Makna Menjauhi Maksiat🌺Doa Imam Zaman afs (2)

Supa Athana - Entertainment
06 May 2025 08:07
Makna jauh dari maksiat berarti dekat dengan kesehatan jiwa dan keberuntungan.
Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Makna dan penghayatan dari ungkapan: “وَبُعْدَ الْمَعْصِيَّةِ”
(wa bu‘dal ma‘ṣiyyah)
“dan jauhnya dari maksiat”
1. Terhindar dari Perbuatan Dosa
Maknanya secara langsung adalah perlindungan dari terjerumus ke dalam dosa, baik besar maupun kecil.
2. Jauh dari Lingkungan yang Mendorong Maksiat
Bukan hanya perbuatannya, tetapi juga lingkungan, pergaulan, dan suasana yang menjerumuskan ke dalam maksiat.
3. Hati yang Membenci Dosa
Bukan sekadar tidak melakukannya, tapi juga muncul rasa jijik dan takut terhadap maksiat dalam hati.
4. Mendapat Penjagaan Ilahi
Makna spiritualnya adalah dikelilingi oleh penjagaan Allah sehingga langkah dan pikiran selalu berada di jalur ketaatan.
5. Bersihnya Pandangan dan Pikiran
Jauh dari maksiat juga berarti bersihnya pandangan (bashar) dan pikiran (fikr) dari hal-hal yang mengundang dosa.
6. Kekuatan Ruhani untuk Menahan Diri
Mengandung makna adanya kekuatan ruhani (mujahadah) untuk menahan hawa nafsu yang mengajak kepada dosa.
7. Terhindar dari Akibat Maksiat
Yaitu selamat dari kegelapan hati, tertutupnya pintu hidayah, dan kehinaan yang merupakan buah maksiat.
8. Menjauhi Maksiat Lahir dan Batin
Bukan hanya maksiat fisik seperti zina atau mencuri, tapi juga batin seperti riya’, hasad, takabur, dan ujub.
9. Konsisten dalam Taubat
Maknanya juga bisa mencakup selalu berada dalam keadaan taubat dan menyesali dosa-dosa masa lalu.
10. Kedekatan dengan Allah
Karena jauhnya dari maksiat adalah syarat utama untuk dekat kepada Allah — karena maksiat menjauhkan hamba dari Tuhan-Nya.
 
Makna “وَبُعْدَ الْمَعْصِيَّةِ” (dan jauhnya dari maksiat) menurut Al-Qur’an, berdasarkan ayat-ayat yang menjelaskan dampak, perintah, dan hasil menjauhi maksiat:
1. Maksiat Menjauhkan dari Rahmat Allah; QS Al-Baqarah: 276
‎وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ”
Allah tidak menyukai orang yang terus-menerus kafir dan berdosa.
Makna: Menjauhi maksiat berarti mendekat pada cinta dan rahmat Allah.
2. Maksiat Menggelapkan Hati;
QS Al-Mutaffifin: 14
‎كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ”Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan telah menutupi hati mereka.
Makna: Menjauhi maksiat menjaga hati tetap bersih dan peka terhadap kebenaran.
3. Maksiat Menyebabkan Jauh dari Petunjuk; QS Al-A’raf: 146
‎سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ”Aku akan palingkan dari ayat-ayat-Ku orang yang sombong di bumi tanpa hak.
Makna: Sifat maksiat seperti kesombongan membuat seseorang berpaling dari hidayah.
4. Orang Bertakwa Menjauhi Dosa Besar; QS An-Najm: 32
‎الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ”
Orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan kecil.
Makna: Menjauhi maksiat adalah sifat utama orang bertakwa.
5. Menjauhi Maksiat Mendatangkan Ampunan; 
QS Az-Zumar: 53
‎إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا…”Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa…
Makna: Jauhnya seseorang dari maksiat membuka jalan taubat dan ampunan.
6. Maksiat Membawa Kehinaan di Dunia dan Akhirat; 
QS Al-Baqarah: 85
‎أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ… وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ”
… dan di Hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat.
Makna: Maksiat mengundang kehinaan abadi.
7. Hati yang Takut Kepada Allah Menjauhi Maksiat; QS Al-Mulk: 12
‎إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِالْغَيْبِ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ”
Orang yang takut kepada Tuhannya di saat tak terlihat, bagi mereka ampunan dan pahala besar.
Makna: Jauhnya dari maksiat adalah tanda takut kepada Allah.
8. Menjauhi Maksiat Menyebabkan Ketenangan Jiwa; QS Ar-Ra’d: 28
‎الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ…
Hati menjadi tenang dengan mengingat Allah.
Makna: Orang yang jauh dari maksiat hatinya lebih mudah meraih ketenangan.
9. Maksiat Menghalangi Doa dan Rezeki; QS Nuh: 10-12
‎فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ … يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا…”
Bertaubatlah kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan limpahkan hujan dan rezeki.
Makna: Menjauhi maksiat mendatangkan keberkahan duniawi.
10. Menjauhi Maksiat adalah Jalan Lurus; QS Al-Fatihah: 6–7
‎اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ … غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ”
Tunjukilah kami jalan yang lurus… bukan jalan orang dimurkai.
Makna: Jalan lurus adalah menjauhi maksiat dan mengikuti kebenaran.
 
Makna “وَبُعْدَ الْمَعْصِيَّةِ” (dan jauhnya dari maksiat) menurut hadis Nabi Muhammad (saw) :
1. Maksiat Menghalangi Ilmu
Rasulullah (saw):
‎إن العبد ليُحرم الرزق بالذنب يصيبه.
Sesungguhnya seorang hamba bisa terhalang dari rezeki karena dosa yang ia lakukan.”(HR Ibn Majah)
Makna: Maksiat menghalangi rezeki lahir dan batin, termasuk ilmu. Menjauhinya membuka pintu makrifat.
2. Maksiat Menggelapkan Hati
Imam Ja’far ash-Shadiq (as):
‎ما من شيء أفسد للقلب من خطيئة، 
‎إن القلب ليواقع الخطيئة فلا تزال به 
‎حتى يغلب عليه فيصير أعلاه أسفله.”
“Tak ada yang lebih merusak hati dari maksiat. Hati yang berbuat dosa terus-menerus akan tertutup hingga terbalik—atasnya jadi bawah.”
(Al-Kāfī, jil. 2, hlm. 273)
Makna: Menjauhi maksiat menjaga kejernihan qalbu.
3. Maksiat Menjauhkan dari Allah
Rasulullah (saw): 
‎من عصى الله فقد بعد.”
Siapa yang bermaksiat kepada Allah, maka ia telah menjauh (dari-Nya).”Makna: Jauhnya seseorang dari maksiat adalah mendekat kepada Allah.
4. Tanda Cinta Adalah Menjauhi Maksiat; Imam Ali (as):
‎حب الله سُبحانهُ نورٌ في القلب، لا يأنس إلى معصيته.”
Cinta kepada Allah adalah cahaya dalam hati; tidak akan tenang dengan maksiat kepada-Nya.
(Ghurar al-Hikam)
Makna: Orang yang mencintai Allah secara hakiki akan menjauhi maksiat.
5. Maksiat Membawa Bencana
Rasulullah (saw):
‎إذا ظهرت المعاصي في أمتي عمهم الله بعذاب من عنده.”
Jika maksiat telah merajalela di tengah umatku, Allah akan menimpakan azab dari sisi-Nya.”
(HR Ahmad)
Makna: Menjauhi maksiat adalah penjagaan dari azab kolektif.
6. Maksiat Memutuskan Hubungan Spiritual; Imam Zain al-Abidin (as):
‎ما من قطرة أحبّ إلى الله من قطرتين: قطرة دمٍ في سبيل الله، وقطرة دمعة من خشية الله، وإنّ المعصية لتحجب الدعاء.
Tiada tetesan yang lebih dicintai Allah selain: darah di jalan-Nya dan air mata karena takut pada-Nya. Sesungguhnya maksiat menghalangi doa.”(Bihār al-Anwār, 70/236)
Makna: Menjauhi maksiat membuka jalan doa dan hubungan spiritual.
7. Menjauhi Maksiat Adalah Bentuk Zuhud; Imam Ali (as):
‎الزهد كله بين كلمتين من القرآن: لكيلا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما آتاكم.”
Zuhud itu seluruhnya ada dalam dua kata dari Al-Qur’an: tidak bersedih atas apa yang luput, dan tidak berbangga dengan apa yang diberi.
(Nahjul Balaghah, Hikmah 439)
Makna: Zuhud sejati termasuk menjauhi maksiat dan dunia yang fana.
8. Maksiat Melemahkan Jiwa
Imam al-Baqir (as):
‎ما من عبد أذنب ذنباً وهو ضاحك إلا دخل النار وهو باكٍ.”
Tak ada seorang pun yang bermaksiat sambil tertawa kecuali ia akan masuk neraka dalam keadaan menangis.”
(Wasā’il al-Shī‘ah, 11/346)
Makna: Menjauhi maksiat menjaga martabat dan kekuatan spiritual.
9. Orang Bertakwa Adalah yang Menjauhi Maksiat; 
Rasulullah (saw):
‎اتقِ المحارم تكن أعبد الناس.
Jauhilah hal-hal haram, niscaya engkau menjadi hamba yang paling taat.”(HR Tirmidzi)
Makna: Inti ibadah adalah meninggalkan maksiat.
10. Menjauhi Maksiat Adalah Jalan Keselamatan. Imam Ali (as):
‎من ترك المعصية نال العافية.
Siapa yang meninggalkan maksiat, ia akan memperoleh keselamatan.
(Ghurar al-Hikam)
Makna: Jauh dari maksiat berarti dekat dengan kesehatan jiwa dan keberuntungan.
 
Makna “وَبُعْدَ الْمَعْصِيَّةِ” (dan jauhnya dari maksiat) menurut hadis Ahlul Bayt (as), berdasarkan riwayat-riwayat yang bersumber dari para Imam suci:
1. Maksiat Menutupi Cahaya Hati
Imam Ja‘far al-Shadiq (as):
‎إذا أذنب الرجل خرج في قلبه نكتة سوداء، فإن تاب انمحت، وإن زاد زادت حتى تغلب على قلبه فلا يفلح بعدها أبداً.”
Ketika seseorang berdosa, muncul titik hitam di hatinya. Jika ia bertobat, titik itu hilang. Jika ia mengulanginya, titik itu membesar hingga menutupi hatinya, dan ia tidak akan beruntung setelah itu.”(Al-Kāfī, jil. 2, hlm. 273)
Makna: Menjauhi maksiat menjaga hati tetap bersinar dan bersih.
2. Maksiat Mengusir Rahmat Allah
Imam Ali (as):
‎المعصية تُبعد القلوب من ربّ العالمين، وتحجب الدعاء من الإجابة.”
Maksiat menjauhkan hati dari Tuhan semesta alam dan menghalangi terkabulnya doa.”(Ghurar al-Hikam)
Makna: Jauh dari maksiat adalah mendekat pada rahmat dan kasih sayang Ilahi.
3. Maksiat Menghalangi Cahaya Hikmah; Imam al-Baqir (as):
‎ما من شيءٍ أفسد للقلب من خطيئةٍ يُواقعها، فإنها لتُورث الظُّلمة، وتُبعد الحكمة.”
“Tak ada yang lebih merusak hati dari dosa yang dilakukan. Dosa itu melahirkan kegelapan dan menjauhkan hikmah.””Bihār al-Anwār, jil. 70, hlm. 58)
Makna: Orang yang menjauhi maksiat lebih dekat pada hikmah dan makrifat.
4. Maksiat Menjauhkan dari Wilayah Ahlul Bayt
Imam al-Sadiq (as):
‎شيعتنا من أطاع الله، ومن عصى الله فليس منّا.”
“Syiah kami adalah yang taat kepada Allah. Siapa yang bermaksiat kepada-Nya, maka ia bukan dari golongan kami.”
(Al-Kāfī, jil. 2, hlm. 75)
Makna: Menjauhi maksiat adalah syarat kebersatuan spiritual dengan Ahlul Bayt.
5. Maksiat Menjadikan Hati Mati
Imam Ali (as):
‎كثرة الذنوب تميت القلوب.”
“Banyaknya dosa mematikan hati.
(Nahjul Balaghah, Hikmah 242)
Makna: Jauh dari maksiat adalah hidupnya hati dalam kepekaan ruhani.
6. Maksiat Mempercepat Turunnya Bala; Imam Ali (as):
‎إذا ظهرت المعاصي قلّ الوقاء.”
“Jika maksiat tersebar, maka perlindungan pun berkurang.”
(Nahjul Balaghah, khutbah 117)
Makna: Menjauhi maksiat adalah perlindungan dari bencana dunia dan akhirat.
7. Maksiat Membuat Hati Keras
Imam al-Sadiq (as):
‎ما جفّت الدموع إلا لقسوة القلوب، وما قست القلوب إلا لكثرة الذنوب.”
Air mata tak mengalir kecuali karena kerasnya hati, dan hati mengeras karena banyaknya dosa.”
(Bihār al-Anwār, 70/66)
Makna: Menjauhi maksiat melembutkan hati dan membawa tangisan khusyu’.
8. Maksiat Menghalangi Kecintaan Allah; Imam Ali (as):
‎لا يجتمع حب الله وحب المعصية في قلبٍ واحد.”
Cinta kepada Allah dan cinta kepada maksiat tidak akan berkumpul dalam satu hati.”(Ghurar al-Hikam)
Makna: Menjauhi maksiat adalah bukti cinta sejati kepada Allah.
9. Maksiat Menghapus Amal
Imam al-Sadiq (as):
‎المعصية بعد الطاعة كالسيف في الماء، والطاعة بعد المعصية كالسيف في الحليب.”
Maksiat setelah taat seperti pedang dicelupkan ke air—tajamnya hilang. Taat setelah maksiat seperti pedang dicelupkan ke susu—tajamnya tetap.
(Bihār al-Anwār, 70/295)
Makna: Menjauhi maksiat menjaga efektivitas amal.
10. Menjauhi Maksiat Adalah Hakikat Taqwa; Imam Ali (as):
‎التقوى اجتناب المحارم.”
“Taqwa adalah menjauhi hal-hal yang diharamkan.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 229)
Makna: Orang bertaqwa sejati adalah yang menjauhi maksiat sepenuh hati.
 
Makna “وَبُعْدَ الْمَعْصِيَّةِ” (dan jauhnya dari maksiat) menurut para mufasir Al-Qur’an, khususnya dari kalangan mufasir Syiah dan ahli hakikat, berdasarkan tafsir ayat-ayat yang terkait dengan pengaruh maksiat terhadap ruh dan hubungan dengan Allah:
1. Maksiat Membuat Tirai Antara Hamba dan Allah
Tafsir: Surah al-Mutaffifīn (83):14
‎كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak! Bahkan telah tertutup hati mereka oleh apa yang mereka kerjakan.”
Mufasir: Allamah Thabathaba’i (Tafsir al-Mīzān):
Makna “رَانَ” adalah karat spiritual akibat dosa. Menjauhi maksiat adalah menjaga kejernihan hati agar tidak terhijab dari cahaya Allah.
2. Maksiat Menurunkan Derajat Ruhani Manusia; Tafsir: Surah al-A‘rāf (7):179; لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا …”
Mufasir: Tafsir al-Tustari:
Maksiat menurunkan manusia dari maqam kesadaran ruhani menjadi hewani, karena ia kehilangan fungsi qalb yang mampu “faham hakikat”.
3. Maksiat Menghalangi Hidayah Ilahi; Tafsir: Surah al-Baqarah (2):2
‎ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Petunjuk bagi orang yang bertakwa.”
Mufasir: Thabarsi (Majmaʿ al-Bayan): Taqwa adalah menjauhi maksiat. Hanya mereka yang menjauhi maksiat yang dapat memahami petunjuk Al-Qur’an secara batin.
4. Maksiat Menjadi Sebab Kehinaan di Dunia dan Akhirat
Tafsir: Surah Tāhā (20):124
‎وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَة ضَنكًا…”
Mufasir: Allamah Thabathaba’i:
Yang berpaling dari dzikir (taat), termasuk karena maksiat, akan hidup dalam kesempitan batin—ini adalah kehinaan batiniah.
5. Menjauhi Maksiat Adalah Jalan Menuju Ma‘rifat Allah
Tafsir: Surah al-Ankabūt (29):69
‎وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا…”
Mufasir: Tafsir al-Mahalli (Syiah Irfani): Jihad melawan hawa nafsu dan maksiat adalah jalan utama untuk dibukakan “sulūk” menuju Allah.
6. Maksiat Menggugurkan Amal
Tafsir: Surah al-Kahfi (18):103–104 الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ…”
Mufasir: Fakhr al-Muhaqqiqīn:
Orang yang bermaksiat dan tetap merasa dirinya berbuat baik, amalnya tertolak karena kegelapan dosa menutupi hakikat amal.
7. Menjauhi Maksiat Membuka Hijab Ruhani
Tafsir: Surah al-Baqarah (2):257
‎ “اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُم…”
Mufasir: Sayyid Haidar Amuli:
Cahaya Allah hanya dapat dirasakan oleh ruh yang bersih dari maksiat. Hakikat wilayah Ilahiah muncul bila hijab-hijab maksiat disingkirkan.
8. Maksiat Adalah Penjauh dari Taman Kedekatan Ilahi
Tafsir: Surah al-Tahrīm (66):8
‎يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا…”
Mufasir: Imam Khomeini (adab al-salat): Taubat sejati adalah berpaling total dari maksiat, bukan sekadar lisan. Orang yang bersih dari maksiat akan masuk ke taman qurb Ilahi.
9. Maksiat Melemahkan Bashirah dan Basirah
Tafsir: Surah Qāf (50):22
‎ “لَّقَدْ كُنتَ فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَـٰذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَاءَكَ…”
Mufasir: Syekh Jawadi Amuli:
Maksiat menjadikan manusia buta secara batin. Menjauhi maksiat berarti membersihkan hijab yang menutupi mata batin.
10. Jauh dari Maksiat Adalah Sifat Ulul Albab
Tafsir: Surah Āli ‘Imrān (3):190–191
‎ “إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ … لِأُولِي الْأَلْبَابِ”
Mufasir: Allamah Thabathaba’i:
Ulul albab adalah mereka yang merenung, berzikir, dan menjauhi segala bentuk kelalaian (maksiat). Kedekatan kepada Allah diperoleh melalui hidup spiritual yang bersih.
 
