Kolom: Makna Laa Ilaha Illallah (Bagian ke-3/Terakhir)

Supa Athana - Tekno & Sains
28 October 2024 09:57
Kalimat Laa ilaha illallah atau “Tidak ada Tuhan selain Allah” adalah inti tauhid dan memiliki banyak manfaat serta keutamaan dalam kehidupan seorang Muslim.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
              Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran
 
 Cerita terkait kalimat Laa ilaha illallah dalam sejarah Islam:
 
1. Dakwah Rasulullah SAW di Makkah
Ketika Rasulullah SAW menerima wahyu pertama, beliau diperintahkan untuk menyeru umat manusia kepada tauhid atau keesaan Allah. Pada saat itu, masyarakat Makkah menyembah berhala dan memiliki banyak tuhan. Ketika Rasulullah SAW mengumumkan seruannya dengan kalimat Laa ilaha illallah, beliau menghadapi perlawanan yang besar dari kaum Quraisy. Para pemimpin Quraisy menyadari bahwa kalimat ini bukan sekadar ungkapan, tetapi merupakan penolakan terhadap kepercayaan mereka dan kekuasaan mereka yang berakar pada penyembahan berhala.
 
Meskipun mengalami siksaan, cemoohan, dan ancaman, Rasulullah SAW terus menyeru manusia kepada Laa ilaha illallah, dan akhirnya banyak dari kalangan masyarakat Makkah yang menerima Islam dengan ikhlas, seperti Bilal bin Rabah dan Sumayyah binti Khayyat, yang berpegang teguh pada kalimat ini meskipun harus mengalami penderitaan.
 
2. Bilal bin Rabah: Keteguhan dalam Kalimat Tauhid
Salah satu cerita yang sangat dikenal adalah keteguhan Bilal bin Rabah dalam mempertahankan kalimat Laa ilaha illallah. Bilal adalah seorang budak dari Etiopia yang memeluk Islam pada masa awal dakwah Rasulullah SAW. Ketika majikannya mengetahui bahwa Bilal telah masuk Islam dan mengucapkan kalimat Laa ilaha illallah, ia marah besar dan menyiksa Bilal dengan cara yang sangat kejam.
 
Bilal diikat dan diseret di padang pasir yang panas, dan dadanya ditindih dengan batu besar. Namun, meski disiksa sedemikian rupa, Bilal tetap mengucapkan Ahad, Ahad (Satu, Satu), yang bermakna bahwa hanya Allah yang ia sembah. Keteguhan Bilal dalam mempertahankan kalimat tauhid ini membuat banyak orang terinspirasi dan akhirnya mengakui kebenaran ajaran Islam.
 
3. Penerimaan Abu Sufyan terhadap Islam
Ketika Fathul Makkah atau Penaklukan Kota Makkah terjadi, banyak pemimpin Quraisy yang akhirnya menerima Islam. Salah satunya adalah Abu Sufyan, yang sebelumnya adalah salah satu musuh utama Islam. Ketika Abu Sufyan dihadapkan kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Wahai Abu Sufyan, tidakkah saatnya engkau mengucapkan Laa ilaha illallah?” Abu Sufyan, yang selama ini keras dalam penolakannya terhadap Islam, akhirnya menyadari kebenaran Islam dan mengucapkan kalimat Laa ilaha illallah, yang menjadi titik balik kehidupannya menuju Islam.
 
4. Kisah Kematian Seorang Yahudi yang Masuk Islam
 
Dikisahkan bahwa pada suatu hari, Rasulullah SAW mengunjungi seorang pemuda Yahudi yang sedang sakit parah. Rasulullah mengajaknya untuk mengucapkan Laa ilaha illallah sebagai tanda keimanannya. Pemuda itu memandang ayahnya, dan sang ayah akhirnya menyuruhnya mengikuti apa yang dikatakan oleh Rasulullah. Pemuda tersebut akhirnya mengucapkan Laa ilaha illallah dan meninggal dunia tak lama setelah itu. Rasulullah SAW dengan penuh rasa syukur berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan pemuda ini dari neraka.” Kisah ini menunjukkan bagaimana kalimat tauhid ini bisa menjadi penyelamat bagi siapa saja yang mengimaninya, bahkan di akhir hidupnya.
 
5. Kalimat Laa ilaha illallah dan Wafatnya Nabi Muhammad SAW
 
Ketika Nabi Muhammad SAW menjelang wafat, kalimat Laa ilaha illallah terus diucapkan beliau sebagai pengingat bagi umatnya. Aisyah RA, istri beliau, menceritakan bahwa kalimat terakhir yang diucapkan Rasulullah SAW adalah pengakuan akan keesaan Allah. Dengan ini, beliau meninggalkan pesan terakhir kepada umat Islam untuk selalu berpegang teguh pada tauhid dan pengesaan Allah.
 
6. Hadis tentang Beratnya Laa ilaha illallah di Mizan (Timbangan Amal)
 
Dalam sebuah hadis sahih, disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti, ada seorang lelaki yang memiliki dosa sangat banyak. Dosa-dosanya ditimbang dan begitu berat hingga ia merasa putus asa. Namun, kemudian sebuah kartu kecil diletakkan di timbangan yang berlawanan. Ketika kartu tersebut diletakkan, ternyata timbangan dosa-dosa yang berat itu menjadi ringan, dan kartu kecil itu menjadi lebih berat. Ketika ia bertanya apa isi kartu tersebut, ternyata tertulis Laa ilaha illallah di dalamnya. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa kalimat Laa ilaha illallah memiliki berat yang luar biasa di sisi Allah, yang mampu mengalahkan dosa sebesar apapun jika diucapkan dengan ikhlas.
 
7. Kisah Umar bin Khattab dan Laa ilaha illallah
 
Umar bin Khattab, sebelum masuk Islam, adalah salah satu musuh Islam yang paling ditakuti. Namun, setelah ia membaca beberapa ayat Al-Qur’an yang menyentuh hatinya, ia pergi menemui Rasulullah SAW untuk mengucapkan syahadat. Dalam perjalanan spiritualnya, Umar bin Khattab mengakui keesaan Allah dengan kalimat Laa ilaha illallah, yang kemudian membuatnya menjadi salah satu sahabat Nabi yang paling teguh imannya dan pemimpin yang adil.
 
Makna Mendalam Kalimat Laa ilaha illallah bagi Umat Islam
 
Kalimat Laa ilaha illallah mengandung makna bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah. Ini adalah dasar dari tauhid, yang mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini bergantung pada Allah, dan hanya Allah yang berhak disembah dan ditaati. Dengan mengucapkan kalimat ini, seorang Muslim menyatakan:
 
1.Pembersihan dari Segala Bentuk Syirik
Kalimat ini adalah penafian terhadap segala bentuk penyembahan selain Allah. Ia menolak segala bentuk kepercayaan pada kekuatan lain selain Allah, baik itu berhala, benda, maupun individu.
2.Ketaatan dan Kebergantungan kepada Allah
Seorang Muslim yang mengucapkan Laa ilaha illallah meyakini bahwa hidupnya sepenuhnya berada dalam kekuasaan Allah. Ia berjanji untuk selalu bergantung pada Allah dalam setiap aspek kehidupannya.
3.Ikhlas dan Cinta kepada Allah
Kalimat ini menjadi bukti cinta kepada Allah, yang menghilangkan keterikatan kepada selain-Nya. Ahli makrifat dan hakikat menekankan bahwa kalimat ini melambangkan cinta yang mendalam kepada Allah dan kebebasan dari segala ikatan dunia.
4.Kunci Surga dan Pengampunan
Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW menyatakan bahwa barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan menjaminnya surga.
 
Kalimat Laa ilaha illallah bukan sekadar ungkapan lisan, tetapi merupakan janji, pengakuan, dan komitmen yang mendalam. Dalam sejarah Islam, kalimat ini telah mengubah kehidupan banyak orang, menyelamatkan dari keputusasaan, dan menjadi kunci menuju surga. Hingga kini, kalimat Laa ilaha illallah terus menjadi pusat kehidupan seorang Muslim yang menuntunnya untuk selalu mengesakan Allah dalam segala aspek kehidupannya.
 
Dalam pandangan Syiah, kalimat Laa ilaha illallah 
bukan hanya kalimat tauhid biasa tetapi juga mencakup perjalanan spiritual menuju pengenalan hakiki (makrifat) kepada Allah. Berikut adalah beberapa kisah yang dihargai dalam tradisi Syiah dan mengilustrasikan makna mendalam kalimat ini dalam pandangan mereka:
 
1. Pengajaran Imam Ali as tentang Makna Laa ilaha illallah
 
Imam Ali bin Abi Thalib, menantu dan sepupu Nabi Muhammad SAW, adalah tokoh penting dalam tradisi Syiah. Dalam berbagai khutbahnya, Imam Ali menjelaskan esensi kalimat Laa ilaha illallah. Dalam salah satu riwayat, Imam Ali mengatakan, “Awal agama adalah mengenal Allah, dan kesempurnaan makrifat ini adalah mengesakan-Nya, yaitu Laa ilaha illallah.” Imam Ali mengajarkan bahwa pengucapan kalimat tauhid ini harus disertai dengan pemahaman dan keikhlasan yang mendalam, bukan sekadar kata-kata. Bagi Imam Ali, pengakuan ini berarti menafikan segala bentuk ketergantungan kepada selain Allah dan membangun hubungan yang tulus dengan-Nya.
 
2. Pengorbanan Imam Husain as di Karbala
 
Peristiwa Karbala juga menonjolkan kalimat Laa ilaha illallah sebagai landasan perjuangan Imam Husain. Dalam pandangan Syiah, pengorbanan Imam Husain di Karbala adalah contoh dari kesetiaan kepada Allah dan keteguhan pada kalimat tauhid. Saat menghadapi pasukan Yazid yang jauh lebih besar, Imam Husain menunjukkan keberaniannya dan berulang kali menyebut nama Allah serta menegaskan keesaan-Nya. Bagi Syiah, perjuangan Imam Husain menunjukkan bahwa Laa ilaha illallah berarti menolak segala bentuk tirani dan penindasan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Pengorbanan Imam Husain merupakan bentuk nyata dari kepasrahan total kepada Allah dan penolakan terhadap kebatilan.
 
3. Imam Ja’far Ash-Shadiq as dan Makna Laa ilaha illallah
 
Imam Ja’far Ash-Shadiq, seorang ulama besar dalam tradisi Syiah, memberikan pengajaran mendalam tentang Laa ilaha illallah kepada murid-muridnya. Suatu ketika, Imam Ja’far mengatakan bahwa kalimat ini adalah fondasi tauhid yang menuntut seseorang untuk melepaskan semua keterikatan duniawi dan hanya bergantung kepada Allah. Menurut Imam Ja’far, seseorang yang benar-benar menghayati Laa ilaha illallah akan mencapai tingkatan makrifat, di mana ia melihat seluruh alam semesta ini sebagai cerminan kekuasaan Allah dan hanya Allah yang ada dalam hatinya.
 
4. Kisah Seorang Sufi Syiah, Sayyid Ali Qadhi Tabataba’i
 
Sayyid Ali Qadhi Tabataba’i adalah seorang guru sufi Syiah yang dikenal dengan pemahaman mendalam tentang makrifat dan hakikat. Suatu ketika, seorang muridnya bertanya tentang pentingnya kalimat Laa ilaha illallah. Sayyid Ali Qadhi menjawab bahwa kalimat ini adalah kunci makrifat dan hanya bisa dipahami oleh mereka yang telah menyucikan hatinya dari segala bentuk keinginan selain Allah. Beliau mengajarkan bahwa seseorang harus menjalani kehidupan penuh pengabdian dan ikhlas agar dapat merasakan hakikat Laa ilaha illallah. Menurutnya, seseorang yang benar-benar memahami kalimat ini akan merasakan kehadiran Allah dalam setiap langkah hidupnya.
 
5. Pengajaran Imam Musa Al-Kadhim  as di Penjara Baghdad
 
Imam Musa Al-Kadhim, yang dipenjara oleh Khalifah Abbasiyah, dikenal karena keteguhan dan penghayatannya terhadap kalimat Laa ilaha illallah bahkan di tengah penderitaan. Dalam penjara, Imam Musa terus berzikir dan mengucapkan kalimat ini, menegaskan keteguhannya pada keesaan Allah. Meskipun dipenjara dan diperlakukan tidak adil, beliau tetap sabar dan terus mengajarkan kepada pengikutnya bahwa tidak ada yang lebih tinggi daripada Allah. Bagi Imam Musa, kesadaran akan keesaan Allah adalah sumber kekuatan untuk bertahan menghadapi segala cobaan hidup.
 
6. Imam Zainal Abidin as dan Doa Tauhid
 
Imam Zainal Abidin, yang dikenal dengan kesalehannya, menulis berbagai doa dalam Sahifah Sajjadiyah, yang dianggap sebagai kitab doa yang mendalam dalam Syiah. Dalam doanya, Imam Zainal Abidin sering kali menyebut Laa ilaha illallah dan memohon agar hatinya selalu teguh dalam keesaan Allah. Melalui doa-doanya, Imam Zainal Abidin mengajarkan bahwa kalimat tauhid ini adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan melepaskan diri dari segala bentuk ketergantungan duniawi. Bagi Imam Zainal Abidin, kalimat ini bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi bentuk penyerahan total kepada kehendak Allah.
 
7. Pandangan Allamah Thabathaba’i tentang Laa ilaha illallah
 
Allamah Thabathaba’i, seorang mufassir Syiah terkenal, dalam tafsirnya Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, menjelaskan bahwa Laa ilaha illallah adalah kunci untuk memahami segala ciptaan Allah. Beliau mengajarkan bahwa ketika seseorang mengucapkan kalimat ini dengan penuh penghayatan, ia akan menyadari bahwa seluruh alam semesta adalah manifestasi dari keesaan Allah. Menurutnya, seseorang yang benar-benar memahami Laa ilaha illallah akan hidup dalam harmoni dengan ciptaan Allah dan menjadikan Allah sebagai tujuan utama dalam setiap amalnya.
 
8. Imam Hasan Al-Askari dan Pesan Tauhid untuk Para Pengikutnya
 
Imam Hasan Al-Askari, salah satu dari dua belas Imam Syiah, menekankan pentingnya Laa ilaha illallah dalam menghadapi kehidupan yang penuh tantangan. Dalam surat-suratnya kepada para pengikutnya, beliau sering kali mengingatkan mereka untuk selalu mengucapkan Laa ilaha illallah sebagai penguat iman dan perlindungan dari godaan dunia. Menurut Imam Hasan Al-Askari, kalimat ini adalah benteng yang akan melindungi seseorang dari keraguan dan kebimbangan, menjadikannya tetap teguh dalam keimanan meski dalam situasi sulit.
 
9. Ayatullah Bahjat: Laa ilaha illallah sebagai Pintu menuju Kedamaian
 
Ayatullah Bahjat, seorang ulama dan ahli makrifat Syiah, mengajarkan bahwa kalimat Laa ilaha illallah adalah kunci untuk mencapai ketenangan jiwa dan kebebasan dari kecemasan duniawi. Beliau sering kali menekankan kepada murid-muridnya bahwa dengan memahami kalimat ini, seseorang dapat merasakan ketenangan dan kedamaian yang sejati. Menurut Ayatullah Bahjat, Laa ilaha illallah adalah pengingat bahwa hanya Allah yang layak dicintai dan bahwa segala bentuk cinta lainnya hanyalah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
 
10. Kisah Karamah Imam Mahdi tentang Laa ilaha illallah
 
Dalam kepercayaan Syiah, Imam Mahdi adalah imam terakhir yang dalam keadaan ghaib (tersembunyi) namun diyakini terus memberikan petunjuk kepada umat. 
 
Dalam cerita yang diceritakan oleh para pengikutnya, pernah ada seseorang yang sedang menghadapi kesulitan besar dan dalam ketakutan. Dalam doanya, ia mengucapkan Laa ilaha illallah dengan penuh kesungguhan dan memohon pertolongan Allah melalui perantaraan Imam Mahdi. Dalam mimpinya, ia bertemu dengan sosok yang diyakininya sebagai Imam Mahdi, yang mengajarinya untuk selalu menyandarkan diri kepada Allah dan memperbanyak pengucapan kalimat tauhid ini. Esoknya, ia merasa tenang dan mampu mengatasi masalahnya dengan keimanan yang lebih teguh.
 
Kesimpulan: Makna Laa ilaha illallah dalam Perspektif Syiah
 
Dalam tradisi Syiah, kalimat Laa ilaha illallah adalah:
 
•Landasan Tauhid dan Pembersihan Hati: Pengucapan kalimat ini menuntut penafian segala bentuk ketergantungan kecuali kepada Allah. Hanya Allah yang menjadi tujuan hidup dan sumber dari segala sesuatu.
•Perlawanan Terhadap Ketidakadilan: Kalimat ini menginspirasi perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan kebatilan, sebagaimana yang ditunjukkan dalam kisah perjuangan Imam Husain di Karbala.
•Jalan Menuju Makrifat: Melalui kalimat ini, seseorang dapat merasakan kehadiran Allah dalam kehidupannya dan memahami bahwa semua yang ada hanyalah manifestasi dari kehendak Allah.
•Ketenangan dan Keteguhan Jiwa: Mengucapkan Laa ilaha illallah dapat memberikan kedamaian dan kekuatan spiritual dalam menghadapi segala ujian hidup.
 
Kalimat Laa ilaha illallah atau “Tidak ada Tuhan selain Allah” adalah inti tauhid dan memiliki banyak manfaat serta keutamaan dalam kehidupan seorang Muslim. Kalimat ini bukan hanya pengakuan lisan, tetapi juga memiliki pengaruh mendalam terhadap jiwa, perilaku, dan kehidupan seseorang. Berikut adalah beberapa manfaat dari kalimat Laa ilaha illallah:
 
1. Menghapuskan Dosa
Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa barangsiapa mengucapkan Laa ilaha illallah dengan ikhlas, Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Kalimat ini memiliki kekuatan untuk menghapus dosa-dosa besar dan kecil, selama diucapkan dengan hati yang tulus dan kesadaran penuh akan maknanya.
 
“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah Laa ilaha illallah, maka ia akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim)
 
2. Mendapatkan Surga
Kalimat Laa ilaha illallah adalah kunci surga bagi umat Islam. Hadis-hadis menyebutkan bahwa barangsiapa mengucapkan kalimat ini dengan ikhlas dan penuh keimanan, maka pintu surga akan terbuka baginya. Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa kalimat ini memiliki bobot yang sangat berat di hari kiamat.
 
“Laa ilaha illallah adalah kunci untuk masuk surga.” (HR. Bukhari)
 
3. Memberikan Ketenteraman Jiwa
Mengucapkan Laa ilaha illallah memberikan ketenangan dan ketenteraman hati, terutama di saat kesulitan dan ketidakpastian. Kalimat ini mengingatkan kita bahwa hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, sehingga hati menjadi tenang karena merasa bergantung sepenuhnya kepada Allah.
 
4. Menguatkan Keimanan dan Ketaatan
Laa ilaha illallah adalah pernyataan keimanan bahwa hanya Allah yang layak disembah. Pengucapan kalimat ini secara rutin dapat menguatkan keimanan seseorang dan mendorongnya untuk hidup sesuai dengan ajaran Allah. Orang yang benar-benar memahami kalimat ini akan selalu berusaha menjaga ketaatannya dan menjauhi larangan Allah.
 
5. Melindungi dari Syirik
Kalimat Laa ilaha illallah adalah bentuk penolakan terhadap segala bentuk penyembahan selain Allah dan menghindari perbuatan syirik. Kalimat ini mengingatkan kita untuk tidak menduakan Allah dalam hal apapun, baik dalam keyakinan, ibadah, maupun tindakan sehari-hari.
 
6. Menjauhkan dari Keburukan dan Menyucikan Hati
Dengan merenungi makna Laa ilaha illallah, seseorang terdorong untuk membersihkan hatinya dari keinginan terhadap hal-hal duniawi yang berlebihan dan menjauhkan diri dari keburukan. Kalimat ini mengajarkan kita untuk fokus pada tujuan akhir, yaitu mendekatkan diri kepada Allah.
 
7. Memberikan Kekuatan dalam Menghadapi Ujian
Mengucapkan dan meyakini kalimat Laa ilaha illallah dapat memberikan kekuatan batin yang besar saat menghadapi kesulitan dan ujian hidup. Dengan mengingat bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu, seseorang akan merasa lebih tegar dan kuat dalam menghadapi cobaan.
 
8. Menjadi Cahaya di Alam Kubur dan Hari Kiamat
Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa kalimat Laa ilaha illallah akan menjadi cahaya yang menerangi alam kubur dan akan bersinar di hari kiamat bagi yang mengucapkannya dengan ikhlas. Kalimat ini akan menjadi saksi keimanan seorang Muslim di hadapan Allah.
 
9. Menjaga dari Godaan Syaitan
Kalimat Laa ilaha illallah memiliki kekuatan untuk menjauhkan seseorang dari godaan dan bisikan syaitan. Dengan mengingat Allah melalui kalimat ini, hati menjadi lebih kuat untuk menolak ajakan atau bisikan negatif yang datang dari syaitan.
 
10. Mengangkat Derajat di Sisi Allah
Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang ikhlas dan konsisten mengucapkan Laa ilaha illallah. Mereka yang senantiasa mengingat Allah dan hidup sesuai dengan nilai-nilai tauhid akan diberikan kedudukan yang mulia di sisi-Nya.
 
Rasulullah SAW bersabda, “Laa ilaha illallah adalah ucapan yang paling utama, dan itu adalah ucapan para nabi sebelumku.” (HR. Tirmidzi)
 
11. Menghubungkan Diri dengan Allah dalam Kehidupan Sehari-hari
Laa ilaha illallah bukan hanya kalimat yang diucapkan dalam ibadah, tetapi dapat menjadi prinsip hidup sehari-hari. Dengan memahami maknanya, seseorang selalu merasa dekat dengan Allah dalam segala hal yang dilakukan, merasa lebih terpandu, dan senantiasa berusaha meraih keridhaan-Nya.
 
12. Memperoleh Ridha Allah
Dengan mengucapkan Laa ilaha illallah dan menghayatinya, seseorang menunjukkan ketundukannya kepada Allah, yang merupakan bentuk ketaatan tertinggi. Hal ini membuatnya lebih dekat dengan ridha Allah, karena menunjukkan bahwa ia senantiasa mengingat dan mengagungkan Allah.
 
Kesimpulan
 
Kalimat Laa ilaha illallah membawa manfaat yang mendalam dalam kehidupan spiritual, emosional, dan bahkan sosial seorang Muslim. Dengan memahami dan menghayati maknanya, kalimat ini dapat menjadi sumber kekuatan, ketenangan, dan keberkahan dalam hidup.
 
Keutamaan Ayat-ayat  Tahlil
 (Laa ilaha illallah) 
 
 Diriwayatkan dari kitab „Al-Atiq Al-ghorwi‟, diriwayatkan dari seorang yag „alim dari Imam Ja‟far Shodiq meriwayatkan bahwa ;
 
Amirul Mukminin a.s berkata, “Rasulullah saw mengajariku sebuah doa yang membuatku tidak memerlukan tabib.
 
“Seseorang bertanya,”Apa doa itu wahai Amirul Mukminin?” 
 
Beliau menjawab,” Yaitu 37 kalimat tahlil (bacaan lâ ilâha illallâh) dalam al-Qur‟an yang terdapat dalam 24 surat dari Al-Baqoroh hingga al-Muzammil.
 
1. Orang yang sedang susah membaca doa ini, Allah akan menghilangkan kesusahannya.
2. Orang yang berhutang membacanya, Allah akan melunasi hutangnya.
3. Seseorang yang terasing membacanya, Allah akan mengembalikannya ke tempat asalnya.
4. Orang yang memiliki kebutuhan membacanya, Allah akan memenuhinya.
5. Orang yang sedang ketakutan membacanya, Allah akan menghilangkan rasa takutnya.
6. Barangsiapa yang membacanya setiap pagi, hatinya akan terlindung dari kemunafikan.
7. Ia juga akan terhindar dari tujuh puluh jenis bencana dan yang paling ditakuti di antaranya adalah kusta, kegilaan, lepra.
8. Allah akan menjadikannya orang-orang yang beruntung, baik ketika masih hidup, setelah meninggal dunia maupun ketika masuk surga. 
 9. Barangsiapa yang membacanya ketika bepergian, hanya kebaikan yang akan didapatinya.
10. Barangsiapa yang membacanya setiap malam ketika hendak tidur, ia akan dijaga oleh 70 malaikat dari godaan iblis dan tentaranya hingga ia bangun.
11. Barangsiapa yang membacanya pada siang harinya, ia terlindungi dan dilimpahi rezeki hingga sore hari.
12. Barangsiapa yang menuliskannya di kertas dan meminumnya dengan air hujan, badannya akan terlindungi dari keburukan, sihir dan godaan jin.
13.Ia akan terjaga dari semua bencana dunia, dilimpahi rezeki, terhindar dari setan.
14. Dan tidak akan mati sebelum Allah memper- lihatkan kedudukannya di surga dalam mim- pinya”. (Kitab As-Sa’ah wa ar Rizq dan Mustadrok Safinatul Bihar 10 : 548.)
 
Doa tersebut sebagai berikut : 
 
{ وَ إِلهُكُمْ إِلهٌ واحِدٌ لا إله إلا هو الرَّحْمنُ الرَّحِيمُ‏ } 
{ اللَّهُ لا إله إلا هو  الحي القيوم  لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَ لا نَوْمٌ } .
 
{ الم اللَّهُ لا إله إلا هُوَ  الحي القيوم } { نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتابَ بِالْحَقِّ هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحامِ كَيْفَ يَشاءُ  لا إله إلا هو  لْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } { شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ  لا إله إلا هُوَ  وَ الْمَلائِكَةُ وَ أُولُوا الْعِلْمِ قائِماً بِالْقِسْطِ } { لا إله إلا هُوَ  الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } { إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ الله الْإِسْلامُ إِنَّ هذا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ 
وَ ما مِنْ إِلهٍ إِلَّا الله وَ إِنَّ الله لَهُوَ لْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } .
 
{ اللَّهُ لا إله إلا هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلى‏ يَوْمِ الْقِيامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ وَ مَنْ أَصْدَقُ مِنَ الله حَدِيثاً } .
وَ مِنَ الْمَائِدَةِ وَاحِدَةٌ : 
{ لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قالُوا إِنَّ الله ثالِثُ ثَلاثَةٍ  وَ ما مِنْ إِلهٍ إِلَّا إِلهٌ واحِدٌ  وَ إِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذابٌ أَلِيمٌ } .
 
{ ذلِكُمُ الله رَبُّكُمْ   لا إِلهَ إِلَّا هُوَ  خالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَ هو عَلى‏ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ } { اتَّبِعْ ما أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ   لا إله إلاهُوَ  وَ أَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ } .
 
{ قُلْ يا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ الله إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ  لا إله إلا هُوَ   يُحيِي وَ يُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَ رَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَ كَلِماتِهِ وَ اتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ } .
 
{ اتَّخَذُوا أَحْبارَهُمْ وَ رُهْبانَهُمْ أَرْباباً مِنْ دُونِ الله وَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَ ما أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلهاً واحِداً   لا إله إلا هُوَ  سبحانهعَمَّا يُشْرِكُونَ } { فَإِنْ‏ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ   لا إِلهَ إِلَّا هُوَ  عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَ هو رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ‏ } .
 
{ حَتَّى إِذا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قالَ آمَنْتُ أَنَّهُ   لا إله إلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُوا إِسْرائِيلَ   وَ أَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ } .
 
{ فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّما أُنْزِلَ بِعِلْمِ الله وَ أَنْ 
لا إِلهَ إِلَّا هُوَ    فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } .
 
{ وَ هُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمنِ قُلْ هو رَبِّي
 لا إِلهَ إِلَّا هُوَ   عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَ إِلَيْهِ مَتابِ } .
 
{ يُنَزِّلُ الْمَلائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلى‏ مَنْ يَشاءُ مِنْ عِبادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ   لا إِلهَ إِلَّا أَنَا  فَاتَّقُونِ } .
 
{ يَعْلَمُ السِّرَّ وَ أَخْفى ‏ اللَّهُ لا إِلهَ إِلَّا هُوَ  لَهُ الْأَسْماءُ الْحُسْنى‏ } 
{ وَ أَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِما يُوحى‏ إِنَّنِي أَنَا الله    لا إله إلا أَنَا   فَاعْبُدْنِي وَ أَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي } 
{ إِنَّما إِلهُكُمُ الله الَّذِي   لا إِلهَ إِلَّا هُوَ   وَسِعَ كُلَّ شَيْ‏ءٍ عِلْماً } .
 
{ وَ ما أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ   لا إله إلا أَنَا   فَاعْبُدُونِ } 
{ وَ ذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغاضِباً فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنادى‏ فِي الظُّلُماتِ   أَنْ لا إله إلا أَنْتَ   سُبْحانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ } .
 
{ فَتعالى الله الْمَلِكُ الْحَقُّ   لا إله إلا هُوَ  رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ}.
و مِنَ النَّمْلِ وَاحِدَةٌ : 
{ وَ يَعْلَمُ ما تُخْفُونَ وَ ما تُعْلِنُونَ   اللَّهُ لا إله إلا هُوَ  رَبُ‏ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ } .
 
{ وَ هُوَ الله لا إله إلا هُوَ   لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُولى‏ وَ الْآخِرَةِ وَ لَهُ الْحُكْمُ وَ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ } 
{ وَ لا تَدْعُ مَعَ الله إِلهاً آخَرَ   لا إِلهَ إِلَّا هُوَ   كُلُّ شَيْ‏ءٍ هالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ } .
 
{ يا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خالِقٍ غَيْرُ الله يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّماءِ وَ الْأَرْضِ   لا إله إلا هُوَ   فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ } .
 
{ إِنَّهُمْ كانُوا إِذا قِيلَ لَهُمْ لا إِلهَ إِلَّا الله  يَسْتَكْبِرُونَ }.
 
{ قُلْ إِنَّما أَنَا مُنْذِرٌ  وَ ما مِنْ إِلهٍ إِلَّا اللَّهُ  الْواحِدُ الْقَهَّارُ } .
 
{ ذلِكُمُ الله رَبُّكُمْ خالِقُ كُلِّ شَيْءٍ  لا إله إلا هُوَ  فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ }
 { ذلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ  هُوَ الحي   لا إله إلا هُوَ   فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ } .
 
{ لا إله إلا هُوَ  يُحْيِي وَ يُمِيتُ رَبُّكُمْ وَ رَبُّ آبائِكُمُ الْأَوَّلِينَ}.
 
{ هُوَ الله الَّذِي لا إِلهَ إِلَّ هو  عالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهادَةِهو الرَّحْمنُ الرَّحِيمُ }
 { هُوَ الله الَّذِي لا إله إلا هُوَ   الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحانَ الله عَمَّا يُشْرِكُونَ‏ } .
 
{ اللَّهُ لا إله إلا هُوَ   وَ عَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ } .
 
{رَبُّ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ  لا إِلهَ إِلَّا هُوَ  فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا}.
 
A’udzubillâhi-minasy-syaithônir-rojîm; 
 
wa ilâhukum ilâhun wâhid, (1) lâ ilâha illâ huwar rohmânurrohîm. 
 
Allâhu (2) lâ ilâha illâ huwalhayyul qoyyûm, lâ ta’khudzuhu sinatuw walâ naum, lahu mâ fis samâwâti wamâ fil ardi, man dzal ladzî yasyfa’u ‘indahû illâ bi idz-nihi, ya’lamu mâ bayna aydîhim wamâ kholfahum walâ yuhî thûna bisyai-in min ilmihî illâ bimâ syâ-a, wasyi’a kursiyyuhus samâwâti wal ardho, walâ ya-ûduhu hif-zhu humâ wa huwal aliyyul azhîm. 
 
Allâhu (3) lâ ilâha illâ huwalhayyul qoyyûm, 
 
Huwalladzî yushowwirukum fil arhâmi kay fa yasyâ-u, (4) lâ ilâha illâ huwal ‘azîzul hakîm 
 
syahidallâhu annahu, (5) lâ ilâha illâ huwa wal malâ-ikatu wa ûlul ‘ilmi qô-imam bil qis-thi, (6) lâ ilâha illâ huwal ‘azîzul hakîm 
 
Allâhu (7) lâ ilâha illâ huwa, layaj-ma’ana kum ilâ yaumil qiyâmati lâ royba fîhi, waman ash-daqu minallâhi hadî-tsâ 
 
Dzâlikumullâhu robbukum (8) lâ ilâha illâ huwa, khôliqu kulli syai-in fa’budûhu, wahuwa ‘alâ kulli syai-in wakîl 
 
Ittabi’ mâ ûhiya ilaika mirrobbika (9) lâ ilâha illâ huwa, wa a’ridh ‘anil musyrikîn 
 
Qulyâ ayyuhannâsu innî rosûlullâhi ilay kum jamî’an alladzî lahû mulkus-samâwâti wal ardhi, (10) lâ ilâha illâ huwa yuhyî wa yumî tu fa-âminû billâhi warosûlihîn nabiyyil um miyyi alladzî yu’minu billâhi wa kalimâtihi wattabi’û-hu la’allakum tahtadûn 
 
Ittakhodzû ahbârohum waruhbânahum arbâ ban min dûnillâhi wal masî-habna maryam wamâ umirû illâ liya’budû ilâhan wâhidâ, (11) lâ ilâha illâ huwa, 
 
subhânahu ‘ammâ yusy- rikûn Fa in tawallaw faqul hasbiyallâhu (12)  lâ ilâha illâ huwa, ‘alaihi tawakkaltu wahuwa rob bul arsyil ‘azhîm 
 
Wajâwaznâ bibanî isrô-ilal bahro fa-at ba ’ahum fir-‘aunu wa junûduhu baghyaw wa ‘adwâ hatta idzâ adro kahul ghoroqu qôlâ âmantu annahu (13) lâ ilâha illâlladzî âmanat bihi banû isrô-îl wa anâ minal muslimîn 
 
Fa illam yastajîbû lakum fa’lamû annamâ unzila bi’ilmillâhi wa an (14) lâ ilâha illâ huwa fahal antum muslimûn 
 
Kazdâlika arsalnâka fî ummatin qod kholat min qoblihâ umamun litat-luwa ‘alay himul- ladzî au haynâ ilayka wahum yak furûra bir- rohmân, qul huwa robî (15)  lâ ilâha illâ huwa ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi matâb 
 
Yunazzilul malâ-ikata birrûhi min amrihi ‘alâ mayyasyâ-u min ‘ibâdihi an anzdirû annahu (16) lâ ilâha illâ ana fat-taqûn 
 
Allâhu (17) lâ ilâha illâ huwa lahul asmâ-ul husnâ 
 
Innanî anallâhu (18) lâ ilâha illâ ana fa’budnî wa aqimis-sholâta lidzikrî 
 
Innamâ ilâhukumullâhul-ladzî (19)  lâ ilâha illâ huwa wasi’a kulla syai-in ‘ilmâ 
 
Wamâ arsalnâ min qoblika mir-rosûlin illâ nûhî ilayhi annahu (20)  lâ ilâha illâ ana fa’budûn 
 
Wa dzan-nûni idz-dzahaba mughô-dhiban fazhonna al-lan naqdiro ‘alayhi fanâdâ fizh zhulumâti al-  (21) lâ ilâha illâ anta subhânaka innî kuntu minadh-zhôlimîn 
 
Fata’âlallâhul malikul haqqu (22) lâ ilâha illâ huwa robbul ‘arsyil karîm  
 
Allâhu (23) lâ ilâha illâ huwa robbul ‘arsyil azhîm 
 
Wahuwallâhu (24) lâ ilâha illâ huwa lahul ham du fil ûlâ wal âkhiroh walahul hukmu wa ilayhi turja’ûn 
 
Walâ tad-’û ma’allâhi ilâhan âkhor, (25) lâ ilâha illâ huwa, kullu syai-in hâlikun illâ wajha- hû lahul hukmu wa ilaihi tur-ja’ûn 
 
Yâ ayyuhan nâsuzd-kurû ni’matallâhi ‘alai kum hal min khôliqin ghoirullâhi yarzuqu kum minassamâ-i wal ardhi (26)  lâ ilâha illâ huwa fa annâ tu’fakûn 
 
Innahum kânû idzâ qîla lahum lâ (27) ilâha illallâhu yastakbirûn 
 
 Kholaqokum min nafsyiw wâhidatin tsumma ja’ala minhâ zaujahâ wa anzala lakum minal an’âmi tsamaniyyata azwâjin yakh- luqukum fî buthûni ummahâtikum kholqon mim ba’di kholqin fî zhulumâtin tsalâsin dzâlikumullâhu robbukum lahul mulku (28) lâ ilâha illâ huwa fa annâ tushrofun  
 
Ghôfiridz-dzambi wa qôbilitawbi syadîdil ‘iqôbi dzith-thowli (29)  lâ ilâha illâ huwa ilaihil mashîr 
 
Dzâlikumullâhu robbukum khôliqu kulli syai-in (30) lâ ilâha illâ huwa fa annâ tu’fakûn 
 
Huwal hayyu (31) lâ ilâha illâ huwa fad ’ûhu mukh-lishîna lahuddîna alhamdulillâhi rob bil ‘âlamîn 
 
(32) Lâ ilâha illâ huwa yuhyî wa yumîtu robbukum wa robbu âbâ-ikumul awwalîna 
 
Fa’lam annahu (33)  lâ ilâha illâllâhu wastaghfir lidzambika walil-mu’minîna wal-mu’minâti wallâhu ya’lamu mu-taqollabakum wa mats- wâkum 
 
Huwallâhul-ladzî (34) lâ ilâha illâ huwa ‘âlimul ghoybi wasysyahâdati huwar-rohmâ nur rohîm 
 
Huwallâhul-ladzî (35)  lâ ilâha illâ huwal malikul quddûsus-salâmul mu’minul muhaiminul ‘azîzul jabbârul mutakabbiru subhânallâhi ammâ yusyrikûn 
 
Allâhu (36) lâ ilâha illâ huwa wa ‘alallâhi fal-yatawakkalil mu’minûn 
 
Robbul masyriqi walmaghribi (37) lâ ilâha illâ huwa fattakhidzhu wakîlâ 

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment