Makna: Makrifat dari Awal Doa Zaman Ghoibah doa Imam Mahdi afs

Oleh:: Muhammad Taufiq Ali Yahya*
اَللّٰهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي نَفْسَكَ لَمْ أَعْرِفْ رَسُوْلَكَ
اَللّٰهُمَّ عَرِّفْنِي رَسُوْلَكَ فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي رَسُوْلَكَ لَمْ أَعْرِفْ حُجَّتَكَ
اَللّٰهُمَّ عَرِّفْنِي حُجَّتَكَ فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي حُجَّتَكَ ضَلَلْتُ عَنْ دِينِي*
“Ya Allah, jadikanlah aku mengenal Diri-Mu, karena jika Engkau tidak menjadikan aku mengenal Diri-Mu niscaya aku tidak mengenal Rasul-Mu.
“Ya Allah, jadikanlah aku mengenal Rasul-Mu, karena jika Engkau tidak menjadikan aku mengenal Rasul-Mu niscaya aku tidak mengenal Hujjah-Mu.
“Ya Allah, jadikanlah aku mengenal Hujjah-Mu, karena jika Engkau tidak menjadikan aku mengenal Hujjah-Mu niscaya aku tersesat dari agamaku."
Makna dari doa terkenal ini menurut pendekatan makrifat dan hikmah Ahlul Bait (as):
1. Makrifat Allah adalah fondasi utama; اللَّهُمَّ عَرِّفْني نَفْسَكَ
Doa ini menunjukkan bahwa segala bentuk makrifat sejati berawal dari pengenalan terhadap Allah. Tanpa makrifatullah, segala bentuk ilmu lainnya menjadi tidak sempurna atau bahkan menyesatkan.
2. Diri manusia tak bisa mengenal Allah tanpa bantuan-Nya
فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْني نَفْسَكَ
Manusia tidak bisa mengenal Allah dengan akalnya sendiri semata. Ia membutuhkan pencerahan langsung (ta‘rif ilahi)—yaitu taufiq dan hidayah dari Allah sendiri.
3. Makrifat kepada Rasul adalah jalan menuju makrifat Allah yang lebih dalam ; اللَّهُمَّ عَرِّفْني رَسُولَكَ…Mengenal Rasulullah (saw) adalah jalan konkret untuk mengenal Allah, sebab beliau adalah manifestasi rahmat dan akhlak Allah di bumi.
4. Tanpa makrifat terhadap Rasul, manusia akan tersesat dalam memahami Allah; فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْني رَسُولَكَ لَمْ أَعْرِفْ حُجَّتَكَ
Siapa yang tidak mengenal Rasul dengan benar, maka ia tidak akan mengenal hujjah (imam) Allah setelahnya, dan otomatis akan menyimpang dari jalan agama yang lurus.
5. Hujjah (imam) adalah kelanjutan dari risalah Rasul اللَّهُمَّ عَرِّفْني حُجَّتَكَ…Setelah Rasul, Allah terus menjaga agama-Nya melalui para hujjah, yaitu para Imam Maksum (as). Makrifat kepada mereka adalah penjaga keimanan yang sahih.
6. Agama tanpa makrifat kepada Hujjah adalah agama yang menyesatkan
فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْني حُجَّتَكَ ضَلَلْتُ عَنْ ديني
Tanpa mengenali imam zamannya, seseorang terputus dari cahaya bimbingan ilahi, sehingga meski beragama, ia berada dalam kesesatan.
7. Makrifat adalah tangga bertingkat
Doa ini mengajarkan bahwa makrifat itu bertingkat:
(1) Allah, 2) Rasul, 3) Hujjah (Imam)
Setiap tingkat menjadi jalan untuk memahami tingkat di atasnya secara utuh.
8. Terdapat struktur ilahi dalam bimbingan
Pengenalan spiritual sejati harus melalui saluran yang telah ditetapkan Allah, bukan melalui hawa nafsu atau akal spekulatif.
9. Makrifat adalah permintaan, bukan sekadar usaha
Doa ini adalah permintaan, bukan pernyataan. Ini mengajarkan bahwa makrifat adalah anugerah, bukan semata hasil pencarian manusia.
10. Doa ini adalah landasan keselamatan akhirat
Makrifat kepada Allah, Rasul, dan Imam adalah penentu keselamatan atau kesesatan. Maka doa ini menjadi inti ajaran tauhid, nubuwah, dan imamah dalam Islam.
Makna doa “اللَّهُمَّ عَرِّفْني نَفْسَكَ…” berdasarkan Al-Qur’an, dengan pendekatan yang menghubungkan tiap bagian doa dengan dalil ayat-ayat Qur’ani:
1. Makrifat kepada Allah adalah dasar segala makrifat
Doa: اللَّهُمَّ عَرِّفْني نَفْسَكَ…
Al-Qur’an: فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ
“Maka ketahuilah bahwa tiada Tuhan selain Allah.”
(QS. Muhammad: 19)
→ Ayat ini menekankan bahwa ilmu pertama dan utama adalah tauhid—mengenal Allah.
2. Tanpa makrifat kepada Allah, seseorang tidak bisa mengenal kebenaran
فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْني نَفْسَكَ لَمْ أَعْرِفْكَ
Al-Qur’an: وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ
فَأَنسَاهُم أَنفُسَهُمْ”
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.”
(QS. Al-Hashr: 19)
→ Tanpa mengenal Allah, manusia kehilangan jati diri dan arah hidup.
3. Makrifat kepada Rasul adalah jalan makrifat kepada Allah
اللَّهُمَّ عَرِّفْني رَسُولَكَ…
Al-Qur’an:
“مَّن يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ”
“Barang siapa menaati Rasul, sungguh ia telah menaati Allah.”
(QS. An-Nisa: 80)
→ Rasul adalah cermin Allah di bumi, mengenal beliau berarti mengenal manifestasi Allah dalam kehidupan manusia.
4. Tanpa makrifat kepada Rasul, seseorang tidak akan mengenal hujjah (imam)
فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْني رَسُولَكَ لَمْ أَعْرِفْ حُجَّتَكَ
Al-Qur’an: وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ*
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ”
“Dan dia (Rasul) tidak berbicara dari hawa nafsu. Ucapannya tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan.”
(QS. An-Najm: 3–4)
→ Hujjah setelah Rasul adalah mereka yang diwarisi oleh Rasul, dan ditunjuk oleh wahyu.
5. Makrifat kepada hujjah (imam) adalah penjaga agama
اللَّهُمَّ عَرِّفْني حُجَّتَكَ…
Al-Qur’an:
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ”
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, Rasul, dan pemimpin di antara kalian.”(QS. An-Nisa: 59)
→ Ulil Amr menurut tafsir Ahlul Bait adalah para Imam Maksum (as), sebagai Hujjah Allah di setiap zaman.
6. Tanpa mengenal hujjah, agama menjadi tersesat
فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْني حُجَّتَكَ ضَلَلْتُ عَنْ ديني
Al-Qur’an:
“يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ”
“Pada hari itu (Kiamat), Kami akan panggil setiap umat dengan imam mereka.”(QS. Al-Isra’: 71)
→ Ketiadaan makrifat terhadap imam menyebabkan kebingungan, kesesatan, dan kehancuran akhirat.
7. Hidayah hanya melalui saluran yang Allah tetapkan
Al-Qur’an:
“إِنَّمَا أَنتَ مُنذِرٌ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ”
“Sesungguhnya engkau hanyalah pemberi peringatan, dan bagi setiap kaum ada pemberi petunjuk (hadi).”
(QS. Ar-Ra‘d: 7)
→ Para hujjah adalah hadi—pembimbing umat yang ditetapkan oleh Allah, bukan oleh manusia.
8. Agama butuh pemelihara ilahi sepanjang zaman
Al-Qur’an: وَلِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ * يَمْحُو اللَّهُ مَايَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
QS. Ar-Ra’d: 38–39)
Allah memiliki sistem penjagaan agama dan takdir, yang dijaga oleh para Imam sebagai manifestasi Ummul Kitab.
9. Pengenalan kepada Allah dan hujjah adalah kunci keselamatan
Al-Qur’an:
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ”
“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah tambahkan kepada mereka petunjuk dan berikan kepada mereka ketakwaan.”
(QS. Muhammad: 17)
10. Doa ini sesuai dengan fitrah dan tujuan penciptaan manusia
Al-Qur’an:
“وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ”
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengenal dan menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56 – tafsir Ahlul Bait: li ya‘rifūnī = agar mereka mengenal-Ku); Tujuan hidup adalah makrifatullah, yang diawali dengan doa ini.
Penjelasan doa “اللَّهُمَّ عَرِّفْني نَفْسَكَ…” menurut hadis-hadis, yang menegaskan pentingnya makrifat kepada Allah, Rasul, dan Hujjah (Imam) sebagai fondasi agama:
1. Doa ini berasal dari Imam Ja‘far al-Shadiq (as); Imam al-Shadiq (as) mengajarkan doa ini dalam konteks fitnah ghaibah (gaibnya Imam Mahdi as). Kamal al-Din wa Tamam al-Ni‘mah, Syaikh Shaduq, bab 33 Mafatih al-Jinan, bagian Doa Zaman Ghaibah
2. Makrifat kepada Allah adalah pondasi keimanan; Imam al-Baqir (as) berkata: رَأْسُ الدِّينِ مَعْرِفَةُ اللَّهِ…”
“Pokok agama adalah makrifat kepada Allah.”
Tuhaf al-‘Uqul, hal. 295
3. Tidak sah ibadah tanpa makrifat kepada Imam; Imam al-Baqir (as) bersabda: مَنْ لَمْ يَعْرِفِ الْإِمَامَ مِنَّا، مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً…”
“Barang siapa tidak mengenal Imam dari kami, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah.”Kafi, Jilid 1 : 376
4. Makrifat Imam adalah penjaga agama : Rasulullah (saw) bersabda:
“من مات ولم يعرف إمام زمانه
مات ميتة جاهلية.”
“Siapa yang mati dan tidak mengenal Imam zamannya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah.”
Shahih Muslim (Sunnah) & juga diriwayatkan dalam al-Kafi (Syiah)
5. Imam adalah pintu menuju Allah
Imam al-Hadi (as) berkata:
“بِالإِمَامَةِ يُتِمُّ اللهُ دِينَهُ…”
“Dengan imamah, Allah menyempurnakan agama-Nya.”
Kafi, Jilid 1, Bab al-Nadr fi al-Imam
6. Hujjah adalah cahaya di tengah kegelapan; Imam Ja‘far al-Shadiq (as) berkata: الحُجَّةُ قَبْلَ الخَلْقِ وَمَعَ الخَلْقِ وَبَعْدَ الخَلْقِ…”
“Hujjah ada sebelum, bersama, dan setelah makhluk. Dengannya bumi tegak.” Kafi, Jilid 1
7. Tanpa Imam, bumi akan binasa
Imam al-Baqir (as) berkata:
“لَوْ بَقِيَتِ الْأَرْضُ بِغَيْرِ إِمَامٍ لَسَاخَتْ”
“Jika bumi tidak memiliki Imam, maka ia akan hancur.” Kafi, Jilid 1, Bab al-Hujjah
8. Imam adalah penyampai makna wahyu dan batin Al-Qur’an; Imam Ja‘far al-Shadiq (as):
“إِنَّ الْقُرْآنَ نَزَلَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ:
عَلَى الْعِبَارَةِ وَالْإِشَارَةِ وَاللَّطَائِفِ وَالْحَقَائِقِ…”
“Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk ibarat, isyarat, rahasia, dan hakikat. Yang mampu memahaminya hanyalah Imam.”
Tafsir al-Imam al-‘Askari (as)
9. Di masa ghaib, umat dituntut untuk memohon makrifat Imam
Imam Ja‘far al-Shadiq (as) bersabda:”akan datang suatu masa di mana Imam ghaib dari pandangan mereka. Maka mintalah makrifat kepada-Nya, sebab keselamatan ada di dalamnya.”
Kamal al-Din, bab ghaibah
10. Makrifat Imam Mahdi (as) adalah kunci keselamatan akhir zaman; Imam Mahdi (as) dalam surat kepada Syaikh Mufid:”Kami adalah sebab turunnya rahmat, dan penjaga umat. Maka mohonlah kepada Allah agar diberi makrifat kepada kami.” Risalah Imam Mahdi kepada Syaikh Mufid
Makna doa “اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ…” menurut hadis Ahlul Bayt (as), disertai kutipan dan penjelasan maknawi berdasarkan riwayat-riwayat dari para Imam Maksum:
1. Makrifat kepada Allah adalah pondasi agama; Imam al-Baqir (as) bersabda:
رَأْسُ الدِّينِ مَعْرِفَةُ اللَّهِ، وَاليَقِينُ بِهِ”
Pokok agama adalah makrifat kepada Allah dan keyakinan kepada-Nya.”(Tuhaf al-‘Uqul, hlm. 295)
Doa ini dimulai dengan permohonan agar diberi makrifat terhadap Dzat Allah sebagai awal segala ilmu dan keyakinan.
2. Tanpa makrifat Allah, manusia tidak mengenal dirinya sendiri
Imam Ali (as) berkata:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ”
Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.
(Nahj al-Balaghah, hikmah 124)
Doa ini menyiratkan bahwa makrifat Allah akan membuka tabir jati diri insan sebagai makhluk yang diciptakan untuk mengenal-Nya.
3. Makrifat kepada Rasul adalah jalan makrifat kepada Allah
Imam Shadiq (as) berkata:
بِالإِمَامِ يُعْرَفُ اللهُ، وَبِالإِمَامِ يُعْرَفُ الرَّسُولُ”Dengan Imam (yang ditunjuk Allah), Allah dan Rasul-Nya dapat dikenal.”(Kafi, jilid 1, bab al-Ma’rifah)
Makrifat kepada Rasulullah (saw) bukan hanya mengenal sosok sejarah, tapi menemukan cahaya ilahiah dalam beliau, sebagai cermin sempurna Allah.
4. Tanpa mengenal Rasul, seseorang tidak sampai pada makrifat Imam; Imam Ridha (as) bersabda:
الإِمَامُ خَلِيفَةُ اللَّهِ، وَخَلِيفَةُ رَسُولِهِ”
Imam adalah khalifah Allah dan Rasul-Nya.”
(Kamal al-Din, Syaikh Shaduq)
Rasul adalah pengantar umat kepada wilayah Imam, dan Imam adalah penerus cahaya kenabian.
5. Makrifat kepada hujjah adalah kunci keselamatan dari kesesatan
Imam Baqir (as) bersabda:
إِذَا عَرَفْتَ الإِمَامَ فَافْعَلْ مَا شِئت
Jika engkau telah mengenal Imam (dengan benar), maka lakukanlah apa yang engkau mau (karena engkau akan selamat).”(Kafi, jilid 1)
Artinya, makrifat Imam adalah jaminan petunjuk, sebab Imam adalah qiblat batin dan pembawa amanah wahyu.
6. Tanpa Imam, manusia akan tersesat dan binasa; Rasulullah (saw) bersabda:من مات ولم يعرف إمام زمانه، مات ميتة جاهلية”
Siapa yang mati dan tidak mengenal Imam zamannya, ia mati dalam keadaan jahiliyah.” Kafi, juga riwayat Sunni: Sahih Muslim) Doa ini memohon agar tidak mati dalam kejahilan, karena makrifat Imam adalah syarat husnul khatimah.
7. Hujjah adalah perantara antara Allah dan makhluk-Nya: Imam Shadiq (as) bersabda:
بِنَا عُرِفَ اللهُ، وَبِنَا وُحِّدَ اللهُ”
Dengan kami (Ahlul Bait), Allah dikenal dan di-Esakan.”
(Bihar al-Anwar, 23/97) Doa ini menegaskan bahwa makrifat kepada Ahlul Bait adalah jalan tauhid, karena mereka adalah tajalli (manifestasi) nama-nama-Nya.
8. Doa ini merupakan perlindungan dari fitnah ghaibah Imam Mahdi (as); Imam Shadiq (as) berkata:
“سَتُفْقَدُونَ إِمَامَكُمْ…
فَثَبِّتُوا عَلَى الدُّعَاءِ بِهَذَا الدُّعَاءِ”
Kalian akan kehilangan Imam kalian (ghaib), maka tetaplah istiqamah dengan doa ini.”(Kamal al-Din, bab ghaibah) Doa ini adalah senjata ruhani di masa kekacauan spiritual dan kehilangan petunjuk lahiriah.
9. Makrifat bukan hanya pengetahuan, tapi penyaksian (syuhud); Imam Ali (as) berkata:
لَوْ كُشِفَ لِيَ الْغِطَاءُ مَا ازْدَدْتُ يَقِيناً”Seandainya tabir dibuka, keyakinanku tidak akan bertambah.”(Nahj al-Balaghah, hikmah 238)
Makrifat sejati adalah hadirnya hati di hadapan Allah dan hujjah-Nya, bukan sekadar tahu nama atau sejarah.
10. Imam adalah hujjah Allah yang menjaga bumi dan agama; Imam Baqir (as) bersabda:
لَوْ لَا الْحُجَّةُ لَسَاخَتِ الْأَرْضُ بِأَهْلِهَا”
Jika tidak ada Hujjah (Imam), niscaya bumi akan tenggelam dengan penghuninya.”(Kafi, jilid 1) Doa ini adalah permohonan untuk tidak hidup di bumi tanpa cahaya Allah, yakni Imam yang ditetapkan-Nya.
Penjelasan doa agung: menurut para mufasir (ahli tafsir),
اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ…
“Ya Allah, perkenalkanlah Diri-Mu kepadaku…”
Makna Menurut Para Mufasir
1. Makna “عَرِّفْنِي نَفْسَكَ” (Perkenalkan Diri-Mu kepadaku)
Menurut Allamah Thabathaba’i (Tafsir al-Mizān): Makna “Nafs” Allah di sini bukan Dzat Zat-Nya yang mutlak (karena Dzat tak terjangkau akal), tapi merujuk pada tajallī Dzat (manifestasi yang Allah izinkan untuk dikenali), yaitu melalui nama-nama-Nya, sifat-Nya, dan hujjah-Nya.
Dalil Qur’ani:
“سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقّ”
(Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di ufuk dan pada diri mereka sendiri…)
(QS. Fussilat: 53) Maka pengenalan terhadap tajalliyat Ilahi (manifestasi Allah) adalah bentuk makrifat yang diminta dalam doa ini.
2. Makna “فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي نَفْسَكَ لَمْ أَعْرِفْكَ”
Para mufasir menyatakan: Jika seseorang tidak mendapatkan petunjuk langsung dari Allah (dengan cara Allah memperkenalkan Diri-Nya lewat wahyu, rasul, atau hujjah), maka semua upaya akal murni untuk mengenal Allah akan berujung pada kesesatan atau syirik terselubung.
“وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلّا بِإِذْنِ اللَّهِ
Tiada suatu jiwa pun yang dapat beriman kecuali dengan izin Allah)
(QS. Yunus: 100)
3. Makna “عَرِّفْنِي رَسُولَكَ”
Menurut tafsir al-Burhān dan Tafsir Nur al-Thaqalayn, Rasulullah (saw) adalah tajallī kamil (manifestasi sempurna) dari Allah, dan tidak bisa dikenali secara benar tanpa izin dari Allah. مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ”Barangsiapa taat kepada Rasul, sungguh dia telah taat kepada Allah)
(QS. An-Nisa: 80) Maka makrifat kepada Rasul adalah pintu wajib untuk makrifat kepada Dzat.
4. Makna “عَرِّفْنِي حُجَّتَكَ”
Dalam tafsir al-Ayyāsyī dan al-Sāfī, Hujjah Allah adalah Imam Zaman (a.f) pada setiap masa. Tidak mengenal hujjah berarti kehilangan jalan lurus agama.
“إِنَّمَا أَنتَ مُنذِرٌ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ”
(Engkau hanyalah pemberi peringatan, dan bagi setiap kaum ada pemberi petunjuk)(QS. Ra’d: 7)
→ Dalam riwayat, ‘al-Hādī’ dijelaskan sebagai Imam dari Ahlul Bait.
Kesimpulan Mufasir:
Doa ini menunjukkan bahwa makrifat kepada Allah bukan dimulai dari abstraksi akal, tapi dari jalan wahyu, yaitu: Allah → Rasul → Imam/Hujjah. Siapa yang tidak mengenal Rasul dan Imam, ia tidak bisa mengenal Allah secara benar, dan agama yang diikutinya berisiko salah arah.
Makna doa “اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ…” menurut para ahli makrifat dan hakikat, khususnya dalam tradisi Ahlul Bait (‘alaihimussalam), yang menggali lapisan batin dan esoteris dari doa tersebut:
1. “اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ” – Permohonan untuk Makrifat Dzat
Makna hakikat: Doa ini bukan sekadar ingin tahu bahwa “Allah itu ada”, tetapi permohonan untuk tersingkapnya hijab antara hamba dan Dzat Allah. Ahli makrifat menyebut ini sebagai permintaan untuk syuhud (penyaksian batin), bukan sekadar ilmu. “Makrifat kepada-Nya adalah melihat-Nya dengan cahaya-Nya, bukan dengan mata lahir.”(Syaikh al-Kummi dalam tafsir batin)
2. “فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي نَفْسَكَ، لَمْ أَعْرِفْكَ” – Allah adalah Pemberi Makrifat
Makna hakikat: Makrifat adalah pemberian Allah, bukan hasil usaha murni manusia. Tanpa kehendak Allah, hijab tidak akan terangkat. Inilah maqam “fanā’ al-‘ilm” (lenyapnya ilmu rasional dalam cahaya makrifat).
3. “وَلَمْ أَعْرِفْ رَسُولَكَ” – Rasul sebagai Tajalli Allah;
Makna hakikat: Makrifat kepada Rasul bukan hanya mengenal beliau sebagai pembawa risalah, tetapi menyaksikan cermin Ilahiah dalam pribadi Rasul. Rasul adalah manifestasi Dzat Allah dalam bentuk kemanusiaan (tajalli jamāl).
Siapa melihat Rasul dengan nur batin, maka ia melihat Allah dengan kasih sayang.” – Syaikh Rajab al-Bursi (Mashariq Anwar al-Yaqin)
4. Rasul adalah “al-Bāb ilā Allāh” (pintu kepada Allah)
Makna hakikat: Tanpa makrifat Rasul, ruh tidak akan mampu menapaki jalan ke hadirat Allah. Rasul adalah “nur pertama”, seperti disebut dalam hadis:
أوّل ما خلق الله نوري”
Yang pertama Allah ciptakan adalah cahayaku.”
5. “اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي حُجَّتَكَ” – Makrifat kepada Imam sebagai Cermin Rasul; Makna hakikat:
Imam bukan sekadar pemimpin politik atau hukum, tetapi tajalli ruhani dari Nur Muhammad. Ia adalah pelanjut wilayah batin Rasul.
Imam adalah “nafs al-Rasul” – ruh dan rahasia Rasul itu sendiri.
(Tafsir batin Sayyid Haydar Amuli)
6. “فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي حُجَّتَكَ، ضَلَلْتُ عَنْ دِينِي” – Tanpa Imam, hilang petunjuk batin
Makna hakikat: Agama tanpa makrifat Imam menjadi kerangka kering tanpa ruh, dan manusia pun terjerumus dalam lahiriah yang menyesatkan. Laksana tubuh tanpa ruh adalah syariat tanpa hakikat Imam.”(Imam Khomeini dalam Adabus Shalat)
7. Hujjah sebagai Jalal dan Jamal Allah;?Makna hakikat: Imam adalah manifestasi keindahan (jamāl) dan keagungan (jalāl) Allah dalam bentuk manusia. Melalui beliau, rahmat dan kemarahan Ilahi tersingkap dalam takdir.
8. Doa ini adalah zikir maqam fanā’
Makna hakikat: Doa ini diulang oleh salik yang ingin melenyapkan ego dan diri di hadapan Allah, Rasul, dan Hujjah-Nya. Tiada kehendak kecuali kehendak-Nya. Makrifat sejati adalah ketika tidak ada lagi ‘aku’ yang mengenal.” Sayyid Ibn Thawus
9. Makrifat sebagai cahaya yang menuntun dalam Ghaib
Makna hakikat: Di masa ghaib, tanpa Imam Mahdi (af) secara lahir, hanya cahaya makrifat batin yang mampu menjaga salik agar tetap dalam wilayah. Doa ini adalah kompas ruhani dalam kegelapan zaman.
10. Doa ini adalah “Mi’raj ruhani” bagi salik; Makna hakikat: Dengan mengikuti urutannya – Allah, Rasul, Hujjah – salik melakukan mi’raj batin:
Allah: sumber tauhid
Rasul: cermin penyampaian
Imam: tempat penyatuan dan wilayah
Doa ini adalah tangga mi’raj bagi para arif sejati untuk kembali kepada asal cahaya mereka.”Syaikh Mahmud Shabistari (Gulshan-i Rāz)
Makna doa “اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ…” menurut para ahli hakikat dalam tradisi Syiah Ahlul Bait (as). Para arif Syiah seperti Sayyid Haydar Amuli, Syaikh Rajab al-Bursi, Mulla Sadra, dan Imam Khomeini menafsirkan doa ini bukan sekadar secara fikih dan lahiriah, tapi sebagai jalan suluk menuju penyaksian Allah melalui Rasul dan Hujjah-Nya (Imam).
1. Doa ini adalah permohonan untuk kasyf (penyingkapan batin)
Menurut Sayyid Haydar Amuli, doa ini menandai tahapan awal suluk di mana seorang salik memohon agar hijab antara dirinya dan Dzat Allah tersingkap. “Makrifat kepada Allah adalah awal dan akhir dari perjalanan ruhani.”(Jāmi‘ al-Asrār, Sayyid Haydar Amuli)
2. “اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ” – Meminta makrifat terhadap al-Haqq
Ahli hakikat Syiah menafsirkan “نفسك” bukan hanya sebagai dzat Allah, tapi sebagai tajalli (penampakan) Dzat-Nya dalam bentuk Nur Muhammad (saw). Nafsullah adalah hakikat Muhammadiyah yang pertama kali dicipta dan menjadi cermin Dzat.”Rajab al-Bursi (Mashariq al-Anwar al-Yaqin)
3. Tanpa makrifat Allah, tidak ada makrifat Rasul; Makrifat Allah adalah nur batin yang memancarkan pengenalan kepada Rasul. Rasulullah adalah tajalli pertama dari Nur Allah, sebagaimana disebut dalam banyak riwayat: أول ما خلق الله نوري”
Yang pertama Allah ciptakan adalah cahayaku.”(Imam al-Sadiq)
4. Rasul bukan sekadar nabi, tapi manifestasi Nurul Haqq
Imam Khomeini berkata dalam Adabus Shalat: “Makrifat kepada Rasul artinya menyaksikan hakikat insan kamil sebagai cermin paling sempurna dari Dzat Ilahi.”
5. Tanpa makrifat Rasul, tidak sampai kepada Imam (Hujjah)
Rasul adalah jalan ke wilayah Imam. Hujjah Allah adalah manifestasi kontinyu dari cahaya risalah.
Wilayah adalah batin dari nubuwah, dan Imam adalah ruh dari Rasul.”Sayyid Haydar Amuli (al-Muḥīṭ al-A‘ẓam)
6. Imam adalah “Tajalli Dzat” di bumi; Ahli hakikat Syiah melihat Imam bukan hanya sebagai pemimpin umat, tapi sebagai manifestasi batin Allah di alam semesta. “Al-Hujjah adalah hadirat Ilahiah dalam bentuk makhluk; ia mata Allah, telinga Allah, dan tangan Allah.”
(Tafsir Sufi Rajab al-Bursi)
7. Tanpa makrifat Imam, seseorang berada dalam “zulumāt” (kegelapan batin)
Makrifat Imam adalah sumber nur dalam suluk. Tanpanya, agama hanya kulit. Agama tanpa makrifat Imam laksana tubuh tanpa ruh.”Imam Khomeini (Misbahul Hidayah)
8. Doa ini adalah dzikir salik pada maqam “tawahhud” (peniadaan diri) Salik memulai dari makrifat Allah, lalu Rasul, lalu Imam, dan akhirnya lenyap dalam tauhid batin. Ini disebut maqam “fanā’ fi Allah.”Makrifat kepada hujjah adalah makrifat kepada Dzat dalam wujud yang dapat disaksikan.”
– Sayyid Haidar Amuli
9. Doa ini menjadi kompas di masa ghaibah
Ahli hakikat Syiah menekankan bahwa di masa ghaib Imam Mahdi (aj), doa ini menjaga wilayah ruhani salik agar tidak tersesat. Makrifat Imam Ghaib adalah makrifat nurani, bukan lahiriah.”
– Mulla Sadra (Asfar al-Arba‘ah)
10. Doa ini adalah jalan mi‘raj ruhani (kenaikan batin menuju Allah); Ahli hakikat menjadikan susunan doa ini sebagai tangga suluk:
Allah: awal makrifat
Rasul: perantara cahaya
Imam: hakikat insan kamil
Makrifat: fanā’ dan baqā’
Doa ini adalah rahasia perjalanan ruhani dari makhluk menuju Dzat dengan Imam sebagai tali penghubung antara langit dan bumi.”(Imam Khomeini (Sharh Du‘a al-Sahar)
Penutup: Doa ini bukan sekadar permohonan biasa, tapi peta perjalanan ruh menuju al-Haqq. Dalam jalan hakikat, makrifat kepada Allah tidak sempurna kecuali dengan makrifat kepada Rasul dan Imam – dan semua itu adalah tajalli dari Satu Dzat.
Kisah dan cerita inspiratif yang menggambarkan makna doa agung:
“اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ، فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي نَفْسَكَ لَمْ أَعْرِفْكَ، وَلَمْ أَعْرِفْ رَسُولَكَ…”
dari perspektif ahli hakikat, yang memperlihatkan bagaimana makrifat kepada Allah, Rasul, dan Hujjah merupakan poros keselamatan ruhani.
1. Kisah Salman al-Farisi: Pencarian Makrifat Allah
Makna: اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ
Salman meninggalkan Persia dan semua kenyamanan demi mencari Tuhan sejati. Ia melewati para rahib, hingga sampai kepada Nabi Muhammad (saw). Ia berkata:”Aku mencari Allah, dan hanya melalui engkau aku temukan-Nya.”
Hikmah: Makrifat kepada Allah tidak datang dari kitab semata, tetapi dari pembimbing Ilahi yang ditunjuk oleh-Nya.
2. Kisah Syaikh al-Karbala’i: Tersesat tanpa Hujjah
Makna: فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي حُجَّتَكَ ضَلَلْتُ عَنْ دِينِي
Seorang sufi Karbala bernama Syaikh Abdul Karim berkata: Setelah aku mengenal para Imam Ahlul Bait, aku sadar selama ini aku menyembah bayangan, bukan cahaya.” Hikmah: Tanpa makrifat Imam, bahkan ibadah pun bisa menjadi jalan kesesatan.
3. Kisah Imam Ja‘far al-Sadiq (as) & Jabir al-Ju‘fi; Jabir bertanya, “Bagaimana aku mengenal Allah?”
Imam menjawab: Dengan mengenal kami, karena kami adalah pintu-Nya.” Hikmah: Imam adalah manifestasi hakikat tauhid dalam bentuk manusia.
4. Kisah Syahid Rajab al-Bursi: Menyaksikan Cahaya Rasul
Dalam tafsirnya, ia berkata: “Aku melihat Rasul bukan dengan mataku, tapi dengan hatiku, dan ketika kulihat, aku temukan Allah.”
Hikmah: Rasul bukan hanya penyampai, tapi cermin keindahan Dzat Ilahi.
5. Kisah Haritsah bin Malik: Tinggalkan dunia demi makrifat
Ketika Rasul bertanya, “Bagaimana keadaanmu?” Ia menjawab: “Aku melihat Arasy Rabb-ku nyata, dan para nabi di surga.” Rasul bersabda: “Kau telah diberi cahaya, maka jagalah ia.”(Mir’at al-‘Uqūl) Hikmah: Cahaya makrifat hanya datang pada hati yang jujur mencari-Nya.
6. Kisah Imam Mahdi (af) dan Ali bin Mahziyar; Dalam masa ghaib, Ali bin Mahziyar berdoa dengan doa ini, hingga suatu malam ia bertemu Imam Mahdi dalam mimpi. Imam berkata: “Allah memperkenalkan Diri-Nya melalui kami, maka jangan berpaling.” Hikmah: Di masa ghaib, doa ini menjadi kompas ruhani untuk tetap dalam wilayah.
7. Kisah Abu Dzar: Mengenal Dzat lewat Ahlul Bait; Ia berkata: Setiap kali aku menatap wajah Ali bin Abi Thalib, dadaku dipenuhi cahaya, dan jiwaku mengenal Tuhanku.” Hikmah: Imam bukan saja pemimpin lahir, tapi pembimbing makrifat batin.
8. Kisah Mukhtar al-Thaqafi: Tersesat karena tidak mengenal Imam; Sebelum mengenal hakikat Imam, Mukhtar mengikuti orang yang salah. Namun setelah makrifat kepada Imam Sajjad, ia menangis dan berkata:”Aku telah buta, dan kini aku melihat.” Hikmah: Tanpa makrifat hujjah, seseorang bisa membela kebenaran yang keliru.
9. Kisah Syaikh Bahai: Tersingkap hijab lewat cinta Imam Mahdi
Ia menulis dalam risalahnya bahwa saat berdoa dengan doa ini dalam keheningan malam, tersingkaplah hijab yang menutupi hatinya, dan ia merasakan kehadiran sang hujjah.
Hikmah: Makrifat bukan datang dengan ilmu, tapi dengan sujud dan air mata.
10. Kisah Seorang Arif Ahli Makrifat: “Aku melihat Allah dalam cahaya Ali” Seorang arif berkata: Ketika aku memanggil ‘Allah’, dalam batinku muncul wajah Rasul. Ketika aku menyeru ‘Ya Rasul’, terpancarlah wajah Ali.” Hikmah: Ini adalah maqam tauhid batin: melihat satu cahaya dalam semua tajalli.
Manfaat dan doa khusus yang berkaitan dengan doa agung:
اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسَكَ، فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي نَفْسَكَ لَمْ أَعْرِفْكَ، وَلَمْ أَعْرِفْ رَسُولَكَ…”
dari para arif (ahli hakikat)
1. Menjadi Gerbang Makrifat Ilahi
Doa ini membuka tabir hijab antara hati dan Allah. Makrifat kepada Allah adalah sumber dari segala ilmu dan keselamatan.
2. Menjernihkan Niat dalam Ibadah
Tanpa mengenal Allah, ibadah menjadi ritual kosong. Doa ini menanamkan keikhlasan dan kehadiran batin.
3. Menuntun ke Jalan Rasul dan Imam
Ia menuntun ke jalan cahaya kenabian dan imamah sebagai warisan ilahi.
4. Menjaga dari Kesesatan Aqidah dan Jalan
Tanpa makrifat hujjah, seseorang bisa tersesat dalam agama, mengikuti pemimpin yang batil.
5. Membuka Maqam Wilayah Ruhani
Makrifat terhadap Hujjah (Imam Zaman) membuka jalan menuju maqam wilayah dan tawasul yang benar.
6. Menjadi Cahaya di Masa Ghaib
Di masa ghaibah Imam Mahdi (aj), doa ini menjaga cahaya wilayah dalam hati para pencari.
7. Membawa Ketenangan dan Keyakinan
Dengan mengenal Allah dan hujjah-Nya, hati menjadi tenteram, tak terguncang oleh dunia.
8. Menguatkan Hubungan Ruhani dengan Imam Zaman (aj)
Doa ini menjadi jembatan untuk tersambung dengan kehadiran ruhani Imam Mahdi (aj), meski dalam ghaib.
9. Menjadi Benteng Terhadap Syubhat
Doa ini menjaga dari penyesatan, pemalsuan iman, dan penyimpangan spiritual.
10. Meningkatkan Kesadaran Tauhid dan Fanā’
Ia membimbing ruh menuju peniadaan diri (fanā’) dan keberadaan dalam Allah (baqā’).
Doa Cahaya Makrifat
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورَ مَعْرِفَتِكَ، وَفِي نَفْسِي سِرَّ وِلَايَتِكَ، وَفِي رُوحِي أَثَرَ أَنْوَارِ حُجَّتِكَ، وَاجْعَلْنِي مِنْ أَهْلِ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالعارِفِينَ بِرَسُولِكَ وَوَصِيِّهِ.
Ya Allah, tanamkan dalam hatiku cahaya makrifat-Mu, dan dalam jiwaku rahasia wilayah-Mu. Jadikan dalam ruhku jejak cahaya hujjah-Mu. Jadikan aku termasuk orang yang memandang wajah-Mu, dan mengenal Rasul-Mu dan washī (wasi) Rasul-Mu.
1. Doa Memohon Makrifat Dzatullah
اَللَّهُمَّ اكْشِفْ لِي حِجَابَ نَفْسِي، حَتّى أَنْظُرَ إِلَيْكَ بِقَلْبِي، فَأَشْهَدَكَ فِي كُلِّ شَيْءٍ، وَلاَ أَرَى مَعَكَ غَيْرَكَ.
Ya Allah, singkapkan hijab diriku, hingga aku melihat-Mu dengan hatiku, menyaksikan-Mu dalam segala sesuatu, dan tak melihat selain-Mu.
2. Doa Tawasul Makrifat kepada Rasulullah (saw) اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِمَّنْ يَنْظُرُ إِلَى رَسُولِكَ بِنُورِكَ، وَيَسْمَعُ كَلاَمَهُ بِلُطْفِكَ، وَيَتَّبِعُهُ بِإِذْنِكَ.
Ya Allah, jadikan aku termasuk yang memandang Rasul-Mu dengan cahaya-Mu, mendengar sabdanya dengan kelembutan-Mu, dan mengikutinya dengan izin-Mu.
3. Doa Memohon Makrifat Imam Zaman (aj) اَللَّهُمَّ عَرِّفْنِي إِمَامَ زَمَانِي، وَثَبِّتْ قَدَمِي فِي طَاعَتِهِ، وَارْزُقْنِي نَظْرَةً رُوحِيَّةً إِلَيْهِ، وَاجْمَعْنِي بِهِ فِي دُنْيَايَ وَآخِرَتِي.
Ya Allah, kenalkan aku pada Imam zamanku, teguhkan kakiku dalam ketaatan kepadanya, anugerahkan padaku pandangan ruhani kepadanya, dan kumpulkan aku dengannya di dunia dan akhiratku.
4. Doa Memohon Makrifat Haqiqi
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي مَعْرِفَةً لَا يَنْقَطِعُ نُورُهَا، وَعَيْنًا لَا يَنْطَفِئُ ضِيَاؤُهَا، وَقَلْبًا لَا يُغَيِّرُهُ سِوَاكَ.
Ya Allah, anugerahkan padaku makrifat yang cahayanya tak pernah padam, pandangan yang sinarnya tak pernah surut, dan hati yang tak berubah selain kepada-Mu.
5. Doa Penyerahan Diri untuk Makrifat اَللَّهُمَّ خُذْ بِيَدِي إِلَى نُورِكَ، وَقُرْبِكَ، وَوِلاَيَةِ أَوْلِيَائِكَ، وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا.
Ya Allah, tuntun tanganku menuju cahaya-Mu, kedekatan-Mu, dan wilayah para wali-Mu. Jangan serahkan aku kepada diriku sendiri walau sekejap mata.
Munajat Para Pencapai Makrifat (Arifin)
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Ya Allah, limpahkanlah sholawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad.
Tuhanku, kelu lidah, untuk mencapai pujian-Mu yang layak dengan keagungan- Mu. Lesu akal untuk menyerap hakikat keindahan-Mu. Letih pandangan untuk menatap kebesaran wajah-Mu. Tidak Kau berikan pada segenap makhluk jalan untuk mencapai makrifat-Mu selain makrifat yang lemah.
Tuhanku, jadikan kami di antara mereka yang tertanam dalam hatinya yang seluruh kalbunya dirasuki gelora cinta-Mu.
Mereka berlindung pada sarang tafakkur, mereka merumput pada padang taqorrub dan mukasyafah (dengan usaha dapat melihat karunia-Mu dengan mata hati).
Mereka mereguk pancaran mata air mahabbah dengan gelas mulathofah, (merasakan nikmatnya bercinta pada Allah) mereka menempuh jalan-jalan kesucian.
Tirai telah tersingkap dari bashiroh (matahati) mereka, kegelapan syak telah tersingkir dari aqidah mereka.
Sudah hilang guncangan keraguan dari kalbu dan nurani mereka karena kebenaran makrifat.
Lega dada mereka menjulang himmah (keinginan) mereka untuk meraih kebahagiaan dalam kesederhanaan, lezat minumannya dalam istana mu’amalah.
Indah nuraninya dalam majlis kerinduan. Sejuk hatinya dalam tempat ketakutan. Tenteram jiwanya saat kembali ke Robbul Arbâb, yakin arwahnya untuk meraih bahagia dan keberhasilan.
Bahagia hatinya dalam memandang kekasihnya, tetaplah keteguhannya dalam mencapai cita dan dambanya. Beruntung dagangannya dalam menjual dunia untuk akhiratnya.
Tuhanku, Alangkah lezatnya getar ilham dalam hati karena mengingat-Mu. Alangkah manisnya perjalanan menuju-Mu, dalam jalan-jalan kegaiban karena kenangan pada-Mu.Betapa sedapnya rasa cinta-Mu. Betapa nikmatnya minuman qurbah-Mu. Jangan Engkau campakkan dan jangan Engkau jauhi kami. Jadikan kami yang paling istimewa, di antara pengenal-Mu, yang paling saleh di antara hamba-Mu, yang paling tulus di antara orang yang mentaati- Mu, yang paling ikhlas dalam mengabdi-Mu.
Wahai Yang Maha besar. Wahai Yang Mahaagung. Wahai Yang Maha Pemurah Wahai Penberi rahmat dan karunia Wahai Yang Paling Pengasih dari segala yang mengasihi, Ya Arhamar Rôhimîn.
Comments (0)
There are no comments yet