Makna: Menyuruh Sedekah, Makruf dan Ishlah QS: 4:114

Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Makna dari ayat:
۞ لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
(Surah an-Nisā’ [4]: 114)
1. Tidak semua bisikan itu baik
Ayat ini mengajarkan bahwa kebanyakan bisik-bisik atau pembicaraan rahasia (najwā) di antara manusia tidak membawa kebaikan, bahkan sering kali menjadi sumber fitnah, ghibah, atau makar.
2. Tiga bentuk bisikan yang dikecualikan; Allah mengecualikan tiga jenis bisikan yang dipenuhi kebaikan, yaitu:; Menyuruh bersedekah (أَمَرَ بِصَدَقَةٍ); Menyeru kepada kebaikan (أَوْ مَعْرُوفٍ) Mendamaikan antara manusia (أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ)
3. Pentingnya niat karena Allah
Ayat menegaskan bahwa amal ini hanya bernilai besar jika diniatkan untuk mencari ridha Allah (ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ), bukan karena riya, kekuasaan, atau pengaruh sosial.
4. Islam mendorong sedekah dengan bisikan; Memberi sedekah secara diam-diam (termasuk lewat bisikan) bisa menjaga kehormatan penerima, dan memberi pengaruh ruhani yang dalam.
5. Amar ma’ruf harus dilakukan dengan hikmah:”Ma’ruf” di sini bukan hanya berarti kebaikan umum, tetapi segala amal mulia yang dikenal baik dalam syariat dan akal sehat.
6. Islah: misi suci dalam konflik sosial; Mendamaikan manusia disebut dalam ayat ini sebagai tindakan yang memiliki nilai spiritual tinggi, lebih utama daripada banyak ibadah sunnah menurut hadis.
7. Pahala besar dijanjikan; Allah tidak hanya menyebut pahala, tapi “ajran ’azhīma” (pahala yang besar) – menandakan keistimewaan amal-amal ini di sisi-Nya.
8. Etika komunikasi sosial; Ayat ini menjadi pedoman sosial dalam berkomunikasi: hindari bisikan yang menimbulkan prasangka, fitnah, dan perpecahan.
9. Ukuran baik bukan dari bentuk, tapi niat dan tujuan; Sebuah tindakan mulia bisa menjadi sia-sia atau tercela jika tidak dilandasi niat mencari keridhaan Allah.
10. Ayat ini mengajak pada amal aktif dan sosial; Tiga bentuk amal yang disebut bersifat aktif dan sosial, mengajarkan bahwa ibadah bukan hanya urusan pribadi dengan Allah, tetapi juga melibatkan kepedulian terhadap sesama manusia.
Makna ayat Surah an-Nisā’ [4]: 114 berdasarkan pendekatan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an (tafsīr al-Qur’ān bi al-Qur’ān), yakni menafsirkan suatu ayat dengan ayat-ayat lainnya: ۞ لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ…
(1) Bisik-bisik rahasia banyak mengandung keburukan ▶️ Dalam Surah al-Mujādilah [58]: 10, Allah menegaskan bahwa najwa dari setan itu menimbulkan kesedihan dan permusuhan: إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا ➡️ Jadi, najwa (bisikan rahasia) harus diawasi, karena berpotensi menjadi alat syaitan. إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ…
(2) Sedekah adalah penyuci jiwa dan harta ▶️ Dalam Surah at-Tawbah [9]: 103: خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
➡️ Sedekah bukan sekadar bantuan, tapi alat penyucian spiritual dan sosial. أَوْ مَعْرُوفٍ…
(3) Ma’ruf adalah ajaran universal kebaikan ▶️ Dalam Surah Luqmān [31]: 17: وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ…
➡️ Seruan kepada kebaikan adalah tugas setiap mukmin, bagian dari amar ma’ruf nahi munkar.
…أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ…
(4) Islah (perdamaian) lebih utama daripada ibadah sunnah ▶️ Dalam Surah al-Hujurāt [49]: 9–10:
فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا…”
➡️ Perdamaian adalah ciri keimanan sejati dan prioritas sosial umat. وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ
مَرْضَاتِ اللَّهِ…
(5) Keikhlasan adalah syarat diterimanya amal ▶️ Dalam Surah al-Bayyinah [98]: 5: وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
➡️ Tanpa ikhlas dan ridha Allah, amal kehilangan nilainya di sisi-Nya.
(6) Tujuan hidup mukmin adalah mencari keridhaan Allah
▶️ Dalam Surah al-Lail [92]: 20–21:
وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَىٰ • إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ”
➡️ Seorang mukmin sejati tidak berharap balasan manusia, hanya wajah (ridha) Allah.
…فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
(7) Balasan besar menanti orang yang ikhlas berbuat baik; ▶️ Dalam Surah al-Aḥzāb [33]: 35:
”…أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا”
➡️Ajran ‘azīman (pahala besar) sering disebut Allah untuk orang beriman dan beramal, dan ikhlas.
(8) Islam membimbing etika komunikasi dan pergaulan sosial
▶️ Dalam Surah al-Isrā’ [17]: 53:
“وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ…”➡️ Bahkan dalam bicara biasa pun, harus mengucapkan kata terbaik, apalagi saat bisik-bisik.
(9) Keutamaan amal sosial dalam Al-Qur’an ▶️ Dalam Surah al-Baqarah [2]: 177:
”…وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ…”➡️ Amal sosial adalah bagian dari al-birr (kebajikan sejati), bukan sekadar ritual.
(10) Allah menilai amal dari motivasi, bukan bentuk
▶️ Dalam Surah al-Insān [76]: 9:
“إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ…”
➡️ Memberi bukan karena pamrih dunia, tapi karena wajah Allah (ridha-Nya).
Makna ayat Surah an-Nisā’ [4]: 114
berdasarkan hadis-hadis Nabi (saw) dan Ahlul Bait (as) yang menjelaskan atau menguatkan kandungan ayat tersebut:
1. Nilai sedekah dalam sunyi dan rahasia🕯️ Rasulullah (saw) bersabda:سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله… ورجل تصدق بصدقة فأخفاها، حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه.”
→ “Tujuh golongan yang dinaungi Allah pada hari tiada naungan selain naungan-Nya… Di antaranya: seseorang yang bersedekah secara rahasia, hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya.”(HR. Bukhari & Muslim)
▶️ Ini menekankan pentingnya sedekah dalam diam—selaras dengan ayat.
2. Damaikan manusia lebih utama dari banyak ibadah🕯️ Imam Ali (as) berkata: إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ أَفْضَلُ مِنْ عَامَّةِ الصَّلَاةِ وَالصِّيَامِ.”→ “Mendamaikan dua pihak yang berselisih lebih utama daripada kebanyakan salat dan puasa.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 163)
▶️ Ini menguatkan ayat bahwa islah bayna al-nās adalah amal agung.
3. Ucapan dan bisikan bisa jadi ibadah atau dosa🕯️ Rasulullah (saw) bersabda:
إنَّ الرجل ليتكلم بالكلمة من رضوان الله لا يُلقي لها بالاً يرفعه الله بها درجات…”
→ “Seseorang bisa mengucapkan satu kata yang diridhai Allah tanpa ia sadari, dan Allah angkat derajatnya karenanya…”
(HR. Bukhari)▶️ Termasuk ucapan rahasia—jika dalam bentuk sedekah, ma’ruf, atau islah—bisa jadi pahala besar.
4. Hindari najwa yang mengandung dosa;🕯️ Imam Ja‘far al-Shādiq (as):
لا يتناجى اثنان دون الثالث إلا وكان الشيطان معهما.”
→ “Dua orang yang berbisik tanpa mengikutsertakan yang ketiga, maka setan hadir bersama mereka.”
(al-Kāfī, Jilid 2, hal. 338)▶️ Kecuali jika isi bisikannya baik, seperti ayat ini sebutkan.
5. Keutamaan mengajak kepada kebaikan (ma‘rūf);🕯️ Rasulullah (saw) bersabda:
“مَن دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ.”
→ “Siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, ia mendapat pahala seperti pelakunya.”
(HR. Muslim)▶️ Ayat menyebut: “أمر بمعروف”, bukan hanya “berbuat baik,” tapi juga menyuruh orang lain berbuat baik.
6. Amal yang bernilai adalah yang diniatkan untuk Allah 🕯️ Imam Ali (as) berkata:كُلُّ عَمَلٍ لَيْسَ فِيهِ رِضَا اللّهِ فَهُوَ بَاطِلٌ وَخُسْرَانٌ
→ “Setiap amal yang tidak disertai keridhaan Allah adalah batil dan kerugian.”(Ghurar al-Hikam)
▶️ Sesuai ayat: “ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ
7. Pahala besar menanti orang yang memperbaiki sesama
🕯️ Rasulullah (saw) bersabda:
من أصلح بين اثنين، أعطاه الله بكل كلمة يقولها عتق رقبة.”
→ “Barang siapa mendamaikan dua orang, Allah memberinya pahala membebaskan budak untuk setiap kata yang ia ucapkan.”
(HR. Thabrani)▶️ Mendamaikan sesama bernilai luar biasa di sisi Allah.
8. Sedekah bisa menolak bencana
🕯️ Rasulullah (saw) bersabda:
“تَصَدَّقُوا فَإِنَّ الصَّدَقَةَ تَدْفَعُ الْبَلَاءَ…”
→ “Bersedekahlah, karena sedekah menolak bala’…”(HR. Baihaqi) ▶️ Maka amal berupa sedekah, meski dalam bisikan, bermanfaat luas.
9. Mendamaikan lebih utama dari puasa dan salat sunnah
🕯️ Rasulullah (saw) bersabda:
ألا أُخبِرُكم بأفضلَ من درجةِ الصلاةِ والصيامِ والصدقةِ؟ قالوا: بلى، قال: إصلاحُ ذاتِ البينِ…”HR. Tirmidzi)
▶️ Ini menegaskan kembali makna ayat bahwa islah adalah bentuk tertinggi dari amal sosial.
10. Bisikan buruk bisa jadi dosa besar; 🕯️ Rasulullah (saw) bersabda: إذا كنتم ثلاثة فلا يتناجى اثنان دون الثالث…”
→ “Jika kalian bertiga, maka dua orang jangan saling membisikkan dan meninggalkan yang ketiga…”
(HR. Bukhari dan Muslim)
▶️ Maka ayat ini memberi batasan syar’i: bisikan hanya baik jika berisi sedekah, kebaikan, atau perdamaian.
Makna Surah an-Nisā’ (4): 114 menurut hadis Ahlul Bayt (as),
💠 1. Bisikan yang tidak mengandung hak Allah adalah tercela; 🕯 Imam Ja‘far al-Shādiq (as) berkata: مَا مِن نَجْوَى يَتَنَاجَاهَا اثْنَانِ إِلَّا وَاللَّهُ ثَالِثُهُمَا، فَإِن كَانَتْ فِي خَيْرٍ كُتِبَتْ لَهُمَا، وَإِن كَانَتْ فِي شَرٍّ كُتِبَتْ عَلَيْهِمَا.”
→ “Tiada bisik-bisikan antara dua orang kecuali Allah adalah pihak ketiganya. Jika dalam kebaikan, dicatat pahala. Jika dalam keburukan, dicatat dosa.”
(al-Kāfī, j. 2, h. 338)
💠 2. Bisikan yang mengandung sedekah lebih disukai daripada ucapan keras🕯 Dalam tafsir Ahlul Bait, ayat ini dihubungkan dengan ayat: إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ…”
→ Jika kamu menampakkan sedekah, itu baik. Tapi jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang fakir, itu lebih baik untukmu.(QS al-Baqarah: 271)▶️ Maka, “bisikan” tentang sedekah dianggap amal ikhlas.
💠 3. Amar ma‘ruf yang dilakukan secara pribadi sangat mulia
🕯 Imam Ali (as) berkata:أَفْضَلُ النَّاسِ مَنْ عَمِلَ بِالْمَعْرُوفِ وَدَلَّ عَلَيْهِ
→ “Manusia terbaik adalah yang mengerjakan kebaikan dan menunjukkan jalan kebaikan itu.”
(Ghurar al-Hikam)
▶️ Menyampaikan kebaikan dalam suasana najwa bisa menjadi bentuk amar ma’ruf yang halus dan penuh hikmah.
💠 4. Mendamaikan dua pihak adalah jihad besar;🕯 Imam Ali (as) berkata: إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ خَيْرٌ مِنْ عَامَّةِ الصَّلَاةِ وَالصِّيَامِ
→ “Mendamaikan sesama lebih utama dari banyak salat dan puasa.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 163)
▶️ Dalam makna Ahlul Bait, perdamaian adalah jihad sosial.
💠 5. Motivasi utama: Mencari ridha Allah; 🕯 Imam Ja‘far al-Shādiq (as): إِنَّمَا يُقْبَلُ الْعَمَلُ إِذَا كَانَ خَالِصًا، وَكَانَ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.”
→ “Amal hanya diterima bila dilakukan dengan ikhlas dan untuk mencari wajah (ridha) Allah.”
(al-Kāfī, j. 2, h. 16) ▶️ Ikhlas = syarat mutlak diterimanya amal, sebagaimana dinyatakan dalam ayat.
💠 6. Setiap perkataan akan ditanya—termasuk bisikan🕯 Imam al-Bāqir (as): وَاللَّهِ مَا يُتَكَلَّمُ بِكَلِمَةٍ إِلَّا وَلَهَا مَجْلًى فِي الْقِيَامَةِ
→ “Demi Allah, tidaklah seseorang mengucapkan satu kata pun, kecuali akan ada kejelasannya di hari kiamat.”(Tafsīr al-‘Ayyāshī, 1/239)
▶️ Bahkan bisikan akan diperhitungkan secara spiritual.
💠 7. Bisikan yang buruk adalah bentuk najwa setan 🕯 Imam al-Sādiq (as) menjelaskan: إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَغِلُّ النَّجْوَى لِيُوقِعَ الْفِتْنَةَ بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ
→ “Setan memanfaatkan bisikan untuk menanamkan fitnah di antara mukmin.”▶️ Maka, najwa hanya baik bila berisi kebaikan, sesuai ayat ini.
💠 8. Amal kecil berniat ikhlas = pahala agung🕯 Imam Ali (as):
لَا يَسْتَقِلُّنَّ أَحَدُكُمْ قَلِيلَ الْخَيْرِ أَنْ يَفْعَلَهُ…”
→ “Janganlah meremehkan kebaikan kecil yang kamu lakukan…”
(Nahjul Balaghah, Khutbah 193)
▶️ Bahkan bisikan tentang amal baik, jika ikhlas, akan mendapat “ajran azhīman” seperti dalam ayat.
💠 9. Tiga amal kunci dalam dakwah Ahlul Bait🕯 Ayat menyebut tiga jenis bisikan yang baik:
1. صدقة – sedekah
2. معروف – kebaikan umum
3. إصلاح – rekonsiliasi sosial
▶️ Ketiganya adalah pilar utama pergerakan sosial para Imam Ahlul Bait.
💠 10. Amal yang tersembunyi lebih suci dari yang ditampakkan
🕯 Imam Ali Zainal Abidin (as):
مَا مِنْ شَيْءٍ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ عَمَلٍ يُخْفَى.
→ “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada amal yang disembunyikan.”(Tuhaf al-‘Uqūl, h. 282)▶️ Maka bisikan amal kebaikan (yang tersembunyi) lebih dekat ke ikhlas dan ketulusan.
Makna ayat Surah an-Nisā’ (4:114): Menurut para mufassir;
✅ 1. Kebanyakan bisikan itu tidak bermanfaat; Menurut Tafsir al-Mīzān (Allamah Thabathaba’i): Mayoritas najwa dalam masyarakat bersifat duniawi, tidak bermakna, dan bisa membawa kepada fitnah jika tidak diarahkan kepada hal-hal yang diridhai Allah.
✅ 2. Tiga pengecualian penting: sedekah, ma’ruf, dan ishlah
Dalam Tafsir al-Tahrīr wa al-Tanwīr (Ibn ‘Āshūr): Allah mengecualikan tiga hal karena itu menyatukan amal individu (sedekah), sosial (ma‘rūf), dan perdamaian (ishlāh). Ini mencakup seluruh spektrum hubungan manusia.
✅ 3. Najwa harus diarahkan untuk maslahat; Menurut al-Fakhr al-Razi dalam Tafsir al-Kabīr: Ayat ini menegaskan bahwa pembicaraan rahasia yang bermanfaat harus memiliki tujuan maslahat, bukan sekadar menyenangkan hati atau bergosip.
✅ 4. Ajran Azhīman: Pahala besar hanya untuk amal yang ikhlas
Tafsir al-Mīzān menjelaskan bahwa:
Frasa “ابتغاء مرضات الله” adalah inti spiritual dari amal, dan besarnya pahala ditentukan oleh kedalaman keikhlasan.
✅ 5. Teguran kepada kaum munafik dan Yahudi Madinah
Menurut Tafsir al-Qummī (Syiah klasik): Ayat ini juga konteksnya menegur orang-orang munafik dan Yahudi yang suka berbisik untuk merencanakan kejahatan terhadap Nabi (saw) dan umat Islam.
✅ 6. Ishlāh bayn al-nās lebih utama dari ibadah sunah
Menurut Tafsir Nūr al-Thaqalayn (dari riwayat-riwayat Ahlul Bait): “Ishlāh bayn al-nās” (rekonsiliasi) adalah ibadah sosial tertinggi karena menegakkan keadilan dan memadamkan api konflik.
✅ 7. Amar ma‘rūf harus dilakukan dengan hikmah dan kelembutan
Menurut Tafsir al-Maghni (Syafi’i):
“Amar ma‘rūf dalam bentuk najwa justru bisa lebih efektif bila disampaikan secara pribadi, bukan dengan keras atau terang-terangan.
✅ 8. Sedekah yang tersembunyi adalah tanda keikhlasan; Tafsir al-Kāshānī (Syiah) menekankan:Najwa tentang sedekah melambangkan amal tersembunyi dan kebersihan niat, dibandingkan dengan sedekah yang ditampakkan untuk riya’.
✅ 9. Kata “لا خير” menunjukkan urgensi menyaring setiap perkataan; Tafsir al-Tustarī (sufi Syiah): Kata pembuka “لَا خَيْرَ” menyiratkan bahwa bukan hanya perbuatan yang harus dijaga, tetapi juga ucapan, khususnya yang dibisikkan atau disampaikan diam-diam.
✅ 10. Ayat ini adalah panduan spiritual komunikasi manusia
Menurut Tafsir Nemuneh (Syiah kontemporer - Ayatullah Makarim Shirazi): Ayat ini menjadi pedoman etika komunikasi rahasia, menanamkan kesadaran bahwa setiap perkataan harus bernilai, berniat ilahi, dan mengarah kepada perbaikan sosial.
🟦 Makna Menurut Mufassir Syiah:
1. Makna Najwa dan Tujuan Ilahi
🔹 Menurut Allāmah Thabāṭabā’ī dalam Tafsīr al-Mīzān, “najwā” adalah pembicaraan rahasia yang dapat bersifat netral, tapi bisa bernilai baik atau buruk tergantung niat dan isi. Ayat ini menekankan bahwa ucapan yang baik harus dibarengi dengan niat mencari keridaan Allah (رضا الله). Pembicaraan batin atau rahasia harus diarahkan kepada amal seperti sedekah, amar ma’ruf, dan ishlah—semuanya bersifat ilahi dan sosial.”
2. Teguran kepada Ahli Nifaq dan Yahudi Madinah🔹 Dalam Tafsīr al-Qummī, dijelaskan bahwa ayat ini diturunkan berkaitan dengan orang-orang munafik dan Yahudi, yang sering melakukan najwā untuk merencanakan kejahatan dan memecah belah umat. Namun, Allah memperbolehkan najwā hanya dalam konteks amal kebajikan.
“Jika najwā ditujukan untuk amal baik, maka itu bukan dosa. Tetapi bila untuk makar atau kebencian, maka itulah najwā yang terlarang.”
3. Makna ‘Sedekah’ sebagai Purifikasi Niat🔹 Tafsīr Nemūneh menekankan bahwa sedekah disebut pertama karena ia adalah bentuk amal nyata yang membersihkan jiwa dari egoisme, dan menjadi pembuktian kasih sosial. Najwa tentang sedekah menunjukkan bahwa amal itu lebih utama bila tersembunyi dan ikhlas.
4. Ma‘rūf dan Nilai Etika Universal
🔹 Ma‘rūf dijelaskan oleh mufasir Syiah sebagai segala amal sosial yang bermanfaat, termasuk menyampaikan ilmu, menasihati, memaafkan, dan mendamaikan. Amar ma‘rūf secara rahasia bisa lebih efektif, karena menghindari riya.
5. Iṣlāh Bayn al-Nās: Prioritas Sosial dalam Islam 🔹 Dalam Tafsīr Nūr al-Thaqalayn, dinukil riwayat dari Imam Ja‘far al-Ṣādiq (as) yang mengatakan bahwa:”Iṣlāh (perdamaian) di antara manusia lebih utama dari shalat dan puasa sunnah.”➡ Ini menunjukkan bahwa ayat ini bukan sekadar hukum komunikasi, tapi fondasi spiritual masyarakat Islam.
6. Ajran Azhīman: Pahala Besar Hanya Bila Ikhlas🔹 Tafsīr al-Mīzān menekankan bahwa pahala besar itu hanya dijanjikan kepada orang yang beramal “ابتغاء مرضات الله”, yaitu murni karena Allah, bukan karena reputasi, politik, atau pujian sosial.
7. Keseimbangan antara Individual dan Sosial🔹 Tafsīr Nemūneh menunjukkan bahwa ketiga hal dalam ayat ini:
• Sedekah → ibadah individual
• Ma‘rūf → kebaikan sosial umum
• Iṣlāh → manajemen konflik sosial ➡ Ketiganya membentuk struktur sosial Islam yang sehat, dan ayat ini adalah manifesto etika interaksi antar manusia.
8. Najwa dan Pendidikan Spiritual
🔹 Allāmah Thabāṭabā’ī menyebut bahwa diam-diamnya amal, seperti dalam bentuk najwa, adalah pendidikan spiritual bagi jiwa agar terbiasa berbuat tanpa ekspektasi duniawi.
9. Konteks Wilayah dan Kepemimpinan; Beberapa tafsir isyari (seperti Tafsīr Safī) menafsirkan bahwa amar bil ma‘rūf dan ishlāh dalam ayat ini juga bermakna menegakkan wilayah dan kepemimpinan yang adil, karena ishlah tidak terjadi tanpa kepemimpinan yang benar.
10. Ayat ini juga berfungsi sebagai Mīzān (Timbangan Amal)🔹 Tafsīr al-Mīzān menyebut bahwa ayat ini adalah mīzān atau neraca untuk menilai baik buruknya komunikasi manusia: jika mengarah ke ridha Allah, maka bernilai amal saleh, jika tidak maka sia-sia bahkan berdosa.
🕊 Makna Batin Menurut Ahli Makrifat:
1. Najwā adalah simbol lintasan hati (khawātir); Ahli makrifat menafsirkan najwā bukan sekadar bisikan lisan, melainkan bisikan batin jiwa — yaitu lintasan hati yang masuk dari malaikat atau setan. “Tidak ada kebaikan dalam kebanyakan lintasan jiwa, kecuali yang diperintah oleh Nur Ilahi: berupa sedekah jiwa, ma‘rūf amal, dan ishlāh qalbu.”
2. Sedekah bukan hanya harta, tapi ‘pembebasan diri dari ego’
Para arif seperti Imam Khomeini dan al-Kāshānī menjelaskan bahwa: Ṣadaqah hakikatnya adalah tajrīd al-nafs, yakni mengorbankan kemelekatan kepada dunia, menyerahkan bagian dari wujud kita demi makhluk Allah.
3. Ma‘rūf adalah pancaran fitrah yang mengenal Tuhan
Dalam makna irfani, ma‘rūf (kebaikan yang diakui hati) adalah:
Apa yang sesuai dengan fitrah ilahiyyah yang belum tertutup hijab hawa nafsu. Ia adalah cahaya dari alam malakut yang muncul dalam perilaku.”
4. Iṣlāḥ bayn al-nās adalah ishlāḥ antara ruh dan jasad; Arifin menjelaskan:”Yang pertama harus didamaikan adalah antara ruh al-ilāhī dan nafs al-ammarah dalam diri.”Jika terjadi ishlāh dalam batin, baru bisa menyebar ke luar.
5. Najwā yang hakiki adalah munājāt kepada Allah; Dalam kacamata makrifat, najwā yang paling tinggi adalah bisikan rahasia kepada Allah, bukan kepada manusia.”Bisikan yang paling murni adalah munājāt hamba di tengah malam, ketika hanya Allah yang menjadi pendengar, dan hati menjadi ruang pertemuan.”
6. “Ibtighā’a marḍātillāh” adalah maqām ikhlāṣ sejati; Ahli hakikat mengatakan: Mencari ridha Allah bukan tujuan sementara, tapi maqām fana’ fi ridāh, yaitu larutnya diri dalam keinginan-Nya.
7. Ajran ‘Azhīman = Tajalli Cahaya Allah dalam qalbu; Pahala besar bukan sekadar di akhirat, tapi berupa:”Dibukakannya mata hati, munculnya syuhūd terhadap tajalli jamāl dan jalāl Allah dalam batin.”
8. Tiga jalan amal: fi‘il, qawl, dan ḥāl• Ṣadaqah = amal fi‘li
• Ma‘rūf = amal qawli
• Iṣlāḥ = amal bi al-ḥāl (pengaruh spiritual tanpa kata-kata) Ketiganya adalah jalan menuju tahqīq al-‘ubūdiyyah, realisasi kehambaan yang menyeluruh.
9. Najwā buruk adalah hijab suara ruhani ; Setiap pembicaraan kosong atau bisikan jahat adalah: “Hijab antara hati dan suara Rabbani. Ia menutupi suara ilham dan wahyu yang lembut dari alam ghaib.”
10. Ayat ini adalah ‘mīzān al-qalb’ — timbangan hati; Ahli hakikat menggunakan ayat ini sebagai alat muhāsabah batin, untuk menilai: “Adakah lintasan hatiku berasal dari Allah atau dari hawa nafsu?” Jika dari Allah, maka ia mengandung:
•Sedekah (pengorbanan)
•Ma‘rūf (kebaikan)
•Iṣlāḥ (penyatuan)
Dan tujuan akhirnya: mencari keridhaan-Nya semata.
🔮 Kesimpulan Ahli Makrifat
Bisikan hati bisa menjadi jalan menuju surga ma‘rifat, atau jurang kejatuhan ruh. Ayat ini adalah kompas ilahi bagi orang yang mencari Allah di balik keheningan hatinya.”
Kisah dan cerita sufistik yang menggambarkan makna batin dan hakikat dari QS:’ 4:114
🌿 Kisah 1: Najwā Si Faqir dan Si Raja; Di sebuah kota, ada seorang faqir (sufi miskin) yang setiap malam duduk diam di tepi masjid. Ia hanya menunduk, tidak bicara, tidak memohon apa-apa, hanya sesekali tersenyum dan mengusap dada.
Suatu malam, seorang raja lewat dan melihatnya. Sang raja bertanya, “Apa yang sedang engkau lakukan di malam-malam sepi ini?” Si faqir menjawab pelan, “Aku sedang berbisik…”Dengan siapa kau berbicara?”Aku berbicara dengan Tuhanku, tapi tidak dengan lidahku, melainkan dengan kekosongan egoku. Ini bukan najwā yang biasa. Ini adalah sedekah rahasiaku—aku menyedekahkan diriku.”Raja heran, “Apa yang kau harap dari-Nya?”
Faqir itu menjawab, “Aku tidak mengharap surga, tidak takut neraka. Aku hanya ingin menjadi sebab damainya dunia, walau aku sendiri tak dikenal. Itulah ma‘rūf dan iṣlāḥ bagiku.” Malam itu, sang raja kembali ke istana dan keesokan harinya ia umumkan:”Mulai hari ini, siapa pun yang berbisik dalam gelap demi kebaikan umat, akan lebih ku hormati dari para penasihatku yang bersuara lantang demi dirinya sendiri.”Dan tersebarlah kisah sang faqir yang mengajarkan:
“Najwā sejati adalah keheningan hati yang menebar nur ke dunia.”
🌿 Kisah 2: Sedekah Tanpa Nama
Di Kufah, hiduplah seorang wanita tua yang setiap malam meletakkan sepotong roti dan segelas air di depan rumah seorang pemabuk. Ia tak pernah bicara, tak pernah menegur. Suatu malam, pemabuk itu marah dan berteriak, Mengapa kau datang terus? Aku bukan pengemis!”Wanita itu berkata: “Ini bukan karena engkau meminta. Tapi karena hatiku diperintah untuk menyelamatkan satu ruh dari kelaparan, meski ia menolak Tuhan.” Bertahun-tahun kemudian, pemabuk itu menjadi salah satu murid Imam Shadiq (as) dan menangis saat menyebut wanita itu: “Ia tidak pernah menasihatiku secara langsung, tapi najwā antara dia dan Allah telah menyentuh ruhku. Itulah ishlāh yang nyata.”
🌿 Kisah 3: Imam Ali (as) dan Najwā di Gelap Malam; Dalam sebuah riwayat dari malam-malam Imam Ali (as), disebutkan bahwa beliau sering keluar sendirian ke padang pasir, dan berbicara sendiri di bawah langit. Seseorang mengikutinya dari jauh dan mendengar beliau berkata: “Wahai Dzat yang lebih dekat dari bisikan hatiku, aku datang membawa sedekah air mataku, aku datang untuk berdamai antara jiwaku yang celaka dan Rabb-nya yang Maha Penyayang…”Ketika orang itu menceritakan kepada Imam, Imam Ali (as) hanya tersenyum dan berkata:”Itulah najwā yang memiliki nilai di sisi Allah. Tidak semua bisikan layak naik ke langit.”
🌿 Kisah 4: Rekonsiliasi Dua Kakak Adik oleh Najwā Anak Kecil
Dua kakak-adik berseteru selama bertahun-tahun. Tidak satu pun kata maaf berhasil mendamaikan mereka.
Sampai suatu malam, anak perempuan kecil dari salah satu saudara itu berdoa pelan:”Ya Allah, aku tak bisa hidup tanpa paman. Pulihkan keluargaku. Aku ingin bermain di dua rumah, bukan satu…”Ia mengatakannya dalam bisikan kecil, sendirian.Esok harinya, kedua saudara itu bermimpi bersamaan bahwa ayah mereka berkata:”Demi bisikan si kecil yang tidak kau dengar, Allah telah mendamaikan kalian.”Itulah ishlāh yang terjadi bukan oleh politik, bukan oleh ceramah, tapi oleh najwā ikhlas dari jiwa yang suci.
🌿 Hikmah Penutup: Najwā adalah alat halus dalam makrifat. Ia bisa mengobarkan perang, atau menyatukan hati. Sedekah bukan hanya harta, tapi pengorbanan batin. Ma‘rūf bukan sekadar norma, tapi pancaran fitrah. Iṣlāḥ bukan diplomasi, tapi penyatuan ruh.
Dan semuanya, hanya bermakna jika diniatkan “ibtighā’a marḍātillāh”.
🌿 Kisah 5: Ulama dan Penyair yang Berdamai dalam Diam
Di kota Qum, dua tokoh besar — seorang ulama dan seorang penyair sufi — berselisih karena perbedaan pandangan dalam menafsirkan “cinta ilahi”. Umat terbelah. Diskusi berubah jadi debat, debat menjadi pertikaian. Namun suatu malam, istri dari salah satu mereka mendengar suaminya menangis dan berdoa:”Ya Allah, jika saudaraku lebih Engkau cintai, maka jadikan aku sebab ketenangannya. Dan jika aku lebih Engkau cintai, maka ajarkan aku untuk merendahkan diriku agar hatinya tentram.”Anehnya, pagi itu keduanya bertemu di masjid tanpa janji. Tanpa kata, mereka saling menunduk dan berpelukan. Umat heran, dan salah satu murid berkata: “Kami tak tahu siapa memulai ishlāh. Tapi kami tahu: yang berbisik di malam itu, telah menciptakan damai di bumi.”
🌿 Kisah 6: Najwā dalam Jasad Sakit; Seorang lelaki tua terbaring di rumah sakit. Ia tak mampu berbicara, dan keluarganya mengira ia hanya menunggu maut. Namun setiap malam, tangan kirinya yang lemah menuliskan sesuatu di udara. Perawat muda bertanya, dan sang lelaki menulis dengan jari: “Aku sedang berbicara dengan Allah, minta agar anakku kembali ke jalan-Nya.”Tak lama, anaknya yang lama hilang, kembali pulang. Ia menangis di samping ayahnya dan berkata
Aku tak bisa tidur selama seminggu, seperti ada bisikan yang terus menyentuhku. Kini aku tahu itu dari engkau, Ayah.”
🌿 Kisah 7: Sedekah Terbesar: Memaafkan; Seorang wanita tua dizalimi oleh menantunya. Ia tidak membalas, tidak mengadu, tidak mengumpat. Tapi setiap malam ia bangun dan berkata dalam munajat:
“Ya Allah, berilah dia cahaya, karena aku takut tangannya yang menyakitiku akan menuliskan takdir buruk baginya.” Beberapa tahun kemudian, sang menantu berubah menjadi orang yang lembut, dan berbisik kepada sahabatnya:”Aku tidak pernah disindir atau dipukul. Tapi najwā ibuku dalam diam, seperti petir dalam jiwaku. Ia menyadarkanku…
🌿 Kisah 8: Najwā Anak Penjual Roti; Seorang anak yatim bekerja menjual roti keliling. Ia kerap diejek dan dihina. Namun ia selalu diam.
Ketika ditanya, “Kenapa kamu tak melawan?”Ia menjawab:”Karena aku sudah janji pada Allah — setiap ejekan akan jadi sedekah sabarku. Aku kirim pada-Nya sebagai bekal di hari nanti.”Saat ia meninggal, banyak yang menghadiri jenazahnya. Bahkan seorang ulama besar menangis dan berkata:Aku bermimpi Rasulullah saw datang dan berkata: ‘Itu anakku. Ia ahli najwā, dan sedekahnya telah sampai pada-Ku.’”
🌿 Kisah 9: Iṣlāḥ Dua Keluarga Lewat Doa Perempuan Buta
Dua keluarga bertikai sampai bertahun-tahun. Namun di sudut desa, ada seorang wanita buta yang setiap hari berdoa setelah shalat:
“Ya Allah, damaikan mereka agar air sungai tidak memalukan tanah ini.”
Ia terus mengulang doa yang sama dalam diam. Tak pernah ia temui mereka. Akhirnya, dua kepala keluarga itu bermimpi bersamaan, bahwa seorang wanita tua membawa lentera dan berkata: “Kembalilah saling mencintai, sebelum sungai menjadi darah.”Keesokan hari, keduanya mendatangi masjid dan berdamai. Mereka bertanya siapa yang mendoakan mereka? Orang-orang menjawab, Itu si buta, yang setiap hari hanya berbisik dalam zikir.”
🌿 Kisah 10: Malaikat di Majlis Ghibah; Dalam satu majlis, beberapa orang membicarakan keburukan seseorang. Di antara mereka ada seorang arif yang diam dan menunduk. Ketika ditanya, “Kenapa tidak bicara? Bukankah engkau tahu lebih banyak?” Ia menjawab: “Aku sedang melakukan najwā dengan Rabb-ku agar tak ada satu pun dari kalian dicatat sebagai ghibah, dan aku sedang mengirim sedekah ke orang yang kalian bicarakan.”Seketika, suasana berubah hening. Salah satu dari mereka menangis dan berkata:”Kaulah malaikat di majlis kami. Diam-mu adalah ishlāh kami.”
🔸 Penutup: Semua kisah ini mencerminkan makna dalam ayat:
• Najwā yang bernilai adalah bisikan yang lahir dari cinta dan kerendahan jiwa.
• Sedekah sejati adalah pengorbanan ego dan kenyamanan demi kebaikan yang tak terlihat.
• Ma‘rūf sejati adalah fitrah ruhani yang melembutkan hati.
• Iṣlāḥ hakiki adalah penyatuan kembali hati-hati yang telah tercerai, bahkan lewat diam.
🌟 Manfaat Mengamalkan Ayat Ini
1️⃣ Disukai Allah Karena amal dilakukan ikhlas “ibtighā’a marḍātillah” (mencari ridha Allah).
2️⃣ Pahala Besar Allah sendiri menjanjikan “ajran ‘azhīma” (pahala yang agung).
3️⃣ Pembersih Lisan Menghindari najwā (bisik-bisik) yang buruk melatih lisan untuk tidak ghibah.
4️⃣ Kedamaian Sosial Iṣlāḥ (perdamaian) menjadi sebab terciptanya masyarakat yang harmonis.
5️⃣ Menjadi Orang yang Ma‘rūf Orang yang menebar ma‘rūf (kebaikan) akan dikenal oleh langit dan bumi.
6️⃣ Sedekah yang Mendalam Mengajak atau menyalurkan sedekah adalah amalan yang membersihkan jiwa dan harta.
7️⃣ Kekuatan Spiritual dalam Diam Najwā baik adalah bentuk doa rahasia yang penuh kekuatan maknawi.
8️⃣ Menghapus Dosa Sedekah dan ishlāḥ adalah sebab penghapusan dosa menurut banyak riwayat.
9️⃣ Dicintai Malaikat Malaikat mencintai mereka yang menjadi penyeru damai dan kebaikan.
🔟 Menjadi Bagian dari Orang Pilihan Ayat ini menyaring manusia: hanya yang mencari ridha Allah yang “diperhitungkan.”
🌿 Doa untuk Makna Ayat Ini
1: Untuk Memurnikan Niat Najwā
“Ya Allah, jadikan bisikanku sebagai sedekah, ucapanku sebagai kebaikan, diamku sebagai perdamaian, dan niatku semata untuk mencari ridha-Mu.”
2: Agar Najwā Bernilai di Sisi Allah
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bisik-bisik yang tidak Engkau ridai, dan aku memohon bisikan yang mengangkatku menuju-Mu.”
3: Penyeru Sedekah dan Islah
“Ya Allah, jadikan aku kunci kebaikan, penyeru ma‘rūf, perantara damai di antara hati-hati, dengan wajah yang hanya mencari ridha-Mu.”
Munajat Orang Yang Mengadu (1)
(Kumpulan 15 Munajat Imam Ali Zainal Abidin AsSajjad as.)
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.
Kuadukan pada-Mu diri,
yang memerintahkan kejelekan,
yang bergegas melakukan kesalahan,
yang tenggelam dalam maksiat pada-Mu,
yang menentang kemurkaan-Mu,
yang membawaku pada jalan kebinasaan
yang menjadikan aku orang celaka,
yang terhina yang banyak noda,
yang berangan hampa.
Bila diriku ditimpa bencana
ia berkeluh kesah,
kala untung diraih bakhil bertambah,
cenderung pada mainan dan hiburan, dipenuhi kealpaan dan kelalaian mendorongku pada dosa
menghalangiku untuk bertaubat.
Ilahi, kuadukan pada-Mu
musuh yang menyesatkanku,
setan yang menggelincirkanku
ia sudah memenuhi dadaku dengan keraguan. Godaannya telah menyesakkan hatiku, sehingga hawa nafsu menopangku, ia hiaskan bagiku cinta dunia, ia menghalangiku untuk taat dan taqarrub.
Ilahi, kuadukan pada-Mu
hati yang keras dengan guncangan was-was, yang tertutup noda dan kekufuran, mata yang beku untuk menangis karena takut pada-Mu, tetapi cair untuk kesenangan dirinya.
Ilahi, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan kuasa-Mu.
Tiada keselamatan bagiku dari bencana dunia kecuali dengan penjagaan-Mu.
Daku bermohon pada-Mu
dengan keindahan hikmah-Mu, dengan pelaksanaan kehendak-Mu.
Jangan biarkan daku mencari karunia selain-Mu,
jangan jadikan daku sasaran cobaan.
Jadilah Engkau Pembelaku melawan musuhku,
penutup cela dan aibku.
Pelindung dari bencana,
Penjaga dari durhaka dengan kasih dan sayang-Mu.
Wahai Yang Terkasih
dari segala yang mengasihi.
Comments (0)
There are no comments yet