Makna Ramadhan

Supa Athana - Entertainment
25 February 2025 07:32
Ramadhan bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga momen transformasi diri menuju ketakwaan dan kedekatan dengan Allah.
Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya*
Ramadhan memiliki banyak makna dan keutamaan, baik secara bahasa, istilah, maupun dalam aspek spiritual. Berikut makna Ramadhan:
1.Secara Bahasa – Kata “Ramadhan” (رمضان) berasal dari akar kata رمض (ramidha) yang berarti panas yang membakar. Ini melambangkan bulan yang membakar dosa-dosa dan menyucikan jiwa.
2.Bulan Diturunkannya Al-Qur’an – Allah berfirman:”Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia…” (QS. Al-Baqarah: 185).
3.Bulan Keampunan – Ramadhan adalah bulan di mana pintu-pintu rahmat dan ampunan Allah terbuka lebar, serta dosa-dosa dihapus bagi yang bertaubat dengan tulus.
4.Bulan Kesabaran – Puasa mengajarkan kesabaran, baik dalam menahan lapar dan dahaga maupun dalam menghadapi ujian kehidupan.
5.Bulan Pembebasan dari Neraka – Dalam hadis disebutkan bahwa setiap malam di bulan Ramadhan, Allah membebaskan banyak orang dari siksa neraka.
6.Bulan Peningkatan Spiritual – Ramadhan adalah momen untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui shalat, dzikir, tilawah, dan amal saleh lainnya.
7.Bulan Jihad Melawan Hawa Nafsu – Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perbuatan dosa, sehingga melatih manusia untuk lebih bertakwa.
8.Bulan Keberkahan dan Kebaikan – Setiap amal kebaikan di bulan ini dilipatgandakan pahalanya. Nabi صلى الله عليه وآله bersabda:
“Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan satu kebaikan, maka pahalanya seperti melakukan kewajiban di bulan lain.”
9.Bulan Lailatul Qadar – Malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana takdir tahunan manusia ditetapkan dan malaikat turun membawa rahmat.
10.Bulan Ukhuwah dan Kebersamaan – Ramadhan mempererat persaudaraan dengan berbagi makanan, saling membantu, serta meningkatkan solidaritas sosial terhadap fakir miskin.
 
Ramadhan bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga momen transformasi diri menuju ketakwaan dan kedekatan dengan Allah.
 
Berikut makna Ramadhan berdasarkan Al-Qur’an:
1.Bulan Diturunkannya Al-Qur’an
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia…” (QS. Al-Baqarah: 185).
→ Ramadhan adalah bulan di mana wahyu pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله sebagai petunjuk dan cahaya bagi umat manusia.
2.Bulan Kewajiban Puasa
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
→ Puasa di bulan Ramadhan adalah kewajiban bagi orang-orang beriman untuk mencapai ketakwaan.
3.Bulan Keistimewaan dan Kemudahan
“Maka barang siapa di antara kamu menyaksikan (bulan itu), hendaklah ia berpuasa. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari lain…” (QS. Al-Baqarah: 185).
→ Allah memberi keringanan bagi orang yang sakit atau dalam perjalanan untuk mengganti puasanya di hari lain.
4.Bulan Doa Dikabulkan
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku…” (QS. Al-Baqarah: 186).
→ Ramadhan adalah waktu mustajab untuk berdoa karena Allah dekat dengan hamba-Nya.
5.Bulan Malam Lailatul Qadar
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadar. Dan tahukah kamu apa malam Qadar itu? Malam Qadar lebih baik dari seribu bulan…” (QS. Al-Qadr: 1-3).
→ Malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang lebih baik dari seribu bulan.
6.Bulan Pembeda Antara Hak dan Batil
”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)…” (QS. Al-Baqarah: 185).
→ Al-Qur’an yang turun di bulan ini menjadi pedoman untuk membedakan kebenaran dari kebatilan.
7.Bulan Peningkatan Takwa
”… agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
→ Puasa Ramadhan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
8.Bulan Pembebasan dari Dosa
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya…’” (QS. Az-Zumar: 53).
→ Ramadhan adalah kesempatan untuk bertaubat dan memperoleh ampunan Allah.
9.Bulan Peningkatan Amal Kebaikan
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7).
→ Setiap amal baik yang dilakukan di bulan Ramadhan akan mendapat balasan berlipat ganda.
10.Bulan Kemenangan dan Kejayaan
“Sungguh, Allah telah menolong kamu dalam banyak medan perang…” (QS. At-Taubah: 25).
→ Peristiwa besar seperti kemenangan dalam Perang Badar dan Fathu Makkah terjadi di bulan Ramadhan, menunjukkan bahwa ini adalah bulan kemenangan bagi orang-orang beriman.
 
Ramadhan dalam Al-Qur’an bukan sekadar bulan puasa, tetapi bulan penuh rahmat, petunjuk, dan peluang bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan dan meraih ampunan Allah.
 
Berikut makna Ramadhan berdasarkan hadis:
1.Bulan Ampunan Dosa
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan penuh harapan (akan pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari & Muslim)
→ Ramadhan adalah kesempatan untuk mendapatkan ampunan dari Allah jika dilakukan dengan iman dan keikhlasan.
2.Bulan Pintu Surga Dibuka dan Neraka Ditutup
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Apabila Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari & Muslim)
→ Ini menunjukkan keutamaan bulan Ramadhan, di mana Allah mempermudah jalan menuju surga dan menjauhkan manusia dari godaan setan.
3.Bulan Doa Mustajab
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Ada tiga doa yang tidak akan ditolak: doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi)
→ Doa orang yang berpuasa, khususnya saat berbuka, memiliki keutamaan besar di sisi Allah.
4.Bulan Lailatul Qadar Lebih Baik dari 1000 Bulan
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Barang siapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari & Muslim)
→ Malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan adalah malam penuh berkah yang nilainya lebih dari seribu bulan.
5.Bulan Keberkahan dan Kebaikan
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Wahai manusia! Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib dan qiyamnya (shalat malam) sebagai sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan satu kebaikan, maka seperti melakukan kewajiban di bulan lain.” (HR. Ibnu Khuzaimah)
→ Ramadhan adalah bulan keberkahan, di mana setiap amal kebaikan dilipatgandakan.
6.Bulan Jihad Melawan Hawa Nafsu
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Puasa adalah perisai yang melindungi dari api neraka seperti perisai dalam peperangan.” (HR. Ahmad)
→ Puasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melindungi diri dari hawa nafsu dan dosa.
7.Bulan Kasih Sayang dan Kepedulian Sosial
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Siapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)
→ Ramadhan mengajarkan kepedulian dan berbagi kepada sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan.
8.Bulan Pelipatgandaan Amal
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.’” (HR. Bukhari & Muslim)
→ Puasa adalah ibadah yang sangat istimewa, karena Allah sendiri yang menentukan balasannya.
9.Bulan Penghapus Dosa Hingga Ramadhan Berikutnya
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan menghapus dosa-dosa di antara keduanya selama menjauhi dosa besar.” (HR. Muslim)
→ Ramadhan menjadi momen untuk menyucikan diri dan memperbaiki amal sebelum memasuki tahun berikutnya.
10.Bulan Kebahagiaan bagi Orang Berpuasa
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya.” (HR. Bukhari & Muslim)
→ Puasa membawa kebahagiaan di dunia (saat berbuka) dan di akhirat (saat menerima pahala dari Allah).
 
Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa Ramadhan bukan hanya bulan puasa, tetapi juga bulan rahmat, pengampunan, keberkahan, dan peningkatan spiritual bagi umat Islam.
آشنایی با 20 مورد از اسامی ماه رمضان
 
Makna Ramadhan berdasarkan hadis dari Ahlul Bayt عليهم السلام:
1. Bulan Pengampunan dan Rahmat
Imam Ali Zainal Abidin عليه السلام berkata:”Setiap kali bulan Ramadhan tiba, terdengar seruan dari langit: ‘Wahai pencari kebaikan, datanglah! Wahai pencari keburukan, berhentilah!’ Kemudian Allah melepaskan (membebaskan) banyak hamba-Nya dari api neraka.” (Al-Kafi, 4:67)
→ Ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan kesempatan untuk bertaubat sebelum terlambat.
 
2. Bulan Ujian dan Kesucian Jiwa
Imam Ja’far Ash-Shadiq عليه السلام berkata:”Puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari segala hal yang dapat merusak puasa, seperti perkataan kotor, kebohongan, dan perbuatan buruk.” (Al-Kafi, 4:87)
→ Ramadhan adalah latihan spiritual untuk menyucikan jiwa dari dosa dan kebiasaan buruk.
 
3. Bulan Keistimewaan Pengikut Ahlul Bayt
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda kepada Imam Ali عليه السلام:
“Wahai Ali, bulan Ramadhan adalah bulan Allah yang penuh berkah. Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan suatu kebaikan, maka ia seperti orang yang menunaikan ibadah wajib di bulan lainnya. Dan barang siapa menunaikan ibadah wajib, maka ia seperti orang yang menunaikan tujuh puluh ibadah wajib di bulan lainnya.” (Amali Ash-Shaduq, hal. 93)
→ Ramadhan memiliki keistimewaan tersendiri bagi para pencinta Ahlul Bayt yang memperbanyak amal kebaikan.
 
4. Bulan Lailatul Qadar dan Takdir Tahunan
Imam Muhammad Al-Baqir عليه السلام berkata:”Pada malam Lailatul Qadar, takdir tahunan ditetapkan, baik kehidupan, rezeki, maupun ajal manusia. Para malaikat turun kepada Imam Zaman untuk menyerahkan keputusan yang telah Allah tetapkan bagi hamba-Nya.” (Tafsir Al-Burhan, 4:487)
→ Ramadhan adalah bulan di mana takdir tahunan manusia ditetapkan dan disampaikan kepada Imam Mahdi عجّل الله فرجه.
 
5. Bulan Puasa sebagai Perisai dari Neraka
Imam Ali عليه السلام berkata:”Puasa di bulan Ramadhan adalah perisai bagi tubuh dan pelindung dari api neraka.” (Nahjul Balaghah, Hikmah 252)
→ Puasa bukan hanya ibadah fisik, tetapi juga benteng perlindungan dari siksa neraka.
 
6. Bulan Kesempatan untuk Memperbaiki Diri
Imam Ja’far Ash-Shadiq عليه السلام berkata:”Barang siapa tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka tidak ada harapan baginya untuk diampuni di bulan lain.” (Al-Kafi, 4:69)
→ Ramadhan adalah peluang emas untuk memperbaiki diri, karena dosa-dosa dapat dihapus jika seseorang benar-benar bertaubat.
 
7. Bulan Kebahagiaan Bagi Orang Berpuasa
Imam Ja’far Ash-Shadiq عليه السلام berkata:”Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya.” (Al-Kafi, 4:87)
→ Ramadhan membawa kebahagiaan di dunia (saat berbuka) dan di akhirat (saat bertemu Allah).
 
8. Bulan Keistimewaan Ahli Makrifat
Imam Ali عليه السلام berkata:”Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang yang shalat malam tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lelah.” (Nahjul Balaghah, Hikmah 145)
→ Ramadhan harus dijalani dengan kesadaran dan makrifat, bukan hanya sebatas menahan lapar dan haus.
 
9. Bulan Peningkatan Rezeki dan Keberkahan
Rasulullah صلى الله عليه وآله bersabda:
“Barang siapa memberi buka kepada orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, maka pahalanya seperti orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (Amali Ash-Shaduq, hal. 93)
→ Berbagi makanan di bulan Ramadhan mendatangkan keberkahan dan pahala yang besar.
 
10. Bulan Keutamaan Imam Ali عليه السلام
Imam Ali عليه السلام berkata:”Aku dilahirkan di dalam Ka’bah, aku syahid di bulan Ramadhan, dan aku adalah pemegang rahasia Lailatul Qadar.” (Bihar Al-Anwar, 35:8)
→ Bulan Ramadhan juga menjadi bulan keutamaan bagi Imam Ali عليه السلام, karena beliau syahid di bulan ini pada malam 21 Ramadhan.
 
Hadis-hadis Ahlul Bayt عليهم السلام menunjukkan bahwa Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga bulan rahmat, makrifat, dan kedekatan dengan Allah serta Ahlul Bayt.
 
Makna Ramadhan menurut para mufasir dalam tafsir mereka:
1. Bulan Turunnya Al-Qur’an
Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai): Dalam QS. Al-Baqarah: 185, disebutkan bahwa Ramadhan adalah bulan di mana Al-Qur’an diturunkan. Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa Al-Qur’an turun secara keseluruhan ke Lauh Mahfuz atau hati Rasulullah صلى الله عليه وآله pada malam Lailatul Qadar, sebelum diturunkan secara bertahap.
2. Bulan Taklif dan Pembinaan Ketakwaan
Tafsir Al-Mizan & Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn: Dalam QS. Al-Baqarah: 183 (“agar kamu bertakwa”), Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar, tetapi sebuah metode pembinaan ruhani untuk mencapai takwa, yaitu kesadaran penuh terhadap Allah.
3. Bulan Kesabaran dan Jihad Melawan Hawa Nafsu
Tafsir Majma’ Al-Bayan (Syekh Thabarsi): Dalam QS. Al-Baqarah: 45 (“Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat”), Syekh Thabarsi mengaitkannya dengan puasa di bulan Ramadhan sebagai bentuk latihan kesabaran, baik dalam menghadapi lapar maupun dalam melawan hawa nafsu.
4. Bulan Doa Mustajab
Tafsir Al-Mizan & Tafsir Shafwatut Tafasir (Shabuni): Dalam QS. Al-Baqarah: 186 (“Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku”), Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa ayat ini ditempatkan setelah ayat puasa untuk menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan di mana doa lebih mudah dikabulkan.
5. Bulan Malam Lailatul Qadar yang Lebih Baik dari 1000 Bulan
Tafsir Al-Mizan & Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn: Dalam QS. Al-Qadr: 1-3, Allamah Thabathabai menyatakan bahwa Lailatul Qadar adalah malam di mana takdir tahunan manusia ditetapkan. Para malaikat turun membawa keputusan yang telah Allah tetapkan, dan ini disampaikan kepada Imam Zaman عجّل الله فرجه.
 
6. Bulan Pembebasan dari Neraka
Tafsir Al-Mizan & Tafsir Ruh Al-Ma’ani (Al-Alusi): Berdasarkan hadis bahwa setiap malam Ramadhan Allah membebaskan banyak hamba dari neraka, para mufasir menjelaskan bahwa Ramadhan adalah waktu istimewa untuk bertaubat. QS. Az-Zumar: 53 (“Jangan berputus asa dari rahmat Allah”) dikaitkan dengan momentum Ramadhan sebagai bulan pengampunan.
7. Bulan Keberkahan dan Pelipatgandaan Amal
Tafsir Al-Kasyaf (Zamakhsyari) & Tafsir Fi Zilalil Qur’an (Sayyid Qutb):
Dalam QS. Al-Baqarah: 185 (“bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah”), para mufasir menjelaskan bahwa setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya karena kondisi ruhani manusia yang lebih siap menerima petunjuk Allah.
8. Bulan Syukur dan Ujian Ketaatan
Tafsir Mafatihul Ghaib (Fakhruddin Ar-Razi): Dalam QS. Al-Baqarah: 185 (“agar kamu bersyukur”), Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan bahwa puasa adalah bentuk ujian yang diberikan Allah untuk meningkatkan rasa syukur. Dengan menahan lapar, manusia lebih memahami nikmat Allah dan lebih bersyukur.
9. Bulan Solidaritas Sosial dan Kepedulian terhadap Orang Miskin
Tafsir Nurul Ats-Tsaqalayn & Tafsir Fi Zilalil Qur’an: Dalam QS. Al-Insan: 8-9 (“Mereka memberi makan kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan, padahal mereka sendiri membutuhkannya”), Sayyid Qutb menjelaskan bahwa Ramadhan mendidik umat Islam untuk lebih peduli terhadap kaum fakir, sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Bayt عليهم السلام.
10. Bulan Kemenangan Spiritual dan Duniawi
Tafsir Al-Mizan & Tafsir Al-Kasyaf:
Para mufasir mengaitkan kemenangan Perang Badar dan Fathu Makkah dengan QS. At-Taubah: 25 (“Sungguh, Allah telah menolong kalian dalam banyak medan perang”). Mereka menjelaskan bahwa Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga bulan kemenangan bagi orang-orang yang bertakwa.
Para mufasir melihat Ramadhan bukan hanya sebagai bulan puasa, tetapi sebagai momentum transformasi spiritual, sosial, dan kemenangan bagi umat Islam.
 
Makna Ramadhan menurut para mufasir Syiah berdasarkan tafsir mereka:
 
1. Bulan Turunnya Al-Qur’an dan Hati Rasulullah sebagai Lauh Mahfuz
 
Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)
Dalam QS. Al-Baqarah: 185 (“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an”), Allamah Thabathabai menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap:
1.Tahap pertama: Al-Qur’an secara keseluruhan turun pada malam Lailatul Qadar ke hati Rasulullah صلى الله عليه وآله sebagai bentuk wahyu tersembunyi.
2.Tahap kedua: Diturunkan secara bertahap selama 23 tahun sebagai petunjuk bagi umat manusia.
→ Ramadhan bukan hanya bulan turunnya Al-Qur’an, tetapi juga bulan pencerahan bagi hati manusia.
 
2. Bulan Peningkatan Takwa sebagai Tujuan Puasa
Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Syekh Abdul Ali Al-Huwaizi)
Dalam QS. Al-Baqarah: 183 (“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”), Syekh Al-Huwaizi mengutip hadis dari Imam Ja’far Ash-Shadiq عليه السلام bahwa takwa sejati dalam puasa bukan hanya menahan lapar, tetapi juga menahan diri dari dosa dan hawa nafsu.
→ Ramadhan adalah bulan latihan spiritual untuk mencapai ketakwaan sejati.
3. Bulan Lailatul Qadar dan Takdir Tahunan
Tafsir Al-Burhan (Syekh Bahrani)
Dalam QS. Al-Qadr: 1-3 (“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadar”), Syekh Bahrani menafsirkan bahwa malam ini adalah saat takdir tahunan manusia ditetapkan dan disampaikan kepada Imam Zaman عجّل الله فرجه.
→ Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga waktu di mana keputusan Allah bagi umat manusia dicatat oleh Imam Mahdi.
4. Bulan Rahmat dan Pengampunan Besar-besaran
Tafsir Al-Amtsal (Ayatullah Nasir Makarim Shirazi)
Dalam QS. Az-Zumar: 53 (“Janganlah berputus asa dari rahmat Allah”), Ayatullah Makarim Shirazi menghubungkannya dengan bulan Ramadhan sebagai bulan taubat terbesar. Beliau menafsirkan bahwa Allah membuka pintu rahmat-Nya secara luas, di mana orang yang sungguh-sungguh bertaubat dapat diampuni meskipun dosa mereka sebanyak lautan.
→ Ramadhan adalah bulan di mana Allah lebih dekat untuk menerima taubat hamba-Nya.
5. Bulan Kesabaran dan Pengendalian Diri
Tafsir Majma’ Al-Bayan (Syekh Thabarsi)
Dalam QS. Al-Baqarah: 45 (“Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat”), Syekh Thabarsi menjelaskan bahwa kata sabar (الصبر) dalam ayat ini merujuk kepada puasa. Ramadhan adalah bulan di mana kesabaran diuji melalui menahan hawa nafsu, lapar, dan dahaga.
→ Ramadhan melatih manusia untuk memiliki kontrol diri yang lebih kuat.
6. Bulan Amal Dilipatgandakan
Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn (Syekh Al-Huwaizi)
Dalam QS. Al-Baqarah: 261 (“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai”), Syekh Al-Huwaizi mengutip hadis dari Imam Ali عليه السلام bahwa Ramadhan adalah bulan di mana setiap amal kebaikan dilipatgandakan hingga 70 kali lipat dibanding bulan lain.
→ Ramadhan adalah bulan investasi spiritual dengan balasan yang luar biasa.
7. Bulan Puasa sebagai Perisai dari Neraka
Tafsir Al-Mizan (Allamah Thabathabai)
Dalam QS. Al-Insan: 8-9 (“Mereka memberi makan kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan”), Allamah Thabathabai menafsirkan bahwa puasa mengajarkan manusia untuk merasakan penderitaan orang miskin, sehingga mereka lebih terdorong untuk membantu sesama.
→ Ramadhan bukan hanya ibadah individual, tetapi juga bulan kepedulian sosial.
8. Bulan Kebahagiaan bagi Mukmin dan Kesedihan bagi Munafik
Tafsir Al-Burhan (Syekh Bahrani)
Dalam QS. Al-Munafiqun: 4 (“Mereka adalah musuh, maka waspadalah terhadap mereka”), Syekh Bahrani menafsirkan bahwa Ramadhan adalah ujian bagi hati manusia:
•Orang mukmin merasa bahagia karena bisa beribadah lebih dekat dengan Allah.
•Orang munafik merasa berat dan terpaksa dalam menjalankan ibadahnya.
→ Ramadhan membedakan antara orang yang ikhlas beribadah dan yang hanya sekadar ikut-ikutan.
9. Bulan Kemenangan Spiritual dan Duniawi
Tafsir Al-Mizan & Tafsir Al-Kasyaf (Zamakhsyari)
Dalam QS. At-Taubah: 25 (“Sungguh, Allah telah menolong kalian dalam banyak medan perang”), Allamah Thabathabai mengaitkannya dengan kemenangan Perang Badar dan Fathu Makkah, yang terjadi di bulan Ramadhan.
→ Ramadhan bukan hanya bulan kesabaran, tetapi juga bulan kemenangan bagi orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
10. Bulan Imam Ali عليه السلام dan Keistimewaannya
Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn & Tafsir Al-Mizan
Dalam QS. Al-Insan: 5-6 (“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan akan meminum dari gelas minuman yang campurannya adalah kafur”), para mufasir Syiah menyebutkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ahlul Bayt عليهم السلام, khususnya Imam Ali عليه السلام dan Sayyidah Fatimah عليها السلام, yang berpuasa tiga hari berturut-turut dan memberikan makanan berbuka mereka kepada fakir miskin.
→ Bulan Ramadhan juga menjadi momentum untuk mengenang dan mengikuti jejak Imam Ali dalam keikhlasan dan kepedulian sosial.
Kesimpulan
Para mufasir Syiah menafsirkan bulan Ramadhan bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga:
1.Bulan turunnya Al-Qur’an ke hati Rasulullah.
2.Bulan latihan spiritual untuk mencapai takwa.
3.Bulan di mana takdir manusia ditentukan dan disampaikan kepada Imam Mahdi.
4.Bulan di mana taubat dan amal dilipatgandakan.
5.Bulan ujian kesabaran dan pengendalian diri.
6.Bulan kemenangan bagi orang mukmin.
7.Bulan kepedulian sosial sebagaimana dicontohkan oleh Ahlul Bayt.
Ramadhan bukan hanya ibadah fisik, tetapi juga perjalanan spiritual menuju kedekatan dengan Allah dan Ahlul Bayt عليهم السلام.
Dalam perspektif ahli makrifat dan hakikat, bulan Ramadhan bukan sekadar bulan puasa lahiriah, tetapi juga perjalanan spiritual menuju penyaksian hakikat Ilahi. 
 
Makna Ramadhan menurut ahli makrifat dan hakikat, khususnya dalam tradisi irfan (tasawuf) dan falsafah Syiah:
1. Ramadhan adalah Bulan Fana’ (Peleburan dalam Allah)
Perspektif Ibn Arabi & Sayyid Haidar Amuli
Puasa dalam makna hakikat bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi menahan diri dari selain Allah.
→ Dalam kondisi ini, ruh seseorang memasuki maqam fana’ (peleburan dalam Allah), sehingga tidak lagi melihat dirinya, tetapi hanya Allah semata.
2. Ramadhan adalah Mi’raj Ruhani
Perspektif Imam Khomeini & Ayatullah Hassan-zadeh Amuli
Puasa adalah jalan menuju mi’raj ruhani, sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وآله:
“Puasa adalah perisai, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada kesturi.”
→ Ini menandakan bahwa orang yang mencapai hakikat puasa akan naik ke maqam kedekatan mutlak dengan Allah.
3. Ramadhan adalah Bulan Tajalli (Manifestasi Ilahi)
Perspektif Sayyid Haidar Amuli
Dalam Lailatul Qadar, Allah menurunkan rahmat-Nya secara khusus kepada hamba-hamba yang telah membersihkan hatinya.
→ Ramadhan adalah waktu bagi hati manusia menjadi cermin bagi cahaya Ilahi, sehingga seseorang dapat mengalami tajalli (manifestasi hakikat Allah dalam dirinya).
4. Ramadhan adalah Bulan Penghapusan Hijab antara Hamba dan Allah
Perspektif Mulla Sadra & Sayyid Haidar Amuli
Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan, tetapi menyingkirkan hijab-hijab batin seperti keinginan duniawi, ego, dan kelalaian.
→ Dalam kondisi ini, manusia bisa merasakan kehadiran Allah lebih nyata dan masuk ke dalam maqam musyahadah (penyaksian Ilahi).
5. Ramadhan adalah Bulan Penyucian Ruh (Tazkiyatun Nafs)
Perspektif Allamah Thabathabai
Dalam QS. Al-Baqarah: 183, puasa diperintahkan agar manusia mencapai takwa. Namun, dalam makna hakikat, takwa adalah penyucian ruh yang membuat seseorang mampu menerima cahaya Ilahi.
→ Ramadhan adalah waktu di mana ruh manusia dibersihkan dari kegelapan duniawi agar bisa menyerap nur Ilahi.
6. Ramadhan adalah Bulan Kembali ke Fitratullah (Kesucian Awal)
Perspektif Ayatullah Misbah Yazdi
Puasa adalah cara untuk kembali kepada fitrah manusia yang murni, sebagaimana dalam hadis:
“Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, tetapi lingkungan membuatnya menyimpang.”
→ Dengan menahan hawa nafsu, manusia kembali kepada jati dirinya yang suci, yaitu hamba sejati Allah.
7. Ramadhan adalah Bulan Rahasia Ilahi yang Tersembunyi
Perspektif Syekh Al-Kaf’ami (Misbahul Mutahajjid)
Dalam Lailatul Qadar, segala sesuatu ditentukan, tetapi hanya orang-orang yang memiliki kesucian batin yang bisa memahami rahasianya.
→ Ramadhan adalah bulan di mana hati yang suci akan diberi ilham langsung dari Allah tentang rahasia takdirnya.
8. Ramadhan adalah Bulan Wahdatul Wujud (Kesatuan dengan Allah)
Perspektif Ibn Arabi & Allamah Thabathabai
Dalam hakikat makrifat, puasa membawa manusia ke maqam wahdatul wujud, di mana ia tidak lagi melihat dirinya, tetapi hanya melihat Allah dalam segala sesuatu.
→ Orang yang mencapai maqam ini akan merasakan bahwa ia bukan lagi dirinya, tetapi hanya Allah yang ada dalam dirinya.
9. Ramadhan adalah Bulan Perjalanan dari Nafs ke Ruh
Perspektif Imam Khomeini
Manusia memiliki nafs (jiwa rendah) dan ruh (jiwa suci). Dalam keseharian, manusia lebih banyak dikendalikan oleh nafs, tetapi Ramadhan adalah waktu untuk mengembalikan dominasi ruh atas nafs.
→ Orang yang sukses dalam Ramadhan akan melihat dunia dengan mata ruh, bukan dengan mata jasad.
10. Ramadhan adalah Bulan Ma’rifatullah (Pengenalan Hakiki kepada Allah)
Perspektif Sayyid Ibnu Thawus & Allamah Thabathabai
Tujuan akhir dari Ramadhan bukan hanya beribadah, tetapi mencapai makrifatullah, yaitu mengenal Allah secara langsung tanpa perantara.
→ Dalam kondisi ini, seseorang tidak lagi merasakan perpisahan antara dirinya dengan Allah, karena Allah menjadi satu-satunya realitas dalam kehidupannya.
Kesimpulan
Bagi ahli makrifat dan hakikat, Ramadhan adalah bulan perjalanan ruhani yang membawa manusia:
1.Dari syariat ke hakikat
2.Dari ego ke Tuhan
3.Dari hijab ke tajalli (manifestasi Allah dalam hati)
4.Dari keterikatan dunia ke wahdatul wujud (kesatuan dengan Allah)
Puasa bukan sekadar menahan lapar, tetapi menghapus segala sesuatu selain Allah dari hati, hingga seseorang mencapai maqam musyahadah (penyaksian Ilahi).
Dalam perspektif ahli hakikat Syiah, bulan Ramadhan bukan sekadar ritual fisik, tetapi perjalanan menuju makrifatullah (pengenalan hakiki kepada Allah) dan kesempurnaan insan kamil. Berikut adalah 10 makna Ramadhan menurut ahli hakikat Syiah:
1. Ramadhan adalah Bulan Sirrullah (Rahasia Allah)
Perspektif Sayyid Haidar Amuli
Menurut ahli hakikat Syiah, Ramadhan adalah bulan di mana rahasia ketuhanan tersingkap bagi hati yang suci.
→ Mereka yang telah melebur dalam cinta Allah akan memahami hakikat Lailatul Qadar sebagai pertemuan batin dengan Nur Muhammad صلى الله عليه وآله.
2. Ramadhan adalah Bulan Mi’raj Ruhani
Perspektif Ayatullah Hassan-zadeh Amuli
Puasa sejati bukan hanya menahan lapar, tetapi mengosongkan diri dari selain Allah.
→ Dalam maqam ini, seseorang mengalami mi’raj ruhani, naik dari dunia materi menuju maqam kedekatan dengan Allah.
3. Ramadhan adalah Bulan Tajalli (Manifestasi Hakikat Allah)
Perspektif Sayyid Ibnu Thawus
Dalam Lailatul Qadar, bukan hanya Al-Qur’an yang turun, tetapi hakikat wahyu dan nur Ilahi termanifestasi dalam hati hamba yang suci.
→ Ramadhan adalah bulan di mana hati manusia menjadi cermin bagi cahaya Ilahi.
4. Ramadhan adalah Bulan Fana’ fillah (Peleburan dalam Allah)
Perspektif Mulla Sadra
Puasa sejati adalah menghapus ego dan membiarkan Allah menjadi satu-satunya yang ada dalam hati.
→ Orang yang mencapai maqam ini tidak lagi melihat dirinya, tetapi hanya Allah dalam segala sesuatu.
5. Ramadhan adalah Bulan Kesaksian Hakikat Muhammad dan Ali
Perspektif Allamah Thabathabai
Dalam Lailatul Qadar, ada malaikat dan ruh yang turun (QS. Al-Qadr: 4).
→ Dalam hakikatnya, mereka turun kepada Waliullah di setiap zaman, yaitu Imam Mahdi عجل الله فرجه sebagai manifestasi Nur Muhammad dan Nur Ali.
6. Ramadhan adalah Bulan Pembersihan Cermin Ruh
Perspektif Ayatullah Misbah Yazdi
Hati manusia seperti cermin. Jika dipenuhi debu dunia, ia tak bisa memantulkan cahaya Ilahi.
→ Puasa membersihkan cermin ruh agar dapat menyaksikan tajalli Allah secara langsung.
7. Ramadhan adalah Bulan Kembali ke Fitratullah (Kesucian Awal)
Perspektif Imam Khomeini
Dalam hadis disebutkan bahwa di bulan Ramadhan, setan dibelenggu.
→ Ini bermakna bahwa manusia kembali kepada fitrah sucinya, tanpa godaan hawa nafsu dan setan.
8. Ramadhan adalah Bulan Penyaksian Hakikat Imam Mahdi عجل الله فرجه
Perspektif Sayyid Haidar Amuli
Orang yang mencapai hakikat puasa akan mampu merasakan kehadiran Imam Mahdi di hatinya.
→ Lailatul Qadar adalah malam pertemuan batin antara pecinta hakiki dan Imam Zaman.
9. Ramadhan adalah Bulan Wahdatul Wujud (Kesatuan dengan Allah)
Perspektif Ayatullah Jawadi Amuli
Manusia yang benar-benar memahami hakikat puasa akan sampai pada maqam wahdatul wujud, di mana ia tidak lagi melihat dirinya, tetapi hanya Allah dalam segala sesuatu.
10. Ramadhan adalah Bulan Penyaksian Al-Haq
Perspektif Imam Ja’far Ash-Shadiq عليه السلام
Imam Ja’far berkata:
“Orang yang mengenal hakikat puasanya, ia akan melihat Allah dengan hatinya.”
→ Puasa sejati membawa manusia kepada maqam musyahadah (penyaksian Ilahi secara langsung).
Kesimpulan
Dalam hakikat Syiah, Ramadhan adalah:
1.Bulan penyaksian hakikat Allah, Rasulullah, dan Imam Mahdi.
2.Bulan pembersihan ruh dari hijab dunia.
3.Bulan perjalanan menuju kesempurnaan insan kamil.
4.Bulan bertemu dengan Allah melalui tajalli-Nya.
Puasa bukan sekadar menahan lapar, tetapi menahan diri dari selain Allah hingga seseorang menyaksikan kebenaran hakiki-Nya.
 
Kisah Ramadhan dalam Perspektif Ahli Hakikat Syiah
 
Banyak kisah dari Ahlul Bayt dan para arif Syiah yang menggambarkan hakikat bulan Ramadhan sebagai perjalanan menuju makrifatullah dan penyaksian hakikat Ilahi. Berikut beberapa kisah yang menunjukkan bagaimana para wali dan arif sejati mengalami Ramadhan sebagai bulan penyaksian hakikat Allah, Rasulullah, dan para Imam.
1. Kisah Imam Ali di Malam Lailatul Qadar
“Pada malam ke-19 Ramadhan, Imam Ali menangis di mihrabnya.”
Suatu malam di bulan Ramadhan, sebelum dibunuh di mihrab Kufah, Imam Ali عليه السلام menangis dalam sujudnya dan berbisik:
“Demi Allah, aku telah melihat Lailatul Qadar… Aku telah menyaksikan hakikatnya dengan mataku sendiri. Dan aku telah melihat apa yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.”
Malam itu, ketika Ibnu Muljam datang untuk membunuhnya, Imam Ali tersenyum, seolah ia telah menyaksikan sesuatu yang lebih besar dari dunia ini. Sebelum pedang mengenai kepalanya, ia berkata:
“Fuztu wa Rabbil Ka’bah!” (Demi Tuhan Ka’bah, aku telah menang!)
Imam Ali tidak takut mati, karena bagi ahli hakikat, Ramadhan adalah bulan melepas hijab dunia dan menyaksikan hakikat Allah secara langsung.
 
2. Kisah Imam Ja’far Ash-Shadiq dan Makna Puasa Sejati
Suatu hari di bulan Ramadhan, seorang murid datang kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq عليه السلام dan bertanya:
“Wahai Imam, mengapa kami masih merasa haus dan lapar, padahal Allah berjanji akan memberi kepuasan bagi orang yang berpuasa?”
Imam tersenyum dan berkata:
“Kau hanya menahan lapar jasadmu, tetapi tidak menahan lapar jiwamu. Puasa sejati bukan hanya menahan diri dari makanan, tetapi dari selain Allah. Jika hatimu tidak berpaling dari selain-Nya, maka kau akan merasakan nikmat yang lebih besar dari makanan dunia.”
Makna Kisah: Dalam makrifat Syiah, puasa bukan hanya soal lapar dan haus, tetapi soal mengosongkan hati dari selain Allah, hingga seseorang mencapai maqam musyahadah (penyaksian Ilahi).
3. Kisah Syekh Bahai dan Rahasia Lailatul Qadar
Suatu hari, Syekh Bahai, seorang arif besar Syiah, ditanya oleh muridnya:
“Wahai Guru, bagaimana kita bisa menemukan Lailatul Qadar?”
Syekh Bahai tersenyum dan berkata:
“Lailatul Qadar bukan tentang tanggal, tetapi tentang hati. Jika hatimu suci, setiap malam bisa menjadi Lailatul Qadar, karena saat itu Allah akan membuka tabir-Nya untukmu.”
Murid itu bertanya lagi:
“Bagaimana caranya agar hatiku bisa menyaksikan Lailatul Qadar?”
Syekh Bahai menjawab:
“Hapus dirimu, dan biarkan hanya Allah yang ada dalam hatimu. Maka kau akan melihat sesuatu yang belum pernah kau lihat sebelumnya.”
Makna Kisah: Para ahli hakikat Syiah percaya bahwa Lailatul Qadar bukan hanya malam tertentu, tetapi keadaan ruhani di mana seseorang menyaksikan Allah secara langsung.
4. Kisah Imam Khomeini dan Rahasia Puasa dalam Hakikat
Dalam salah satu suratnya kepada muridnya, Imam Khomeini berkata:
“Puasa adalah latihan untuk kematian, agar kita tidak takut melewati pintu menuju Allah. Jika engkau memahami hakikat puasa, maka saat berbuka, engkau tidak akan ingin kembali ke dunia ini.”
Suatu hari, salah satu muridnya bertanya:”Wahai Guru, mengapa engkau tetap berpuasa bahkan dalam kondisi lemah?”
Imam Khomeini tersenyum dan menjawab:
“Karena puasa membuatku merasa lebih dekat dengan Allah daripada saat aku kenyang. Saat perut kosong, hati lebih ringan untuk naik ke langit.”
Makna Kisah:Bagi arif Syiah, puasa bukan sekadar ibadah, tetapi proses fana’ (melebur dalam Allah) hingga seseorang tidak lagi merasa lapar karena telah diberi makan oleh cahaya Ilahi.
5. Kisah Ayatullah Hassan-zadeh Amuli dan Rahasia Puasa di Dunia Arwah
Suatu hari, Ayatullah Hassan-zadeh Amuli bermimpi bertemu dengan seorang wali Allah di bulan Ramadhan. Dalam mimpinya, wali itu berkata:”Ketika engkau berpuasa di dunia, arwahmu juga sedang berpuasa di alam lain. Jangan kira hanya tubuh yang berpuasa, tetapi jiwamu juga sedang mengalami perjalanan menuju Allah.”
Ketika bangun, Ayatullah Hassan-zadeh Amuli menangis, karena ia baru memahami bahwa puasa bukan hanya ritual fisik, tetapi juga perjalanan ruhani di alam lain.
Makna Kisah: Dalam hakikat Syiah, puasa adalah perjalanan multidimensional, yang bukan hanya terjadi di dunia ini, tetapi juga di alam arwah dan alam malakut (alam malaikat).
Kesimpulan: Ramadhan sebagai Perjalanan Makrifat
Dari kisah-kisah di atas, kita bisa memahami bahwa dalam perspektif ahli hakikat Syiah:
1.Ramadhan adalah bulan di mana manusia dapat menyaksikan hakikat Allah.
2.Puasa sejati bukan hanya menahan lapar, tetapi menahan diri dari selain Allah.
3.Lailatul Qadar bukan hanya malam tertentu, tetapi kondisi ruhani di mana seseorang melihat Allah.
4.Orang yang mencapai hakikat puasa tidak lagi merasa lapar atau haus, karena ia telah diberi makan oleh cahaya Ilahi.
5.Puasa bukan hanya di dunia, tetapi juga terjadi di alam arwah dan alam malakut.
Bagi ahli hakikat Syiah, Ramadhan adalah bulan perjalanan menuju kesempurnaan insan kamil, di mana seseorang melebur dalam cahaya Ahlul Bayt dan mencapai maqam penyaksian hakikat Ilahi.
 
Manfaat Ramadhan dalam Perspektif Ahli Hakikat Syiah
Bulan Ramadhan dalam hakikat Syiah bukan hanya bulan ibadah lahiriah, tetapi juga bulan perjalanan ruhani menuju makrifatullah. Berikut adalah 5 manfaat utama Ramadhan menurut ahli hakikat Syiah:
1. Pembersihan Hati dari Hijab Dunia
“Puasa bukan hanya menahan diri dari makanan, tetapi dari segala sesuatu selain Allah.”
→ Dalam bulan ini, hati manusia dibersihkan dari kotoran dunia agar dapat menjadi cermin bagi cahaya Ilahi.
🔹 Manfaatnya:
•Menghilangkan kecintaan terhadap dunia.
•Membuka jalan bagi makrifatullah.
🔹 Doa:
‎اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ وَعَمَلِي مِنَ الرِّيَاءِ وَلِسَانِي مِنَ الْكَذِبِ وَعَيْنِي مِنَ الْخِيَانَةِ
“Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan, amalanku dari riya, lisanku dari dusta, dan mataku dari pengkhianatan.”
2. Mi’raj Ruhani menuju Allah
“Puasa adalah perjalanan ruhani dari dunia jasmani menuju kehadiran Allah.”
→ Bulan ini adalah kesempatan untuk mengalami mi’raj batin menuju Allah melalui sholat, doa, dan zikir.
🔹 Manfaatnya:
•Meningkatkan koneksi batin dengan Allah.
•Meningkatkan kesadaran ruhani (basirah).
🔹 Doa:
‎اللَّهُمَّ اجْعَلْ نُورَكَ فِي بَصَرِي وَبَصِيرَتِي
“Ya Allah, jadikanlah cahaya-Mu dalam penglihatanku dan pandangan batinku.”
3. Menyaksikan Lailatul Qadar (Malam Penyaksian Ilahi)
“Lailatul Qadar bukan hanya malam tertentu, tetapi kondisi ruhani di mana seseorang melihat hakikat Ilahi.”
→ Bulan ini adalah kesempatan untuk menyaksikan cahaya hakikat Imam Mahdi عجل الله فرجه dan memahami takdir ruhani kita.
🔹 Manfaatnya:
•Memahami rahasia takdir.
•Mendapat ilham dari Allah langsung ke dalam hati.
🔹 Doa:
‎اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي نَفْسِي وَعَرِّفْنِي رَبِّي
“Ya Allah, perkenalkanlah kepadaku diriku, dan perkenalkanlah kepadaku Tuhan-ku.”
4. Mencapai Fana’ Fillah (Peleburan dalam Allah)
“Puasa adalah latihan untuk meninggalkan ego dan membiarkan Allah menjadi satu-satunya yang ada dalam hati.”
→ Dalam bulan ini, seseorang dapat mencapai maqam fana’ (peleburan dalam Allah), di mana ia tidak lagi melihat dirinya, tetapi hanya Allah.
🔹 Manfaatnya:
•Menghilangkan ego dan hawa nafsu.
•Mencapai kedamaian hakiki dalam kehadiran Allah.
🔹 Doa:
‎اللَّهُمَّ لَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا
“Ya Allah, janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walau sekejap mata pun.”
5. Penyaksian Hakikat Ahlul Bayt عليه السلام
“Barang siapa mengenal dirinya di bulan ini, maka ia akan mengenal Imam-nya.”
→ Ramadhan adalah bulan di mana seseorang dapat menyaksikan hakikat Nur Muhammad dan Nur Ali dalam batinnya.
🔹 Manfaatnya:
•Menemukan hakikat cinta sejati kepada Imam Mahdi عجل الله فرجه.
•Mendapat pandangan ruhani tentang Imam sebagai manifestasi hakikat Allah.
🔹 Doa:
‎اللَّهُمَّ عَرِّفْنِي حُجَّتَكَ فَإِنَّكَ إِنْ لَمْ تُعَرِّفْنِي حُجَّتَكَ ضَلَلْتُ عَنْ دِينِي
“Ya Allah, perkenalkanlah kepadaku hujjah-Mu (Imam Mahdi), karena jika Engkau tidak memperkenalkannya kepadaku, aku akan tersesat dari agamaku.”
Kesimpulan
Dalam perspektif ahli hakikat Syiah, Ramadhan adalah bulan penyaksian Ilahi, bukan sekadar ibadah lahiriah. Dengan puasa, doa, dan makrifat, seseorang dapat:
1.Menyucikan hati dari hijab dunia.
2.Mengalami mi’raj ruhani.
3.Menemukan rahasia Lailatul Qadar.
4.Mencapai fana’ dalam Allah.
5.Menyaksikan hakikat Imam Mahdi عجل الله فرجه dalam batinnya.
 
Ramadhan bukan sekadar bulan lapar dan haus, tetapi bulan melebur dalam cahaya Allah dan menjadi insan kamil.
 
Khotbah Nabi saw menyambut Romadhon
Diriwayatkan dari ayahnya yaitu sayyidil washiyyinAmiril Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. dia berkata: “Rasulullah saw bersabda dalam khotbahnya pada suatu hari:
“Wahai Manusia, Sesungguhnya telah datang kepada-mu bulan Allah dengan barakah, rahmah dan maghfirah-Nya. Yaitu bulan yang paling mulia di sisi Allah di antara bulan-bulan yang lain. Hari-harinya adalah sebaik-baik hari, malam-malamnya adalah sebaik-baik malam, saat-saatnya adalah sebaik-baik saat, adalah bulan di mana seseorang dipanggil oleh Allah untuk menjadi tamu-tamu-Nya, dan kalian dijadikan sebagai ahli kemulian Allah. 
 
Keluar-masuk nafasmu sebagai tasbih, tidurmu sebagai ibadah, amal perbuatanmu diterima, doamu diijabah, maka mintalah dari Tuhanmu di hari-hari tersebut dengan niat yang benar, hati yang suci, semoga Allah memberi petunjuk kepada kamu dalam menjalankan puasa-Nya dan membaca kitab suci-Nya. 
 
Sesungguhnya orang yang celaka yang tidak memperoleh ampunan di bulan mulia tersebut. Jadikanlah lapar dan dahagamu di bulan ini sebagai lapar dan dahaga di hari kiamat, dan bersedekahlah kepada kaum fakir dan miskin, dan hormatilah orang-orang tuamu, dan kasihanilah anak-anak kecilmu, sambutlah tali persaudaraanmu. 
Jagalah lisan-lisanmu. Jagalah pandangan matamu dari yang tidak halal, dan telingamu dari perkara yang haram engkau dengarkan, belas kasihanilah anak-anak yatim orang, maka anak-anak yatimmu akan mendapat kasih sayang, taubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu, angkatlah kedua tanganmu memanjatkan do'a dalam setiap waktu sholat, kedua itu adalah waktu yang sangat utama, Allah akan memperhatikan-Nya dengan rahmat-Nya, Allah menerima permintaan hamba-hamba-Nya dan menyambut-Nya dengan senang bila mereka memanggil-Nya dan mengabulkan mereka bila meminta-Nya. 
 
Wahai Manusia. Sesungguhnya jiwa-jiwa kalian terga-daikan dengan amal perbuatannya, maka tebuslah dengan istighfar. Tulang punggung kalian berat karena dosa yang dipikulnya. Ringankanlah dengan memperbanyak sujud. Dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menyiksa ahli shalat dan ahli sujud, dan ahli sholat dan ahli sujud tidak akan takut dengan api neraka di hari manusia menghadap berdiri menghadap Tuhan Alam Semesta.
 
Wahai manusia. Barangsiapa memberi makan orang puasa di bulan ini, maka disisi Allah pahalanya seperti memerdekakan budak dan mendapat pengampunan atas segala dosanya. 
 
Sahabat bertanya: Tidaklah semua kami mampu berbuat itu? 
 
Rasulullah menjawab: Takutlah (jaga-lah diri)  kalian dari api neraka walau dengan sebuah korma (dengan memberi buka puasa walau dengan sebuah korma dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka), takutlah (jagalah diri) kalian dari api neraka walau dengan seteguk air. (dengan memberi buka puasa walau dengan seteguk air minum dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka). 
 
Wahai Manusia. 
Barangsiapa di antara kalian di bulan ini memperbaiki perangainya, maka ia akan mendapatkan keberuntungannya melintas di atas shirath, di saat banyak manusia tergelincir. 
Barangsiapa  yang suka berbuat baik di bulan ini maka akan diringankan hisabnya, dan Barangsiapa yang menahan diri dari perbuatan jahat, Allah akan menahan marah-Nya  di hari ia menghadap-Nya. 
Barangsiapa memuliakan anak yatim, Allah akan memuliakannya. Barangsiapa menyambung tali persau daraan Allah akan menyambungnya dengan rahmat-Nya. 
Barangsiapa memutuskannya Allah akan memutuskan rahmat-Nya. Barangsiapa beribadah sunnah dengan shalat, Allah akan menulisnya bebas dari api neraka, Barangsiapa melakukan perkara wajib maka ia akan memperoleh pahala seperti ia melakukannya tujuh puluh kali di bulan yang lain, Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini maka kelak Allah akan memperberat mizannya di saat yang lain dapat ringan. 
Barangsiapa membaca Al-Qur'an maka ia akan memperoleh pahala seperti menghatamkannya di bulan lain. 
 
Wahai Manusia, Sesungguhnya pintu-pintu surga di bulan ini terbuka, maka mohonlah kepada Allah semoga tidak tertutup untuk kalian dan pintu neraka tertutup, dan mintalah kepada Allah agar tidak terbuka untuk kalian, dan sesungguhnya para syetan juga terbelenggu, maka mintalah kepada Allah agar tidak menguasai kalian.
 
Kemudian Imam Ali a.s. bertanya; “Ya Rasulullah perbuatan apa yang paling utama dilakukan di bulan ini? 
 
Rasulullah menjawab, Ya Abal Hasan, amal perbuatan yang paling utama adalah menjaga diri dari larangan-larangan Allah Swt. 
Kemudian Rasulullah saw menangis, aku bertanya apa yang menyebabkan engkau menangis beliau bersabda:” Ya Ali, aku menangis karena seorang yang menghalalkan dirimu di bulan ini, seakan aku menyertaimu saat itu engkau sedang sholat menghadap Rabbmu. Tiba-tiba muncullah seorang yang paling celaka dari generasi terdahulu dan terakhir (seperti pembunuh Unta Nabi Sholeh). Dengan pedangnya ia menghantam kepalamu sehingga jenggotmu bersimbah darah. Berkata Amiril mukminin, “Wahai Rasulullah, apakah saat itu agamaku selamat? Nabi menjawab;”Ya, agamamu selamat”. 
 
Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: ”Ya Ali barangsiapa membunuhmu seakan membunuhku, barang-siapa yang memarahimu seakan memarahiku, yang mencacimu seakan mencaciku karena engkau bagaikan diriku, ruhmu dari ruhku, tanahmu dari tanahku, Allah Tabaroka wa Ta’ala menciptakan aku dan menciptakan-mu, memilihku dan memilihmu, memilihku menjadi Nabi dan memilihmu menjadi Imam, yang mengingkari keimamanmu maka dia mengingkari kenabianku, 
 
Ya Ali engkau pemegang wasiatku, engkau ayah dari anakku, engkau suami dari putriku, engkau kholifahku atas ummatku pada masa hidup dan matiku, perintahmu perintahku, laranganmu, laranganku, aku bersumpah dengan Yang Mengutusku menjadi Nabi yang menjadikan daku sebaik-baiknya manusia sesungguhnya engkau adalah hujjah Allah atas makhluk-Nya, pengamannya dalam kejahatannya kholifah-Nya atas hamba-Nya.”    (Dikutib dari Kitab ‘Uyunul Akhbarkarya Syeikh Shoduq, jilid I, hal. 295-297).
 
*Penulis adalah Pelayan Pesantren Pertanian dan Pengamalan Al-Quran

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment