Makna “Dābbah” (Bagian Pertama)

Supa Athana - Entertainment
09 April 2025 14:40
Kata “dābbah” (دابة) , secara umum, merujuk kepada makhluk hidup yang berjalan atau merayap di atas bumi. Namun, dalam Al-Qur’an, maknanya bisa bermacam-macam tergantung konteks ayatnya.

Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*

Makna “dābbah” (دابة) dalam bahasa Arab secara harfiah berasal dari akar kata د-ب-ب (d-b-b) yang mengandung arti “bergerak perlahan di atas bumi”. Kata ini secara umum berarti makhluk hidup yang berjalan atau merayap di atas tanah, biasanya digunakan untuk hewan atau makhluk hidup yang memiliki gerakan.

Namun, dalam kajian tafsir, hadis, dan irfan, istilah dābbah bisa memiliki banyak makna kontekstual dan simbolik. Berikut makna “dabbah” dalam berbagai konteks:

  1. Makhluk Hidup Secara Umum

Dabbah bisa merujuk pada semua makhluk hidup yang berjalan di bumi, termasuk manusia, hewan, dan serangga. (Q.S. An-Nur: 45)

  1. Hewan Ternak

Dalam beberapa ayat, dabbah merujuk khusus pada binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dll.

  1. Manusia

Dalam konteks tertentu, manusia juga dianggap dabbah, karena mereka juga berjalan di atas bumi. (Q.S. Al-Anfal: 22: “Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk yang melata di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir…”)

  1. Makhluk Khusus di Akhir Zaman

Dalam Q.S. An-Naml: 82 disebutkan tentang “dābbah al-ardh” – yaitu makhluk melata dari bumi yang akan keluar menjelang kiamat sebagai tanda besar.

  1. Simbol Akal yang Mati

Dalam tafsir irfani, dabbah bisa menjadi simbol bagi manusia yang hidup secara fisik, namun akalnya mati. Ia hidup seperti binatang.

  1. Simbol Nafsu yang Tidak Terkendali

Dabbah juga bisa dimaknai sebagai nafsu hewaniyah dalam diri manusia, yang mendorong seseorang menuju syahwat dan kerendahan.

  1. Kendaraan (secara Majazi)

Dalam beberapa hadis dan ungkapan, dabbah bisa merujuk pada kendaraan seperti unta atau kuda.

  1. Makhluk Berakal dari Bumi

Beberapa mufassir menyebut dabbah al-ardh sebagai makhluk dari bumi yang punya kemampuan bicara atau tanda dari Allah.

  1. Simbol Ujian Allah

Dabbah al-ardh juga disebutkan sebagai ujian keimanan, karena ia datang membawa kalimat Allah untuk membedakan mukmin dari kafir.

  1. Peran Imam di Akhir Zaman

Sebagian riwayat Syiah mengaitkan dabbah dengan sosok Imam Mahdi atau perwakilannya, yang membawa tongkat Nabi Musa dan cincin Nabi Sulaiman.

  1. Makhluk dari Tanah Mekkah

Dalam tafsir, disebut bahwa dabbah akan keluar dari tanah Haram (Mekkah), menunjukkan keistimewaan geografi suci.

  1. Binatang dalam Fabel dan Kisah Hikmah

Dalam sastra Arab klasik, kata dabbah juga digunakan untuk tokoh binatang dalam cerita hikmah seperti kisah Luqman atau Kalilah wa Dimnah.

  1. Makhluk Gaib atau Mistik

Dalam tafsir batin atau tasawuf, dabbah bisa dimaknai sebagai simbol makhluk dari dimensi lain (gaib), termasuk makhluk alam malakut yang turun ke dunia.

  1. Simbol Jiwa Rendahan (nafs ammārah)

معنى و تعريف و شرح و جذر و وزن كلمة دابة في معجم عربي عربي

Dalam pendekatan hakikat, dabbah adalah simbol dari jiwa yang masih dalam taraf rendah, yang mengikuti dorongan duniawi dan belum tersucikan.