Makna “وَبُعْدَ الْمَعْصِيَّةِ” (dan jauhnya dari maksiat) menurut ahli makrifat dan hakikat,
1. Maksiat adalah Hijab Antara Ruh dan Hadirat Ilahi
Menurut Sayyid Haidar Amuli, maksiat bukan sekadar pelanggaran syariat, tetapi tabir (hijab) yang menutup ruh dari menyaksikan kehadiran Allah. Menjauhi maksiat adalah syarat pertama suluk (perjalanan ruhani).
2. Jauh dari Maksiat Adalah Wujud Cinta Sejati kepada Allah
Menurut Imam Khomeini dalam Adabus Salat, orang yang benar-benar mencintai Allah akan merasa jijik terhadap maksiat karena ia memutus hubungan dengan Kekasih.
“Al-ma‘ṣiyah tu‘addi ilā inqiṭā‘ al-maḥbūb ‘an al-‘āshī.”
3. Maksiat Mematikan Rasa Kehadiran Ilahi (Hudhūr)
Ayatullah Bahjat berkata: “Kullu ma‘ṣiyatin tatruku al-ẓulmah fī al-qalb.”; Setiap maksiat meninggalkan kegelapan yang menghalangi rasa hadirat Allah dalam hati.
4. Menjauhi Maksiat Adalah Jalan Menuju Futūḥ Ruhani
Menurut Imam Ja‘far al-Shadiq (as) dalam riwayat irfani:Lā yajidu ‘abdun ṭa‘ma al-‘ibādah ḥattā yatrauka al-ma‘āṣī.”Hamba tidak akan merasakan nikmat ibadah hingga meninggalkan maksiat.
5. Maksiat Menghalangi Sir (rahasia batin) dari Tajalli
Menurut Mulla Sadra, dalam Asfar, maksiat menutup jalur tajalliyāt (penampakan sifat Ilahi) kepada hati. Jauh dari maksiat berarti membuka ruang bagi cahaya tajalli.
6. Maksiat Adalah Penjara Bagi Ruh yang Hendak Terbang ke Langit Kedekatan
Menurut Syekh Rajab al-Bursi, maksiat menjadikan ruh berat dan tidak dapat naik ke langit makrifat. Orang yang menjauhi maksiat akan ringan ruhnya dalam perjalanan irfani.
7. Menjauhi Maksiat Adalah Permulaan Tazkiyah al-Nafs
Menurut Sayyid Ibn Thawus, pemurnian diri (tazkiyah) dimulai dengan “muraqabah” terhadap maksiat tersembunyi dalam niat dan lintasan hati.
8. Maksiat adalah Penutup Mata Batin (Basirah)
Menurut para arif seperti al-Kashani dan Najm al-Din Kubra, basirah tidak akan terbuka selagi maksiat dibiarkan tumbuh, bahkan dalam bentuk kecil atau lintasan.
9. Orang yang Jauh dari Maksiat, Dekat dengan Nafas Rahmat Allah
Menurut Allamah Thabathaba’i, dalam jalan makrifat, semakin seseorang menjauhi maksiat, semakin terasa nafahat (hembusan) rahmat Ilahi yang menyelimuti ruhnya.
10. Maksiat Menggugurkan Taufiq, dan Itu Adalah Bencana Ruhani
Menurut para arifin, termasuk Imam al-Sajjad (as) dalam Munajat al-Ta’ibīn:”Bi-ḥurma al-ma‘ṣiyah suḥibna ḥirmān al-tawfīq.” Karena maksiat, kami dijauhkan dari taufiq Ilahi. Jauh dari maksiat berarti dekat dengan bantuan Allah dalam jalan makrifat.
 
Kisah dan cerita yang mencerminkan makna “وَبُعْدَ الْمَعْصِيَّةِ” (menjauh dari maksiat), berdasarkan perspektif para arif dan ahli makrifat Syiah:
1. Kisah Nabi Yusuf (as) dan Zulaikha; Nabi Yusuf menjauh dari maksiat meskipun digoda dalam kondisi tertutup. Ia lebih memilih dipenjara daripada mendekati dosa, menunjukkan bahwa kedekatan dengan Allah lebih manis daripada kenikmatan sesaat.
2. Imam Ali Zainal Abidin (as) di malam ibadah; Diriwayatkan beliau sering menangis dalam munajatnya karena takut pada maksiat kecil sekalipun. Beliau menyebut maksiat sebagai hijab antara hamba dan Allah.
3. Doa Abu Hamzah al-Thumali ; Dalam doa ini, Imam Sajjad (as) menyampaikan bahwa dosa menjauhkan hamba dari cahaya makrifat dan menyebabkan kehilangan keintiman dengan Tuhan. Ini menunjukkan jauhnya maksiat adalah syarat kedekatan.
4. Imam Ja’far Shadiq (as) dan muridnya; Beliau menegaskan bahwa dosa itu seperti tirai gelap yang menutup hati; siapa yang menjauhinya akan melihat cahaya hakikat.
5. Kisah Harun ar-Rasyid dan Bahlool; Bahlool menegur khalifah agar menjauhi kemewahan yang membawa maksiat. Ia berkata, “Bertemanlah dengan tanah agar kamu tidak terjerumus dalam dosa dari langit dunia.”
6. Kisah Arif Syiah, Sayyid bin Thawus; Ia pernah berkata, “Aku tidak takut pada siksa-Nya sebanyak aku takut jika dijauhkan dari-Nya akibat maksiat.”
7. Doa Kumayl – Imam Ali (as) ; Dalam doa ini, Imam berkata: “Bagaimana aku akan sabar bila dijauhkan dari pandangan-Mu?” Ini menunjuk bahwa maksiat adalah penyebab keterasingan dari rahmat-Nya.
8. Imam Musa al-Kazhim (as) di penjara; Beliau memanfaatkan waktu penjara untuk menjauh dari dunia dan maksiat, menjadikannya tempat kedekatan dengan Allah.
9. Kisah sufi Syiah, Qadhi Nurullah Syushtari; Dalam zikir dan makrifatnya, ia menyebut bahwa menjauhi maksiat adalah jalan menembus hijab-hijab kegelapan untuk meraih cahaya tauhid.
10. Sayyid Ali Qadhi Tabrizi dan muridnya; Ia pernah berkata kepada muridnya: “Jika kau ingin meraih makrifat dan kasyf, maka jauhilah maksiat, karena ia seperti asap yang menutupi cermin qalbu.”
 
Manfaat menjauh dari maksiat (وَبُعْدَ الْمَعْصِيَّةِ) beserta doa-doa yang berkaitan dari ajaran Ahlul Bayt dan para arif:
1. Mendekatkan diri kepada Allah (قرب إلهي)
Setiap maksiat adalah hijab, dan menjauhinya membuka jalan kehadiran-Nya.
2. Membuka cahaya hati (نور القلب)
Hati yang tidak ternoda maksiat akan menjadi tempat turun cahaya makrifat.
3. Menjernihkan akal dan intuisi ruhani (صفاء البصيرة)
Akal menjadi tajam dan mampu membedakan kebenaran dengan jelas.
4. Diperoleh rasa manis ibadah (حلاوة الطاعة)
Ibadah terasa nikmat jika tidak dikotori dosa.
5. Dijaga oleh Allah dalam kesendirian
Orang yang menjaga diri di saat tidak dilihat manusia, dijaga oleh Allah.
6. Dimudahkan memperoleh ilmu hakikat (علم لدني)
Seperti disebut Imam Shadiq (as): “Ilmu tidak diberikan kepada pelaku maksiat.”
7. Membuka pintu makrifat dan kasyf
Arif Syiah seperti Sayyid Ali Qadhi berkata: “Kasyf tidak diberikan kecuali pada yang menjaga pandangan dan perbuatan.”
8. Menumbuhkan khusyuk dalam salat
Maksiat membuat hati lalai; menjauhinya menumbuhkan kekhusyukan.
9. Menarik keberkahan dalam hidup
Dosa adalah penghalang rezeki dan keberkahan; menjauhinya membuka pintu berkah.
10. Menjadi kekasih Allah (محبوب الله); Dalam hadis qudsi: “Hambaku yang meninggalkan maksiat karena Aku, maka Aku akan menggantikannya dengan cinta-Ku.”
 
Manfaat Surat Al-Ikhlas; 
1. Dari Ali (a.s), ia berkata:
Rasulullah (s.a.w) bersabda: Barangsiapa yang salat Subuh, lalu sebelum berbicara membaca surat Qul Huwallāhu Aḥad sebanyak sebelas kali, maka pada hari itu ia tidak akan terkena dosa, dan ia akan dilindungi dari setan.
2. Dari Ibnu Abbas, ia berkata:
Rasulullah (s.a.w) bersabda: Barangsiapa yang membaca surat Qul Huwallāhu Aḥad sepuluh kali setiap selesai salat wajib, maka Allah akan menetapkan untuknya keridhaan dan ampunan-Nya.
3. Dari al-Barā’ bin ‘Āzib, secara marfū’:”Barangsiapa membaca Qul Huwallāhu Aḥad seratus kali setelah salat Subuh sebelum berbicara kepada siapa pun, maka pahala amalnya akan diangkat seperti amal lima puluh orang shiddiq (sangat jujur dan saleh).
4. Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Barangsiapa salat dua rakaat, lalu membaca di dalamnya surat Qul Huwallāhu Aḥad tiga puluh kali, maka dibangunkan untuknya seribu istana emas di surga.
Dan barangsiapa membacanya di luar salat, maka dibangunkan seratus istana di surga.
Dan barangsiapa membacanya ketika masuk ke rumahnya, maka keluarga dan tetangganya akan mendapat kebaikan dari surat itu.
5. Dari ‘Ubaidullah bin ‘Amr, bahwa Abu Ayyub sedang berada dalam sebuah majelis dan berkata: “Tidakkah salah satu dari kalian sanggup bangun malam dan membaca sepertiga Al-Qur’an setiap malam?”
Mereka bertanya: “Adakah orang yang mampu melakukan itu?”
Ia berkata: “Sesungguhnya surat Qul Huwallāhu Aḥad adalah sepertiga Al-Qur’an.”
Maka datanglah Nabi (s.a.w) dan mendengar ucapan Abu Ayyub, lalu beliau bersabda:”Abu Ayyub benar.”
 
Doa-Doa Menjauh dari Maksiat
1. Doa Imam Sajjad (as) – Sahifah Sajjadiyah, sebagian Doa ke-39
‎ اللَّهُمَّ قَوِّنِي فِيهِ عَلَى إِقَامَةِ أَمْرِكَ، وَ أَذِقْنِي فِيهِ حَلاَوَةَ ذِكْرِكَ، وَ أَوْزِعْنِي فِيهِ لِأَدَاءِ شُكْرِكَ بِكَرَمِكَ، وَ احْفَظْنِي فِيهِ بِحِفْظِكَ وَ سِتْرِكَ، يَا أَبْصَرَ النَّاظِرِينَ
“Ya Allah, kuatkanlah aku untuk menegakkan perintah-Mu, dan rasakan padaku manisnya zikir kepada-Mu, dan ilhamkan aku untuk bersyukur kepada-Mu, serta jagalah aku dengan penjagaan-Mu.”
2. Doa Abu Hamzah al-Thumali
‎ اللّهُمَّ لا تُؤدِّبْني بِعُقوبَتِكَ، وَلا تَمْكُرْ بي فِي حِيلَتِكَ، مِنْ أَيْنَ لِيَ الْخَيْرُ يا رَبِّ وَلا يُوجَدُ إلاّ مِنْ عِنْدِكَ؟ وَمِنْ أَيْنَ لِيَ النَّجاةُ وَلا تُسْتَطاعُ إلاّ بِكَ؟
“Ya Allah, jangan Engkau didik aku dengan siksa-Mu. Dari mana aku bisa memperoleh kebaikan selain dari-Mu? Dan bagaimana aku bisa selamat kecuali dengan-Mu?”
3. Doa Ringkas dari Arifin
‎ اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنْ كُلِّ مَا يُبْعِدُنِي عَنْكَ، وَاقْطَعْنِي عَنِ الذُّنُوبِ كَمَا قَطَعْتَ الْأَحْبَابَ لِقُرْبِكَ
“Ya Allah, sucikan hatiku dari segala hal yang menjauhkanku dari-Mu, dan putuskan diriku dari dosa sebagaimana Engkau menarik para kekasih-Mu untuk dekat dengan-Mu.”
 
 Doa Memohon Maaf atas Perbuatan Jelek pada Manusia dan Kekurangan dalam Memenuhi Hak-hak mereka
Doa Imam Ali bin Husein Zainal Abidin Assajjad as.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ 
وَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
1, اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ مِنْ مَظْلُومٍ 
ظُلِمَ بِحَضْرَتِي فَلَمْ أَنْصُرْهُ‏
2, وَ مِنْ مَعْرُوفٍ أُسْدِيَ إِلَيَّ فَلَمْ أَشْكُرْهُ
3, وَ مِنْ مُسِي‏ءٍ اعْتَذَرَ إِلَيَّ فَلَمْ أَعْذِرْهُ‏
4, وَ مِنْ ذِي فَاقَةٍ سَأَلَنِي فَلَمْ أُوثِرْهُ
5, وَ مِنْ حَقِّ ذِي حَقٍّ لَزِمَنِي لِمُؤْمِنٍ 
فَلَمْ أُوَفِّرْهُ‏
6, وَ مِنْ عَيْبِ مُؤْمِنٍ ظَهَرَ لِي فَلَمْ أَسْتُرْهُ
7, وَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ عَرَضَ لِي فَلَمْ أَهْجُرْهُ‏
أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ - يَا إِلَهِي - مِنْهُنَّ وَ مِنْ نَظَائِرِهِنَّ اعْتِذَارَ نَدَامَةٍ يَكُونُ وَاعِظاً لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنْ أَشْبَاهِهِنَ‏ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ اجْعَلْ نَدَامَتِي عَلَى مَا وَقَعْتُ فِيهِ مِنَ الزَّلاَّتِ‏
وَ عَزْمِي عَلَى تَرْكِ مَا يَعْرِضُ لِي مِنَ السَّيِّئَاتِ تَوْبَةً تُوجِبُ لِي مَحَبَّتَكَ يَا مُحِبَّ التَّوَّابِينَ‏
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 
Ya Allah curahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, 
1, Ya Allah daku mohon ampun kepada-Mu dihadapanku ada orang yang dizalimi aku tidak menolongnya, 
2, Kepadaku ada orang berbuat baik aku tidak berterima kasih kepadanya, 
3, orang bersalah sudah meminta maaf kepadaku aku tidak memaafkannya, 
4, orang susah memohon bantuan kepadaku aku tidak menghiraukannya,
5, Ada hak orang mukmin dalam diriku aku tidak memenuhinya, 
6, Tampak didepanku aib Mukmin, aku tidak menyembunyikannya, 
7, dihadapkan kepadaku dosa, aku tidak menghindarinya, 
Ilahi aku mohon ampun dari semua kejelekan itu  dan yang sejenis dengan itu Daku sungguh menyesal, 
Biarlah itu menjadi peringatan 
agar aku tidak berbuat yang sama sesudahnya, Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, Penyesalanku atas segala kemaksiatan,Tekadku untuk meninggalkan kedurhakaan, Jadikan itu semua taubat 
yang menarik kecintaan-Mu. 
Duhai Dzat yang mencintai orang-orang yang bertaubat
 
Munajat Orang Yang Bertaubat
 
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. 
Ya Allah, limpahkanlah sholawat atas Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.  
Tuhanku, kesalahan telah menutupku dengan pakaian kehinaan,  perpisahan dari-Mu telah membungkusku dengan jubah kerendahan. Besarnya dosaku telah mematikan hatiku. hidupkan daku dengan ampunan-Mu, wahai Cita dan dambaku. Wahai ingin dan harapku. 
 
Demi Keagungan-Mu, tidak kudapatkan pengampunan dosaku selain-Mu. Tidak kulihat penyembuh lukaku selain-Mu. Daku pasrah berserah pada-Mu, daku tunduk bersimpuh pada-Mu. Jika Kau usir daku dari pintu-Mu, kepada siapa lagi daku bernaung. Jika Kau tolak daku dari sisi-Mu, kepada siapa lagi daku berlindung. Celaka sudah diriku, lantaran aib dan celaku, 
malang benar daku karena kejelekan dan kejahatanku. 
 
Daku bermohon pada-Mu,  wahai pengampun dosa yang besar, wahai Penyembuh Tulang yang patah. Anugerahkan padaku penghancur dosa, tutuplah untukku pembongkar cela. Jangan lewatkan aku - di hari kiamat dari sejuknya ampunan dan magh-firah-Mu,  jangan tinggalkan daku dari indahnya maaf dan penghapusan-Mu. 
 
Ilahi, naungi dosa-dosaku dengan awan rahmat-Mu. curahi cela-celaku dengan hujan kasih-Mu. 
 
Ilahi, kepada siapa lagi hamba yang lari kecuali pada mawla-Nya,  adakah selain Dia yang melindunginya dari murka-Nya. 
 
Ilahi, sekiranya sesal atas dosa itu taubat, sungguh, demi keagungan-Mu, daku ini orang yang menyesal. 
Sekiranya istighfar itu penghapus dosa, sungguh, kepada-Mu daku ini beristighfar, terserah pada-Mu jua (Kecamlah daku sampai Kau ridho). 
 
Ilahi, dengan kodrat-Mu ampuni daku. Dengan kasih-Mu maafkan daku. Dengan ilmu-Mu sayangi daku. 
 
Ilahi, Engkaulah yang membuka pintu menuju maaf-Mu, - kepada hamba-hamba-Mu, Kau namai itu taubat Engkau berfirman: "Bertaubatlah taubat nashuha!", Apa alangan orang yang lalai memasuki pintu itu  - setelah terbuka.
 
Ilahi, jika jelek dosa dari hamba-Mu, baikkanlah maaf dari sisi-Mu. 
 
Ilahi, daku bukan yang pertama membantah-Mu dan Kaumaafkan dan menolak nikmat-Mu tetap Kaukasihi. 
 
Wahai yang menjawab pengaduan orang yang berduka. Wahai pelepas derita. Wahai penabur karunia.  Wahai Yang Maha Mengetahui rahasia. Wahai Yang Paling Indah dalam menutup cela. 
 
Daku memohon pertolongan, dengan karunia dan kebaikan-Mu. Daku bertawassul, dengan kemuliaan dan kasih-Mu. Perkenankan doaku 
jangan kecewakan harapanku, 
terimalah taubatku, hapuskan kesalahanku dengan karunia dan rahmat-Mu. Wahai Yang Terkasih dari segala yang mengasihi.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment