesulitan ; Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata: “Barang siapa yang mengucapkan, ‘Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan yang diketahui maupun yang tidak diketahui,’ maka Allah akan melindunginya dari kejahatan tersebut.”
Hadis ini menekankan pentingnya meminta perlindungan Allah baik dari bahaya yang kita sadari maupun yang tidak kita ketahui.
3.Doa Perlindungan dari Gangguan Setan dalam Hadis Imam Ali Zainal Abidin ; Imam Ali Zainal Abidin, dalam kumpulan doanya yang dikenal sebagai Ash-Sahifah As-Sajjadiyah, mengajarkan doa perlindungan dari gangguan setan:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan yang mengganggu hatiku dan membisikkan dosa-dosa dalam jiwaku.” Ini menunjukkan bahwa perlindungan dari Allah adalah kunci dalam menghadapi godaan yang bisa merusak jiwa.
4.Doa Imam Ali Zainal Abidin dalam Perlindungan dari Keburukan Dunia dan Akhirat
Dalam Ash-Sahifah As-Sajjadiyah, Imam Ali Zainal Abidin berdoa:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan dan segala ujian yang berat, baik di dunia ini maupun di akhirat.” Doa ini mengajarkan agar kita senantiasa berlindung kepada Allah dari segala ujian yang mungkin datang, baik di kehidupan ini maupun di akhirat.
5.Hadis tentang Doa Perlindungan bagi Keluarga
Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata:
“Ucapkanlah ketika engkau meninggalkan rumah, ‘Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah dan aku berlindung kepada Allah dari segala keburukan.’ Maka, Allah akan melindungimu dan keluargamu dari bahaya.” Hadis ini mengajarkan pentingnya memulai setiap langkah dalam hidup dengan memohon perlindungan kepada Allah, khususnya bagi diri sendiri dan keluarga.
6.Perlindungan dari Syirik
Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata:
“Senantiasa mintalah perlindungan kepada Allah dari segala bentuk kesyirikan, baik yang disadari maupun tidak disadari, karena syirik adalah salah satu dosa terbesar.” Ini menunjukkan bahwa dalam tradisi Syiah, perlindungan dari syirik sangat ditekankan karena syirik merusak hubungan hamba dengan Tuhannya.
7.Doa Imam Musa Al-Kazhim dalam Perlindungan dari Bahaya
Imam Musa Al-Kazhim mengajarkan:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala bahaya yang menimpa, baik dari manusia maupun makhluk lain yang Engkau ciptakan.”
Ini mengajarkan perlindungan universal kepada Allah dari segala macam bahaya.
8.Doa Imam Ali as dalam Khutbah Nahjul Balaghah
Dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali berkata: “Berlindunglah kepada Allah dari hawa nafsu yang menyesatkan, dari setan yang membisikkan, dan dari dunia yang memperdaya.”
Ini adalah nasihat agar kita selalu menjadikan Allah tempat berlindung dari nafsu dan tipu daya dunia.
9.Doa Perlindungan dalam Hadis Imam Muhammad Al-Baqir as
Imam Muhammad Al-Baqir berkata:
“Mintalah perlindungan kepada Allah dari hati yang keras dan dari kesombongan yang menutup pintu kebenaran.” Imam Al-Baqir menekankan pentingnya menjaga kelembutan hati dan rendah hati dalam berhubungan dengan Allah.
10.Doa Imam Ja’far Ash-Shadiq untuk Keselamatan Diri dan Hati
Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala fitnah yang bisa mengotori hatiku dan dari segala ujian yang bisa melemahkan imanku.” Doa ini mengajarkan agar kita senantiasa meminta perlindungan Allah dari hal-hal yang bisa merusak keimanan.
Hadis-hadis dari para Imam Ahlul Bait ini menekankan pentingnya perlindungan dari Allah dalam menghadapi berbagai bahaya fisik, spiritual, dan emosional. Dalam tradisi Syiah, konsep i’tashomtu billah sangat ditekankan melalui doa-doa perlindungan yang mencakup berbagai aspek kehidupan untuk menjaga diri dan hati tetap dekat kepada Allah.
Dalam pandangan ahli makrifat dan hakikat (yaitu mereka yang mendalami dimensi spiritual dan batin dari agama), i’tashomtu billah atau “aku berlindung kepada Allah” memiliki makna yang lebih mendalam daripada sekadar perlindungan fisik atau penjagaan dari bahaya duniawi. Bagi para ahli makrifat, berlindung kepada Allah adalah perjalanan menuju pemahaman hakiki tentang kebergantungan penuh manusia kepada Sang Pencipta. Berikut adalah beberapa makna i’tashomtu billah dalam konteks makrifat dan hakikat:
1.Kesadaran akan Kehadiran Allah di Segala Keadaan
Para ahli makrifat percaya bahwa berlindung kepada Allah berarti mencapai kesadaran mendalam bahwa Allah selalu hadir dalam segala aspek kehidupan. Mereka memahami bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa, dan setiap langkah dalam hidup dihadapi dengan kesadaran bahwa Dia-lah yang senantiasa melindungi.
2.Penyerahan Diri secara Total kepada Allah
I’tashomtu billah dalam konteks hakikat mencerminkan penyerahan diri secara total dan pengakuan bahwa manusia tidak memiliki daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah. Ahli hakikat memahami bahwa berlindung kepada Allah berarti membiarkan kehendak-Nya berjalan, menerima apapun yang terjadi sebagai ketetapan-Nya, baik yang tampak baik maupun buruk.
3.Mengatasi Ketergantungan pada Dunia
Ahli makrifat berpendapat bahwa i’tashomtu billah adalah usaha untuk melepaskan ketergantungan pada hal-hal duniawi. Berlindung kepada Allah mengajarkan hati untuk tidak menggantungkan harapan atau kekuatan pada manusia atau materi, melainkan hanya kepada Allah yang Maha Kekal.
4.Mengikis Ego dan Kesombongan
Dalam konsep hakikat, berlindung kepada Allah berarti menyadari kelemahan diri dan mengikis ego yang sering kali menjadi penghalang antara manusia dan Tuhan. Para ahli makrifat percaya bahwa berlindung kepada Allah adalah salah satu cara untuk melembutkan hati dan menghancurkan rasa sombong yang bisa menjauhkan seseorang dari Allah.
5.Ketenangan Hati dan Jiwa
Bagi para ahli hakikat, i’tashomtu billah adalah sumber ketenangan batin. Mereka menyadari bahwa semua hal terjadi atas kehendak Allah, dan dengan berserah kepada-Nya, seseorang akan memperoleh ketenangan hati yang tak tergoyahkan oleh peristiwa-peristiwa duniawi.
6.Mengakui Keterbatasan Akal dan Pengetahuan
Para ahli makrifat memahami bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam memahami hikmah di balik setiap kejadian. Berlindung kepada Allah adalah mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki pengetahuan sempurna, sementara akal manusia terbatas. Dengan ini, mereka belajar untuk menerima tanpa sepenuhnya mengerti setiap detail kehendak Allah.
7.Mencapai Kedekatan dengan Allah (Wushul)
Dalam pandangan makrifat, i’tashomtu billah adalah jalan menuju wushul, yaitu kedekatan atau penyatuan spiritual dengan Allah. Berlindung kepada-Nya adalah bagian dari upaya menuju pengenalan diri dan pengenalan Tuhan, di mana mereka menyadari bahwa diri mereka adalah hamba sejati dan hanya Allah sebagai pelindung yang hakiki.
8.Mencapai Hakikat Tawakal
Tawakal atau berserah diri adalah bagian utama dari i’tashomtu billah bagi ahli makrifat. Mereka memaknai tawakal sebagai keyakinan bahwa Allah adalah sebaik-baik pelindung, dan apapun yang terjadi sudah ada dalam ilmu-Nya. Tawakal adalah puncak kepasrahan, di mana seseorang yakin bahwa Allah akan memberi yang terbaik.
9.Menemukan Makna Cinta Ilahi
Ahli hakikat sering memaknai i’tashomtu billah sebagai ungkapan cinta dan kasih kepada Allah. Mereka berlindung kepada Allah bukan hanya karena ketakutan akan bahaya, tetapi karena kecintaan mereka yang mendalam kepada-Nya, sehingga hanya kepada-Nya mereka kembali dan menggantungkan diri.
10.Mengenal Hakikat Diri sebagai Hamba
I’tashomtu billah membawa para ahli makrifat pada pemahaman bahwa mereka hanyalah hamba yang sepenuhnya membutuhkan Allah. Ini adalah pengakuan akan kehambaan yang mutlak, di mana mereka menyadari bahwa dalam diri manusia terdapat kelemahan yang hanya bisa ditutupi oleh kekuatan dan rahmat Allah.
Para ahli makrifat dan hakikat menekankan bahwa i’tashomtu billah adalah upaya membangun hubungan yang dalam dan intim dengan Allah. Berlindung kepada Allah menjadi suatu cara untuk meraih ketenangan jiwa, pengetahuan sejati tentang diri, serta ketergantungan penuh yang melampaui sekadar perlindungan dari bahaya fisik atau duniawi, sehingga pada akhirnya mereka hanya melihat Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung.
Dalam tradisi Syiah, khususnya dalam dimensi hakikat dan makrifat, i’tashomtu billah atau “aku berlindung kepada Allah” memiliki makna yang mendalam dalam perjalanan spiritual menuju Tuhan. Para ahli hakikat Syiah, seperti para Imam Ahlul Bait dan tokoh sufi yang menggabungkan pengajaran makrifat dalam tradisi Syiah, memandang bahwa berlindung kepada Allah bukan hanya sekadar doa meminta perlindungan, tetapi juga sebuah bentuk pengakuan, penyerahan diri, dan pendekatan menuju realisasi spiritual. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai makna i’tashomtu billah menurut ahli hakikat dalam tradisi Syiah:
1.Kesadaran akan Keagungan dan Kehadiran Allah
Bagi ahli hakikat Syiah, berlindung kepada Allah adalah pengakuan bahwa Allah adalah Sang Pemelihara dan Pemilik mutlak dari segala sesuatu. Para Imam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada berasal dari-Nya dan kembali kepada-Nya. Dengan berlindung kepada Allah, seseorang mencapai kesadaran bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi, yang membawa seseorang lebih dekat kepada-Nya.
2.Pengakuan akan Kelemahan Diri dan Ketergantungan pada Allah
Para Imam Ahlul Bait mengajarkan bahwa manusia harus mengakui kelemahan dirinya. Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Sungguh, aku berlindung kepada Allah dari dosa-dosa kecil dan besar, dari segala kelemahan diri.” Dalam pandangan ini, i’tashomtu billah adalah kesadaran bahwa manusia lemah dan bahwa ketergantungan kepada Allah adalah bentuk penyerahan diri yang sejati.
3.Menjalani Kehambaan Sempurna (Ubudiyyah)
Ahli hakikat Syiah memandang bahwa berlindung kepada Allah adalah bentuk ubudiyyah atau kehambaan yang sempurna. Imam Ja’far Ash-Shadiq mengajarkan bahwa seorang mukmin sejati adalah yang bergantung sepenuhnya kepada Allah. Berlindung kepada Allah berarti hidup dalam kehambaan sejati, menyadari bahwa Allah adalah sebaik-baik pelindung dan pemelihara.
4.Melepaskan Ego dan Kepalsuan Dunia
Ahli hakikat dalam Syiah, seperti Imam Ali Zainal Abidin dalam Ash-Sahifah As-Sajjadiyah, mengajarkan bahwa berlindung kepada Allah adalah cara untuk melepaskan diri dari ego, ambisi duniawi, dan segala kepalsuan. Berlindung kepada Allah berarti membersihkan hati dari cinta terhadap dunia dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan ikhlas, melepaskan ikatan-ikatan yang membuat seseorang jauh dari Allah.
5.Menyucikan Hati dan Jiwa (Tazkiyah)
Para ahli makrifat Syiah meyakini bahwa i’tashomtu billah adalah proses tazkiyah atau penyucian jiwa. Berlindung kepada Allah berarti memohon agar hati dibersihkan dari segala bentuk noda seperti hasad, takabur, dan syirik yang bisa menjauhkan seseorang dari Tuhan. Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata, “Berlindunglah kepada Allah dari segala kesesatan yang merusak imanmu.”
6.Mengenal Tuhan melalui Doa dan Munajat
Para Imam Syiah mengajarkan doa-doa yang mendalam untuk mencapai hakikat perlindungan dari Allah, seperti dalam Doa Kumail dan Ash-Sahifah As-Sajjadiyah. Dalam doa-doa ini, seseorang tidak hanya memohon perlindungan, tetapi juga mendekatkan diri, mengenal rahmat, keagungan, dan kasih sayang Allah yang tanpa batas. Dengan berlindung kepada Allah melalui doa, seorang hamba menyadari sifat-sifat Allah yang penuh kasih dan pengampun.
7.Tawakal yang Sempurna
Dalam hakikat Syiah, tawakal (berserah diri) kepada Allah adalah bagian utama dari i’tashomtu billah. Berlindung kepada Allah berarti memiliki keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari ketetapan Allah, yang hanya membawa kebaikan bagi orang yang bertawakal kepada-Nya. Imam Ja’far Ash-Shadiq mengajarkan bahwa seseorang yang benar-benar berlindung kepada Allah tidak akan merasa takut karena ia yakin bahwa Allah selalu bersamanya.
8.Meraih Ma’rifat atau Pengenalan kepada Allah
Bagi ahli hakikat Syiah, i’tashomtu billah adalah langkah menuju ma’rifat, yaitu pengenalan kepada Allah secara langsung melalui hati yang suci. Para Imam Syiah mengajarkan bahwa berlindung kepada Allah harus disertai dengan kesadaran yang mendalam tentang keesaan dan keagungan Allah. Ini adalah jalan menuju pengenalan hakiki tentang Allah, di mana seseorang tidak lagi bergantung pada dunia, tetapi hanya kepada Allah.
9.Cinta Ilahi sebagai Motivasi Berlindung
Dalam ajaran para Imam Syiah, berlindung kepada Allah bukan sekadar karena ketakutan akan bahaya, tetapi karena cinta yang mendalam kepada-Nya. Ahli hakikat Syiah percaya bahwa cinta kepada Allah adalah pendorong utama untuk selalu berlindung dan mendekat kepada-Nya. Dalam Doa Kumail, misalnya, terdapat pernyataan cinta kepada Allah yang begitu dalam, sehingga seorang hamba hanya ingin berada dalam perlindungan dan kasih-Nya.
10.Menyerahkan Segala Urusan kepada Allah (Tafwidh)
Konsep tafwidh atau menyerahkan segala urusan kepada Allah adalah bagian dari i’tashomtu billah dalam pandangan hakikat Syiah. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “Barang siapa yang berlindung kepada Allah, maka ia telah menyerahkan seluruh urusannya kepada-Nya.” Ini adalah bentuk penyerahan diri yang sempurna, di mana seseorang menyerahkan seluruh urusan dunia dan akhiratnya kepada Allah, meyakini bahwa Allah akan mengurusnya dengan sebaik-baiknya.
Menurut ahli hakikat dalam tradisi Syiah, i’tashomtu billah bukan hanya sekadar meminta perlindungan fisik, tetapi juga melibatkan transformasi spiritual yang mendalam, di mana seseorang mencapai pemahaman tentang kehambaan sejati, tawakal, dan cinta kepada Allah. Para Imam mengajarkan agar kita berlindung kepada Allah dengan hati yang tulus, melepaskan diri dari ego dan dunia, serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya, sehingga perlindungan dari Allah menjadi cahaya yang membawa ketenangan, kedekatan, dan cinta yang hakiki.
Doa-doa Ahlul Bait (para Imam dari keluarga Nabi Muhammad SAW) mengandung permohonan perlindungan yang mendalam dan menyeluruh kepada Allah. Doa-doa ini, yang mencerminkan i’tashomtu billah (berlindung kepada Allah), tidak hanya mengajarkan permohonan perlindungan fisik, tetapi juga melibatkan aspek spiritual yang mengarahkan hati dan jiwa untuk semakin dekat kepada Allah. Berikut adalah beberapa konsep perlindungan yang diajarkan dalam doa-doa Ahlul Bait:
1.Perlindungan dari Dosa dan Penyimpangan
Banyak doa dari para Imam, seperti Doa Kumail yang diajarkan oleh Imam Ali, memohon perlindungan dari dosa-dosa yang bisa menjauhkan seseorang dari rahmat Allah. Dalam Doa Kumail, Imam Ali berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang menghancurkan perlindungan-Mu, dosa-dosaku yang menurunkan bencana, dosa-dosaku yang mengubah nikmat-Mu.”
Doa ini menunjukkan bahwa berlindung kepada Allah adalah upaya menjaga jiwa dari perbuatan yang dapat membawa murka-Nya.
2.Perlindungan dari Gangguan Syaitan dan Nafsu
Imam Ali Zainal Abidin, dalam Ash-Sahifah As-Sajjadiyah (kitab doa yang penuh hikmah dan spiritualitas), memohon perlindungan dari godaan syaitan dan hawa nafsu. Beliau berdoa:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan syaitan yang mengganggu hatiku, dari hawa nafsu yang membuatku lalai dari-Mu.”
Ini mengajarkan pentingnya memohon perlindungan Allah agar tidak terseret ke dalam bujukan syaitan yang bisa merusak hati dan iman.
3.Perlindungan dari Penyakit Hati Seperti Kesombongan dan Dengki
Imam Ja’far Ash-Shadiq dalam doanya sering memohon perlindungan dari penyakit-penyakit batin, seperti kesombongan, dengki, dan kebencian. Beliau mengatakan:
“Ya Allah, sucikan hatiku dari penyakit yang dapat menjauhkan aku dari-Mu, dan lindungilah aku dari sifat-sifat yang buruk.”
Hal ini menunjukkan bahwa berlindung kepada Allah juga berarti menjaga hati agar tetap bersih dari penyakit yang dapat menghalangi kedekatan kepada-Nya.
4.Perlindungan dari Bahaya dan Kesulitan Duniawi
Dalam Doa Tawassul, yang sering dibaca oleh umat Syiah untuk memohon bantuan dan pertolongan melalui Ahlul Bait, terdapat permohonan kepada Allah agar dilindungi dari kesulitan-kesulitan hidup. Para Imam mengajarkan agar berlindung kepada Allah dalam menghadapi ujian dan bahaya kehidupan sehari-hari, menunjukkan bahwa hanya Allah yang bisa menenangkan dan mengamankan hamba-Nya dari kesulitan.
5.Perlindungan dari Ketakutan dan Kekhawatiran
Dalam Doa Abu Hamzah Ats-Tsumali, yang diriwayatkan dari Imam Ali Zainal Abidin, terdapat permohonan perlindungan dari ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan. Beliau berdoa:
“Ya Allah, jadikanlah aku merasa aman dalam naungan-Mu, jauhkan aku dari ketakutan yang menyesakkan dan kekhawatiran yang melemahkan iman.”
Doa ini mengajarkan pentingnya memohon ketenangan hati kepada Allah, agar terhindar dari perasaan cemas yang berlebihan.
6.Perlindungan dari Fitnah Dunia dan Cinta pada Dunia
Imam Ali Zainal Abidin dalam Ash-Sahifah As-Sajjadiyah memohon perlindungan dari fitnah dunia yang dapat mengalihkan hati dari Allah. Dalam salah satu doanya, beliau memohon:
“Ya Allah, lindungilah aku dari ketertarikan yang berlebihan pada dunia ini, agar aku tidak lalai dari mengingat-Mu.”
Doa ini mengajarkan bahwa fitnah dunia bisa menjadi penghalang untuk mencapai keikhlasan dan kedekatan dengan Allah, sehingga perlindungan-Nya diperlukan untuk menjaga hati tetap suci dan terfokus pada-Nya.
7.Perlindungan dari Kebodohan dan Kesesatan
Imam Ja’far Ash-Shadiq mengajarkan agar selalu memohon perlindungan dari kebodohan dan kesesatan. Dalam sebuah doa, beliau memohon:
“Ya Allah, jauhkan aku dari kebodohan yang menyesatkan, dan tuntunlah aku pada jalan yang benar.”
Doa ini menunjukkan bahwa berlindung kepada Allah juga berarti meminta bimbingan agar selalu berada di jalan yang benar dan tidak terjerumus ke dalam pemikiran atau tindakan yang salah.
8.Perlindungan dari Rasa Putus Asa
Para Imam juga mengajarkan agar berlindung kepada Allah dari perasaan putus asa, yang dianggap sebagai salah satu bisikan setan. Dalam Doa Kumail, Imam Ali berdoa:
“Ya Allah, jangan biarkan aku terperosok dalam keputusasaan dari rahmat-Mu.”
Dalam pandangan Ahlul Bait, putus asa adalah kondisi yang berbahaya bagi seorang mukmin, karena bisa merusak keimanannya kepada rahmat Allah yang tak terbatas.
9.Perlindungan dari Penyimpangan Akidah
Imam Ali Zainal Abidin, dalam doanya, sering memohon perlindungan dari penyimpangan akidah yang dapat mengaburkan keyakinan akan keesaan Allah. Beliau berdoa:
“Ya Allah, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu, dan jauhkan aku dari segala bentuk keraguan dan kesesatan.”
Ini menunjukkan pentingnya memohon perlindungan Allah untuk tetap berada dalam keyakinan yang benar dan tidak tergoda oleh pemikiran yang menyimpang.
10.Perlindungan dari Ketergantungan pada Selain Allah
Para Imam, terutama dalam Ash-Sahifah As-Sajjadiyah, mengajarkan agar kita selalu berlindung kepada Allah dari ketergantungan kepada selain-Nya. Imam Ali Zainal Abidin berdoa:
“Ya Allah, jadikanlah Engkau satu-satunya tempat bergantungku, dan jauhkan aku dari bergantung pada makhluk.”
Doa ini mengajarkan bahwa perlindungan sejati hanya ada pada Allah, dan hanya kepada-Nya manusia seharusnya menggantungkan harapan dan kepercayaan.
Doa-doa Ahlul Bait menekankan bahwa i’tashomtu billah atau berlindung kepada Allah mencakup keseluruhan aspek kehidupan: dari fisik hingga spiritual, dari dunia hingga akhirat. Ahlul Bait mengajarkan bahwa berlindung kepada Allah adalah bentuk penyerahan total, ketergantungan hanya kepada-Nya, dan upaya untuk menjaga hati tetap suci agar bisa mendekat kepada-Nya dengan ikhlas. Mereka mengajarkan bahwa perlindungan sejati bukan hanya dari bahaya duniawi, tetapi terutama dari hal-hal yang bisa menjauhkan seseorang dari Allah, agar pada akhirnya manusia bisa meraih keselamatan, ketenangan, dan kebahagiaan abadi dalam naungan-Nya.
Kisah dan cerita dari kehidupan Ahlul Bait (keluarga Nabi Muhammad SAW) yang menggambarkan makna mendalam dari i’tashomtu billah—perlindungan dan penyerahan total kepada Allah. Kisah-kisah ini memperlihatkan contoh konkret bagaimana Ahlul Bait bergantung penuh kepada Allah dalam berbagai situasi, dari kondisi sulit hingga saat-saat yang penuh ujian. Berikut adalah beberapa cerita yang menggambarkan nilai i’tashomtu billah dalam kehidupan Ahlul Bait:
1. Kisah Imam Ali di Perang Khandaq
Dalam Perang Khandaq, kaum Quraisy bekerja sama dengan beberapa suku untuk mengepung kota Madinah. Salah satu tantangan terbesar adalah ketika pejuang tangguh Quraisy, Amr bin Abd Wudd, berhasil menyeberang parit dan menantang kaum Muslim untuk berduel. Para sahabat merasa gentar menghadapi Amr karena reputasinya sebagai petarung tak terkalahkan.
Imam Ali, yang saat itu masih muda, langsung menawarkan diri untuk menghadapi Amr. Sebelum berangkat, beliau membaca doa dan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Beliau berkata, “Ya Allah, Engkaulah sebaik-baik pelindung dan penolong. Aku berlindung kepada-Mu dari kekuatan musuh dan hanya berharap kepada-Mu untuk keselamatanku.” Dengan keyakinan penuh kepada Allah, Imam Ali maju menghadapi Amr, dan dengan perlindungan serta pertolongan dari Allah, beliau berhasil mengalahkan Amr, meski dalam situasi yang sulit dan penuh bahaya.
2. Imam Husain di Karbala
Kisah Imam Husain di Karbala adalah salah satu contoh paling mendalam tentang penyerahan diri dan berlindung kepada Allah. Dalam situasi yang sangat berat, dikepung oleh ribuan tentara Yazid, Imam Husain berdiri teguh dan terus menyeru kepada Allah. Pada malam Asyura, beliau berkumpul dengan keluarganya dan para sahabat, memohon perlindungan dan bimbingan dari Allah.
Beliau berdoa, “Ya Allah, Engkaulah tempat kami berlindung dan hanya kepada-Mu kami bertawakal. Berikanlah kami kekuatan dan keteguhan hati untuk menghadapi cobaan ini.” Meski tahu bahwa kematian menunggu di hadapan mereka, Imam Husain dan para pengikutnya tetap teguh. Imam Husain menunjukkan bahwa berlindung kepada Allah adalah bentuk ketundukan sepenuhnya kepada kehendak-Nya, bahkan dalam keadaan yang paling sulit dan mengancam.
3. Kisah Imam Zainal Abidin saat Peristiwa Karbala
Imam Ali Zainal Abidin, putra Imam Husain, adalah satu-satunya putra Imam Husain yang selamat dari peristiwa Karbala karena sakit. Setelah tragedi itu, ia ditawan dan dibawa ke istana Yazid di Damaskus bersama para wanita Ahlul Bait. Dalam situasi penuh penghinaan dan penderitaan, Imam Zainal Abidin tetap teguh dan terus memanjatkan doa kepada Allah, memohon kekuatan dan perlindungan.
Imam Ali Zainal Abidin berkata dalam doanya, “Ya Allah, Engkau yang Maha Penyayang, Engkaulah pelindung kami dalam segala keadaan. Kepada-Mu kami berserah diri, dan dari-Mu kami berharap pertolongan.” Keteguhan dan kesabaran Imam dalam menghadapi situasi yang mengerikan ini menunjukkan kekuatan dari i’tashomtu billah—bagaimana hati yang bersandar pada Allah tidak akan goyah meskipun dalam ujian paling berat.
4. Kisah Imam Musa Al-Kazim di Penjara Baghdad
Imam Musa Al-Kazim, Imam ketujuh dalam garis Ahlul Bait, mengalami penindasan besar dari pemerintah Abbasiyah dan dipenjara di Baghdad selama bertahun-tahun. Selama di penjara, Imam Musa tetap beribadah dan berdoa dengan khusyuk, menunjukkan keteguhan hati yang luar biasa meski hidup dalam kondisi yang sangat sulit. Salah satu doanya yang terkenal adalah:
“Ya Allah, Engkaulah satu-satunya pelindungku di dunia ini dan di akhirat. Aku tidak punya penolong selain Engkau, dan kepada-Mu aku serahkan hidupku.”
Imam Musa selalu berlindung kepada Allah dan tidak pernah putus asa meski dihadapkan pada kesulitan yang berkepanjangan. Beliau mengajarkan bahwa meskipun secara lahiriah berada dalam tekanan, jiwa tetap merdeka dan tenang dengan bersandar kepada Allah.
5. Doa Imam Ja’far Ash-Shadiq ketika Menghadapi Penganiayaan
Imam Ja’far Ash-Shadiq, Imam keenam, pernah mengalami tekanan dan pengawasan ketat dari penguasa Abbasiyah yang mencurigai pengaruhnya dalam masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini, beliau membaca doa penuh penyerahan kepada Allah:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ketidakadilan mereka yang menindas. Ya Allah, aku serahkan segala urusanku kepada-Mu, karena Engkaulah sebaik-baik pelindung.”
Imam Ja’far Ash-Shadiq mengajarkan kepada para pengikutnya bahwa perlindungan Allah adalah perlindungan sejati, dan hanya dengan bersandar kepada-Nya, seseorang dapat meraih ketenangan meski dalam situasi yang penuh ketidakpastian.
6. Imam Hasan Al-Mujtaba Menyerahkan Urusannya Kepada Allah
Imam Hasan, putra tertua dari Imam Ali dan cucu Nabi Muhammad, menghadapi banyak tantangan politik dan sosial dalam hidupnya. Saat mengalami pengkhianatan dari sebagian pengikutnya sendiri, Imam Hasan mengajarkan sikap tawakal dengan menyerahkan urusannya kepada Allah. Ia berdoa:
“Ya Allah, aku serahkan urusanku kepada-Mu. Engkaulah pelindung yang Maha Mengetahui, dan Engkaulah yang Maha Melindungi mereka yang meminta perlindungan.”
Dengan tawakal dan perlindungan dari Allah, Imam Hasan mengajarkan keteguhan hati dalam menghadapi pengkhianatan, dan mempercayakan segala urusannya kepada kehendak Allah.
7. Ketabahan Sayyidah Zainab dalam Peristiwa Karbala
Sayyidah Zainab, putri Imam Ali dan saudari Imam Husain, juga menunjukkan teladan luar biasa dalam berlindung kepada Allah setelah tragedi Karbala. Saat beliau ditawan dan dipaksa berdiri di hadapan Yazid, beliau dengan tegar dan berani berbicara membela Ahlul Bait, serta menyerahkan seluruh penderitaannya kepada Allah. Dengan penuh keyakinan, beliau berkata:
“Aku berlindung kepada Allah dari ketidakadilan dan kezhaliman ini. Allah adalah sebaik-baik pelindung bagi orang-orang yang tertindas.”
Ketabahan Sayyidah Zainab menunjukkan bahwa dengan bersandar kepada Allah, seseorang bisa menemukan kekuatan luar biasa untuk berdiri teguh bahkan dalam situasi paling tragis.
Kisah-kisah ini menampilkan i’tashomtu billah dalam bentuk yang nyata, di mana Ahlul Bait menunjukkan keteladanan dalam menghadapi ujian, tekanan, dan kesulitan dengan keyakinan penuh kepada Allah. Mereka mengajarkan bahwa dengan berserah diri kepada Allah dan mengandalkan perlindungan-Nya, seseorang dapat menghadapi segala bentuk ujian dunia dengan hati yang tenang dan jiwa yang kuat.
Mempraktikkan i’tashomtu billah atau berlindung kepada Allah memiliki manfaat besar, baik bagi kesehatan spiritual maupun kesejahteraan hidup seseorang. Berikut adalah beberapa manfaat penting dari i’tashomtu billah yang diteladankan oleh Ahlul Bait:
1.Ketentraman Hati dan Pikiran
Dengan berlindung kepada Allah, seseorang akan merasakan ketenangan dan kedamaian hati, terutama dalam menghadapi situasi sulit. Rasa cemas, takut, dan stres berkurang karena orang tersebut yakin bahwa Allah yang Maha Kuasa sedang melindunginya.
2.Kekuatan Mental dalam Menghadapi Cobaan
Memohon perlindungan kepada Allah memberikan kekuatan batin dan keberanian dalam menghadapi kesulitan. Dalam kondisi penuh tekanan, seseorang yang berpegang pada Allah akan mampu bersikap tabah dan tetap fokus.
3.Perlindungan dari Gangguan Spiritual
Berlindung kepada Allah membantu menghindarkan diri dari bisikan setan, godaan nafsu, dan berbagai penyakit hati seperti sombong, iri, dan dengki, yang bisa merusak iman dan hubungan seseorang dengan Allah.
4.Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan
Menyerahkan diri kepada Allah secara terus-menerus membangun hubungan yang lebih kuat dengan-Nya. Hal ini meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan rasa syukur, serta mengingatkan seseorang untuk selalu mengandalkan Allah dalam segala hal.
5.Mencegah Putus Asa dan Memberikan Harapan
Dengan berlindung kepada Allah, seseorang terhindar dari rasa putus asa. Doa dan keyakinan akan pertolongan Allah memberikan harapan baru meskipun situasi tampak sulit atau tidak ada jalan keluar.
6.Menghindari Kesesatan dan Penyimpangan Akidah
Berlindung kepada Allah juga melindungi dari berbagai pemikiran atau akidah yang bisa menyesatkan. Dengan perlindungan Allah, seseorang bisa tetap teguh dalam iman dan berada di jalan yang benar.
7.Perlindungan dari Bahaya Duniawi dan Bencana
Memohon perlindungan Allah juga mencakup permintaan akan keselamatan dari bahaya fisik, bencana, atau penyakit. Hal ini memberikan keyakinan bahwa Allah-lah sebaik-baik pelindung dalam setiap situasi duniawi.
8.Pengingat Akan Keterbatasan Diri dan Kebergantungan pada Allah
I’tashomtu billah menumbuhkan kesadaran bahwa manusia terbatas dalam kekuatan dan pengaruhnya. Ini mengingatkan seseorang untuk tidak terlalu bergantung pada usaha sendiri dan orang lain, melainkan pada kekuatan Allah yang Maha Melindungi.
9.Membina Sikap Tawakal dan Ikhlas
Dengan berlindung kepada Allah, seseorang belajar menyerahkan hasil kepada-Nya. Ini menumbuhkan sikap tawakal dan ikhlas, yang sangat membantu untuk tidak terikat pada dunia secara berlebihan dan merasa tenang dengan segala ketetapan-Nya.
10.Menguatkan Hubungan dengan Allah dan Menumbuhkan Keikhlasan dalam Beribadah
Memohon perlindungan Allah dan berserah kepada-Nya membuat seseorang lebih sering mengingat Allah, mengakui kebesaran-Nya, dan merasakan kehadiran-Nya. Ini membantu meningkatkan kualitas ibadah dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, i’tashomtu billah tidak hanya melindungi dari bahaya atau kesulitan, tetapi juga memperkuat iman, menambah ketenangan batin, dan membantu seseorang menjalani hidup dengan lebih sabar, penuh harapan, dan keyakinan kepada Allah.
Kalimat; I’tashomtu billah;
adalah bagian dari doa : Walikulli aduwwin I’tashomtu billah;
Doa tersebut adalah doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw yang dibaca setiap hari 10 kali; Kalimat ke-10 dari 11 kalimat) di bawah ini berikut keutamaannya;
Doa Munjia
Diriwayatkan oleh Ibrahim Alkafami, dari kitab Albaladul Amin; Doa dari Nabi Muhammad saw yang membacanya 10 kali setiap hari maka Allah Swt ;
1, Mengampuni 4000 Dosa Besarnya
2, Dimudahkan Sakaratul mautnya
3, Kuburnya tidak menghimpitnya
4, Diselamatkan dari 100 ribu kesusahan hari kiamat
5, Dijaga dari kejahatan syeithon dan tentaranya
6, Akan dilunasi hutangnya
7, Dihilangkan kesedihan dan kesusahannya
8, Dikabulkan doa-doanya
Doanya adalah :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ،
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ ،
١، أَعْدَدْتُ لِكُلِّ هَوْلٍ لاَإِلَهَ إِلاَّاللَّهُ،
٢، وَلِكُلِّ هَمٍّ وَغَمٍّ مَاشَاءَ اللَّهُ،
٣، وَلِكُلِّ نِعْمَةٍ اَلْحَمْدُلِلَّهِ،
٤، وَلِكُلِّ رَخَاءٍ الشُّكْرُ لِلَّهِ،
٥، وَلِكُلِّ أُعْجُوبَةِ سُبْحَانَ اللَّهِ،
٦، وَلِكُلِّ ذَنْبٍ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ،
٧، وَلِكُلِّ مُصِيبَةٍ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ،
٨، وَلِكُلِّ ضِيقٍ حَسْبِيَ اللَّهُ،
٩، وَلِكُلِّ قَضَاءٍ وَقَدَرٍ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ،
١٠، وَلِكُلِّ عَدُوٍّ اعْتَصَمْتُ بِاللَّهِ،
١١، وَلِكُلِّ طَاعَةٍ وَ مَعْصِيَةٍ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ
Bismillâhirrohmânirrohîm,
Allâhumma sholli ‘alâ Muhammadin wa âli muhammadin,
1, A'dadtu likulli haulin lâ ilâha illallâh
2, wa likulli hammin wa ghommin mâ syâ-allâh,
3, wa likulli ni’matin alhamdulillâh,
4, walikulli roghô-in Asy-syukru lillâh,
5, walikulli u’jûbati subhânallâh,
6, wa likuuli dzambin astaghfirullâh,
7, wa likulli mushîbatin innâ lillâhi wa innâ ilaihi rôji’ûn,
8, wa likulli dîqin hasbiyallâh
9, walikulli qodhô-in wa qodarin tawakkaltu ‘alallâh,
10, walikulli ‘aduwwin I’tashomtu billâh,
11, wa likuli thô-atin wa ma’shiyatin lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm.
Dengan asma Allah Yang Maha Kasih dan Maha Sayang,
1, Daku persiapkan untuk setiap kegelisahan ; lâ ilâha illallâh, (tidak ada tuhan kecuali Allah)
2, untuk setiap kesumpekan dan kesusahan; mâ syâ- allâh, (apapun kehendak-Mu Ya Allah)
3, untuk setiap nikmat ; alhamdulillâh, (segala puji bagi Allah)
4, untuk setiap kelapangan : syukru lillâh, (syukur pada-Mu Ya Allah)
5, untuk setiap yang mengagumkan ; subhânallâh, (Maha Suci Engkau Ya Allah),
6, untuk setiap dosa ; astaghfirullâh, (daku mohon ampun pada-Mu Ya Allah)
7, untuk setiap musibah ; innâ lillâhi wa innâ ilaihi rôji’ûn, (segala sesuatu dari- Mu Ya Allah dan akan kembali kepada-Mu)
8, untuk setiap kesempitan ; hasbiyallâh, (cukuplah bagi-Mu Ya Allah)
9, untuk semua taqdir dan ketetapan ; tawakkaltu ‘alallâh, (daku percayakan pada-Mu Ya Allah)
10, untuk setiap musuh ; i’tashomtu billâh, (daku berlindung pada- Mu Ya Allah)
11, untuk setiap ketaatan dan kemaksiatan ; lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm. (daku tidak memiliki kekuatan kecuali dari- Mu Ya Allah).
Comments (0)
There are no comments yet