Dalam Al-Qur’an, kata “dābbah” (دابة) muncul dalam berbagai ayat dan konteks. Secara umum, ia merujuk kepada makhluk hidup yang berjalan atau merayap di atas bumi. Namun, dalam Al-Qur’an, maknanya bisa bermacam-macam tergantung konteks ayatnya. Berikut makna atau konteks penggunaan kata “dabbah” menurut Al-Qur’an:

  1. Semua Makhluk Hidup yang Bergerak di Bumi

Q.S. An-Nur: 45; “Dan Allah menciptakan setiap makhluk hidup (dābbah) dari air…”

Maknanya umum: semua makhluk hidup, termasuk manusia, binatang, dan lainnya.

  1. Binatang Melata Tanpa Akal (Hewan)

Q.S. Al-Baqarah: 164: …”dan Dia menebarkan di bumi segala macam binatang (dābbah)…”

Merujuk pada hewan-hewan yang hidup dan tersebar di bumi.

  1. Makhluk yang Akan Muncul di Akhir Zaman

Q.S. An-Naml: 82 : “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan bagi mereka sejenis binatang dari bumi (dābbah al-ardh)…”

Makhluk akhir zaman yang merupakan tanda besar kiamat, misterius dan unik.

  1. Simbol Manusia Kafir yang Tidak Menggunakan Akal

Q.S. Al-Anfal: 22: “Sesungguhnya makhluk hidup (dābbah) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, yang tidak berakal.”

Dabbah di sini adalah manusia, namun digambarkan seperti hewan karena tidak menggunakan akal.

  1. Manusia Secara Umum

Q.S. Al-Hajj: 18 : “…”dan banyak di antara manusia, dan banyak (pula) binatang (dābbah) yang telah ditetapkan azab atasnya.”

Menunjukkan bahwa dābbah bisa mencakup manusia, tergantung dari sisi kehambaan atau penentangan mereka.

  1. Makhluk yang Tunduk pada Kehendak Allah

Q.S. Hud: 56 : “… tidak ada suatu binatang melata (dābbah) melainkan Dia memegang ubun-ubunnya.”

Menunjukkan bahwa semua makhluk hidup tunduk di bawah kuasa Allah.

  1. Makhluk yang Diberi Rezeki oleh Allah

Q.S. Hud: 6 : “Dan tidak ada satu binatang melata (dābbah) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”

Semua makhluk hidup dijamin rezekinya oleh Allah.

  1. Makhluk yang Tidak Membawa Kebaikan

Q.S. Al-Anfal: 55 : “Sesungguhnya makhluk hidup (dābbah) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang kafir.”

Lagi-lagi, konteksnya adalah manusia yang digambarkan dengan istilah dabbah karena kehilangan nilai kemanusiaannya.

  1. Makhluk yang Berjalan dengan Berbagai Cara

Q.S. An-Nur: 45: “… maka di antara mereka ada yang berjalan di atas perutnya, ada yang berjalan dengan dua kaki, dan ada yang berjalan dengan empat kaki…”

Menunjukkan keanekaragaman makhluk hidup yang termasuk dalam kategori dabbah.

  1. Makhluk yang Tidak Menyakiti Nabi

Q.S. At-Tahrim: 6 : “… dan tidak ada satu makhluk pun (dābbah) melainkan Dia menggenggam ubun-ubunnya.”

Dabbah di sini sebagai simbol bahwa semua makhluk di bawah kekuasaan Allah, termasuk yang hendak menyakiti Nabi.

  1. Binatang yang Hidup di Laut dan Darat

Q.S. Al-Jasiyah: 4 : “Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang melata (dābbah) yang Dia sebarkan terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang yakin.”

Menunjukkan fungsi tanda-tanda penciptaan dalam makhluk hidup.

  1. Makhluk yang Tertulis di Lauh Mahfuz

Q.S. Al-An’am: 59: “tidak ada seekor binatang (dābbah) di bumi melainkan (telah tertulis) dalam Kitab (Lauh Mahfuz).”

Menekankan bahwa setiap makhluk hidup sudah tercatat dan diatur oleh Allah.

  1. Makhluk yang Akan Dihisab

Q.S. Al-An’am: 38: “Dan tiadalah binatang-binatang melata (dābbah) yang ada di bumi… melainkan umat (juga) seperti kamu…”

Menunjukkan bahwa hewan-hewan itu juga akan dihisab sebagai makhluk.

  1. Makhluk yang Tidak Bisa Dibinasakan Tanpa Izin Allah

Q.S. Saba: 14: “….maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu melainkan rayap (dābbah al-ardh)…”

Dabbah di sini adalah rayap yang memakan tongkat Nabi Sulaiman, menjadi sebab kematiannya diketahui.

Dalam hadis-hadis, terutama dari sumber Sunni dan Syiah, istilah “dābbah” — khususnya dalam bentuk “dābbah al-ardh” (makhluk melata dari bumi) — memiliki beberapa makna penting, terutama berkaitan dengan tanda-tanda akhir zaman. Berikut adalah makna dan penjelasan “dabbah” menurut hadis-hadis Nabi (saw) dari berbagai sisi:

  1. Tanda Besar Kiamat

Hadis Shahih (Sunni): “Rasulullah (saw) bersabda:”Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah terbitnya matahari dari barat, keluarnya Dābbah, dan keluarnya Dajjal…”(HR. Muslim, no. 2901)

Makna: Dābbah al-ardh adalah salah satu dari tanda besar kiamat, bersama dengan Dajjal dan terbitnya matahari dari barat.

  1. Dābbah sebagai Makhluk Berbicara

Q.S. An-Naml: 82 disebutkan:”Dia akan berbicara kepada manusia bahwa mereka tidak yakin terhadap ayat-ayat Kami.”

Dalam hadis:”Dābbah itu keluar dan memberi tanda kepada manusia, lalu berkata kepada mereka bahwa mereka telah mendustakan ayat-ayat Tuhan.Tafsir al-Qurtubi mengutip riwayat ini)

Makna: Dābbah memiliki kemampuan berbicara kepada manusia dan menyampaikan hujjah dari Allah.

  1. Dābbah Membawa Tongkat Musa dan Cincin Sulaiman

Riwayat dari Tafsir dan Hadis Syiah serta sebagian Sunni:”Dābbah akan keluar membawa tongkat Musa dan cincin Sulaiman. Ia akan menandai wajah orang mukmin dengan tongkat dan menulis ‘mukmin’ di wajah mereka. Dan ia akan menandai wajah orang kafir dengan cincin dan menulis ‘kafir’ di wajah mereka.”

Makna: Ini adalah simbol pembeda antara mukmin dan kafir di akhir zaman.

  1. Dābbah Disebut sebagai Sosok Berakal dan Bersuara

              “Ia akan menyeru dengan suara yang didengar seluruh dunia: ‘Sungguh, orang-orang adalah musuh Allah kecuali yang beriman.’”(Tafsir al-Qummi, Tafsir al-Ayyashi)

Makna: Dābbah bukan sekadar hewan, tetapi makhluk yang membawa pesan ilahi.

  1. Riwayat dari Imam Ali (as) – (dalam literatur Syiah):”Dābbah adalah seorang manusia. Ketika ia muncul, ia akan membawa tongkat Musa dan cincin Sulaiman. Ia akan membedakan antara mukmin dan kafir…”(Tafsir Nur al-Tsaqalayn dan Bihar al-Anwar)

Makna: Dalam sebagian riwayat Syiah, Dābbah bukanlah hewan, tetapi seorang manusia agung, bahkan disebut sebagai wakil atau manifestasi Imam Mahdi (aj).

  1. Dābbah Sebagai Imam Zaman

Beberapa arif dan mufassir Syiah (seperti Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan) serta ulama seperti Sayyid Hashim al-Bahrani menyebut: Dābbah al-ardh adalah Imam Mahdi (aj) atau salah satu perwakilannya, yang akan tampil sebagai hujjah Allah di bumi.

  1. Dābbah Keluar dari Makkah

Riwayat menyebut:”Dābbah akan keluar dari Masjidil Haram, dekat dengan Ka‘bah.”

Makna: Ini memberi makna simbolik bahwa kemunculannya berasal dari tempat suci, dan membawa legitimasi spiritual.

  1. Dābbah Mengadili atau Menyampaikan Keputusan

Beberapa hadis menyebut:”Ia akan menulis pada dahi manusia: ‘Ini adalah kafir’, atau ‘Ini adalah mukmin’.”

Makna: Ini bukan sekadar tanda, tapi juga pemisahan secara metafisik dan spiritual antara hak dan batil.

  1. Tidak Ada yang Mampu Menghentikannya

Hadis menyebut:”Dābbah berjalan dengan sangat cepat, tiada seorang pun mampu mengejarnya atau menolaknya.”

Baca juga:
Survei LSI: 10 Menteri Kabinet Prabowo dengan Kinerja Terbaik

Makna: Simbol bahwa kebenaran akhir akan menang meski manusia mencoba mengingkarinya.

  1. Keluarnya Dābbah Disertai dengan Ketetapan Allah

Hadis menjelaskan bahwa kemunculannya terjadi ketika:”Ilmu telah dicabut, Al-Qur’an diabaikan, dan manusia tidak lagi mengenal kebenaran.”

Menurut hadis-hadis Ahlul Bayt (as), makna “Dābbah al-Ardh” (دابة الأرض) sangat dalam dan simbolik. Ia tidak sekadar merujuk pada makhluk melata seperti binatang, tapi merujuk pada manusia agung yang membawa hujjah Allah di akhir zaman — bahkan banyak riwayat dan penafsiran ulama Syiah menyebut Dābbah adalah Imam Mahdi (aj) atau wakilnya yang muncul sebagai hujjah akhir bagi umat manusia.

  1. Dābbah adalah Manusia, bukan Binatang

Dalam Tafsir al-Qummi, Imam Ja‘far al-Shadiq (as) bersabda:”Dābbah adalah manusia. Ia keluar dan berbicara kepada manusia.”(Tafsir al-Qummi, tafsir ayat An-Naml: 82)

Makna: Ahlul Bayt menolak pemahaman literal bahwa Dābbah adalah hewan; justru ia adalah manusia mukarram yang diutus Allah sebagai tanda.

  1. Dābbah Membawa Tongkat Musa dan Cincin Sulaiman

Riwayat dari Imam al-Baqir (as):”Ia (Dābbah) membawa tongkat Musa dan cincin Sulaiman. Ia menandai wajah orang mukmin dengan tongkat, dan menandai orang kafir dengan cincin.”

(Bihar al-Anwar, j. 53, hal. 51)

Makna: Tongkat dan cincin adalah simbol otoritas ilahi dan kerajaan spiritual, menunjukkan bahwa Dābbah membawa legitimasi kenabian dan keimaman.

  1. Dābbah adalah Ali ibn Abi Thalib (as) (dalam makna batin)

Dalam sebagian riwayat batiniah, disebut bahwa:”Ali (as) adalah Dābbah yang disebutkan Allah dalam Kitab-Nya.”

(Tafsir al-Ayyashi, j. 2, hlm. 334)

Makna: Ini menunjuk pada aspek batin Ali sebagai hujjah Allah — yang membedakan antara hak dan batil. Sebagian ulama irfani menyebut ini dalam konteks maqam nuraniyah Imam Ali sebagai manifestasi kebenaran.

  1. Dābbah adalah Imam Mahdi (aj)

Sebagian besar ulama dan riwayat Syiah menyatakan:”Dābbah adalah al-Qa’im (Imam Mahdi).”(Tafsir al-Ayyashi, Tafsir al-Qummi, Bihar al-Anwar)

Makna: Dābbah bukan makhluk asing, melainkan Imam Mahdi (aj) sendiri, yang tampil di akhir zaman sebagai pemisah antara hak dan batil secara nyata, menandai orang mukmin dan kafir secara ruhani dan zhahir.

  1. Dābbah sebagai Hujjah Terakhir Allah

Imam Ja‘far al-Shadiq (as) berkata: “Tidak akan datang kiamat sampai hujjah-hujjah Allah ditegakkan atas seluruh umat. Dan Dābbah adalah hujjah terakhir.”

(Tafsir Nur al-Tsaqalayn)

Makna: Ia adalah manifestasi rahmat dan hujjah Allah sebelum akhir sejarah manusia. Tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk berdalih.

  1. Dābbah dan Al-Qur’an

Riwayat menyebut bahwa ketika Al-Qur’an tidak lagi diamalkan, Allah akan mengeluarkan Dābbah:”Ketika umatku meninggalkan Al-Qur’an dan sunnah, Allah keluarkan Dābbah untuk menegaskan hujjah atas mereka.”

  1. Dābbah akan Keluar dari Makkah

Hadis dari Imam Muhammad al-Baqir (as):”Ia (Dābbah) akan muncul dari tanah suci, dari Makkah.”(Bihar al-Anwar)

Makna: Keluarnya dari tanah suci menunjukkan kesucian misi dan legitimasinya dari sisi Tuhan.

  1. Dābbah adalah Simbol Cahaya Hidayah dan Gelap Kekufuran

Dalam tafsir irfani (misalnya penafsiran Sayyid Haidar Amuli), dijelaskan:”Dābbah bukan sekadar makhluk, tapi tajalli (penampakan) kebenaran mutlak, yang memisahkan ruhani antara kebenaran dan kebatilan.

Kesimpulan dari Hadis Ahlul Bayt (as): Aspek       Makna

Siapa Dābbah?  Imam Mahdi (aj), Imam Ali (as), atau utusan Imam

Bentuk?              Manusia, bukan binatang literal

Tugas?  Menegakkan hujjah, membedakan mukmin dan kafir

Tanda? Membawa tongkat Musa dan cincin Sulaiman

Waktu? Akhir zaman, sebagai tanda kiamat besar

Tempat keluar? Makkah (Tanah Haram)

Penafsiran tentang “Dābbah al-Ardh” (دابة الأرض) oleh para mufasir, khususnya dalam tradisi Syiah, sangat kaya dan dalam. Mereka tidak hanya melihat ayat ini secara zahir (tekstual), tapi juga mengupas makna batiniah, irfani (mistik), dan eskatologis (akhir zaman). Berikut ini penjelasan dari beberapa mufasir penting, terutama dari kalangan Ahlul Bayt dan Syiah:

  1. Allamah Thabathabai (Tafsir al-Mizān)

Ayat rujukan: Q.S. An-Naml: 82;”Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan bagi mereka seekor makhluk dari bumi yang akan berkata kepada mereka bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.”

Penafsiran:

  • Dābbah bukan hewan biasa, tetapi makhluk istimewa, berakal, dan pembawa hujjah.
  • Muncul ketika umat manusia telah kehilangan pegangan terhadap Al-Qur’an dan wahyu.
  • Dābbah membawa peran hujjah ilahi, sebanding dengan Nabi atau Imam, yang tugasnya menyampaikan hakikat iman dan kufur secara nyata.

Kesimpulan Allamah:”Dābbah adalah manifestasi kekuasaan Allah di akhir zaman, bisa merujuk kepada Imam Mahdi (aj) atau perwakilannya. Ia bukan binatang dalam makna harfiah, melainkan tajalli dari hujjah Tuhan.

  1. Sayyid Hashim al-Bahrani (Tafsir al-Burhān) Pendekatan: Mengumpulkan hadis-hadis Ahlul Bayt untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Penafsiran:

  • Dābbah secara eksplisit dijelaskan oleh para Imam sebagai al-Qa’im (Imam Mahdi).
  • Mengutip banyak riwayat dari Imam al-Baqir dan al-Shadiq yang menyatakan bahwa Dābbah adalah manusia, dan bukan binatang.
  • Ia keluar dengan tongkat Musa dan cincin Sulaiman, yang secara simbolik melambangkan otoritas kenabian dan kerajaan ilahiah.

Kesimpulan al-Bahrani:

              Dābbah adalah Imam Mahdi (aj) yang akan membedakan secara zhahir dan batin antara orang-orang yang beriman dan yang kafir, dengan tanda-tanda khusus dari Allah.

  1. Al-Fayd al-Kāshānī (Tafsir al-Ṣāfī) Penafsiran:
  • Dābbah disebut sebagai al-Qa’im, atau perwakilan hujjah akhir zaman.
  • Penandaan pada wajah orang mukmin dan kafir adalah bentuk tajalli kebenaran, sehingga tiada lagi tempat untuk munafik atau keraguan.
  • Ia muncul ketika manusia telah menjauhi wahyu, dan ilmu-ilmu ilahi telah tersembunyi.

Kesimpulan:”Dābbah adalah simbol hujjah ilahi yang tersembunyi dan kemudian dimunculkan untuk menyempurnakan argumentasi Allah atas seluruh manusia.

  1. Sayyid Haidar Amuli (mufassir irfani, abad ke-8 H)

Pendekatan: Irfani dan filsafat hikmah. Penafsiran:

  • Dābbah adalah tajalli Nur Muhammadi dalam bentuk eksistensial terakhir.
  • Ia bukan sekadar individu, tapi maqam kebenaran mutlak yang memisahkan antara hakikat iman dan kufur dalam eksistensi manusia.
  • Bisa dimaknai sebagai Imam Zaman (aj) yang keluar membawa tajalli Haqq.

Kesimpulan:”Dābbah bukan hanya tokoh zahir, tapi maqam spiritual Imam sebagai manifestasi akhir dari kebenaran ilahi, yang tak lagi bisa disangkal dengan akal atau dalih.

  1. Tafsir al-Ayyashi
  • Mengutip riwayat dari Imam al-Shadiq dan Imam al-Baqir bahwa Dābbah adalah:
  • Imam Ali (dalam salah satu tafsir batiniah)
  • Imam Mahdi (dalam tafsir akhir zaman)

Kesimpulan:”Menegaskan bahwa dābbah bukan makhluk biasa, tapi pembawa kebenaran final, diutus langsung oleh Allah di akhir zaman.

Kesimpulan Umum Para Mufasir Syiah:

Aspek   Keterangan

Makna Zahiri     Dābbah adalah makhluk dari bumi yang berbicara

Makna Hakiki (Syiah)      Dābbah = Imam Mahdi (aj) atau hujjah Allah di akhir zaman

Fungsi   Menyampaikan hujjah terakhir; membedakan mukmin dan kafir

Simbol  Tongkat Musa = otoritas wahyu, Cincin Sulaiman = kekuasaan ruhani

Kapan muncul? Ketika manusia lalai dari Al-Qur’an dan hujjah Tuhan

Tempat muncul?             Dari Makkah, dekat Ka’bah

  1. Syaikh Tusi (Tafsir al-Tibyan)
  • Syaikh Tusi mengakui adanya perbedaan pandangan tentang Dābbah.
  • Ia menyebut bahwa pendapat paling kuat dalam tradisi Ahlul Bayt adalah bahwa Dābbah adalah manusia, bukan binatang, dan termasuk tanda besar kiamat.
  • Ia menekankan bahwa makna harfiahnya sebagai “makhluk melata” adalah simbolik, karena ia berbicara dan membedakan antara hak dan batil.

Kesimpulan:”Dābbah adalah tokoh akhir zaman, berkaitan erat dengan hujjah ilahi.

  1. Syaikh Tabarsi (Tafsir Majma‘ al-Bayan)
  • Dalam tafsirnya atas Q.S. An-Naml: 82, ia menyampaikan berbagai pendapat, lalu menguatkan pandangan dari Ahlul Bayt bahwa:

              “Dābbah adalah manusia yang akan membawa hujjah Allah kepada umat manusia di akhir zaman.”

  • Ia menegaskan bahwa perkataan Dābbah adalah penegasan terhadap kebatilan umat yang telah menyimpang dari wahyu.

Kesimpulan:”Dābbah adalah manifestasi hujjah Tuhan, dengan peran membongkar kepalsuan dan menyingkap iman sejati.

  1. Mirza Mahdi Puya (Tafsir Puya-Ali)
  • Dalam tafsir ringkas yang menjelaskan ayat-ayat penting menurut Ahlul Bayt, ia menyebut:

              “Dābbah adalah Imam Mahdi (aj), yang akan muncul di akhir zaman sebagai hujjah terakhir.”

  • Ia menekankan kesatuan makna antara ayat ini dan hadis-hadis Syiah, bahwa ia adalah pemimpin suci yang menyampaikan peringatan sebelum Kiamat.

Kesimpulan:”Dābbah = Imam Mahdi (aj) yang membawa keadilan dan membedakan hak-batil secara tegas.

  1. Mulla Fathullah al-Kasyani (Tafsir Manhaj al-Shadiqin)
  • Ia memberikan penjelasan tentang simbolisme “berbicara kepada manusia”.
  • Menurutnya, Dābbah adalah pemimpin ruhani, bukan hewan literal.
  • Ia muncul ketika masyarakat sudah jauh dari agama, untuk menegakkan hujjah atas semua manusia.

Kesimpulan:”Dābbah = penguasa ruhani dengan otoritas Ilahi, kemungkinan besar Imam Mahdi (aj).

  1. Syaikh Ja’far al-Subhani (Mufassir dan teolog kontemporer)
  • Dalam tafsir-tematiknya, ia menyebut bahwa pemahaman literal terhadap Dābbah bertentangan dengan makna yang dalam dan irfani dari Al-Qur’an.
  • Ia menyebut Dābbah sebagai “makhluk yang berbicara sebagai wakil Allah”, dan ini adalah maqam dari Imam Mahdi (aj).

Kesimpulan:”Dābbah = munculnya hakikat Wilayah, yaitu Imam Mahdi (aj) sebagai tajalli terakhir dari kebenaran.

  1. Ayatullah Naser Makarem Shirazi (Tafsir Nemuneh)
  • Dalam Tafsir Nemuneh (jilid 15), ia membahas panjang lebar soal Dābbah dan menekankan:
  • Ia bukan binatang dalam makna fisik biasa.
  • Ia berbicara dengan bahasa hujjah, bukan sekadar kalimat.
  • Banyak riwayat menunjukkan bahwa ia adalah Imam Mahdi (aj).

Kesimpulan:”Dābbah adalah munculnya keadilan absolut dan penghakiman ruhani di akhir zaman, melalui Imam Mahdi.

  1. Ayatullah Muhammad Taqi Misbah Yazdi (Tafsir Irfani dan Teologis)
  • Dalam ceramah tafsir dan akidahnya, beliau menyebut:
  • Dābbah sebagai manifestasi ilmu dan wilayah Allah.
  • Ia muncul saat dunia tenggelam dalam fitnah dan kebodohan.
  • Ia adalah tokoh berilmu, pemimpin ilahi, yakni Imam Zaman (aj).

Kesimpulan:”Dābbah adalah tajalli Ilahi dalam bentuk pemimpin ma’shum, yang hadir sebagai pemisah mutlak antara iman dan kufur.

              Pandangan Mufassir tentang Dābbah

1, Syaikh Tusi     Manusia; tanda kiamat; pembawa hujjah

2, Syaikh Tabarsi             Tokoh akhir zaman; pemisah hak dan batil

3, Mirza Puya     Imam Mahdi sebagai hujjah terakhir

4  Mulla Kasyani              Pemimpin ruhani; simbol kebenaran

5, Ja’far Subhani             Bukan hewan; hujjah ilahi di akhir zaman

6, Makarem Shirazi         Imam Mahdi yang membedakan hak dan batil

7, Misbah Yazdi Tajalli wilayah dan ilmu; Imam Zaman (aj)

*Penulis adalah Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment