MAKNA BARZAKH

Supa Athana - Tekno & Sains
12 October 2024 15:38
Amal-amal bisa sampai kepada orang yang telah meninggal, terutama melalui keberkahan doa dan bacaan Al-Qur’an, serta melalui syafaat dari Ahlul Bayt.
Penulis: Muhammad Taufiq Ali Yahya
             Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran 
 
 
Berikut makna dari Barzakh (Barzah) dalam konteks Islam:
 
1.Penghalang atau pembatas: Barzakh berarti “penghalang” antara dunia yang fana dan alam akhirat, yakni batas antara kehidupan dunia dan kehidupan setelah mati.
2.Alam transisi: Barzakh adalah tempat tinggal sementara bagi ruh manusia setelah kematian hingga hari kiamat. Ini adalah alam peralihan antara dunia dan akhirat.
3.Kesadaran pascakematian: Di dalam Barzakh, roh masih memiliki kesadaran tertentu. Mereka dapat mengalami kebahagiaan atau penderitaan, tergantung amal perbuatannya di dunia.
4.Kehidupan kubur: Barzakh sering dihubungkan dengan kehidupan di dalam kubur, tempat ruh menunggu hingga hari kebangkitan.
5.Tempat pembalasan sementara: Di alam Barzakh, ruh mengalami pembalasan sesuai dengan amal perbuatannya, namun bukan pembalasan final seperti di akhirat.
6.Batas antara dua dunia: Barzakh adalah batas tak terlihat yang memisahkan dunia fisik (dunia kita sekarang) dengan dunia ruhaniah (akhirat).
7.Penundaan hari pembalasan: Barzakh adalah masa penundaan sebelum tibanya hari pembalasan atau hari kiamat, di mana seluruh manusia akan dihisab.
8.Tempat menunggu: Alam Barzakh berfungsi sebagai tempat penantian bagi ruh-ruh manusia sampai tibanya hari kebangkitan.
9.Kesempatan terakhir: Beberapa ulama percaya bahwa di alam Barzakh, ada kesempatan bagi ruh untuk memohon rahmat Allah, meskipun tidak ada lagi kesempatan untuk kembali dan beramal.
10.Keadaan ruh: Barzakh juga merujuk pada keadaan ruh yang tidak lagi terikat dengan tubuh fisik dan menjalani bentuk eksistensi yang berbeda.
 
Ini adalah konsep Barzakh dalam Islam yang menggambarkan alam transisi setelah kematian.
 
Dalam Al-Qur’an dan tafsir para mufassir, Barzakh adalah konsep yang sangat penting yang menggambarkan kehidupan antara dunia ini dan akhirat. Berikut penjelasan Barzakh menurut Al-Qur’an dan para mufassir:
 
1. Barzakh dalam Al-Qur’an
 
Istilah Barzakh disebut dalam beberapa ayat Al-Qur’an, yang paling menonjol adalah:
 
•Surah Al-Mu’minun (23:100)
“Di hadapan mereka ada dinding (Barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.”
Ayat ini mengisyaratkan adanya batas atau dinding (Barzakh) yang memisahkan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, yang merupakan tempat penantian bagi ruh setelah kematian hingga hari kebangkitan.
•Surah Ar-Rahman (55:20)
“Antara keduanya ada batas (Barzakh) yang tidak dapat dilampaui oleh masing-masing.”
Dalam konteks ini, Barzakh digunakan untuk menggambarkan penghalang atau batas antara dua laut yang tidak bercampur, meskipun secara literal, ini tidak langsung berbicara tentang alam kubur, namun konsep Barzakh sebagai “penghalang” diterapkan di sini.
 
2. Barzakh Menurut Para Mufassir
 
Tafsir Ibnu Katsir
 
Ibnu Katsir menjelaskan Barzakh sebagai “dinding” atau “penghalang” yang memisahkan kehidupan dunia dari akhirat. Ia menyatakan bahwa setelah seseorang mati, mereka memasuki Barzakh dan berada di sana hingga hari kiamat. Dalam tafsir ayat Al-Mu’minun (23:100), Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Barzakh adalah alam yang dialami ruh setelah kematian, di mana mereka merasakan nikmat atau azab kubur.
 
Tafsir Al-Qurthubi
 
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menekankan bahwa Barzakh adalah fase peralihan di mana ruh berada setelah kematian. Menurutnya, Barzakh adalah alam di mana ruh manusia mengalami keadaan tertentu berdasarkan amal mereka di dunia. Ruh orang yang baik akan mendapatkan ketenangan, sedangkan ruh orang yang jahat akan mengalami siksaan. Ini adalah tempat penantian sebelum pengadilan di hari kiamat.
 
Tafsir Al-Thabari
 
Imam Al-Thabari menjelaskan bahwa Barzakh adalah penghalang yang tidak bisa dilampaui oleh ruh setelah kematian hingga hari kebangkitan. Dalam tafsirnya, Al-Thabari juga menggarisbawahi bahwa Barzakh merupakan tempat ruh menetap sementara sebelum hari kebangkitan. Dalam tafsir Surah Al-Mu’minun (23:100), ia menekankan bahwa tidak ada kembalinya ruh ke dunia setelah seseorang mati.
 
Tafsir Fakhruddin Ar-Razi
 
Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya memberikan penjelasan lebih filosofis tentang Barzakh, dengan menekankan bahwa Barzakh adalah keadaan antara, di mana ruh tidak sepenuhnya mati tetapi juga belum sepenuhnya hidup seperti di akhirat. Ini adalah fase transisi yang memungkinkan manusia untuk merasakan akibat perbuatannya di dunia, baik berupa nikmat atau siksaan.
 
Tafsir As-Sa’di
 
As-Sa’di menyebutkan bahwa Barzakh adalah kehidupan peralihan bagi orang yang telah mati. Di alam ini, orang-orang yang beriman akan merasakan kenikmatan, sementara orang yang kafir akan merasakan azab. Barzakh adalah tahap awal dari kehidupan akhirat yang akan diikuti oleh kebangkitan di hari kiamat.
 
Kesimpulan dari Para Mufassir
 
Secara umum, para mufassir sepakat bahwa Barzakh adalah alam transisi bagi ruh setelah kematian hingga hari kebangkitan. Barzakh digambarkan sebagai fase antara kehidupan dunia dan akhirat di mana manusia tidak lagi berhubungan dengan dunia, tetapi belum sepenuhnya memasuki fase akhir kehidupan di akhirat. Di sana, ruh akan mengalami kebahagiaan atau penderitaan sementara, sesuai dengan amal perbuatannya di dunia.
 
Konsep Barzakh ini berfungsi sebagai pengingat bahwa kehidupan tidak berakhir dengan kematian, tetapi ada kehidupan lain yang dimulai di alam kubur dan akan mencapai puncaknya pada hari kebangkitan.
 
Dalam pandangan mufassir Ahlul Bayt dan tradisi Syiah, konsep Barzakh memiliki tempat penting dalam teologi mereka. Meskipun konsep ini secara umum mirip dengan pandangan Sunni, terdapat beberapa penekanan khusus dalam tafsir dan akidah Syiah yang terkait dengan alam Barzakh.
 
1. Barzakh dalam Perspektif Ahlul Bayt dan Syiah
 
Tafsir Al-Qur’an dalam Mazhab Syiah
 
Mazhab Syiah merujuk kepada tafsir yang lebih menekankan peran spiritual Ahlul Bayt (keluarga Nabi) dalam menjelaskan aspek-aspek yang lebih mendalam tentang kehidupan setelah mati, termasuk Barzakh. Para imam Ahlul Bayt dipandang sebagai sumber otoritatif dalam mengajarkan makna Barzakh. Imam-imam Syiah diyakini memiliki pengetahuan mendalam tentang akhirat dan nasib manusia setelah kematian.
 
Alam Barzakh dan Wilayah (Kepemimpinan) Ahlul Bayt
 
Salah satu penekanan dalam tafsir Syiah adalah bahwa di alam Barzakh, manusia akan diuji dengan Wilayah, yaitu kecintaan dan kepatuhan kepada Ahlul Bayt, khususnya kepada Imam Ali dan keturunannya. Menurut sebagian riwayat dalam tradisi Syiah, orang yang tidak mengakui kepemimpinan Imam Ali akan menghadapi kesulitan di Barzakh, sementara mereka yang setia akan mendapatkan kenikmatan.
 
2. Tafsir dari Para Mufassir Syiah tentang Barzakh
 
Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathaba’i)
 
Allamah Thabathaba’i dalam tafsirnya, Al-Mizan, memberikan penjelasan mendalam tentang Barzakh sebagai fase antara dunia dan akhirat. Ia menafsirkan Surah Al-Mu’minun (23:100) dan menjelaskan bahwa Barzakh adalah tempat penantian setelah kematian dan sebelum kebangkitan. Dalam tafsir ini, dia menekankan bahwa orang beriman akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan di alam Barzakh, sementara orang yang menolak kebenaran akan mengalami penderitaan.
 
Thabathaba’i juga menyatakan bahwa Barzakh adalah alam di mana amal perbuatan manusia di dunia akan mulai membuahkan hasil. Ruh yang bersih dan beriman akan merasakan kenikmatan yang lebih tinggi, sementara ruh yang terbelenggu dosa akan merasakan siksaan.
 
Tafsir Nur al-Tsaqalayn (Al-Huwaizi)
 
Dalam tafsir Nur al-Tsaqalayn yang merupakan tafsir populer di kalangan Syiah, Al-Huwaizi banyak mengutip riwayat-riwayat dari para Imam Ahlul Bayt untuk menjelaskan ayat-ayat tentang Barzakh. Dia menyebutkan bahwa di alam Barzakh, ruh akan ditanya tentang keyakinannya, terutama mengenai Imam Ali dan para Imam setelahnya. Menurut tafsir ini, loyalitas kepada Ahlul Bayt akan sangat menentukan kondisi seseorang di alam Barzakh.
 
Imam Ja’far Ash-Shadiq (Ulama Ahlul Bayt)
 
Dalam banyak riwayat yang dikaitkan dengan Imam Ja’far Ash-Shadiq, salah satu imam besar dalam mazhab Syiah, Barzakh adalah tempat di mana amal baik dan buruk manusia akan memberikan pengaruh langsung. Dalam salah satu riwayatnya, Imam Ja’far mengatakan bahwa di Barzakh, orang-orang yang beriman akan ditemani oleh amal baik mereka, sementara orang yang kafir akan ditemani oleh amal buruk mereka dalam bentuk yang menakutkan.
 
Imam Ja’far juga menjelaskan bahwa Barzakh adalah tempat ruh-ruh menunggu hari kebangkitan, dan selama waktu ini, mereka akan mendapatkan balasan sementara sebelum hari pembalasan yang sesungguhnya di akhirat.
 
Syeikh Al-Mufid (Ulama Syiah Awal)
 
Syeikh Al-Mufid, seorang teolog besar Syiah, menekankan bahwa Barzakh adalah tempat penantian dan tempat ruh mengalami kebahagiaan atau penderitaan tergantung pada amal mereka. Ia juga mengajarkan bahwa dalam Barzakh, seseorang akan mengalami azab kubur atau nikmat kubur, tetapi penderitaan atau kenikmatan ini bersifat sementara hingga hari kiamat tiba.
 
3. Konsep “Arwah al-Mu’minin” dan “Arwah al-Kuffar” dalam Tradisi Syiah
 
Tradisi Syiah membagi ruh manusia setelah kematian ke dalam dua kelompok:
 
•Arwah al-Mu’minin (Ruh orang-orang beriman): Mereka akan berada di suatu tempat yang disebut “Wadi al-Salam” (Lembah Kedamaian), suatu tempat spiritual di alam Barzakh di mana mereka merasakan ketenangan dan kebahagiaan sambil menunggu hari kebangkitan.
•Arwah al-Kuffar (Ruh orang-orang kafir): Mereka akan menderita di tempat yang dikenal sebagai “Barhut”, yaitu lembah yang penuh dengan azab dan penderitaan di alam Barzakh sebagai balasan atas kekufuran mereka di dunia.
 
4. Azab Kubur dan Syafaat di Barzakh
 
Syiah juga memiliki konsep syafaat, yakni perantaraan para Imam Ahlul Bayt untuk membantu pengikut mereka di alam Barzakh. Menurut riwayat-riwayat dari para Imam, syafaat Ahlul Bayt dapat menyelamatkan sebagian pengikut mereka dari azab kubur di alam Barzakh.
 
Selain itu, ada juga keyakinan bahwa ruh orang-orang beriman dapat mengunjungi keluarga mereka di dunia dalam bentuk yang tidak kasat mata, serta doa dan sedekah yang dilakukan oleh anggota keluarga di dunia dapat meringankan beban bagi mereka yang berada di Barzakh.
 
Kesimpulan
 
Dalam perspektif Syiah dan mufassir Ahlul Bayt, Barzakh merupakan alam penantian yang sangat penting, di mana ruh manusia akan merasakan hasil amal perbuatan mereka sebelum hari kiamat. Ada penekanan khusus pada pentingnya Wilayah (kepemimpinan Imam Ali dan para Imam Ahlul Bayt) serta loyalitas kepada mereka sebagai faktor utama yang mempengaruhi keadaan seseorang di alam Barzakh.
 
Dalam tradisi makrifat (pengetahuan esoteris) dan hakikat (kebenaran batin), baik dalam Sunni maupun Syiah, konsep Barzakh dipahami lebih mendalam dan berfokus pada realitas spiritual dan pengalaman batiniah. Para ahli makrifat dan hakikat menganggap bahwa Barzakh bukan sekadar alam fisik tempat penantian setelah kematian, tetapi juga merupakan fase transendental di mana kesadaran ruh manusia berkembang sesuai dengan kondisi spiritual yang telah dicapai selama hidup.
 
1. Barzakh Menurut Ahli Makrifat dan Hakikat Sunni
 
Dalam tradisi Sunni, terutama di kalangan tasawuf (mistik Islam), Barzakh dilihat melalui lensa pengalaman spiritual yang mendalam dan bukan hanya sebagai tempat fisik bagi ruh-ruh yang telah meninggal. Para sufi dan ahli hakikat Sunni memandang Barzakh sebagai suatu alam atau keadaan yang mencerminkan tingkat spiritual seseorang.
 
Ibn Arabi dan Konsep Barzakh
 
Salah satu tokoh paling terkenal dalam tradisi esoterik Sunni adalah Ibn Arabi, yang sering dianggap sebagai Ahli Makrifat dan ahli dalam kebenaran batin (hakikat). Dalam pandangan Ibn Arabi:
 
•Barzakh adalah alam antara atau alam imajinal (khayal), yang tidak sepenuhnya material namun juga bukan sepenuhnya spiritual. Ia menggambarkannya sebagai tempat yang berada di antara alam dunia dan alam malakut (alam ilahiah).
•Di alam Barzakh, ruh tidak lagi terikat oleh dimensi ruang dan waktu yang kita pahami di dunia. Ruh akan mengalami manifestasi amal perbuatannya, yang akan muncul dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan kondisi batinnya. Amal baik akan muncul sebagai keindahan, sedangkan amal buruk muncul sebagai penderitaan.
•Kesadaran spiritual adalah kunci untuk memahami Barzakh. Orang yang mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi, bahkan di dunia ini, dapat “melihat” dan “merasakan” Barzakh sebelum mereka meninggal. Bagi Ibn Arabi, Barzakh bukan hanya pengalaman setelah kematian, tetapi juga keadaan jiwa yang telah mencapai tingkat makrifat (pengetahuan hakiki tentang Tuhan) selama masih hidup.
 
Imam Ghazali dan Barzakh
 
Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, salah satu ahli tasawuf Sunni terbesar, Barzakh adalah bagian dari perjalanan ruh menuju Tuhan. Beliau menjelaskan bahwa setelah kematian, ruh memasuki Barzakh dan mulai mengalami kenikmatan atau penderitaan sesuai dengan tingkat kedekatannya kepada Allah. Namun, yang lebih penting dalam pandangan Ghazali adalah bahwa hakikat dari Barzakh sudah dapat dirasakan oleh manusia selama mereka masih hidup, melalui penyucian hati dan makrifat.
 
•Alam Barzakh menurut Ghazali adalah cerminan dari keadaan batin seseorang. Jika hati seseorang sudah dipenuhi dengan cahaya makrifat, maka ia akan mengalami kenikmatan di alam Barzakh, bahkan sebelum tiba di akhirat. Namun, jika hati seseorang penuh dengan kegelapan, maka azab Barzakh akan dimulai sejak kehidupan dunia.
 
2. Barzakh Menurut Ahli Makrifat dan Hakikat Syiah
 
Dalam tradisi esoterik Syiah, konsep Barzakh juga dijelaskan dalam kerangka spiritualitas mendalam, dengan penekanan khusus pada penyucian jiwa dan kesetiaan kepada Ahlul Bayt. Ahli makrifat dan hakikat Syiah memandang Barzakh sebagai tahapan penting dalam perjalanan ruh menuju kesempurnaan.
 
Mulla Sadra dan Konsep Barzakh
 
Mulla Sadra, salah satu filsuf dan ahli makrifat terbesar dalam tradisi Syiah, menjelaskan konsep Barzakh melalui kerangka hikmah al-muta’aliyah (filsafat transendental). Menurut Mulla Sadra:
 
•Barzakh adalah alam imajinal (alam mitsal), di mana ruh mengalami transformasi yang lebih halus setelah kematian. Alam ini tidak sepenuhnya material, tetapi juga bukan sepenuhnya spiritual. Ia adalah alam antara yang berfungsi sebagai jembatan antara dunia fisik dan alam akhirat.
•Mulla Sadra menyatakan bahwa alam Barzakh ini adalah tempat di mana wujud batin manusia (amal, niat, dan kesucian hati) akan terungkap. Apa yang dialami seseorang di alam Barzakh adalah manifestasi dari keadaan spiritual dan moral mereka di dunia.
•Pengetahuan hakiki dan makrifat kepada Allah adalah kunci utama untuk mencapai kebahagiaan di alam Barzakh. Bagi Mulla Sadra, orang yang telah mencapai makrifat akan merasakan Barzakh sebagai fase kenikmatan dan pencerahan batin yang lebih mendalam.
 
Allamah Thabathaba’i dan Barzakh
 
Dalam pandangan Allamah Thabathaba’i, seorang mufassir dan ahli makrifat Syiah, Barzakh adalah fase di mana ruh mengalami realitas batin dari amal-amalnya di dunia. Dia menafsirkan Barzakh sebagai:
 
•Tempat pengungkapan realitas di mana segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia akan muncul dengan jelas. Amal-amal baik akan menampakkan diri dalam bentuk yang menyenangkan, sedangkan amal buruk akan muncul dalam bentuk yang menakutkan.
•Kebersihan batin dan kesetiaan kepada Allah dan Ahlul Bayt sangat menentukan keadaan seseorang di alam Barzakh. Menurut Allamah, hanya orang yang telah menyucikan jiwa mereka yang akan merasakan kedamaian spiritual di Barzakh.
•Dia juga menekankan bahwa hakikat Barzakh adalah refleksi dari keadaan batin seseorang. Jika selama hidup seseorang fokus pada kedekatan kepada Allah, maka mereka akan menjalani Barzakh sebagai tempat persinggahan yang penuh kenikmatan. Jika tidak, Barzakh akan menjadi tempat penderitaan dan kesulitan.
 
3. Penekanan pada Makrifat dan Hakikat dalam Sunni dan Syiah
 
Dalam perspektif makrifat dan hakikat, baik Sunni maupun Syiah sepakat bahwa:
 
•Barzakh bukan sekadar alam fisik atau tempat penantian, tetapi lebih kepada keadaan kesadaran ruhani. Barzakh adalah fase yang mencerminkan keadaan batin seseorang, di mana amal-amal perbuatannya di dunia akan muncul dalam bentuk yang sesuai dengan kualitas spiritual mereka.
•Orang yang mencapai makrifat kepada Allah selama hidup di dunia, akan mengalami kenikmatan di Barzakh sebagai wujud dari penyatuan mereka dengan realitas ilahiah. Sedangkan mereka yang belum menyucikan jiwa mereka akan mengalami kesulitan dan penderitaan di Barzakh.
•Hakikat Barzakh sudah dapat dirasakan oleh manusia yang telah mencapai tingkat spiritual tertentu selama masih hidup. Para ahli makrifat dan hakikat percaya bahwa melalui penyucian jiwa, manusia bisa mengalami manifestasi spiritual dari alam Barzakh bahkan sebelum kematian fisik.
 
Kesimpulan
 
Bagi para ahli makrifat dan hakikat, baik dalam tradisi Sunni maupun Syiah, Barzakh bukan hanya tempat penantian bagi ruh, tetapi juga merupakan alam spiritual yang mencerminkan kesadaran batin seseorang. Barzakh dipandang sebagai cerminan dari amal, makrifat, dan kesucian jiwa seseorang di dunia. Mereka yang mencapai tingkat makrifat yang tinggi akan merasakan kenikmatan spiritual di Barzakh, sementara yang masih tenggelam dalam kegelapan batin akan merasakan penderitaan batiniah di sana.
 
4. Barzakh sebagai Manifestasi dari Dunia Batin
 
Para ahli makrifat, baik dalam Sunni maupun Syiah, memandang bahwa Barzakh adalah refleksi dari kondisi batin yang tersembunyi selama kehidupan dunia. Bagi mereka, dunia fisik ini hanyalah tirai sementara yang menutupi hakikat batin manusia. Alam Barzakh menjadi cerminan dari batin seseorang, di mana sifat-sifat tersembunyi, niat, dan keinginan yang disimpan dalam hati akan terungkap dalam bentuk nyata. Misalnya, amal perbuatan yang penuh kasih sayang akan muncul dalam bentuk cahaya atau wujud yang menyenangkan, sementara kejahatan atau keburukan akan muncul dalam bentuk yang menakutkan.
 
5. Barzakh Sebagai Fase Kesempurnaan Ruh
 
Ahli makrifat sering menekankan bahwa Barzakh adalah fase di mana ruh mendekati kesempurnaan spiritual. Barzakh bukan hanya sekadar penantian, tetapi proses di mana ruh mulai memahami dan menghayati hakikat sejati dirinya dan hubungannya dengan Tuhan. Menurut mereka, selama fase ini, ruh dapat mengalami peningkatan spiritual lebih lanjut berdasarkan apa yang telah dicapai selama hidup di dunia. Bagi mereka yang sudah mencapai makrifat (pengetahuan langsung tentang Tuhan), Barzakh adalah tempat di mana kesempurnaan jiwa mencapai puncaknya sebelum masuk ke tahap akhir kehidupan setelah kiamat.
 
6. Kapasitas Pengetahuan di Alam Barzakh
 
Di dalam Barzakh, menurut pandangan hakikat, ruh akan memiliki kapasitas pengetahuan dan kesadaran yang lebih tinggi. Ini berbeda dengan kehidupan di dunia yang penuh dengan keterbatasan fisik dan material. Para ahli hakikat Sunni dan Syiah percaya bahwa di alam Barzakh, ruh yang suci akan mampu merasakan dan memahami kebenaran spiritual yang lebih mendalam. Mereka akan mengalami pengetahuan langsung (ilmu ladunni) tentang realitas ilahiah yang tidak mungkin dicapai di dunia fisik. Ini adalah keadaan ruh yang terbebas dari keterikatan duniawi dan dapat melihat realitas dengan mata batin yang tajam.
 
7. Barzakh Sebagai Ujian Akhir Jiwa
 
Dalam pandangan ahli makrifat, Barzakh adalah ujian terakhir bagi jiwa sebelum memasuki fase akhir kehidupan di akhirat. Dalam alam ini, ruh akan dihadapkan pada realitas amal perbuatannya, di mana tidak ada lagi penundaan atau tirai antara amal dan balasannya. Barzakh adalah alam di mana ruh diuji berdasarkan kemurnian niat dan kedekatannya kepada Tuhan. Mereka yang selama hidup berhasil membersihkan jiwa mereka dari sifat-sifat duniawi dan mencapai makrifat, akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan di Barzakh. Sebaliknya, mereka yang masih terikat pada nafsu duniawi akan mengalami kesulitan dan azab batin.
 
8. Barzakh Sebagai Cermin Dunia Akhirat
 
Ahli hakikat sering menyebut Barzakh sebagai cermin pertama dari akhirat. Alam ini memantulkan gambaran awal tentang apa yang akan dialami ruh di akhirat. Para sufi dan ahli makrifat menekankan bahwa Barzakh adalah refleksi miniatur dari hari pembalasan, di mana ruh mulai merasakan awal dari pahala atau siksa berdasarkan amal mereka. Namun, semua ini masih dalam bentuk sementara sampai tibanya kebangkitan terakhir. Dengan kata lain, Barzakh adalah proses transisi yang memberikan indikasi tentang apa yang akan terjadi setelah kebangkitan di hari kiamat, tetapi dalam skala yang lebih kecil dan sesuai dengan kesadaran ruh di fase tersebut.
 
Dalam pandangan ahli makrifat dan hakikat, Barzakh bukan sekadar tempat penantian bagi ruh, tetapi lebih dari itu: ia adalah proses spiritual yang mendalam di mana ruh mengalami manifestasi dari kondisi batinnya. Barzakh menjadi tempat di mana amal perbuatan, kesucian hati, dan makrifat seseorang mulai terungkap. Di alam ini, peningkatan kesadaran spiritual, kesempurnaan ruh, dan kapasitas pengetahuan hakiki akan menjadi pengalaman nyata bagi mereka yang telah menyucikan jiwa mereka di dunia. Di sisi lain, Barzakh juga merupakan ujian dan cermin pertama dari akhirat bagi mereka yang masih terikat pada hal-hal duniawi.
 
Berikut cerita atau kisah yang menggambarkan pengalaman di alam Barzakh menurut tradisi Sunni dan Syiah. Kisah-kisah ini diambil dari riwayat, hadis, serta tradisi tafsir, yang menjelaskan apa yang mungkin dialami oleh seseorang setelah kematian di alam Barzakh.
 
1. Kisah Kenikmatan bagi Orang Beriman (Sunni)
 
Menurut hadis yang diriwayatkan dalam Sahih Muslim, ketika seorang mukmin meninggal, ruhnya akan diambil dengan lembut oleh malaikat yang penuh kasih sayang. Setelah itu, ruh akan dibawa ke surga untuk disambut oleh ruh-ruh orang beriman lainnya. Alam Barzakh bagi orang beriman digambarkan sebagai tempat yang penuh dengan kebahagiaan dan ketenangan. Ruh mereka akan berada di tempat seperti taman dari taman surga, merasakan nikmat dan kedamaian sambil menunggu hari kiamat.
 
2. Azab Kubur bagi Orang yang Zalim (Sunni)
 
Dalam tradisi Sunni, salah satu kisah tentang azab Barzakh menyebutkan tentang seorang yang zalim. Rasulullah ﷺ menggambarkan bagaimana seseorang yang berbuat zalim akan menghadapi azab kubur. Malaikat akan datang dengan wajah yang menakutkan, memukulkan palu besar kepada ruhnya, dan kuburannya akan dipersempit sehingga membuatnya merasakan tekanan hebat. Ini merupakan gambaran siksa di alam Barzakh yang sesuai dengan amal buruknya di dunia.
 
3. Kisah Wadi al-Salam (Syiah)
 
Dalam tradisi Syiah, ada keyakinan bahwa ruh-ruh orang beriman akan ditempatkan di sebuah tempat yang disebut Wadi al-Salam (Lembah Kedamaian) di alam Barzakh. Menurut riwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq, ruh orang yang beriman akan berkumpul di sana, dan tempat ini merupakan salah satu bentuk kebahagiaan yang diberikan kepada mereka yang setia kepada Ahlul Bayt. Wadi al-Salam digambarkan sebagai tempat yang indah, penuh kedamaian, dan jauh dari azab.
 
4. Azab Kubur karena Fitnah (Sunni)
 
Dalam beberapa riwayat Sunni, ada kisah tentang seseorang yang terkena azab kubur karena melakukan fitnah dan menyebarkan kebohongan di dunia. Hadis Nabi menyebutkan bahwa orang tersebut akan disiksa di kubur oleh malaikat, dan mulut serta lidahnya akan disiksa sebagai balasan karena melakukan fitnah dan kebohongan. Ini menggambarkan bahwa dosa-dosa tertentu di dunia dapat menyebabkan siksa berat di alam Barzakh.
 
5. Kisah Orang yang Tidak Membayar Zakat (Sunni)
 
Dalam riwayat Sunni, ada kisah tentang orang yang tidak membayar zakat selama hidupnya. Menurut hadis Rasulullah, orang tersebut akan dibangkitkan di alam Barzakh dengan wajah yang berubah menjadi bentuk binatang, dan dia akan merasakan siksaan karena kelalaiannya dalam menjalankan kewajiban zakat. Ini adalah salah satu contoh tentang bagaimana amal buruk di dunia mempengaruhi keadaan di alam Barzakh.
 
6. Kisah Ruh yang Terkurung di Barzakh (Syiah)
 
Dalam riwayat dari Imam Ali Zainul Abidin, diceritakan bahwa ada ruh-ruh yang akan dikurung di alam Barzakh karena dosa-dosa yang mereka lakukan di dunia. Salah satu contohnya adalah orang yang memutus hubungan dengan keluarganya (silaturahim). Ruh tersebut akan diisolasi dan merasakan penderitaan di alam Barzakh sampai keluarga mereka mendoakan atau melakukan amal saleh yang bisa meringankan penderitaan mereka.
 
7. Pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir (Sunni)
 
Salah satu kisah yang terkenal dalam tradisi Sunni adalah tentang pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir kepada setiap orang yang baru saja meninggal. Menurut hadis, setelah seseorang dimakamkan, dua malaikat ini akan datang dan menanyakan tiga pertanyaan: “Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa agamamu?” Bagi orang yang beriman, mereka akan menjawab dengan mudah dan akan merasakan ketenangan di kubur. Namun, bagi mereka yang tidak beriman atau tidak menjalankan agamanya dengan benar, mereka akan kesulitan menjawab, dan akan menerima siksa di alam Barzakh.
 
8. Kisah Doa Anak untuk Orang Tua yang Meringankan Azab (Syiah)
 
Dalam tradisi Syiah, ada riwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq yang mengatakan bahwa doa seorang anak yang saleh dapat meringankan azab bagi orang tuanya di alam Barzakh. Imam menjelaskan bahwa ruh orang tua yang tengah mengalami siksaan di Barzakh dapat diringankan atau bahkan dibebaskan dari siksaan berkat doa dan amal baik yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Ini menunjukkan pentingnya hubungan keluarga dan manfaat doa bagi mereka yang telah meninggal.
 
9. Alam Barzakh sebagai Fase Penantian (Syiah)
 
Dalam tafsir Syiah, Barzakh dipandang sebagai fase penantian yang tidak statis. Menurut riwayat dari Imam Ali, ruh orang-orang yang saleh akan disiapkan untuk mendapatkan syafaat dari Ahlul Bayt di hari kiamat. Ruh mereka merasakan ketenangan dan kebahagiaan sambil menunggu waktu dibangkitkan. Alam Barzakh bukanlah tempat siksa yang permanen, tetapi merupakan persinggahan sementara sebelum perhitungan yang sesungguhnya di hari akhir.
 
10. Kisah Rasulullah Melihat Penghuni Barzakh (Sunni)
 
Dalam beberapa riwayat, Rasulullah ﷺ pernah digambarkan mengalami perjalanan Isra’ Mi’raj, di mana beliau melihat sebagian penghuni alam Barzakh. Dalam salah satu bagian dari perjalanan tersebut, Nabi melihat orang-orang yang disiksa di Barzakh karena dosa-dosa tertentu seperti riba, zina, dan pembunuhan. Ini menjadi peringatan bagi umat manusia agar menghindari dosa-dosa besar yang dapat menyebabkan azab di alam Barzakh.
 
Kesimpulan
 
Kisah-kisah di atas menunjukkan bagaimana Sunni dan Syiah memandang alam Barzakh sebagai tempat penantian dan balasan sementara sebelum hari kiamat. Kedua tradisi sepakat bahwa amal baik atau buruk seseorang di dunia akan mempengaruhi pengalaman mereka di Barzakh, dengan nikmat kubur bagi yang beriman dan azab kubur bagi yang berbuat dosa. Ada juga keyakinan tentang pentingnya doa dan syafaat dari keluarga atau tokoh spiritual (seperti Ahlul Bayt) dalam meringankan keadaan di alam Barzakh.
 
11. Kisah Penantian Panjang untuk Orang yang Sombong 
 
Dalam salah satu riwayat Sunni, diceritakan bahwa orang-orang yang sombong selama hidup di dunia akan menghadapi penantian panjang di alam Barzakh. Mereka yang bersikap angkuh terhadap sesama manusia dan menolak kebenaran akan menghadapi azab berupa penantian yang penuh kecemasan. Mereka akan melihat gambaran azab yang menanti mereka di akhirat, tetapi tidak bisa menghindarinya. Penantian yang lama ini adalah bentuk hukuman awal sebelum mereka dibangkitkan di hari kiamat.
 
12. Kisah Cahaya bagi Ahli Ibadah 
 
Menurut riwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq, ruh orang-orang yang rajin beribadah dan selalu menjaga hubungannya dengan Tuhan akan mendapatkan cahaya di alam Barzakh. Cahaya ini akan menerangi kubur mereka dan menjauhkan mereka dari rasa takut atau kesepian. Cahaya ini bukanlah cahaya fisik, tetapi merupakan simbol dari amal ibadah yang dilakukan semasa hidup, seperti shalat, puasa, dan zikir. Dalam keadaan ini, ruh merasa tenang dan bahagia menantikan hari kiamat.
 
13. Kisah Ruh yang Ditemani Amal Baik 
 
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah ﷺ, diceritakan tentang seseorang yang meninggal dan ditemani oleh tiga hal: keluarga, harta, dan amal perbuatan. Namun, yang tetap bersama di alam Barzakh hanyalah amal baiknya, sementara harta dan keluarganya meninggalkannya. Dalam kisah ini, amal baik seseorang digambarkan sebagai teman yang setia yang akan menemani ruh di alam Barzakh, memberikan kedamaian dan ketenangan. Ini menjadi pengingat pentingnya amal kebaikan selama hidup.
 
14. Kisah Azab bagi Pembunuh 
 
Dalam tradisi Syiah, ada riwayat dari Imam Ali tentang azab yang menanti orang-orang yang melakukan pembunuhan di alam Barzakh. Dikisahkan bahwa seorang pembunuh akan menghadapi azab yang sangat berat karena tindakan menghilangkan nyawa seseorang. Ruh orang yang dibunuh akan terus-menerus menuntut balasan atas perbuatan tersebut, dan pembunuh tersebut akan menghadapi penderitaan hingga hari kiamat. Siksa ini tidak hanya fisik, tetapi juga berupa rasa bersalah yang terus menghantui di alam Barzakh.
 
15. Kisah Ruh yang Mendapat Syafaat dari Ahlul Bayt 
 
Dalam beberapa riwayat Syiah, diceritakan bahwa ruh orang-orang yang mencintai dan setia kepada Ahlul Bayt akan mendapatkan syafaat khusus di alam Barzakh. Menurut riwayat dari Imam Husain, ketika ruh orang-orang yang setia kepada Ahlul Bayt memasuki alam Barzakh, mereka akan disambut oleh Ahlul Bayt dengan penuh kasih sayang. Ruh-ruh ini akan ditempatkan di tempat yang penuh ketenangan, sementara menunggu syafaat yang lebih besar pada hari kiamat. Ini adalah salah satu keutamaan mencintai Ahlul Bayt dalam tradisi Syiah.
 
Kisah-kisah ini menggambarkan lebih banyak pengalaman di alam Barzakh, baik dalam bentuk kenikmatan bagi orang-orang yang beriman dan beramal baik, maupun azab bagi mereka yang melakukan dosa besar. Baik dalam tradisi Sunni maupun Syiah, alam Barzakh adalah tempat di mana amal perbuatan di dunia mulai menampakkan akibatnya, dan hubungan dengan Tuhan serta sesama manusia memainkan peran penting dalam menentukan pengalaman seseorang di fase tersebut. Syafaat, amal baik, dan kesetiaan kepada Tuhan serta tokoh spiritual sangat ditekankan sebagai faktor yang dapat memperbaiki nasib ruh di alam ini.
 
Dalam tradisi Syiah, banyak mufassir yang membahas konsep hadiah bacaan atau amal bagi orang yang telah meninggal di alam Barzakh. Meskipun Al-Qur’an tidak secara eksplisit menjelaskan tentang amalan orang hidup yang dapat sampai kepada orang yang telah meninggal, tafsir dan riwayat dari Ahlul Bayt memberikan pemahaman bahwa amal dan doa dari orang yang masih hidup bisa bermanfaat bagi yang sudah meninggal.
 
Berikut adalah beberapa pandangan mufassir syiah mengenai hal ini:
 
1. Imam Ja’far al-Shadiq
 
Menurut riwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq, salah satu Imam besar dalam tradisi Syiah, doa, sedekah, dan amal saleh yang dilakukan oleh keluarga atau orang yang masih hidup dapat sampai kepada orang yang sudah meninggal di alam Barzakh. Imam Ja’far mengatakan bahwa ketika seseorang melakukan amal kebajikan dan menghadiahkan pahalanya kepada orang yang telah meninggal, ruh orang tersebut akan merasakannya dan berbahagia karenanya. Beliau bersabda:
 
•“Jika kamu memberi sedekah untuk orang yang sudah meninggal, Tuhan akan melipatgandakan pahala itu dan memberikan manfaatnya kepada orang yang meninggal tersebut.”
Riwayat ini menunjukkan keyakinan bahwa amal yang dilakukan orang yang hidup bisa sampai kepada orang yang telah meninggal dan bermanfaat bagi mereka.
 
2. Tafsir al-Mizan oleh Allamah Thabathabai
 
Dalam tafsirnya, al-Mizan, Allamah Thabathabai (mufassir terkemuka Syiah) membahas konsep amal yang bisa terus berlanjut setelah seseorang meninggal dunia. Ia merujuk pada hadis tentang amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak yang saleh. Meskipun Thabathabai tidak menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara eksplisit tentang hadiah bacaan, ia memberikan penekanan pada pentingnya sedekah, doa, dan amal baik yang dapat memberi manfaat bagi orang yang meninggal.
 
Allamah Thabathabai menekankan pentingnya doa dan istighfar, berdasarkan ayat-ayat seperti Surah Al-Hashr (59:10) yang memerintahkan untuk memohon ampun bagi mereka yang telah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa amal orang hidup dalam bentuk doa dan permohonan ampunan bisa sampai kepada orang yang sudah meninggal.
 
3. Syaikh al-Mufid
 
Syaikh al-Mufid, seorang ulama besar Syiah, dalam beberapa karyanya seperti “Awail al-Maqalat”, juga menyebutkan bahwa amal yang dilakukan oleh orang yang hidup dapat bermanfaat bagi orang yang telah meninggal. Beliau mendasarkan pandangannya pada hadis dari para Imam Ahlul Bayt, terutama dalam hal sedekah dan amal kebajikan yang bisa meringankan siksa kubur di alam Barzakh.
 
Menurut Syaikh al-Mufid, sedekah yang dilakukan atas nama orang yang telah meninggal akan memberi pahala kepada orang tersebut, dan amal seperti membaca Al-Qur’an serta doa akan membawa ketenangan bagi ruh di alam Barzakh.
 
4. Tafsir Nemuneh oleh Ayatullah Makarim Shirazi
 
Dalam Tafsir Nemuneh, Ayatullah Makarim Shirazi menjelaskan bahwa amal kebajikan dari orang yang hidup dapat sampai kepada orang yang meninggal, terutama melalui doa dan sedekah. Beliau menjelaskan bahwa tindakan tersebut adalah salah satu cara untuk meringankan keadaan seseorang di alam Barzakh. Ayatullah Makarim Shirazi juga menekankan pentingnya berbuat baik atas nama orang yang meninggal, seperti menyumbang untuk proyek-proyek amal atau kegiatan sosial yang terus memberikan manfaat setelah seseorang meninggal.
 
Dalam tafsirnya, Ayatullah Makarim sering merujuk pada hadis-hadis Ahlul Bayt yang mendukung keyakinan bahwa amal dari orang yang hidup dapat membantu memperbaiki kondisi mereka yang telah wafat.
 
5. Doa dan Ziarah dalam Syiah
 
Dalam tradisi Syiah, doa dan ziarah juga dipandang sebagai bentuk amal yang dapat membawa manfaat bagi orang yang telah meninggal di alam Barzakh. Ziarah ke makam orang-orang saleh, terutama para Imam, disertai dengan pembacaan doa khusus, seperti Doa Kumayl dan Ziyarat Ashura, dianggap sebagai salah satu bentuk hadiah bagi ruh orang yang telah meninggal.
 
Berdasarkan riwayat dari para Imam, ziarah ke makam orang tua atau kerabat yang sudah meninggal dan mendoakan mereka dianggap sebagai bentuk penghormatan dan dapat meringankan siksa di alam Barzakh.
 
Kesimpulan
 
Secara umum, dalam tafsir dan pandangan mufassir Syiah, hadiah bacaan atau amal, terutama dalam bentuk doa, sedekah, amal jariyah, dan ziarah, dipercaya dapat sampai kepada orang yang telah meninggal di alam Barzakh. Riwayat-riwayat dari Ahlul Bayt sangat menekankan pentingnya berdoa dan melakukan amal saleh atas nama orang yang telah meninggal, serta meyakini bahwa amal tersebut bisa memberikan manfaat, baik dalam bentuk pengampunan dosa maupun meringankan siksa kubur.
 
6. Syaikh Abbas al-Qummi dalam “Manazil al-Akhirah”
 
Syaikh Abbas al-Qummi, dalam bukunya “Manazil al-Akhirah”, membahas alam Barzakh dan berbagai tahap kehidupan setelah kematian. Beliau menguraikan bahwa amal-amal yang dilakukan oleh orang yang masih hidup bisa sampai kepada orang yang sudah meninggal, terutama sedekah, doa, dan istighfar. Salah satu amal yang sangat dianjurkan adalah membaca Al-Qur’an dan mengirimkan pahala bacaan itu kepada yang telah meninggal. Dalam pandangannya, ruh orang yang meninggal akan mendapatkan ketenangan dari amal tersebut, khususnya dari bacaan seperti Surah Yasin dan Surah Al-Fatihah.
 
7. Tafsir Safi oleh Mulla Muhsin Fayd al-Kashani
 
Dalam Tafsir Safi, Mulla Muhsin Fayd al-Kashani menafsirkan beberapa ayat Al-Qur’an dengan merujuk pada riwayat Ahlul Bayt tentang manfaat doa dan amal bagi orang yang meninggal. Al-Kashani mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali bahwa sedekah, bacaan Al-Qur’an, dan amal saleh yang dilakukan atas nama orang yang meninggal, termasuk doa dari anak-anak yang saleh, bisa sampai kepada mereka dan menjadi bentuk syafaat. Ini menunjukkan bahwa amalan yang dilakukan orang hidup bisa membantu memperbaiki keadaan ruh di alam Barzakh.
 
8. Syaikh al-Tusi dalam “Tahdhib al-Ahkam”
 
Syaikh al-Tusi, salah satu ulama besar dalam tradisi Syiah, dalam kitabnya “Tahdhib al-Ahkam”, menekankan pentingnya tawassul (memohon perantara) kepada Ahlul Bayt dan amal-amal kebajikan lainnya untuk orang yang telah meninggal. Menurutnya, doa kepada Allah melalui perantara Ahlul Bayt dapat membawa manfaat bagi orang yang telah meninggal di alam Barzakh. Syaikh al-Tusi menegaskan bahwa amalan seperti ini tidak hanya meringankan siksa kubur, tetapi juga bisa meningkatkan derajat ruh di akhirat.
 
Kesimpulan Tambahan
 
Dalam tradisi Syiah, terdapat keyakinan yang kuat bahwa amal, doa, dan sedekah dari orang yang hidup dapat bermanfaat bagi orang yang telah meninggal. Para mufassir Syiah menekankan pentingnya sedekah, doa atas nama orang yang meninggal, serta amalan yang berkelanjutan seperti amal jariyah. Tafsir dari berbagai ulama Syiah mengajarkan bahwa amal-amal tersebut bisa sampai kepada orang yang telah meninggal, terutama melalui keberkahan doa dan bacaan Al-Qur’an, serta melalui syafaat dari Ahlul Bayt.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment