Hasto Kristiyanto
JAKARTA -- Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tegas membantah bila dirinya pernah mengibaratkan cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dengan sopir truk yang terlibat kecelakaan di Gerbang Tol (GT) Halim Utama. Hasto menyebut pernyataan itu hanya memberikan contoh dalam sebuah pembicaraan.
"Saya tidak mengibaratkan seperti itu, saya memberikan contoh ketika menyampaikan pembicaraan, kebetulan ada persoalan sangat serius ketika di dekat pintu Gerbang Tol Halim ada sopir truk yang usianya baru 17 tahun belum punya SIM dan kemudian mengalami dua krisis," kata Hasto kepada wartawan, Senin (1/4/2024).
Hasto menyebut sang sopir muda itu menghadapi dua krisis ketika kecelakaan. Pertama, ketika ia memilih kabur usai menyenggol kendaraan lain yang malah memicu kecelakaan beruntun.
"Krisis pertama ketika dia menyenggol kendaraan lain maka yang kedua karena usianya belum cukup di dalam hadapi problematikan itu, dia langsung ambil jalan pintas mencoba lari. Maka dia gaspol dan malah menciptakan suatu kecelakaan-kecelakaan beruntun, artinya untuk sopir truk aja diperlukan suatu kedewasaan," terangnya.
Permasalahan kedua adalah masalah kepemilikan surat izin mengemudi (SIM). Berkaca dari peristiwa itu, Hasto memandang dibutuhkan kedewasaan dalam mengatasi konflik.
"Syarat-syarat pengambilan SIM juga melalui ujian-ujian, bukan SIM diberikan meski usia belum cukup namun karena akses kekuasaan diberikan SIM. Ternyata mengatasi konflik, persoalan di lapangan butuh kedewasaan, apalagi untuk memimpin bangsa dan negara," ucapnya.
Oleh karena itu, Hasto memandang usia 40 tahun sebagai persyaratan capres dan cawapres dalam kontestasi pilpres menjadi ukuran kematangan calon pemimpin negara. Ia mengingatkan jangan sampai persoalan nasional berdampak buruk seperti halnya kasus Gerbang Tol Halim.
"Maka usia 40 tahun sebagai capres dan cawapres itu merupakan suatu usia menunjukkan tingkat kematangan. Kalau kasus di jalan raya saja menciptakan korban seperti ini, apalagi kalau persoalan di tingkat nasional? Jangan-jangan pas rapat kabinet misalnya, sekira proses ini tak terbentung karena abuse of power, lebih asyik naik sepeda," ujarnya.
Sebelumnya, Hasto mengibaratkan Gibran Rakabuming Raka yang maju cawapres dengan sopir truk yang mengalami kecelakaan di Gerbang Tol Halim. Hasto menilai keduanya sama-sama belum cukup usia dalam menjalani masalah yang ada.
"Beberapa waktu lalu ada kecelakaan seorang anak usia 17 tahun, sopir truk ternyata SIM dia tidak punya, kedewasaan di dalam menghadapi problematika di jalan raya belum terjadi, hanya gara-gara menyenggol satu mobil dia lari karena kedewasaannya belum tercapai. Lalu menabrak dan mengena mobil lainnya," ujar Hasto dalam diskusi 'Sing Waras Sing Menang' yang disiarkan secara daring, Sabtu (30/3).
Hasto menilai usia Gibran belum mencukupi untuk menjalan persoalan yang kompleks tersebut. Menurutnya, sesuatu yang tidak ideal hanya akan menciptakan kerusakan.
"Kemudian di tengah-tengah itu muncul suatu tampilan bagaimana seorang anak presiden yang batas usia belum mencukupi, wali kota juga baru dua tahun, kemudian mendapatkan suatu preferensi," pungkasnya. (*)
Comments (0)
There are no comments yet